Anda di halaman 1dari 14

TOKSIKOLOGI

MATA, KULIT, DAN HATI


Hj. Ida Herianti, S.K.M., M.Pd
1. TOKSIK PADA MATA
TINJAUAN UMUM
• Mata berbentuk bola sebagian besar diselubungi oleh 3 lapis jaringan utama : sklera, koroid
dan retina.
• Tiap lapisan terdiri atas jaringan berserat, pigmen dan pembuluh darah, serat saraf dan sel
saraf.

TOKSIKAN DAN ORGAN SASARANNYA


1. Kornea
• Kornea adalah struktur lembut yang dapat dipengaruhi oleh efek toksik zat kimia, terutama
dari pajanan eksternal.
• Zat kimia yang dapat mempengaruhi kornea adalah asam dan basa, deterjen, pelarut organik
dan asbut (smog)
1. Asam dapat membakar kornea karena rendahnya pH dan afinitas anion terhadap
jaringan kornea.
2. Basa biasanya tidak berefek seperti asam.
3. Deterjen non ion tidak begitu merusak kornea dibandingan dengan deterjen ion, dan
deterjen kation lebih merusak dari pada deterjen anion.
4. Pelarut organik seperti aseton, heksan dan toluen dapat melarut kan lemak dan merusak
sel epitel kornea.
5. Asbut yang melalui proses fotokimia dari gas buang dengan sinar matahari dapat
mengiritasi ujung-ujung saraf sensoris kornea serta menyebabkan refleks lakrimasi.
2. Iris, Cairan Bola Mata, dan Badan Siliaris
• Iris rentan terhadap cedera fisik dan iritasi kimia, iritasi dapat berupa kebocoran protein
serum dan fibrin serta lekosit dari pembuluh darah.
• Iris dipersarafi oleh saraf simpatis (untuk otot dilator) dan saraf parasimpatis (untuk otot
konstriktor).
• Cairan bola mata (humor aqueous) disekresi oleh sel epitel badan siliaris ke dalam kamar
posterior. Cairan ini mengalir melalui pupil ke kamar anterior dan melewati kanal
schlemm. Peradangan iris dapat menghambat pengaliran cairan sehingga menaikkan
tekanan intra okuler  glukoma.
3. Lensa Mata
• Beberapa zat kimia dapat mengakibatkan katarak, contohnya dinitrofenol, kortikosteroid,
busulfan, triparanol dan talium.
• Selain itu bisa juga karena kebanyakan konsumsi galaktosa dan defisiensi protein,
triptofan, riboflavin, asam folat dan vitamin E.
4. Retina
• Beberapa zat kimia dapat mengakibatkan retinopati seperti klorokuin, hidroksiklorokuin
dan tioridazin.
• Iodat dapat mempengaruhi epitel pigmen dan kerusakan lapisan sel batang.
5. Saraf Optik
Beberapa toksikan dapat mempengaruhi penglihatan sentral, contohnya metanol, carbon
disulfida, disulfiram, etambutol dan talium. Sedangkan kina, klorokuin, arsen, karbon monoksida
dapat mengakibatkan penyempitan lapang pandang

Glukoma Retinopati
2. TOKSIK BAHAN KIMIA PADA KULIT
Kulit terdiri dari :
1. Epidermis (0,1-0,2 mm)
2. Dermis (2mm)
yang terletak di atas jaringan subkutan, di antara 2 lapisan ini ada membran basal.
Lapisan epidermis terdiri dari lapisan :
3. Sel basal (stratum germinativum),
4. Sel duri (stratum spinosum),
5. Sel granuler (stratum granulosum).
Dermis terdiri dari kolagen dan elastin. Dua lapisan ini penting untuk menyokong
kulit. Dalam lapisan ini ada beberapa jenis sel, yang paling banyak adalah:
6. fibroblas,
7. asam hialuronat
8. kondroitin sulfat
9. mukopolisakarida.
JENIS EFEK TOKSIK
Kebanyakan efek terjadi melibatkan kulit itu sendiri, hanya sebagian yang melibatkan unsur tambahan kulit (rambut,
kelenjar sebasea dan kelenjar keringat)

1. Iritasi Primer

Adalah suatu reaksi kulit terhadap pajanan, misalnya zat kimia sepeti alkali kuat, asam kuat, pelarut dan detergent.

2. Reaksi Sensitisasi

Reaksi lebih berat dapat terjadi setelah pajanan berikutnya. Periode induksi terjadi antara beberapa hari sampai
beberapa tahun, sehingga bisa disebut “hipersensitifitas lambat”. Di sini terlibat kompleks imun.

3. Urtikaria Kontak

Jenis reaksi terutama melibatkan kulit yang bersentuhan dengan zat kimia penyebab, tetapi kadang ada juga efek
sistemiknya. Efek sistemik itu berupa urtikaria umum, asma, reaksi anafilaktoid.

Zat penyebab seperti dimetil sulfoksida, trafuril (ester tetrahidrofurfuril asam nikotinat), ulat bulu, ubur-ubur,
jelatang.

4. Kanker Kulit

Jelaga telah dua abad diketahui sebagai penyebab kanker kulit. Penelitian terbaru memastikan jelaga dan zat-zat yang
berhubungan dapat menyebabkan kanker kulit, seperti : batu bara, minyak kreosot, minyak serpih (shale oil) dan
cutting oil.
EFEK PADA ADNEKSA EPIDERMIS
1. Rambut
Kerontokkan rambut dapat disebabkan oleh berbagai zat antimitotik yang digunakan untuk
kemoterapi kanker. Zat-zat ini mempengaruhi fase angen pertumbuhan rambut. Rambut mulai
rontok setelah 2 minggu terapi, rambut akan mulai tumbuh setelah 2 bulan berhenti terapi.
2. Kelenjar Sebasea
Kelenjar ini mengeluarkan lemak dengan mengeluarkan sel berisi lemak sehinga disebut juga
holokrin. Aktifitasnya tergantung hormon, contohnya androgen merangsang ekskresi sedangkan
estrogen menghambat.
Beberapa hidrokarbon aromatik berklorin dapat menyebabkan berbagai lesi kulit termasuk
klorakne, yang ditandai kista kekuning-kuningan yang kecil dan komedo.
3. Kelenjar Keringat
Berkeringat merupakan fungsi fisiologis untuk pengaturan suhu tubuh. Sumbatan pada saluran
keringat dikenal sebagai penyakit miliaria, biasanya terjadi karena pemakaian obat kulit
misalnya fenol dan kloroform.

Cairan kemoterapi Miliaria


3. TOKSIK BAHAN KIMIA PADA
HATI
• Hati merupakan organ tempat metabolisme terbesar dan kompleks.
• Zat yang dimetabolisir : makanan, obat dan toksikan.
• Hepatosit / parenkim hati : sel fungsional metabolisme
• Hati mempunyai banyak tempat pengikatan dan kadar enzim yang tinggi sehingga sebagian
besar toksikan menjadi kurang toksik dan mudah larut air. Selanjutnya toksikan mudah
diekskresikan.
• Metabolisme dipersulit oleh berbagai mekanisme yang menimbulkan kerusakan hati.
Hati Hati
JENIS KERUSAKAN HATI
normal steatosis
1. Perlemakan Hati (Steatosis)
• Yaitu hati yang mengandung berat lipid > 5 % dibuktikan secara histokimia.
• Lesi bersifat akut, seperti disebabkan oleh etionin, fosfor dan tetrasiklin.
• Etanol dan metitreksat dapat menyebabkan lesi akut dan kronik.
• Mekanisme yang mendasari penimbunan lemak dalam hati beragam.
Lipid tertimbun di hati dengan mekanisme:
1. Penghambatan sintesis satuan protein dari lipoprotein (misal: karbon tetraklorid,
etionin)
2. Penekanan konjugasi trigliserid dengan lipoprotein (misal : karbon tetraklorid).
3. Hilangnya kalium dari hepatosit, mengakibatkan gangguan transfer VLDL melalui
membran sel (misal etionin).
4. Rusaknya oksidasi lipid oleh mitokondria (misal: etanol)
5. Penghambatan sintetsis fosfolipid bagian penting VLDL (misal asam orotat)
2. Nekrosis Hati
1. Kematian hepatosit, bersifat fokal (sentral, perifer) & massif.
2. Kematian sel terjadi bersama pecahnya membran plasma.
3. Tidak ada perubahan ultrastruktural membran yang dapat dideteksi sebelum pecah.
4. Perubahan morfologik awal, edema sitoplasma, dilatasi retikulum endoplasma dan disagresi
polisom.
5. Perubahan biokimia bersifat kompleks. CCl4 merupakan hepatotoksik yang bekerja melalui
metabolit reaktifnya, radikal triklorometil yang secara kovalen mengikat protein dan lipid.

3. Kolestasis
1. Kerusakan hati akut, jarang ditemukan daripada sirosis dan perlemakan hati.
2. Zat kolestatik bekerja melalui beberapa mekanisme, contoh : ANIT (α – naftilisosianat) dapat
menyebabkan kolestasis, hiperbilirubinemia dan penghambatan oksigenase fungsi campur
mikrosom.
3. Berkurangnya aktifitas empedu merupakan mekanisme utama kolestasis.
4. Sirosis
1. Yaitu adanya septa kolagen yang tersebar disebagian besar hati.
2. Kumpulan hepatosit muncul nodul.
3. Patogenesis susah dimengerti.
4. Sebagian besar berpendapat kurangnya mekanisme perbaikan sehingga menyebabkan aktifitas
fibroblastik & pembentukan jaringan jaringan parut.
5. Zat kimia CCl4 sering menyebabkan sirosis hati.

5. Hepatitis yang mirip Hepatitis Virus

Halotan dan CCl4 dapat mengakibatkan suatu sindroma klinis yang tidak dapat dibedakan dari hepatitis virus.
Pada umumnya memiliki ciri :
• Kerusakan hati tidak dapat diperlihatkan pada hewan.
• Tampaknya beberapa efek pada manusia tidak berkaitan dengan dosis.
• Masa laten sangat beragam
• Toksisitas hanya muncul pada beberapa individu yang rentan.
• Gambaran histologis lebih beragam.
• Biasanya penderita memperlihatkan tanda-tanda hipersensitifitas lain dan kadang-kadang bereaksi
terhadap suatu dosis tantangan.
• Demam, ruam dan eosinaofilia sering ditemukan.
Neoplasma Sirosis

6. Karsinogenesis
• Karsinoma hepatoseluler dan kolangiomakarsinoma adalah jenis neoplasma
ganas yang paling umum pada hati.
• Jenis karsinoma lain antara lain angiosarkoma, karsinoma kelenjar, karsinoma
trabekuler dan karsinoma sel hati yang tidak berdeferensiasi.
7. Hepatotoksikan
• Banyak toksikan yang dapat menyebabkan beberapa jenis kerusakan,
contohnya akibat pajanan CCl4 (dan zat kimia yang terkait seperti kloroform,
aflatoksin dan fosfor).
• Aflatoksin dan dioksin dapat menyebabkan nekrosis, sirosis, dan neoplasma.
• Etanol dan benzene dapat menyebabkan nekrosis dan sirosis.
• Kolestatis terutama disebabkan oleh garam tertentu, ANIT, steroid anabolik,
mangan dan beberapa obat .
THANK
YOU

Anda mungkin juga menyukai