Anda di halaman 1dari 37

TOKSIKOLOGI HATI

 Hati merupakan salah satu organ di


dalam tubuh, terletak dalam
rongga perut sebelah kanan, di bawah
diafragma. Fungsi hati sebagai alat
ekskresi. Hal ini dikarenakan hati dapat
memecah beberapa senyawa yang
bersifat racun dan
menghasilkan amonia, urea, dan asam
urat dengan
memanfaatkan nitrogen dari asam
amino. Proses pemecahan senyawa
racun oleh hati disebut
proses detoksifikasi
Hati merupakan salah satu organ
tubuh yang paling sering terkena
efek toksik, karena Hati menjadi
organ sasaran toksikan yang utama
yaitu :
1. Merupakan organ utama dan
pertama metabolisme bagi toksikan
2. Proses bioaktivasi toksikan terjadi
dihati sehingga dapat menginduksi
lesi/luka.
3. Hati merupakan organ yang
mempunyai kemampuan tinggi
untuk mengikat zat-zat kimia atau
toksikan melebihi organ-organ
lain. Hati memiliki satu
kemampuan untuk
memetabolisme dan mengekresi
beberapa zat-zat kimia.
4. Kadar enzim yang memetabolisme
toksikan dalam hati tinggi (terutama
sitokrom P-450). Hal tersebut membuat
sebagian besar toksikan menjadi kurang
toksik dan lebih mudah larut dalam air,
sehingga lebih mudah dieksresikan.
Tetapi dalam beberapa kasus, toksikan
diaktifkan sehingga dapat menginduksi
lesi. Contohnya glutation yang relatif
rendah, dibandingkan dengan kadar
glutation di bagian lain dari hati, dapat
juga berperan mengaktifkan toksikan.
Kondisi Penyakit Hati
Jenis Kerusakan Hati :
1. Steatosis (perlemakan hati) / Fatty
Liver
Steatosis adalah penimbunan
lemak/lipid dihati (75%).
Hal ini bisa timbul oleh toksikan
seperti etionin, fosfor, tetrasiklin,
etanol, metotreksat, dll.
Steatosis bersifat reversibel dan tidak
menyebabkan kematian hepatosit.
Mekanisme yang paling umum adalah
rusaknya pelepasan trigliserida hati ke
plasma dalam bentuk VLDL.
Penimbunan lipid hati dapat terjadi
melalui mekanisme :
- Penghambatan sintesis satuan protein
dari lipoprotein
- Penekanan konjugasi trigliserida
dengan lipoprotein
- Hilangnya kalium dari hepatosit,
mengakibatkan gangguan transfer
VLDL melalui membran sel.
- Rusaknya oksidasi lipid oleh
mitokondria
- Penghambatan sintesis fosfolipid
 alkohol pada berbagai minuman
keras berbeda-beda, menurut
Joewana (1989) kebanyakan bir
mengandung 3-5% alkohol, anggur
10-14%, sherry, port, muskatel
berkadar alkohol 20%, sedangkan
wisky, rum, gin, vodka dan brendi
berkadar alkohol 40-50%.
 Pemakaian alkohol yang lama akan
menimbulkan perubahan pada
mitokondria, yang menyebabkan
berkurangnya kapasitas untuk oksidasi
lemak. 
2. Nekrosis Hati
Nekrosis hati adalah kematian sel-
sel hati (hepatosit), dapat bersifat
lokal atau masif. Biasanya nekrosis
merupakan kerusakan akut.
Nekrosis hati merupakan
manifestasi toksik yang berbahaya
tetapi tidak selalu kritis karena hati
mempunyai kapasitas pertumbuhan
kembali (regenerasi) yang baik.
Tanda-tanda terjadinya
nekrosis/kematian sel yaitu oedema
sitoplasma, dilatasi retikulum
endoplasma, dan disagregasi
polisom, kemudian terjadi akumulasi
trigliserida sebagai butiran lemak
dalam sel, pembengkakan
mitokondria progresif dengan
kerusakan krista, pembengkakan
sitoplasma, penghancuran organel
dalam sel dan inti sel, kemudian
pecahnya membran sel.
Toksikan yang menyebabkan nekrosis hati
: CCl4, kloroform, tetrakloroetan,
fosfor, asetaminofen, bromobenzena,
isoniazida, iproniazida, faloidin.
Mekanisme terjadinya nekrosis hati adalah
:
- Pengikatan lipid tidak jenuh dan protein
sehingga menyebabkan peroksidasi
lipid mikrososm sehingga terjadi
gangguan homeostasis sel hati.
- Pembentukan metabolit yang terikat
pada makromolekul sehingga terjadi
nekrosis
- Gangguan jalur metabolisme oleh
toksikan atau metabolit toksiknya
- Kerusakan mitokondria

3. Kolestasis kanalikular
Kolestasis adalah kondisi kekuningan
(ikterik) akibat hiperbilirubinemia
yang terkonjugasi. Kolestasis bisa
bersifat intrahepatik (jika kerusakan
terjadi pada hati) atau
ekstrahepatik (kerusakan terjadi di
kandung empedu).
Mekanisme utama terjadinya
kolestasis adalah berkurangnya
aktivitas ekskresi empedu pada
membran kanalikulus.
Toksikan yang dapat
menyebabkan kolestasis
diantaranya anabolik steroid,
kontrasepsi oral, klorpromazin,
eritromisin laktobionat.
4. Sirosis
Sirosis adalah gangguan pada
hati yang bersifat kronis ditandai
dengan terjadinya
destruksi/kerusakan sel-sel
parenkim hati, adanya
septakolagen yang tersebar
disebagian besar hati dan
terjadinya jaringan parut.
Kumpulan hepatosit muncul
sebagai nodul yang dipisahkan
oleh lapisan berserat/kolagen
tadi.
Sirosis berasal dari nekrosis sel tunggal
yang tidak melalui perbaikan.
Toksikan yang dapat menyebabkan
sirosis antara lain :
- CCl4 dan karsinogen kimia yang
dipaparkan dalam jangka waktu lama.
- Etanol yang dikonsumsi lama
(penyebab sirosis utama)
- Sama dengan yang menyebabkan
nekrosis tapi pemaparan dalam
jangka waktu lama (kronis).
5 Hepatitis
Hepatitis adalah peradangan atau
inflamasi pada sel-sel hati yang
bersifat akut maupun kronis, bisa
ikterrik atau nonikterik. Hepatitis
dapat disebabkan oleh virus, bakteri,
alkohol, obat dan toksikan tertentu.
Hepatitis yang disebabkan oleh
toksikan biasanya dicirikan antara
lain : terdapatnya tanda-tanda
hipersensitivitas, demam, ruam, dll.
Mekanisme kerja timbulnya
hepatitis beragam, selain
menyebabkan hipersensitivitas
juga melalui kelainan
metabolisme.
Toksikan yang menyebabkan
hepatitis selain hepatitis virus ini
diantaranya PAS (paraamina
salisilat), klorpromazin,
eritromisin, fenitoin, iproniazida,
isoniazid, dan turunan hidrazin
6. Karsinogenesis
Sejumlah besar toksikan diketahui
dapat menyebabkan kanker hati pada
hewan, namun karsinogenisitasnya pada
manusia belum diketahui dengan pasti.
Diantaranya yang sudah pasti
angiosarkoma tersebut adalah
vinilklorida.
Selain angiosarkoma, jenis kanker lain
yang bisa terjadi kanker pada hati adalah
karsinoma hepatoseluler, kolangio
karsinoma, karsinoma kelenjar, dll.
Prosedur Pengujian

- Hewan
Biasanya dilakukan pada tikus
dan mencit.
- Cara pemberian

Sampel pengujian diberikan


kepada hewan dengan cara
yang sama seperti pajanan
manusia.
Pemeriksaan

Patologi makroskopik
Warna dan penampilan fisik hati
dapat menggambarkan toksisitas
hati, seperti perlemakan hati atau
sirosis. Berat organ juga
merupakan data yang objektif,
bisa lebih berat atau lebih ringan
bobot organnya tergantung
toksikan yang mempengaruhinya.
 Pemeriksaan mikroskopik
Mikroskop cahaya dapat
mendeteksi jenis kelainan
histologi, seperti perlemakan,
nekrosis, sirosis, nodul
hiperplastik dan neoplasia.
Sedangkan mikroskop elektron
dapat mendeteksi perubahan
struktur subsel hati, perubahan
biokimia serta dapat
menggambarkan cara kerja
toksikan.
 Uji Biokimia
Dengan melakukan pemeriksaan
enzim serum dapat menggambarkan
kerusakan hati. Bila ada kerusakan
hati, enzim-enzim akan dilepaskan
ke dalam darah dari sitosol dan
organel sel hati. Enzim ini meliputi
alkalin fosfatase, leusin peptidase,
glutamil transferase, SGOT, SGPT,
dll.
Kadar bilirubin dalam darah
merupakan indeks fungsi hati,
THE END
Tugas Presentasi

 Toksikologi Logam berat


 Toksikologi bahan tambahan makanan
 Uji toksisitas Akut
 Uji toksisitas terhadap ginjal
 Uji toksisitas terhadap Lambung
 Uji toksisitas terhadap Otak
 Uji toksisitas teratogenik
 Uji toksistas terhadap Reproduksi

Anda mungkin juga menyukai