Jejas adalah penyesuaian sel terhadap suatu tekanan yang berubah-ubah hingga suatu
tekanan melampaui adaptasi sel tersebut.
B Etiologi jejas
1 Deprivasi Oksigen / Hipoksia
Mengganggu respirasi oksidatif dan penyebab jejas tersering dan terpenting serta
menyebabkan kematian.
2 Bahan Kimia
Semua bahan kimia dapat menyebabkan jejas.
3 Agen Infeksius
Contoh: virus, cacing, riketsia, bakteri, fungi, protozoa.
4 Reaksi Immunologi
Reaksi yang sengaja/tdk sengaja menyebabkan jejas. Co: Anafilaksis thdp protein asing/suatu
obat.
C Jenis-jenis:
1 Reversibel
Iskemia
2 Irreversibel
D Bentuk Jejas:
1 Jejas Iskemik dan Hipoksik
Iskemia terjadi karena berkurangnya aliran darah pada pembuluh darah jaringan
tertentu.
Proses penting yang berperan pada kerusakan jaringan pada infark miokard dan
serebral, tetapi juga dapat menerima intervensi terapeutik.
- penuaan selular
Nekrosis
Terjadi setelah suplai darah hilang atau setelah terpajan toksik dan ditandia dengan
pembengkakan sel, denaturasi protein, dan kerusakan organela. Jalur lintas kematian
sel tersebut dapat dapat menyebabkan disfungsi berat jaringan.
Apoptosis
Terjadi sebagai akibat program bunuh diri yang dikontrol secara internal, setelah sel
mati yang disingkirkan dengan gangguan minimal dari jaringan sekitarnya. Keadaan
tersebeut terjadi dalam kondisi fisiologis, saat sel yang tidak dikehendaki dieliminasi
(missal, embryogenesis) dan dalam berbagai kondisi patologis (misal, kerusakan
akibat mutasi yang tidak dapat diperbaiki)
Pada pemberian barbiturat terjadilah adaptasi yang disebabkan oleh induksi penambahan
volume SER hepatosit, yang memetabolisme obat melalui system oksidase fungsi campuran
P-450. Lalu barbiturate dan zat lain menginduksi sintesis lebih banyak enzim dan SER.
Sehingga dapat dikatakan efektif dengan modifikasi obat. Jadi, pasien yang menambah
asupan alcoholnya sambil memakai obat fenobarbital untuk epilepsinya, dapat diakhiri
dengan pengobatan antikejang berkadar subterapeutik.
Perubahan Mitokondrial
Mitokondria dapat berukuran sangat besar (megamitokondria), seperti yang tampak pada
hepatosit dalam berbagai defisiensi nutrisi dan penyakit hati alkoholik. Pada penyakit
metabolic otot rangka yang diturunkan tertentu, terdapat miopati mitokondrial, defek pada
metabolisme mitokondria yang disertai peningkatan sejumlah mitokondria besar yang tak
biasa, yang mengandung krista abnormal.
Abnormalitas Sitoskeletal
Perubahan dapat direfleksikan dengan suatu gambaran dan fungsi sel abnormal, gerakan
organel intrasel yang menyimpang, defek gaya gerak sel, atau akumulasi material fibrilar
intraselular. Misalnya , perturbasi, seperti pada organisasi mikrotubulus, dapat menyebabkan
sterilitas dengan menghambat motilitas sperma dan imobilitassilia epitel respirasi,
menyebabkan infeksi kronik akibat defek (kerusakan) pada pembersihan bakteri yang
terihanlasi (sindrom kartagener atau sillia immotile).
Protein syok panas diinduksi setelah rangsangan berbahaya yang berperan penting dalam
pelipatan kembali polipeptida yang mengalami denaturasi, untuk memperbaiki fungsinya
sebelum menimbulkan disfungsi atau kematian sel yang serius. Kesalahan pelipatan atau
kesalahan tujuan protein dapat berperan sentral pada berbagai penyakit, amiloidosis, serta
gangguan neurodegenerative seperti penyakit Creutzfeldt-jakob dan penyakit Alzheimer.
C Akumulasi Intraseluler
Pada beberapa kondisi, sel dapat mengakumulasikan sejumlah zat abnormal.
Akumulasi tersebut dapat membahayakan atau dapat menyebabkan berbagai tingkat ceder.
Lokasi substansi tersebut mungkin di dalam sitoplasma, organel (khususnya lisosom) atau
dalam nucleus.
Terdapat tiga jalur umum yang selnya dapat menambah akumulasi intrasel abnormal
Zat normal diproduksi dengan kecepatan normal atau kecepatan meningkat, tetapi
kecepatan metabolic tidak adekuat untuk menyingkirkannya. Suatu contoh untuk jenis
proses tersebut adalah perlemakan hati.
Zat endogen normal atau abnormal menumpuk karena defek genetik atau didapat pada
metabolism, pengemasan, transport atau sekresinya. Satu jalur metabolic
spesifik;gangguan yang dihasilkan disebut penyakit simpanan. Pada kasus lain, mutasi
menyebabkan defek pelipatan dan transport, dan akhirnya akumulasi protein.
Zat eksogen abnormal disimpan dan menumpuk karena sel tidak memiliki mesin
enzimatik untuk mendegradasi zat, dan juga tidak mampu mengangkutnya ke tempat
lain. Akumulasi partikel karbon atau silica merupakan contoh jenis perubahan
tersebut.
(gambar
dari buku patologi hal.19)
Kolesterol dan Ester Kolestril. Metabolism kolesterol selular diatur ketat untuk memastikan
sintesis membrane sel normal tanpa akumulasi intrasel yang berarti. Namun, sel fagositik bisa
menjadi sangat terbebani dengan lipid (trigliserida, kolesterol dan ester kolestril) pada
beberapa proses patologik yang berbeda.
Protein. Secara morfologis, akumulasi protein yang terlihat lebih jarang terjadi
dibandingkan akumulasi lipid; akumulasi protein dapat terjadi karena kelebihan protein di
sajikan pada sel aau karna sel menyintesis protein dalam jumlah yang berlebih.
Glikogen . deposit glikogen intrasel yang berlebih yang disebabkan oleh abnormalitas
metabolism glukosa atau glikogen. Pada diabetes mellitus yang tidak terkontrol baik, contoh
utama penyimpangan metabolisme glukosa adalah akumulasi glikogen di eptel tubulus ginjal,
miosit jantung, dan sel beta pada pulau langerhans.glikogen juga berakumulasi dalam sel di
sekelompok gangguan genetik yang terkait erat yang secara kolektif disebut penyakit
penimbuinan glikogen, atau glikogenesis. Pada penyakit tersebut , defek enzim pada sintesis
atau pemecahan glikogen menghasilkan penimbunan massif, dengan cedera sekunder dan
kematian sel.
Pigmen. Pigmen merupakan substansi berwarna yang bersifat eksogen , berasal dari luar
tubuh , atau endogen , dapat di produksi oleh tubuh.
D. Kalsifikasi Patologi
Kalsifikasi Distrofik. Di temukan di berbagai area nekrosis jenis apapun. Kalsifikasi ini
sebenarnya pasti terjadi pada ateroma aterosklerosis lanjut, area jejas intima di aorta dan
arteri besar yang ditandai dengan akumulasi lipid, walaupun hanya dapat menggambarkan
bukti jejas sel terlebih dahulu, kalsifikasi distrofik sering merupakan penyebab disfungsi
organ. Missal, kalsifikasi kuspal berkembang pada penuaan atau katup jantung yang rusak,
yang menyebabkan gangguan gerakan katup yang berat. Kalsifikasi distrofik katup aorta
merupakan penyebab penting stenosis aorta pada orang tua
Kalsifikasi metastasis.dapat
terjadi pada jaringan normal
setiap kali ada
hiperkalsemia.empat penyebab
utama hiperkalsemia:
1 peningkatan sekresi hormone paratiroid, akibat tumor paratiroid primer atau produksi
oleh tumor ganas lain; (2) destruksi tulangakibat pengaruh penggantian yang
terakselerasi ( misalnya, penyakit paget), imobilisasi atau tumor (peningkatan
katabolisme tulang yang disebabkan oleh multiple myeloma,leukemia,atau metastasis
skeletal difus); (3) gangguan yang berhubungandengan vitamin D, termasuk
intoksikasi vitamin D dan sacoidosis (makrofag mengaktifkan perkusorvitamin D);
dan (4)gagal ginjal,yang retensi fosfatnya menimbullkan hiperparatiroidisme
sekunder.
Efek pertama hipoksia adalah pada respirasi sel, yaitu fosforilasi oksidatif oleh mitokondria
sebagai akibat penurunan tegangan oksigen, pembentukan ATP intrasel jelas berkurang. Hasil
deplesi ATP mempunyai efek luas pada banyak sistem dalam sel
Aktivitas "pompa natrium" yang diatur ATP membran plasma menlrrltn, selanjutnya
terjadi akumulasi natrium intrasel dan difusi kaiium keluar sel. Perolehan bersih solut
natrium disertai hasil isosmotik cairan, menyebabk an pembengknkan sel. Kondisi ini
dieksaserbasi oleh peningkatan beban osmotik dari akumulasi metabolit lain, seperti
fosfat anorganik, asam laktat, dan nukleosida purin.
Glikolisis anaerob meningkat karena ATP berkurang dan disertai peningkatan adenosine
fosfofruktokinase. jalur glikolisis ini dirancang evolusionar untuk mempertahankan energi
sel dengan membentnk ATP dari glikogen, dan aktivasinya menimbulkan deplesi cepat
cadangan glikogen, yang secara histologis jelas kelihatan dengan berkurangnya pewarnaan
untuk karbohidrat . Peningkatan glikolisis juga menyebabkan akumulasi asam laktat dan
fosfat akibat hidrolisis ester fosfat, jadi menurunkan pH intrasel. Penurunan kadar pH dan
ATP menyebabkan ribosom lepas dari retikulum endoplasma kasar. (RER) dan polisom untuk
berdisosiasi menjadi monosom, dengan akibatnya terjadi penurunan sintesis protein. Jika
hipoksia tidak dihilangkan, perburukan fungsi mitokondria dan peningkatan permeabilitas
membran selanjutnya menyebabkan kerusakan morfologik. Apabila sitoskeleton rusak,
gambaran ultrastruktur seperti mikrovili hilang, dan permukaan sel akan "menggelembung".
Mitokondria, retikulum endoplasma, dan semua sel biasanya tampak membengkak karena
pengaturan osmotik hilang. Jika oksigen diperbaiki, semua gangguan yang telah disebut akan
rerversibel. nantinya,, jika iskemik tetap terjadi, jejas yang ireversibel mengikuti.
Jejas sel karena radikal bebas terutama akibat induksi spesies oksigen merupakan
mekanis penting dalam kerusakan sel.
Radikal merupakan spesiess kimiawi dengan elektron tak berpasangan di orbital
terluar.
Sifat-sifat radikal bebas :
a Sangat tidak stabil dan mudah bereaksi dengan zat kimia organik maupun
anorganik.
b Didalam sel, sering menyerang dan mendegradasi asam nukleat dan molekul
membran.
c Menginisiasi reaksi autokatalitik.
d Molekul yang berinteraksi dengan radikal bebas, akan diubah menjadi radikal
bebas juga.
e Fungsi positif radikal bebas diantaranya :
Bagian normal respirasi, aktivitas seluler rutin, sebagai pertahanan mikroba.
Lemak tak jenuh mudah terkena radikal dari O2 interaksi radikal bebas
menghasilkan peroksida yang tak stabil & reaktif terjadi rantai autokatalitik (suatu
rekasi yang dihasilkan dari reaksi itu sendiri).
A Fragmentasi DNA :
Radikal bebas bergabung dengan timin DNA untai tunggal rusak pembunuhan sel
berubah menjadi ganas.
B Ikatan silang protein :
Radikal bebas mencetuskan ikatan silang protein peningkatan kecepatan degradasi
fragmentasi polipeptida.
Kecepatan kerusakan spontan meningkat bermakna oleh kerja superoksida dismutase (SOD)
yang ditemukan pada banyak tipe sel.
a Glutation (GSH) peroksidase juga melindungi sel agar tidak mengalami jejas dengan
mengkatalisis perusakan radikal bebas.
b Katalase terdapat dalam peroksisom. Langsung mendegradasi hidrogen peroksida.
c Antioksidan eksogen dan endogen juga dapat menghambat pertumbuhan radikal
bebas.
d Zat besi dan tembaga yang di ionisasi bebas dapat mengatalisis pembentukan spesies
oksigen reaktif.
- Pada kondisi ini, kerusakan terbesar tertahan oleh sel yang menggunakan,
mengabsorbsi, mengeksresi, atau mengkonstrasikan senyawa.
4 Adaptasi Sel
A Definisi dan Jenis
Meskipun dalam keadaan normal, sel harus secara konstan beradaptasi terhadap perubahan di
lingkungan.
Adaptasi fisiologis biasanya mewakili respons sel terhadap perangsangan normal oleh
hormone atau mediator kimiawi endogen.
Adaptasi patologik sering berbagi mekanisme dasar yang sama, tetapi memungkinkan sel
untuk mengatur lingkungannya, dan idealnya melepaskan diri dari cedera.
Secara umum, adaptasi sel adalah kondisi baru untuk kelangsungan hidup.
1 ATROFI
Atrofi adalah mengecilnya ukuran sel namun jumlah sel tetap. Hal ini terjadi karena
beberapa sebab. Contohnya berkurangnya beban kerja, hilangnya persarafan,
berkurangnya suplai darah, malnutrisi, hilangnya rangsangan endokrin, dan penuaan.
Gambar. A. otak normal. B. Otak yang telah mengalami atrofi
2 Hipertrofi
Hipertrofi adalah pembesaran ukuran sel namun jumlah sel tetap. Hipertrofi dapat
bersifat fisiologis atau patologik. Hipertrofi fisiologis dapat dilihat pada seorang
binaragawan angkat beban yang terdapat hipertrofi pada setiap sel otot skelet karena
peningkatan beban kerja. Sedangkan hipertrofi patologik dapat ditemukan pada
pembesaran otot jantung (myocardium) yang biasanya terjadi pada penderita
hipertensi
3 Hiperplasia
Hiperplasia adalah bertambahnya jumlah sel, namun ukuran tetap. Hiperplasia
fisiologis contohnya adalah proliferasi epitel kelenjar payudara pada wanita hamil
atau perempuan saat pubertas. Hyperplasia patologik dapat terjadi pada kelenjar
prostat. Bertambahya sel pada prostat menyebabkan tertutupnya saluran uretra
sehingga urin sukar dikeluarkan
Gambar. Hyperplasia prostat
4 Metaplasia
Metaplasia adalah perubahan suatu sel menjadi jenis sel lain yang lebih mampu
bertahan pada lingkungan/kondisi yang dihadapi. Metaplasia diperkirakan berasal dari
pemrograman kembali genetik sel stem epitelial atau sel mesenkim jaringan ikat
yang tidak berdiferensiasi. Contoh metaplasia adalah pada penderita refluks lambung
kronik, epitel skuamosa bertingkat normal pada esophagus bawah dapat mengalami
transformasi metaplastik menjadi epitel silindris tipe usus halus/lambung.
B Inflamasi Akut
Inflamasi akut adalah radang yang berlangsung relatif singkat dari beberapa menit
sampai beberapa hari dan ditandai dengan eksudasi cairan dan protein plasma serta akumulasi
leukosit neutrofilik yang menonjol.
Perubahan Vaskular
Perubahan pada kaliber dan aliran darah pembuluh darah. Perubahan ini
relatif lebih cepat setelah jejas terjadi, tetapi dapat berkembang dengan kecepatan
yang beragam, bergantung pada sifat dan keparahan jejas asalnya.
1 Setelah vasokontriksi (beberapa detik), terjadi vasodilatasi arteriol yang
mengakibatkan peningkatan aliran darah dan penyumbatan lokal (hiperemia) pada
aliran darah dan kapiler selanjutnya. Pelebaran pembuluh darah ini merupakan
penyebab timbulnya warna merah (eritema) dan hangat yang secara khas terlihat
pada inflamasi akut.
2 Selanjutnya, mikrovaskulatur menjadi lebih permeabel mengakibatkan masuknya
cairan kaya protein ke dalam jaringan ekstravaskular. Hal ini menyebabkan sel
darah merah menjadi lebih terkonsentrasi dengan baik sehingga meningkatkan
viskositas darah dan memperlambat sirkulasi. Secara mikroskopik perubahan ini
digambarkan oleh dilatasi pada sejumlah pembuluh darah kecil yang dipadati oleh
eritrosit. Proses tersebut dinamakan stasis.
3 Saat terjadi stasis, leukosit (terutama neutrofil) mulai keliuar dari aliran darah dan
berakumulasi di sepanjang permukaan endotel pembuluh darah.
C Inflamasi Kronik
Inflamasi kronik dianggap sebagai inflamasi memanjang, dan terjadi inflamasi aktif,
jejas jaringan, & penyembuhan secara serentak.
Ditandai dgn hal berikut :
Infiltrasi sel mononuklear (radang kronik), mencakup makrofag, limfosit,
& sel plasma.
Destruksi jaringan, sebagian besar diatur oleh sel radang.
Repair (perbaikan), melibatkan proliferasi pembuluh darah baru
(angiogenesis) dan fibrosis.
1 Infeksi virus
2 Infeksi mikroba persisten
ditandai dgn adanya serangkaian mikroorganisme terpilih, termasuk mikrobakterium
(basilus tuberkel), Treponema pallidum, dan fungus tertentu .Organisme ini memiliki
patogenisitas langsung yang lemah, tapi dapat menimbulkan respon imun yang
disebut hipersensitivitas lambat, yang bisa berpuncak pada suatu raksi granulomatosa.
MAKROFAG
merupakan sel jaringan yang berasal dari monosit dalam sirkulasi setelah beremigrasi
dari aliran darah.
1 menyaring terhadap bahan berukuran partikel, mikroba, & sel yang mengalami proses
kematian / senescent (disebut jg sist.fagosit mononuklear)
2 Sebagai sentinel untuk memperingatkan komponen spesifik sist.imun (limfosit T & B)
terhadap rangsang yang berbahaya.
LIMFOSIT T & B
limfosit dimobilisasi pada keadaan setiap ada rangsang imun spesifik (yaitu infeksi),
dan pd inflamasi yg diperantarai nonimun (yaitu krn infark atau trauma jaringan) .
SEL PLASMA
Merupakan produk akhir dari aktivasi sel B yang mengalami diferensiasi akhir
sel plasma dapat menghasilkan antibodi yang diarahkan untuk melawan antigen di
tempat radang atau melawan komponen jaringan yang berubah.
EOSINOFIL
secara khusus ditemukan di tempat radang sekitar terjadinya infeksi parasit atau
sebagai bagian reaksi imun yang diperantarai oleh IgE, yg berkaitan khusus dengan
alergi.
SEL MAST
Merupakan sel sentinel yang tersebar luas dalam jaringan ikat di seluruh tubuh &
dapat berperan serta dalam respons radang akut maupun kronik.
sel mast dipersenjatai dengan IgE terhadap antigen tertentu. Bila antigen ditemukan,
sel mast sebelum dipersenjatai dipicu untuk melepaskan histamin & metabolit AA yg
menyebabkan perubahan vaskular dini pada inflamasi akut.
sel mast juga dapat mengelaborasi sitokin, seperti TNF, sehingga berperan pada
respons kronik yang lebih besar.
Merupakan pola inflamasi kronik khusus, yang ditandai degan agregasi makrofag
teraktivasi yang gambarannya menyerupai sel skuamosa.Granuloma ditemukan relatif
sedikit pada keadaan patologis.Granuloma dapat terbentuk pada keadaan respons sel T
yang persisten terhadap mikroba tertentu, yang sitokinnya berasal dari sel T, bertanggung
jawab atas aktivasi makrofag persisten.Tuberkulosis merupakan penyakit berpola dasar
granulomatosa krn infeksi & seharusnya sll disingkirkan sbg penyebab pd saat
granuloma teridentifikasi.
Saluran dan kelenjar getah bening menyaring dan mengatur cairan ekstravaskular.
Bersama sistem fagosit mononuklear merupakan lini pertahanan sekunder yang
berperan saat reaksi radang lokal gagal menetralkan cedera.Merupakan saluran halus
yang sukar terlihat pada potongan jaringan biasa karena mudah sekali kolaps, kecuali
bila terisi cairan edema dan leukosit yang masuk sirkulasi
Inflamasi Serosa
Ditandai dengan keluarnya cairan yang berair dan relatif sedikit protein (efusi) yang
dibentuk dari serum atau sekresi sel mesotelium yang melapisi rongga peritoneum,
pleura, dan perikard.Terakumulasi dalam atau di bawah epidermis kulit.Contoh: lepuh
karena infeksi luka bakar atau virus
Inflamasi Fibrinosa
Terlihat dengan sejumlah besar eksudat purulen (pus).Abses merupakan sekumpulan pus
lokal yang dapat disebabkan oleh penyemaian piogenik oleh infeksi sekunder fokus
nekrotik.Abses memiliki daerah nekrotik sentral yang dikelilingi neutrofil disertai zona
yang mengalami proliferasi fibroblastis
Ulserasi
Menunjukkan tempat inflamasi yang permukaan epitelnya telah menjadi nekrotik dan
terkikis karena inflamasi akut dan kronik subepite.Dapat terjadi akibat cedera toksik atau
traumatik pada permukaan epitel atau akibat gangguan vascular.Pada lambung dan
duodenum terdapat ulkus peptik, yang memperlihatkan infiltrat neutrofilik padat serta
dilatasi vascular. Pada lesi kronik mengalami proliferasi fibroblastik, pembentukan
jaringan parut dan akumulasi sel radang kronik
- Demam
- peningkatan somnolen
- malaise
- anoreksia
- degradasi protein otot skelet yang dipercepat
- hipotensi
- sintesis hepatik berbagai protein
B.Mekanisme
Pemulihan jaringan melibatkan dua proses, yakni regenerasi jaringan parenkim dan
penggantian oleh jaringan ikat (fibrosis) yang disebut juga pembentukan jaringan parut.
1 REGENERASI SEL
Pengendalian pertumbuhan dan diferensiasi sel. Pemulihan jaringan yang cedera
dilakukan dengan pemusnahan dan pembuangan jaringan yang rusak.
Meningkatnya jumlah sel dalam populasi, dapat terjadi karena :
Peningkatan proliferasi
Penurunan kematian
Diferensiasi sel
Berdasarkan kemampuan regenerasi serta hubungannya terhadap siklus sel, sel tubuh
dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu:
1 Sel labil
Sel yang terus membelah (dan terus-menerus mati). Sel yang membelah secara
konstan terus mengalami siklus dari satu mitosis ke mitosis berikutnya. Sel labil
meliputi sel-sel sumsum tulang dan juga mewakili sebagian besar epitel permukaan.
2 Sel stabil
Dalam keadaan normalnya, sel ini di anggap istirahat (atau hanya mempunyai
kemampuan replikasi rendah), tetapi mampu membelah diri dengan cepat dalam hal
merespons cedera. Sel stabil menyusun parenkim pada jaringan kelenjar yang paling
padat, yaitu hati, ginjal, pankreas, dan sel endotel yang melapisi pembuluh darah,
serta fibroblas dan sel jaringan ikat otot polos (mesenkim).
3 Sel permanen
Sel yang tidak dapat diganti bila rusak, tidak mempunyai kemampuan membelah
setelah kehidupan pascakelahiran. Yang termasuk kategori ini adalah sebagian besar
neuron dan sel otot jantung. Oleh karena itu, cedera pada otak atau jantung bersifat
ireversibel dan hanya menimbulkan jaringan parut karena jaringan tidak dapat
berproliferasi.
Pertumbuhan dan diferensiasi sel bergantung pada sinyal ekstrasel yang berasal dari mediator
terlarut dan matriks ECM.
1 Mediator Terlarut
Mediator yang berperan menyampaikan rangsang ke inti sel terdiri dari sinyal
terlarut dan sinyal tak terlarut yang diperantarai sitoskeleton. Meskipun banyak
mediator kimiawi mepengaruhi pertumbuhan sel, yang terpenting adalah faktor
pertumbuhan polipeptida yang beredar di dalam serum atau diproduksi secara lokal
oleh sel.
Peran reseptor pada proses regenerasi sel adalah sebagai bagian yang
berfungsi menangkap dan mengolah sinyal pertumbuhan yang di kendalikan oleh
Matriks Ekstraseluler (ECM). Matriks ekstraseluler mrupakan kompleks
makromolekul yang mengalami remodeling secara dinamis dan konstan, menyusun
ruang di sekeliling sel. Selain itu matriks ekstraseluler juga sebagai penyokong
mekanis untuk berlabuhnya sel, pemeliharaan diferensiasi sel, dan terpenting sebagai
pengendali pertumbuhan sel. Reseptor yang berperan dalam menangkap sinyal dari
matriks ekstraseluler adalah reseptor pertumbuhan. Reseptor ini akan meneruskan
rangsangan ke inti sel melalui mediator.
Terdapat empat jenis reseptor permukaan sel yang umum :
a Reseptor kanal ion
Pengikatan ligan mengubah konformasi reseptor sehingga ion spesifik
dapat melewatinya. Hal ini dapat mengakibatkan perubahan pada potensi
listrik yang melewati sel. Contohnya adalah reseptor asetilkolin pada
penghubung saraf otot.
b Reseptor dengan aktivitas kinase intrinsik
Reseptor ini biasanya merupakan molekul transmembran dimer dengan
suatu daerah pengikatan ligan ekstrasel; pengikatan ligan menyebabkan
dimerisasi stabil disertai fosforilasi selanjutnya yang saling
menguntungkan pada subunit reseptor. Yang terlibat dalam pemberian
sinyal intrasel pada berbagai faktor pertumbuhan, yaitu faktor
pertumbuhan epidermis (EGF, epidermal growth factor) dan faktor
pertumbuhan fibroblas (fibroblast growth factor).
c Reseptor protein G-berpasangan
Semua reseptor ini mengandung tujuh segmen transmembran; setelah
berikatan dengan ligan spesifiknya,reseptor tersebut berhubungan dengan
protein yang menghidrolisis GTP intrasel (sehingga dinamakan Reseptor
protein G-berpasangan). Reseptor dalam kategori ini meliputi reseptor
untuk epinefrin dan glukagon, serta kemokin.
d Reseptor tanpa aktivitas enzimatik intrinsik
Reseptor ini biasanya merupakan molekul transmembran monomer
dengan suatu daerah pengikatan ligan ekstrasel; interaksi ligan akan
menginduksi perubahan konformasional intrasel yang memungkinkannya
berhubungan dengan kinase protein intrasel dan mengaktifkannya.
Reseptor ini meliputi reseptor yang terlibat dalam aktivasi sitokin pada
sistem imun, serta reseptor eritropoietin.
3 Deposisi ECM
4 Remodeling
Angiogenesis
1 Proses yang jaringan pembluh darah primitif nya di bentuk dari angiobast
2 Proses saat pembuluh darah yang telah ada yang telah ada sebelum nya akan
mengeluarkan tunas kapiler untuk membentuk pembuluh darah baru
Protein ECM structural juga mengatur pembentukan tunas pembuluh darah pada
angiogenesis terutama melalui interaksi dengan integrin pada sel endotel yang bermigrasi
protein nonstructural berperan dalam proses tersebut dengan mendestabilkan interaksi sel
ECM untuk memudahkan migrasi sel yang berlanjut atau memecah ECM agar
memungkin kan terjadi nya remodeling
Menambah kerangka jaringan granulasi pada pembuluh dara baru dan ECM longgar yang
berkembang dini pada tempat pemulihan
3 TGF-
Perubahan dari jaringan granulasi menjadi jaringan parut melibatkan perubahan dalam
komposisi ECM bahkan setelah di sintesis dan deposisinya ECM jaringan parut akan
terus di ubah dan di lakukan remodeling
Hasil akhir dari setiap tahapan adalah keseimbangan antara sintesis dan degradasi ECM
Degradasikolagen dan komponen ECM lain nya di lakukan oleh suatu kelompok
metaloproteinase (di sebut demikian karena keterganungan pada ion seng untuk
melakukan aktivitas nya) metalloproteinase berbeda dengan elastase neutrofil,katepsin
G,plasmin,dan proteinase lain yang dapat pula memecah ECM tetapi nukan metaloenzim.
A Penyembuhan Primer
Penyembuhan suatu insisi bedah yang bersih dan tidak terinfeksi di sekitar jahitan bedah.
Proses ini disebut
penyembuhan primer.
Akibatnya, regenerasi epitel
menonjol daripada fibrosis.
Ruang insisi yang sempit
segera terisi oleh darah
bekuan fibrin, dehidrasi pada
permukaan menghasilkan
suatu keropeng yang
menutupi dan melindungi
tempat penyembuhan.
Dalam waktu 24 jam neutrofi akan muncul pada tepi insisi, dan bermigrasi
menuju bekuan fibrin. Dan mulai menunjukan peningkatan aktivitas mitosis.
Dalam waktu 24-48 jam, sel epitel dari kedua tepi irisan telah memulai
bermigrasi dan berploriferasi di sepanjang dermis dan mendepositkan
komponen membran basalis saat dalam perjalanannya.
Pada hari ke 3 neutrofil sebagian telah besar digantikan oleh makrofag dan
jaringan granulasi secara progresif menginvasi ruang insisi.
Pada hari ke 5 neovaskularisasi mencapai puncaknya karena jaringan
granulasi mengisi ruang insisi.
Selama minggu kedua penumpikan kolagen dan proliferasi fibroblas masih
berlanjut.
Pada akhir bulan pertama jaringan parut yang bersangkutan terdiri atas suatu
jaringan ikat sel yang sebagian besar tanpa disertai sel radang dan ditutupi
oleh suatu epidermis yang sangat normal.
B Penyembuhan Sekunder
Jika kehilangan sel atau jaringan terjadi lebih luas, seperti pada infark, ulserasi radang,
pembentukan abses, atau bahkan luka besar, proses pemulihannya menjadi lebih
kompleks.
Pada keadaan ini regenerasi sel parenkim saja tidak dapat mengembalikan arsitektur
asal.
Akibatnya terjadi pertumbuhan jaringan granulasi yang luas ke arah dalam dari tepi
luka, diikuti dengan penumpukan ECM serta pembentukan jaringan parut.
EGF atau TGF- bersifat mitogenik untuk sejumlah sel epitel dan fibroblas.
Merangsang pembelahan sel dengan berikatan pada reseptor tirosin kinase pada
membran sel.
TGF- mempunyai efek pleiotropik dan sering kali menimbulkan efek yang
bertentangan. Dihasilkan dalam bentuk inaktif oleh beragam jenis sel.
3.
Hiperplasia
- merupakan peningkatan jumlah sel
dalam organ atau jaringan.
- Hiperplasia Fisiologi :
1. Hiperplasia hormonal, ditunjukan denggan proliferasi epitel
kelenjar payudara perempuan saat masa pubertas dan
selama kehamilan.
2. Hiperplasia kompensatoris yaitu hiperplasia yang terjadi
saat sebagian jaringgan dibuang atau sakit. Misalnya saat
hepar direseksi sebagian.
- Hiperplasia Patologi :
Oleh karena stimulasi faktor pertumbuhan atau hormonal
yang berlebih.
1. Setelah periode menstruasi normal, terjadi ledakan aktivitas
endometrium yang diatur oleh hormon hipofisis dan estrogen
ovarium (hiperplasia fisiologi). Namun jika terjadi gangguan
keseimbangan antara estrogen dan progesteron, terjadi
hiperplasia endometrial, penyebab perdarahan menstruasi
abnormal.
4. Metaplasia
- Adalah perubahan reversibel pada perubahan tersebut satu
jenis sel dewasa yang digantikan oleh jenis sel dewasa lain.
- Jadi, yang selnya sensitif terhadap stres tertentu, digantikan
oleh jenis sel lain yang lebih mampu bertahan pada lingkungan
kebalikannya.
- Pada sel epitel : Misalnya perubahan sel epitel silindris
bersilia normal pd trakea dan bronkus, diganti dengan sel
epitel gepeng bertingkat, karena dianggap mampu bertahan
dibawah kondisi yang lebih rapuh (pada perokok kretek).
5. Displasia
- Abnormalitas perkembangan, dalam patologi ; berarti
perubahan ukuran, bentuk, dan organisasi sel-sel matur.
INFLAMASI
INFLAMASI
- Inflamasi akut
- Inflamasi kronik
-- Kalor ( panas)
-- Rubor ( kemerahan/erithema)
-- Dolor (nyeri)
NADPH oksidase
2O2 + NADPH 2O2- +
NADP+ + H+
O2- + H+ H2O2
H2O2 H2O + O2
Mediator hanya dapat kerja pada satu atau sangat mempunyai sedikit
target, atau dapat memmpunyai aktivitas luas ; bisa terdapat perbedaan
hasil yang sangat besar bergantng pada jenis yang dipengaruhi
Alasan utama chek and balance adalah bahwa setiap sebagian besar
mediator memiliki potensi untuk menyebabkan efek yang berbahaya.
Amina Vasoaktif
Histamin
Serotonin: ( 5 hidroksitriptamin)
neuropeptide:
PROTEASE PLASMA
Fenomena pada inflamasi akut
Trombin memiliki efek yang bermakna pada banyak sel dan jalurnya
( adhesi leukosit, permeabilitas vaskular,kemotaksis)
1 Jalur siklooksigenase
2 Jalur lipoksigenase
oleh krn itu, trombosit tdk dpt membentuk sendiri lipoksin A 4 dan
B4 (LXA4 dan LXB4), tp dpt membentuk metabolit dr LTA 4 intermedia yg
berasal dr neutrofil yg berdekatan. Lipoksin memiliki 2 cara krj, baik
pro- maupun antiinflamasi. Contoh, LXA 4 menyebabkan vasodilatasi &
melawan vasokontriksi yg distimulasi oleh LTC4; aktivitas lainnyua
adalah menginhibisi kemotaksis dan adhesi neutrofil sambil
merangsang adhesi monosit.hubungan kebalikan antara pembentukan
lipoksin dan leukotrien mengesankan bahwa lipoksin dpt menjadi
regulator negatif endogen alami dr krj leukotrien.
Kerja Eikosanoid
Pada Inflamasi
Sitokin yang terdapat pada imunitas bawaan yaitu respon primer terhadap
rangsang yang membahayakan
Vaso dilatasi
Prostaglandin
Nitrit oksida
Bradikinn
Leukotrien c4,D4,E4
C5a
Leukotrien B4
Nyeri
Prostaglandin
Bradikinin
kerusakan jaringan
Metabolit oksigen
Nitrit oksida
Resolusi
o Prosesnya meliputi:
Bisa terjadi setelah inflamasi akut ,walaupun tanda inflamasi kronik dapat
muncul pada awal jejas( misal pd infeksi virus) inflamasi kronik dapat diikuti oleh
generasi pada struktur dan fungsi normal atau bisa menimbulkan jaringan parut.