Anda di halaman 1dari 53

A Definisi Jejas

Jejas adalah penyesuaian sel terhadap suatu tekanan yang berubah-ubah hingga suatu
tekanan melampaui adaptasi sel tersebut.

B Etiologi jejas
1 Deprivasi Oksigen / Hipoksia
Mengganggu respirasi oksidatif dan penyebab jejas tersering dan terpenting serta
menyebabkan kematian.
2 Bahan Kimia
Semua bahan kimia dapat menyebabkan jejas.
3 Agen Infeksius
Contoh: virus, cacing, riketsia, bakteri, fungi, protozoa.
4 Reaksi Immunologi
Reaksi yang sengaja/tdk sengaja menyebabkan jejas. Co: Anafilaksis thdp protein asing/suatu
obat.

C Jenis-jenis:
1 Reversibel

Iskemia

2 Irreversibel

Nekrosis koagulatif iskemik


Terjadi koagulasi (pembekuan) unsur protein intrasel. Kerangka sel mati masih
berbentuk baik. Daerah infark menjadi padat, pucat. Selanjutnya akan mjd lunak krn
kerja makrofag digestif.
Contoh: Degenerasi hialin pada infeksi Salmonella typhosa

D Bentuk Jejas:
1 Jejas Iskemik dan Hipoksik

Iskemia terjadi karena berkurangnya aliran darah pada pembuluh darah jaringan
tertentu.

Iskemia mencederai jaringan lebih cepat dibandingkan hipoksia.

Efek Hipoksia pd reaksi aerobik sel, yaitu FO oleh mitokondria.

2 Jejas Iskemia & Reperfusi

Proses penting yang berperan pada kerusakan jaringan pada infark miokard dan
serebral, tetapi juga dapat menerima intervensi terapeutik.

3 Jejas Sel yang Direduksi Radikal Bebas


Mekanisme penting kerusakan sel.

Kerusakan radikal bebas mendasari:

- cedera zat kimia & radiasi

- toksisitas oksigen & gas lain

- penuaan selular

- pembunuhan mikroba oleh sel fagositik

2. Bentuk dan Morfologi Kerusakan Sel

A. Pola Kerusakan Sel


Dua pola kerusakan sel telah dikenal; pola tersebut mempunyai mekanisme yang
berbeda, tetapi terdapat juga pertimbangan yang tumpang tindih diantara dua proses:

Nekrosis
Terjadi setelah suplai darah hilang atau setelah terpajan toksik dan ditandia dengan
pembengkakan sel, denaturasi protein, dan kerusakan organela. Jalur lintas kematian
sel tersebut dapat dapat menyebabkan disfungsi berat jaringan.

Apoptosis
Terjadi sebagai akibat program bunuh diri yang dikontrol secara internal, setelah sel
mati yang disingkirkan dengan gangguan minimal dari jaringan sekitarnya. Keadaan
tersebeut terjadi dalam kondisi fisiologis, saat sel yang tidak dikehendaki dieliminasi
(missal, embryogenesis) dan dalam berbagai kondisi patologis (misal, kerusakan
akibat mutasi yang tidak dapat diperbaiki)

B Respon Seluler Terhadap Kerusakan


Katabolisme Lisomonal
Lisosom terlibat dalam pemecahan material yang akan dicerna dengan dua cara yaitu
heterofagi dan autofagi.
Heterofagi
Paling mencolok dalam fagosit professional bakteri dicerna dan di degradasi oleh
neutrofil dan makrofag menelan dan mengatabolisme sel nekrotik.

Endositosis : pengambilan material secara umum.


Fagositosis : pengambilan material yang berukuran lebih besar.
Pinositosis : pengambilan material yang dapat larut dan berukuran lebih
kecil.
Autofagi
Terlibat dalam penyingkiran organel rusak atau mati dan perbaikan sel yang disertai
oleh diferensiasi sel, biasanya terjadi pada sel yang mengalami atrofi, yang diinduksi
oleh kekurangan zat gizi atau hormone. Seperti pada sel otak manusia yang
mengalami pengerutan di autofagi untuk disingkirkan agar tidak menganggu sel
sekitarnya dan di perbaiki jika memungkinkan.

Induksi (hipertropi) Retikulum Endoplasma Halus

Pada pemberian barbiturat terjadilah adaptasi yang disebabkan oleh induksi penambahan
volume SER hepatosit, yang memetabolisme obat melalui system oksidase fungsi campuran
P-450. Lalu barbiturate dan zat lain menginduksi sintesis lebih banyak enzim dan SER.
Sehingga dapat dikatakan efektif dengan modifikasi obat. Jadi, pasien yang menambah
asupan alcoholnya sambil memakai obat fenobarbital untuk epilepsinya, dapat diakhiri
dengan pengobatan antikejang berkadar subterapeutik.

Perubahan Mitokondrial

Mitokondria dapat berukuran sangat besar (megamitokondria), seperti yang tampak pada
hepatosit dalam berbagai defisiensi nutrisi dan penyakit hati alkoholik. Pada penyakit
metabolic otot rangka yang diturunkan tertentu, terdapat miopati mitokondrial, defek pada
metabolisme mitokondria yang disertai peningkatan sejumlah mitokondria besar yang tak
biasa, yang mengandung krista abnormal.

Abnormalitas Sitoskeletal

Perubahan dapat direfleksikan dengan suatu gambaran dan fungsi sel abnormal, gerakan
organel intrasel yang menyimpang, defek gaya gerak sel, atau akumulasi material fibrilar
intraselular. Misalnya , perturbasi, seperti pada organisasi mikrotubulus, dapat menyebabkan
sterilitas dengan menghambat motilitas sperma dan imobilitassilia epitel respirasi,
menyebabkan infeksi kronik akibat defek (kerusakan) pada pembersihan bakteri yang
terihanlasi (sindrom kartagener atau sillia immotile).

Protein Syok Panas

Protein syok panas diinduksi setelah rangsangan berbahaya yang berperan penting dalam
pelipatan kembali polipeptida yang mengalami denaturasi, untuk memperbaiki fungsinya
sebelum menimbulkan disfungsi atau kematian sel yang serius. Kesalahan pelipatan atau
kesalahan tujuan protein dapat berperan sentral pada berbagai penyakit, amiloidosis, serta
gangguan neurodegenerative seperti penyakit Creutzfeldt-jakob dan penyakit Alzheimer.

C Akumulasi Intraseluler
Pada beberapa kondisi, sel dapat mengakumulasikan sejumlah zat abnormal.
Akumulasi tersebut dapat membahayakan atau dapat menyebabkan berbagai tingkat ceder.
Lokasi substansi tersebut mungkin di dalam sitoplasma, organel (khususnya lisosom) atau
dalam nucleus.

Terdapat tiga jalur umum yang selnya dapat menambah akumulasi intrasel abnormal

Zat normal diproduksi dengan kecepatan normal atau kecepatan meningkat, tetapi
kecepatan metabolic tidak adekuat untuk menyingkirkannya. Suatu contoh untuk jenis
proses tersebut adalah perlemakan hati.
Zat endogen normal atau abnormal menumpuk karena defek genetik atau didapat pada
metabolism, pengemasan, transport atau sekresinya. Satu jalur metabolic
spesifik;gangguan yang dihasilkan disebut penyakit simpanan. Pada kasus lain, mutasi
menyebabkan defek pelipatan dan transport, dan akhirnya akumulasi protein.
Zat eksogen abnormal disimpan dan menumpuk karena sel tidak memiliki mesin
enzimatik untuk mendegradasi zat, dan juga tidak mampu mengangkutnya ke tempat
lain. Akumulasi partikel karbon atau silica merupakan contoh jenis perubahan
tersebut.
(gambar
dari buku patologi hal.19)

Perlemakan (steatosis). Perlemakan menunjukkan setiap akumulasi abnormal trigliserida


dalam sel parenkim. Walaupun perlemakan merupakan indicator jejas yang reversible,
kadang-kadang dengan sel yang mengalami nekrosis.Perlemakan sering terlihat di hati karena
merupakan organ utama yang terlibat dalam metabolism lemak, tetapi juga dapat terjadi di
jantung,otot rangka,ginjal, dan organ lain. Steatosis dapat disebabkan oleh toksin, malnutrisi
protein, diabetes mellitus, obesitas dan anoreksia. Namun demikian penyalahgunaan alcohol
tidak diragukan lagi merupakan penyebab utama perlemakan hati.

Kolesterol dan Ester Kolestril. Metabolism kolesterol selular diatur ketat untuk memastikan
sintesis membrane sel normal tanpa akumulasi intrasel yang berarti. Namun, sel fagositik bisa
menjadi sangat terbebani dengan lipid (trigliserida, kolesterol dan ester kolestril) pada
beberapa proses patologik yang berbeda.

Macrofag scavenger (makrofag yang menggangu reaksi kimia) berkontak dengan


debris lipid sel nekrotik atau bentuk abnormal ( misalteroksidasi) lipid plasma menyebabkan
terisi penuh lipid karena aktivitas fagositiknya. Makrofag ini terisi dengan vakuola lipid kecil
yang terikat membrane, memberikan gambaran busa pada sitoplasma ( sel busa).pada
aterosklerosis ,sel otot polos dan makrofag terisi dengan vakuola lipid yang terdiri ata
kolesterol dan ester kolesteril; hal ini menyebabkan plak aterosklerotik berwarna kuning,
khas dan mempunyai kontribusi pada pathogenesis lesi. Pada sindrom hiperlipidemia
herediter dan akuista, makrofag mengakumiulasi kolesterol intrasel;keteika muncul di
jaringan ikat subepitelial kulit atau di tendo. Sekelompok makrofag berbusa ini membentuk
massa yang disebut xanthoma

Protein. Secara morfologis, akumulasi protein yang terlihat lebih jarang terjadi
dibandingkan akumulasi lipid; akumulasi protein dapat terjadi karena kelebihan protein di
sajikan pada sel aau karna sel menyintesis protein dalam jumlah yang berlebih.

Glikogen . deposit glikogen intrasel yang berlebih yang disebabkan oleh abnormalitas
metabolism glukosa atau glikogen. Pada diabetes mellitus yang tidak terkontrol baik, contoh
utama penyimpangan metabolisme glukosa adalah akumulasi glikogen di eptel tubulus ginjal,
miosit jantung, dan sel beta pada pulau langerhans.glikogen juga berakumulasi dalam sel di
sekelompok gangguan genetik yang terkait erat yang secara kolektif disebut penyakit
penimbuinan glikogen, atau glikogenesis. Pada penyakit tersebut , defek enzim pada sintesis
atau pemecahan glikogen menghasilkan penimbunan massif, dengan cedera sekunder dan
kematian sel.

Pigmen. Pigmen merupakan substansi berwarna yang bersifat eksogen , berasal dari luar
tubuh , atau endogen , dapat di produksi oleh tubuh.

D. Kalsifikasi Patologi

Kalsifikasi patologik merupakan proses umum dalam berbagai ragam penyakit;


kalsifikasi patologik menunjukkan deposisi abnormal garam kalsium, bersama dengan zat
besi,magnesium,dan mineral lain. Bila terjadi deposisi di jaringannyang telah mati atau akan
mati, disebut kalsifikasi distorfik; terjadi dalam keadaan tidak ada kekacauan metabolic
kalsium ( yaitu, dengan kadar kalsium dalam serum yang normal ). Sebaliknya deposisi
garam kalsium pada jaringan normal dikenal sebagai kalsifikasi metastatic dan hamper selalu
menunjukkan kekacauan metabolism kalsium (hiperkalsemia)

Kalsifikasi Distrofik. Di temukan di berbagai area nekrosis jenis apapun. Kalsifikasi ini
sebenarnya pasti terjadi pada ateroma aterosklerosis lanjut, area jejas intima di aorta dan
arteri besar yang ditandai dengan akumulasi lipid, walaupun hanya dapat menggambarkan
bukti jejas sel terlebih dahulu, kalsifikasi distrofik sering merupakan penyebab disfungsi
organ. Missal, kalsifikasi kuspal berkembang pada penuaan atau katup jantung yang rusak,
yang menyebabkan gangguan gerakan katup yang berat. Kalsifikasi distrofik katup aorta
merupakan penyebab penting stenosis aorta pada orang tua

(gambar dari robin kumar hal.23)

Kalsifikasi metastasis.dapat
terjadi pada jaringan normal
setiap kali ada
hiperkalsemia.empat penyebab
utama hiperkalsemia:

1 peningkatan sekresi hormone paratiroid, akibat tumor paratiroid primer atau produksi
oleh tumor ganas lain; (2) destruksi tulangakibat pengaruh penggantian yang
terakselerasi ( misalnya, penyakit paget), imobilisasi atau tumor (peningkatan
katabolisme tulang yang disebabkan oleh multiple myeloma,leukemia,atau metastasis
skeletal difus); (3) gangguan yang berhubungandengan vitamin D, termasuk
intoksikasi vitamin D dan sacoidosis (makrofag mengaktifkan perkusorvitamin D);
dan (4)gagal ginjal,yang retensi fosfatnya menimbullkan hiperparatiroidisme
sekunder.

3 Mekanisme Kerusakan Sel

A. Kerusakan Iskemik dan Hipoksik


Iskemia dipastikan merupakan tipe jejas sel yang paling sering terjadi dalam kedokteran
klinis, secara khas terjadi karena berkurangnya alilan darah pada pembuluh darah jaringan
tertentu. Berlawanan dengan hipoksia, pembentukan energi glikolitik dapat berlanjut
(walaupun kurang efisien dibandingkan jalur oksidatif), iskemia juga mengganggu
pengiriman substrat untuk glikolisis. Akibatnya, pembentukan energi anaerob juga berhenti di
jaringan yang iskemik setelah substrat potensialnya mengalami kelelahan atau jika glikolisis
dihambat oleh akumulasi metabolit yang normalnya akan dibuang melalui aliran darah.
Konsekuensinya, iskemia mencederai jaringan lebih cepat dibandingkan hipoksia.
ISKEMIA : berkurangnya aliran darah pada pembuluh darah jaringan tertentu akibat
gangguan aliran darah arteri.

HIPOKSIA : defisiensi oksigen yang disebabkan iskemia/ akibat oksigenasi darah


yang tidak adekuat (ex: keracunan CO)

Efek pertama hipoksia adalah pada respirasi sel, yaitu fosforilasi oksidatif oleh mitokondria
sebagai akibat penurunan tegangan oksigen, pembentukan ATP intrasel jelas berkurang. Hasil
deplesi ATP mempunyai efek luas pada banyak sistem dalam sel
Aktivitas "pompa natrium" yang diatur ATP membran plasma menlrrltn, selanjutnya
terjadi akumulasi natrium intrasel dan difusi kaiium keluar sel. Perolehan bersih solut
natrium disertai hasil isosmotik cairan, menyebabk an pembengknkan sel. Kondisi ini
dieksaserbasi oleh peningkatan beban osmotik dari akumulasi metabolit lain, seperti
fosfat anorganik, asam laktat, dan nukleosida purin.
Glikolisis anaerob meningkat karena ATP berkurang dan disertai peningkatan adenosine
fosfofruktokinase. jalur glikolisis ini dirancang evolusionar untuk mempertahankan energi
sel dengan membentnk ATP dari glikogen, dan aktivasinya menimbulkan deplesi cepat
cadangan glikogen, yang secara histologis jelas kelihatan dengan berkurangnya pewarnaan
untuk karbohidrat . Peningkatan glikolisis juga menyebabkan akumulasi asam laktat dan
fosfat akibat hidrolisis ester fosfat, jadi menurunkan pH intrasel. Penurunan kadar pH dan
ATP menyebabkan ribosom lepas dari retikulum endoplasma kasar. (RER) dan polisom untuk
berdisosiasi menjadi monosom, dengan akibatnya terjadi penurunan sintesis protein. Jika
hipoksia tidak dihilangkan, perburukan fungsi mitokondria dan peningkatan permeabilitas
membran selanjutnya menyebabkan kerusakan morfologik. Apabila sitoskeleton rusak,
gambaran ultrastruktur seperti mikrovili hilang, dan permukaan sel akan "menggelembung".
Mitokondria, retikulum endoplasma, dan semua sel biasanya tampak membengkak karena
pengaturan osmotik hilang. Jika oksigen diperbaiki, semua gangguan yang telah disebut akan
rerversibel. nantinya,, jika iskemik tetap terjadi, jejas yang ireversibel mengikuti.

B.Kerusakan Akibat Radikal Bebas


Secara Umum:

Jejas sel karena radikal bebas terutama akibat induksi spesies oksigen merupakan
mekanis penting dalam kerusakan sel.
Radikal merupakan spesiess kimiawi dengan elektron tak berpasangan di orbital
terluar.
Sifat-sifat radikal bebas :
a Sangat tidak stabil dan mudah bereaksi dengan zat kimia organik maupun
anorganik.
b Didalam sel, sering menyerang dan mendegradasi asam nukleat dan molekul
membran.
c Menginisiasi reaksi autokatalitik.
d Molekul yang berinteraksi dengan radikal bebas, akan diubah menjadi radikal
bebas juga.
e Fungsi positif radikal bebas diantaranya :
Bagian normal respirasi, aktivitas seluler rutin, sebagai pertahanan mikroba.

Pembentuk Radikal Bebas

Radikal bebas didalam sel dapat dibentuk oleh :

a Reaksi redoks (reaksi-oksidasi) selama proses fisiologi normal


- Contohnya selama respirasi normal. Misalnya, oksigen molekular secara
bertahap direduksi daam mitokondria dengan penambahan 4 elektron untuk
menghasilkan air.
- Pada proses ini sejumlah intermedia toksik dibentuk, seperti : H2O2, O2-, OH-
b Nitrit oksida (NO)
- Merupakan mediator kimia penting yang normalnya di sintesis oleh berbagai
sel.
- Berperan sebagai radikal bebas.
- Dapat diubah menjadi nitrit yang sangat aktif.
c Penyerapan energi radian
- Contohnya : sinar ultraviolet dan sinar x.
- Radiasi pengion dapat menghidrolisis OH menjadi H.
d Metabolisme enzimatik zat kimia eksogen.
- Contohnya : karbon tetraklorida

Reaksi Relavan Yang Diperantarai Radikal


Peroksidaa lipid membran :

Lemak tak jenuh mudah terkena radikal dari O2 interaksi radikal bebas
menghasilkan peroksida yang tak stabil & reaktif terjadi rantai autokatalitik (suatu
rekasi yang dihasilkan dari reaksi itu sendiri).
A Fragmentasi DNA :
Radikal bebas bergabung dengan timin DNA untai tunggal rusak pembunuhan sel
berubah menjadi ganas.
B Ikatan silang protein :
Radikal bebas mencetuskan ikatan silang protein peningkatan kecepatan degradasi
fragmentasi polipeptida.

Sistem Enzimatik dan Non-enzimatik Untuk Mematikan Radikal Bebas

Kecepatan kerusakan spontan meningkat bermakna oleh kerja superoksida dismutase (SOD)
yang ditemukan pada banyak tipe sel.

a Glutation (GSH) peroksidase juga melindungi sel agar tidak mengalami jejas dengan
mengkatalisis perusakan radikal bebas.
b Katalase terdapat dalam peroksisom. Langsung mendegradasi hidrogen peroksida.
c Antioksidan eksogen dan endogen juga dapat menghambat pertumbuhan radikal
bebas.
d Zat besi dan tembaga yang di ionisasi bebas dapat mengatalisis pembentukan spesies
oksigen reaktif.

C Kerusakan Sel Akibat Cedera Kimiawi

Mekanisme Umum Cedera Kimiawi

Beberapa zat kimia bekerja secara langsung

- Dengan cara bergabung dengan komponen molekuler kritis atau organel


seluler. Misalnya, pada keracunan merkuriklorida, merkuri berikatan dengan
gugus sulfhidrilberbagai protein membran sel, menyebabkaninhibisi transpor
yang bcrgantung ATPase danmeningkatkan permeabilitas membran.

- Pada kondisi ini, kerusakan terbesar tertahan oleh sel yang menggunakan,
mengabsorbsi, mengeksresi, atau mengkonstrasikan senyawa.

Dikonversi terlebih dahulu


- Banyak zat kimia lainyang tidakaktif secara intrinsikbiologis, tetapi
pertamakali harus dikonversi menjadimetabolit toksik reaktif, yang kemudian
bekerja pada sel target.

- Meskipun metabolit dapat menyebabkankerusakan membran dan jejas sel


dengan pengikatankovalen langsung pada protcin dan lipid,mekanisme jejas
sel tcrpenting melibatkanpembentukan radikal bebas reaktif.

Seperti dicatat sebelumnya, rangsang berbahayatidak perlu bersifat mematikan (lethal).


Jelasnya,keparahan atau durasi jejas yang terbatas mementingkansel dan jaringan ke kondisi
normal semula. Yangsama pentingnya pada keseimbangan ketahananhidup adalah
kemampuan se1 yang mengalami jejasdapat berespons dan beradaptasi terhadap jejas.

4 Adaptasi Sel
A Definisi dan Jenis
Meskipun dalam keadaan normal, sel harus secara konstan beradaptasi terhadap perubahan di
lingkungan.

Adaptasi fisiologis biasanya mewakili respons sel terhadap perangsangan normal oleh
hormone atau mediator kimiawi endogen.

Adaptasi patologik sering berbagi mekanisme dasar yang sama, tetapi memungkinkan sel
untuk mengatur lingkungannya, dan idealnya melepaskan diri dari cedera.

Secara umum, adaptasi sel adalah kondisi baru untuk kelangsungan hidup.

1 ATROFI
Atrofi adalah mengecilnya ukuran sel namun jumlah sel tetap. Hal ini terjadi karena
beberapa sebab. Contohnya berkurangnya beban kerja, hilangnya persarafan,
berkurangnya suplai darah, malnutrisi, hilangnya rangsangan endokrin, dan penuaan.
Gambar. A. otak normal. B. Otak yang telah mengalami atrofi

2 Hipertrofi
Hipertrofi adalah pembesaran ukuran sel namun jumlah sel tetap. Hipertrofi dapat
bersifat fisiologis atau patologik. Hipertrofi fisiologis dapat dilihat pada seorang
binaragawan angkat beban yang terdapat hipertrofi pada setiap sel otot skelet karena
peningkatan beban kerja. Sedangkan hipertrofi patologik dapat ditemukan pada
pembesaran otot jantung (myocardium) yang biasanya terjadi pada penderita
hipertensi

Gambar. Hipertrofi pada otot jantung

3 Hiperplasia
Hiperplasia adalah bertambahnya jumlah sel, namun ukuran tetap. Hiperplasia
fisiologis contohnya adalah proliferasi epitel kelenjar payudara pada wanita hamil
atau perempuan saat pubertas. Hyperplasia patologik dapat terjadi pada kelenjar
prostat. Bertambahya sel pada prostat menyebabkan tertutupnya saluran uretra
sehingga urin sukar dikeluarkan
Gambar. Hyperplasia prostat

4 Metaplasia
Metaplasia adalah perubahan suatu sel menjadi jenis sel lain yang lebih mampu
bertahan pada lingkungan/kondisi yang dihadapi. Metaplasia diperkirakan berasal dari
pemrograman kembali genetik sel stem epitelial atau sel mesenkim jaringan ikat
yang tidak berdiferensiasi. Contoh metaplasia adalah pada penderita refluks lambung
kronik, epitel skuamosa bertingkat normal pada esophagus bawah dapat mengalami
transformasi metaplastik menjadi epitel silindris tipe usus halus/lambung.

Gambar. A. diagram skematis metaplasia silindirs menjadi gepeng.


B transformasi metaplastik epitel skuamosa bertingkat esophagus dewasa normal
menjadi epitel silindris matang

5. Inflamasi Akut dan Inflamasi Kronik


A.Definisi
Inflamasi adalah suatu respon protektif yang ditunjukan untuk menghilangkan
penyebab awal dati jejas sel serta membuang sel dan jaringan nekrotik yang diakibatkan oleh
kerusakan asal. Inflamasi terbagi menjadi dua pola dasar, yaitu inflamasi akut dan inflamasi
kronik.

B Inflamasi Akut
Inflamasi akut adalah radang yang berlangsung relatif singkat dari beberapa menit
sampai beberapa hari dan ditandai dengan eksudasi cairan dan protein plasma serta akumulasi
leukosit neutrofilik yang menonjol.

5 tanda lokal klasik pada inflamasi akut:


1 Kalor (panas)
2 Rubor (merah)
3 Tumor (bengkak)
4 Dolor (nyeri)
5 Functio laesa (hilangnya fungsi)

Perubahan Vaskular
Perubahan pada kaliber dan aliran darah pembuluh darah. Perubahan ini
relatif lebih cepat setelah jejas terjadi, tetapi dapat berkembang dengan kecepatan
yang beragam, bergantung pada sifat dan keparahan jejas asalnya.
1 Setelah vasokontriksi (beberapa detik), terjadi vasodilatasi arteriol yang
mengakibatkan peningkatan aliran darah dan penyumbatan lokal (hiperemia) pada
aliran darah dan kapiler selanjutnya. Pelebaran pembuluh darah ini merupakan
penyebab timbulnya warna merah (eritema) dan hangat yang secara khas terlihat
pada inflamasi akut.
2 Selanjutnya, mikrovaskulatur menjadi lebih permeabel mengakibatkan masuknya
cairan kaya protein ke dalam jaringan ekstravaskular. Hal ini menyebabkan sel
darah merah menjadi lebih terkonsentrasi dengan baik sehingga meningkatkan
viskositas darah dan memperlambat sirkulasi. Secara mikroskopik perubahan ini
digambarkan oleh dilatasi pada sejumlah pembuluh darah kecil yang dipadati oleh
eritrosit. Proses tersebut dinamakan stasis.
3 Saat terjadi stasis, leukosit (terutama neutrofil) mulai keliuar dari aliran darah dan
berakumulasi di sepanjang permukaan endotel pembuluh darah.

Peristiwa Seluler Leukosit


Urutan kejadia ekstravasasi leukosit dari lumen pembuluh darah ke ruang
ekstravaskularndibagi menjadi:
1 Marginasi dan Rolling
Proses akumulasi leukosit di tepi pembuluh darah disebut marginasi.
Selanjutnya, leukosit yang berguling-guling pada permukaan endotel, untuk
sementara melekat disepanjang perjalanannya itu. Proses ini dinamakan
rolling.
2 Adhesi dan Transmigrasi
Leukosit akhirnya melekat kuat pada permukaan endotel yang disebut adhesi.
Adhesi kuat difasilitasi oleh perubahan afinitas integrin terhadap ligan endotel
yang diinduksi kemokin. Kemudian leukosit akan bertransmigrasi antara sel
endotel dengan memanfaatkan interaksi PECAM-1.
3 Kemotaksis dan Aktivasi
Setelah terjadi ekstravasasi dari darah, leukosit bermigrasi menuju tempat
jejas mendekati gradien kimiawi pada suatu proses yang disebut kemotaksis.
Kemudian molekul kemotaksis berikatan pada reseptor permukaan sel
spesifik sehingga menyebabkan aktivasi.
4 Fagositosis dan Degranulasi
Fagositosis dan elaborasi enzim degradatif merupakan dua manfaat utama
dari adanya leukosit yang direkrut pada tempat inflamasi. Fagositosis terdiri
atas tiga langkah berbeda tetapi saling terkait.
a Pengenalan dan perlekatan partikel pada leukosit yang menelan.
b Penelanan, dengan pembentukan vakuola fagositosik selanjutnya.
c Pembunuhan dan degradasi material yang ditelan.

Mediator Kimiawi Inflamasi


Mediator kimiawi yang berperan untuk inflamasi :
a Amina vasoaktif
b Neuropeptida
c Protease Plasma
Akibat Inflamasi Akut
Walaupun akibat yang ditimbulkan oleh inflamasi akut diubah oleh sifat dan
intensitas jejas, tempat dan jaringan yang terkena, serta kemampuan pejamu untuk
meningkatkan suatu respon , pada umumnya inflamasi akut memiliki 3 akibat:
a Resolusi
Jika cedera bersifat terbatas atau berlangsung singkat, tidak terdapat kerusakan
jaringan ataupun terdapat kerusakan kecil, dan jika jaringan mampu mengganti
setiap sel yang cedera secara irreversibel, biasa terjadi perbaikan terhadap
normalitas histologis dan fingsional.
b Pembentukkan jaringan parut (scarring) atau fibrosis.
Terjadi setelah dekstruksi jaringan yang substansial atau ketika terjadi inflamasi
pada jaringan yang tidak beregenerasi.
c Kemajuan ke arah inflamasi kronik.
Bisa terjadi setalah inflamasi akut, walaupun tanda inflamasi kronik dapat muncul
pada awal jejas (misalnya pada infeksi virus atau respon sistem imun terhadap
antigennya sendiri). Inflamasi kronik dapat diikuti oleh regenerasi pada struktur
dan fungsi normal (regenerasi) atau bisa menimbulkan jaringan parut, bergantung
pada luasnya jejas jaringan awal dan jejas yang terus berlangsung, serta
kemampuan jaringan yang terinfeksi untuk tumbuh kembali.

C Inflamasi Kronik
Inflamasi kronik dianggap sebagai inflamasi memanjang, dan terjadi inflamasi aktif,
jejas jaringan, & penyembuhan secara serentak.
Ditandai dgn hal berikut :
Infiltrasi sel mononuklear (radang kronik), mencakup makrofag, limfosit,
& sel plasma.
Destruksi jaringan, sebagian besar diatur oleh sel radang.
Repair (perbaikan), melibatkan proliferasi pembuluh darah baru
(angiogenesis) dan fibrosis.

Keadaan terjadinya inflamasi kronik:

1 Infeksi virus
2 Infeksi mikroba persisten
ditandai dgn adanya serangkaian mikroorganisme terpilih, termasuk mikrobakterium
(basilus tuberkel), Treponema pallidum, dan fungus tertentu .Organisme ini memiliki
patogenisitas langsung yang lemah, tapi dapat menimbulkan respon imun yang
disebut hipersensitivitas lambat, yang bisa berpuncak pada suatu raksi granulomatosa.

3 Pajanan yang lama terhadap agen yang berpotensi toksik


contoh:

Material eksogen yg tdk dpt didegradasi spt partikel silika terinhalasi,


yg dpt menginduksi respons radang kronik pd paru (silikosis).
Agen endogen, spt komponen lipid plasma yg meningkat scr kronik, yg
berperan pd ateroskelosis.
4 Penyakit autoimun,
seseorang mengalami respons imun terhadap antigen & jaringan tubuhnya sendiri.
Karna antigen yang bertanggung jawab sebagian besar diperbaharui secara konstan,
terjadi reaksi imun terhadap dirinya sendiri (mis. Artritis rheumatoid atau sklerosis
multipel)

Sel dan Mediator Inflamasi Kronik

MAKROFAG
merupakan sel jaringan yang berasal dari monosit dalam sirkulasi setelah beremigrasi
dari aliran darah.

ditemukan dalam jumlah meningkat di :

hati ( disebut sel kupffer)


Limpa & kelenjar getah bening (disebut histiosit sinus)
Sist.saraf pusat (disebut sel mikroglia)
Paru (disebut makrofag alveolus)
Fungsi dari makrofag :

1 menyaring terhadap bahan berukuran partikel, mikroba, & sel yang mengalami proses
kematian / senescent (disebut jg sist.fagosit mononuklear)
2 Sebagai sentinel untuk memperingatkan komponen spesifik sist.imun (limfosit T & B)
terhadap rangsang yang berbahaya.

LIMFOSIT T & B
limfosit dimobilisasi pada keadaan setiap ada rangsang imun spesifik (yaitu infeksi),
dan pd inflamasi yg diperantarai nonimun (yaitu krn infark atau trauma jaringan) .

limfosit T pada mulanya teraktivasi oleh interaksi dgn makrofag yg menyajikan


fragmen antigen terproses pada permukaan selnya. Limfoait teraktivasi kemudian
menghasilkan IFN untuk meng aktivasi monosit dan makrofag. Lalu makrofag
teraktivasi dan meghasilkan IL1 dan TNF

SEL PLASMA
Merupakan produk akhir dari aktivasi sel B yang mengalami diferensiasi akhir

sel plasma dapat menghasilkan antibodi yang diarahkan untuk melawan antigen di
tempat radang atau melawan komponen jaringan yang berubah.

EOSINOFIL
secara khusus ditemukan di tempat radang sekitar terjadinya infeksi parasit atau
sebagai bagian reaksi imun yang diperantarai oleh IgE, yg berkaitan khusus dengan
alergi.

SEL MAST
Merupakan sel sentinel yang tersebar luas dalam jaringan ikat di seluruh tubuh &
dapat berperan serta dalam respons radang akut maupun kronik.

sel mast dipersenjatai dengan IgE terhadap antigen tertentu. Bila antigen ditemukan,
sel mast sebelum dipersenjatai dipicu untuk melepaskan histamin & metabolit AA yg
menyebabkan perubahan vaskular dini pada inflamasi akut.

sel mast juga dapat mengelaborasi sitokin, seperti TNF, sehingga berperan pada
respons kronik yang lebih besar.

Skema makrofag teraktivasi


Inflamasi Granulomatosa

Merupakan pola inflamasi kronik khusus, yang ditandai degan agregasi makrofag
teraktivasi yang gambarannya menyerupai sel skuamosa.Granuloma ditemukan relatif
sedikit pada keadaan patologis.Granuloma dapat terbentuk pada keadaan respons sel T
yang persisten terhadap mikroba tertentu, yang sitokinnya berasal dari sel T, bertanggung
jawab atas aktivasi makrofag persisten.Tuberkulosis merupakan penyakit berpola dasar
granulomatosa krn infeksi & seharusnya sll disingkirkan sbg penyebab pd saat
granuloma teridentifikasi.

Contoh inflamasi granulomatosa


PERAN SALURAN DAN KELENJAR GETAH BENING PADA INFLAMASI

Saluran dan kelenjar getah bening menyaring dan mengatur cairan ekstravaskular.
Bersama sistem fagosit mononuklear merupakan lini pertahanan sekunder yang
berperan saat reaksi radang lokal gagal menetralkan cedera.Merupakan saluran halus
yang sukar terlihat pada potongan jaringan biasa karena mudah sekali kolaps, kecuali
bila terisi cairan edema dan leukosit yang masuk sirkulasi

GAMBARAN MORFOLOGI INFLAMASI AKUT DAN KRONIK

Inflamasi Serosa

Ditandai dengan keluarnya cairan yang berair dan relatif sedikit protein (efusi) yang
dibentuk dari serum atau sekresi sel mesotelium yang melapisi rongga peritoneum,
pleura, dan perikard.Terakumulasi dalam atau di bawah epidermis kulit.Contoh: lepuh
karena infeksi luka bakar atau virus
Inflamasi Fibrinosa

Terjadi akibat jejas


yang lebih berat,
memungkinkan
molekul yang lebih
besar melewati
barrier endotel.
Tampak sebagai
anyaman filamen
eosinofilik.Eksudat
fibrinosa dapat
didegradasi dengan
fibrinolisis, debris
yang terakumulasi
dapat disingkirkan
oleh makrofag (resolusi).Kegagalan resolusi menimbulkan jaringan parut (organisasi)

Inflamasi Supurativa (Purulen)

Terlihat dengan sejumlah besar eksudat purulen (pus).Abses merupakan sekumpulan pus
lokal yang dapat disebabkan oleh penyemaian piogenik oleh infeksi sekunder fokus
nekrotik.Abses memiliki daerah nekrotik sentral yang dikelilingi neutrofil disertai zona
yang mengalami proliferasi fibroblastis
Ulserasi

Menunjukkan tempat inflamasi yang permukaan epitelnya telah menjadi nekrotik dan
terkikis karena inflamasi akut dan kronik subepite.Dapat terjadi akibat cedera toksik atau
traumatik pada permukaan epitel atau akibat gangguan vascular.Pada lambung dan
duodenum terdapat ulkus peptik, yang memperlihatkan infiltrat neutrofilik padat serta
dilatasi vascular. Pada lesi kronik mengalami proliferasi fibroblastik, pembentukan
jaringan parut dan akumulasi sel radang kronik

EFEK SISTEMIK INFLAMASI

- Demam
- peningkatan somnolen
- malaise
- anoreksia
- degradasi protein otot skelet yang dipercepat
- hipotensi
- sintesis hepatik berbagai protein

6. Pemulihan Regenerasi Jejas


A.Definisi
Pemulihan Jaringan merupakan serangkaian proses bertahap yang terjadi setelah adanya
rangsangan atas cedera sel (jejas) yang memicu pengaktifan jalur replikasi pada sel lainnya.

B.Mekanisme
Pemulihan jaringan melibatkan dua proses, yakni regenerasi jaringan parenkim dan
penggantian oleh jaringan ikat (fibrosis) yang disebut juga pembentukan jaringan parut.

1 REGENERASI SEL
Pengendalian pertumbuhan dan diferensiasi sel. Pemulihan jaringan yang cedera
dilakukan dengan pemusnahan dan pembuangan jaringan yang rusak.
Meningkatnya jumlah sel dalam populasi, dapat terjadi karena :
Peningkatan proliferasi
Penurunan kematian
Diferensiasi sel

Berdasarkan kemampuan regenerasi serta hubungannya terhadap siklus sel, sel tubuh
dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu:

1 Sel labil
Sel yang terus membelah (dan terus-menerus mati). Sel yang membelah secara
konstan terus mengalami siklus dari satu mitosis ke mitosis berikutnya. Sel labil
meliputi sel-sel sumsum tulang dan juga mewakili sebagian besar epitel permukaan.

2 Sel stabil
Dalam keadaan normalnya, sel ini di anggap istirahat (atau hanya mempunyai
kemampuan replikasi rendah), tetapi mampu membelah diri dengan cepat dalam hal
merespons cedera. Sel stabil menyusun parenkim pada jaringan kelenjar yang paling
padat, yaitu hati, ginjal, pankreas, dan sel endotel yang melapisi pembuluh darah,
serta fibroblas dan sel jaringan ikat otot polos (mesenkim).

3 Sel permanen
Sel yang tidak dapat diganti bila rusak, tidak mempunyai kemampuan membelah
setelah kehidupan pascakelahiran. Yang termasuk kategori ini adalah sebagian besar
neuron dan sel otot jantung. Oleh karena itu, cedera pada otak atau jantung bersifat
ireversibel dan hanya menimbulkan jaringan parut karena jaringan tidak dapat
berproliferasi.

Pertumbuhan dan diferensiasi sel bergantung pada sinyal ekstrasel yang berasal dari mediator
terlarut dan matriks ECM.

1 Mediator Terlarut
Mediator yang berperan menyampaikan rangsang ke inti sel terdiri dari sinyal
terlarut dan sinyal tak terlarut yang diperantarai sitoskeleton. Meskipun banyak
mediator kimiawi mepengaruhi pertumbuhan sel, yang terpenting adalah faktor
pertumbuhan polipeptida yang beredar di dalam serum atau diproduksi secara lokal
oleh sel.

Pemberian sinyal oleh mediator terlarut :


a Pemberian sinyal autokrin
Saat suatu mediator terlarut bekerja secara menonjol pada sel yang
menyekresinya. Jalur ini penting pada respon imun (sitokin). Misalnya
regenerasi hati.
b Pemberian sinyal parakrin
Mediator hanya memengaruhi sel yang sangat berdekatan. Jalur ini penting
untuk merekrut sel radang menuju tempat infeksi dan untuk proses
penyembuhan luka terkontrol.
c Sinaptik
Jaringan saraf yang teraktivasinya menyekresi neurotransmitter pada suatu
penghubung sel khusus (sinaps) menuju sel target, seperti saraf atau otot lain.
d Endokrin
Substansi pengaturnya, misalnya hormon, dilepaskan kedalam aliran darah
dan bekerja pada sel target yang berjauhan.

Peran reseptor pada proses regenerasi sel adalah sebagai bagian yang
berfungsi menangkap dan mengolah sinyal pertumbuhan yang di kendalikan oleh
Matriks Ekstraseluler (ECM). Matriks ekstraseluler mrupakan kompleks
makromolekul yang mengalami remodeling secara dinamis dan konstan, menyusun
ruang di sekeliling sel. Selain itu matriks ekstraseluler juga sebagai penyokong
mekanis untuk berlabuhnya sel, pemeliharaan diferensiasi sel, dan terpenting sebagai
pengendali pertumbuhan sel. Reseptor yang berperan dalam menangkap sinyal dari
matriks ekstraseluler adalah reseptor pertumbuhan. Reseptor ini akan meneruskan
rangsangan ke inti sel melalui mediator.
Terdapat empat jenis reseptor permukaan sel yang umum :
a Reseptor kanal ion
Pengikatan ligan mengubah konformasi reseptor sehingga ion spesifik
dapat melewatinya. Hal ini dapat mengakibatkan perubahan pada potensi
listrik yang melewati sel. Contohnya adalah reseptor asetilkolin pada
penghubung saraf otot.
b Reseptor dengan aktivitas kinase intrinsik
Reseptor ini biasanya merupakan molekul transmembran dimer dengan
suatu daerah pengikatan ligan ekstrasel; pengikatan ligan menyebabkan
dimerisasi stabil disertai fosforilasi selanjutnya yang saling
menguntungkan pada subunit reseptor. Yang terlibat dalam pemberian
sinyal intrasel pada berbagai faktor pertumbuhan, yaitu faktor
pertumbuhan epidermis (EGF, epidermal growth factor) dan faktor
pertumbuhan fibroblas (fibroblast growth factor).
c Reseptor protein G-berpasangan
Semua reseptor ini mengandung tujuh segmen transmembran; setelah
berikatan dengan ligan spesifiknya,reseptor tersebut berhubungan dengan
protein yang menghidrolisis GTP intrasel (sehingga dinamakan Reseptor
protein G-berpasangan). Reseptor dalam kategori ini meliputi reseptor
untuk epinefrin dan glukagon, serta kemokin.
d Reseptor tanpa aktivitas enzimatik intrinsik
Reseptor ini biasanya merupakan molekul transmembran monomer
dengan suatu daerah pengikatan ligan ekstrasel; interaksi ligan akan
menginduksi perubahan konformasional intrasel yang memungkinkannya
berhubungan dengan kinase protein intrasel dan mengaktifkannya.
Reseptor ini meliputi reseptor yang terlibat dalam aktivasi sitokin pada
sistem imun, serta reseptor eritropoietin.

C Interaksi Matriks Ekstraselular dan Sel-Matriks


ECM merupakan suatu kompleks makromolekul yang mengalami remodeling
secara dinamis dan kosntan yang disintesis secara lokal dan menyusun bagian
penting pada setiap jaringan.
ECM terdapat dalam dua bentuk dasar: matriks interstisial dan membran
basalis.
Matriks interstisial
- Bentuk ini terdapat dalam ruang antarsel dalam jaringan ikat, serta antara
epitel dan struktur pembuluh darah dan otot polos yang menopang.
- Matriks ini disintesis oleh sel mesenkim (misalnya, fibroblas).
- Penyusun utamanya adalah kolagen fibril dan nonfibril, serta unsur
proteoglikan dan glikoprotein lain.
Membran basalis
- Terletak dibawah epitel
- Disintesis oleh epitel di atasnya dan oleh sel mesenkim di bawahnya.
- Unsur utamanya adalah kolagen tipe IV nonfibril amorf dan glikoprotein
adhesif.

Peranan Matriks Ekstraselular :


a Penyokong mekanis untuk berlabuhnya sel.
b Penentuan orientasi sel (polaritas).
c Pengendalian pertumbuhan sel.
d Pemeliharaan diferensiasi sel.
e Scaffolding (dasar) untuk pembaharuan jaringan.
f Pembentukan lingkungan mikrojaringan.
g Penyimpanan dan penyajian molekul pengatur.

Komponen matriks ekstraselular, terdapat tiga komponen dasar ECM:

Protein struktural fibrosa yang memberikan kekuatan regang dan rekoil


- Kolagen
- Elastin
Gel yang dihidrasi oleh air yang memungkinkan adanya daya pegas
dan pelumasan
- Proteoglikan dan hialuronan
Glikoprotein adhesif yang melekatka unsur matriks satu sala lain serta
melekatkannya pada sel.
- Glikoprotein adhesif dan integrin
- Fibronektin
- Laminin
- Integrin

D Pemulihan Jaringan Ikat


Jejas jaringan berat atau menetap yang di sertai kerusakan pada sel parenkim dan
kerangka stroma menimbukan satu keadaan yang pemulihan terjadi tidak dapat di
laksanakan melalui regenerasi parenkim saja dalam kondisi seperti ini pemulihan terjadi
melalui pergantian sel parenkim nonregeneratifoleh jaringan ikat.

Tedapat 4 komponen umum proses ini:

1 Pembentukan pembuluh darah baru (angiogenesis)

2 Migrasi dan proliferasi fibroblas

3 Deposisi ECM

4 Remodeling

Angiogenesis

Pembuluh darah di bangun melalui 2 proses :

1 Proses yang jaringan pembluh darah primitif nya di bentuk dari angiobast

2 Proses saat pembuluh darah yang telah ada yang telah ada sebelum nya akan
mengeluarkan tunas kapiler untuk membentuk pembuluh darah baru

Ada 4 tahapan umum dalam angiogenesis:

1 Degradasi proteolitik pada pembuluh darah induk BM memngkin kan pembentukan


suatu tunas kapiler

2 Migrasi sel endotel menuju rangsangan angiogenik

3 Proliferasi sel endotel di belakang ujung depan sel yang bermigrasi

4 Maturasi sel endotel dengn penghambat pertumbuhan dan penataan menjadi


pembuluh kapiler ahaan ini mecakup rekrutmen dan proliferasi perisit dan sel otot
polos untuk menyokong pembuluh endotel dan untuk memberikan fungsi tambahan
Pembuluh darah baru ini mengalami kebocoran karena tidak terbentuk nya
interendothelialjungtion secara sempurna dan meningat nya transitoris karna itu jaringan
ini sering mengalami edema

Beberapa faktor yang menginduksi angiogenesis dan yang terpenting

1 Faktor pertumbuhan dasar fibroblas (bFGF)

2 Faktor pertumbuhan endotel (VEGF)

Kedua nya di sekresi oleh sejumlah sel stroma

Protein ECM structural juga mengatur pembentukan tunas pembuluh darah pada
angiogenesis terutama melalui interaksi dengan integrin pada sel endotel yang bermigrasi
protein nonstructural berperan dalam proses tersebut dengan mendestabilkan interaksi sel
ECM untuk memudahkan migrasi sel yang berlanjut atau memecah ECM agar
memungkin kan terjadi nya remodeling

Fibrosis (pembentukan jaringan parut)

Menambah kerangka jaringan granulasi pada pembuluh dara baru dan ECM longgar yang
berkembang dini pada tempat pemulihan

Proses ini terjadi dalam 2 langkah:

1 Emigrasi dan proliferasi fibroblas kedalam tempat jejas

2 Deposisi sel pada ECM

Di kendalikan faktor pertumbuhan


1 PDGF

2 Bfgf FIBROSIS sumber nya adalah endotel teraktivasi

3 TGF-

Ketika proses penyembuhan mengalami kemajuan jumlah fibroblas yang berproliferasi


dan pembuluh darah baru akan berkurang namus secara progresif fibroblas akan lebih
mengambil fenotipe sintesis sehingga akan terjadi peningkatan deposisi ECM secara
khusus sintesis kolagen sangat penting untuk pengembangan kekuatan pada tempat
penyembuhan luka sebagai contoh sintesis kolagen diinduksi oleh sejumlah molekul
meliputi factor pertumbuhan (PDGF, bFGF, TGF- )serta sitokin (interleukin 1 (IL) dan
factor nekrosis tumor (TNF)yang di sekresi oleh leukosit dan fibroblas

Remodeling jaringan parut

Perubahan dari jaringan granulasi menjadi jaringan parut melibatkan perubahan dalam
komposisi ECM bahkan setelah di sintesis dan deposisinya ECM jaringan parut akan
terus di ubah dan di lakukan remodeling

Hasil akhir dari setiap tahapan adalah keseimbangan antara sintesis dan degradasi ECM

Degradasikolagen dan komponen ECM lain nya di lakukan oleh suatu kelompok
metaloproteinase (di sebut demikian karena keterganungan pada ion seng untuk
melakukan aktivitas nya) metalloproteinase berbeda dengan elastase neutrofil,katepsin
G,plasmin,dan proteinase lain yang dapat pula memecah ECM tetapi nukan metaloenzim.

Enzim ini di hasilkan oleh berbagai macam jenis sel (fibroblast,makrofag,neutrofil,sel


sinovialdan beberapa sel epitel)
a Angiogenesis
Merupakan suatu proses pembentukan pembuluh darah baru yang berasal dari pembuluh
darah sebelumnya yang membentuk tunas kapiler. Terdapat tiga mekanisme angiogenesis
yakni migrasi, proliferasi, dan maturasi.
Migrasi merupakan proses dimana tunas kapiler menyebar secara acak, proliferasi
merupakan proses dimana sel kapiler yang baru terbentuk mengalami siklus sel,
sedangkan maturasi adalah pematangan sel kapiler yang dibantu sel-sel otot polos atau
perisit.

b Pembentukan Jaringan Parut (Fibrosis)


Fibrosis merupakan mekanisme penambahan granulasi pada pembuluh darah baru pada
tempat pemulihan. Jaringan granulasi yang terbentuk banyak akan berubah menjadi
pucat dan sangat avaskular.

c Remodeling Jaringan Parut


Perubahan dari jaringan parut melibatkan perubahan dalam komposisi ECM, lantas
ECM akan terus diubah dan dilakukan terus remodeling. Proses ini berperan dalam tahap
akhir pemulihan setiap defek jaringan.

E.Proses Penyembuhan Jejas


Merupakan suatu proses yang kompleks, tetapi umumnya terjadi secara teratur. Jenis
sel khusus secara beruntun pertama-tama akan membersihkan jejas, kemudian secara
progresif membangun dasar (scaffolding) untuk mengisi setiap defek yang dihasilkan.

Seperti yang sudah dibahas sebelumnya :


- Induksiresponsperadanganakutolehjejasawal
- Regenerasiselparenkim
- Migrasidanproliferasiselparenkimdanseljaringanikat
- Sintesis protein ECM
- Remodeling unsurparenkimuntukmengembalikanfungsijaringan
- Remodeling jaringanikatuntukmemperolehkekuatanluka.
-
Proses penyembuhan luka kulit melibatkan, baik regenerasi epitel maupun pembentukan
parut jaringan ikat, dan merupakan penggambaran prinsip umum yang berlaku pada
penyembuhan luka di semua jaringan.

A Penyembuhan Primer
Penyembuhan suatu insisi bedah yang bersih dan tidak terinfeksi di sekitar jahitan bedah.
Proses ini disebut
penyembuhan primer.
Akibatnya, regenerasi epitel
menonjol daripada fibrosis.
Ruang insisi yang sempit
segera terisi oleh darah
bekuan fibrin, dehidrasi pada
permukaan menghasilkan
suatu keropeng yang
menutupi dan melindungi
tempat penyembuhan.

Dalam waktu 24 jam neutrofi akan muncul pada tepi insisi, dan bermigrasi
menuju bekuan fibrin. Dan mulai menunjukan peningkatan aktivitas mitosis.
Dalam waktu 24-48 jam, sel epitel dari kedua tepi irisan telah memulai
bermigrasi dan berploriferasi di sepanjang dermis dan mendepositkan
komponen membran basalis saat dalam perjalanannya.
Pada hari ke 3 neutrofil sebagian telah besar digantikan oleh makrofag dan
jaringan granulasi secara progresif menginvasi ruang insisi.
Pada hari ke 5 neovaskularisasi mencapai puncaknya karena jaringan
granulasi mengisi ruang insisi.
Selama minggu kedua penumpikan kolagen dan proliferasi fibroblas masih
berlanjut.
Pada akhir bulan pertama jaringan parut yang bersangkutan terdiri atas suatu
jaringan ikat sel yang sebagian besar tanpa disertai sel radang dan ditutupi
oleh suatu epidermis yang sangat normal.

B Penyembuhan Sekunder
Jika kehilangan sel atau jaringan terjadi lebih luas, seperti pada infark, ulserasi radang,
pembentukan abses, atau bahkan luka besar, proses pemulihannya menjadi lebih
kompleks.

Pada keadaan ini regenerasi sel parenkim saja tidak dapat mengembalikan arsitektur
asal.
Akibatnya terjadi pertumbuhan jaringan granulasi yang luas ke arah dalam dari tepi
luka, diikuti dengan penumpukan ECM serta pembentukan jaringan parut.

FAKTOR PERTUMBUHAN PADA REGENERASI SEL DAN FIBROSIS

EGF atau TGF- bersifat mitogenik untuk sejumlah sel epitel dan fibroblas.
Merangsang pembelahan sel dengan berikatan pada reseptor tirosin kinase pada
membran sel.

PDGF merupakan suatu heterodimer rantai-A dan rantai-B kationik (ketiga


kombinasi yang mungkin AA,AB dan BB disekresikan dan aktif secara biologis).
Dihasilkan oleh makrofag teraktivitasi, sel endotel dan sel otot polos, serta berbagai
macam tumor.
FGF suatu kelompok polipeptida yang berikatan erat dengan heparin dan molekul
anionik lain (sehingga mempunyai afinitas yang kuat pada BM). Selain merangsang
pertumbuhan juga menunjukan sejumlah aktivitas lain.

TGF- mempunyai efek pleiotropik dan sering kali menimbulkan efek yang
bertentangan. Dihasilkan dalam bentuk inaktif oleh beragam jenis sel.

VEGF merupakan suatu rangkaian isoform glikoprotein dimerik yang memiliki


homologi parsial terhadap PDGF.

Sitokin merupakan faktor pertumbuhan. IL-1 dan TNF menginduksi proliferasi


fibroblas. Bersifat kemotaktik terhadap fibroblas dan merangsang sintesis kolagen dan
kolagenaseoleh sel ini.

Adaptasi Seluler Terhadap Jejas

Adalah kemampuan sel untuk menyesuaikan diri (struktur dan


fungsinya) ketika mengalami stres fisiologis atau rangsang patologis
agar mencapai kondisi baru dan mempertahankan kelangsungan
hidupnya.
Jadi, adaptasi selular merupakan keadaan yang berada di antara
kondisi normal, sel yang tidak stress, dan sel cedera yang stres
berlebihan.
Terdapat dua jenis :
Adaptasi Fisiologis
Meskipun dalam keadaan normal, sel harus secara konstan
beradaptasi terhadap perubahan di lingkungaannya.
Adaptasi fisiologis ini biasanya mewakili respon sel terhadap
rangsangan normal oleh hormon atau mediator kimiawi
endogen.
Contoh :
- Pembesaran payudara
- Induksi laktasi oleh kehamilan
Adaptasi Patologi
Mekanisme dasarnya sama, tetapi memungkinkan sel untuk
mengatur lingkungannya yang idealnya melepaskan diri dari
cidera.
Dibagi menjadi :
1. Atrofi
- Pengerutan ukuran sel dengan hilangnya substansi sel.
Walaupun sel atrofi menurun fungsinya, namun sel atrofi tidak
mati.
- Penyebabnya :
*berkurangnya beban kerja (missal : imobilisasi anggota
gerak yang memungkinkan proses penyembuhan fraktur)
*hilangnya persarafan
*berkurangnya suplai darah
*nutrisi yang tidak adekuat
*hilangnya rangsangan endokrin
*penuan
- Atrofi menggambarkan pengurangan komponen struktural
sel.
2. Hipertrofi
- Merupakan penambahan ukuran sel dan menyebabkan
penambahan ukuran organ.
- Jadi tidak ada sel baru, hanya sel yang menjadi lebih besar,
pembesarannya akibat peningkatan sintesis organela dan
protein struktural, karena peningkatan kebutuhan fungsional
atau rangsangan hormonal spesifik.
- Hipertrofi fisiologi :
Pada uterus selama kehamilan membesar terjadi sebagai
akibat rangsangan estrogen dan peningkatan kebutuhan
fungsional hipertrofi sel otot skelet pada binaragawan.
- Hipertrofi patologi :
Pembesaran jantung yang terjadi akibat hipertensi atau

penyakit katup aorta.

3.
Hiperplasia
- merupakan peningkatan jumlah sel
dalam organ atau jaringan.
- Hiperplasia Fisiologi :
1. Hiperplasia hormonal, ditunjukan denggan proliferasi epitel
kelenjar payudara perempuan saat masa pubertas dan
selama kehamilan.
2. Hiperplasia kompensatoris yaitu hiperplasia yang terjadi
saat sebagian jaringgan dibuang atau sakit. Misalnya saat
hepar direseksi sebagian.
- Hiperplasia Patologi :
Oleh karena stimulasi faktor pertumbuhan atau hormonal
yang berlebih.
1. Setelah periode menstruasi normal, terjadi ledakan aktivitas
endometrium yang diatur oleh hormon hipofisis dan estrogen
ovarium (hiperplasia fisiologi). Namun jika terjadi gangguan
keseimbangan antara estrogen dan progesteron, terjadi
hiperplasia endometrial, penyebab perdarahan menstruasi
abnormal.

4. Metaplasia
- Adalah perubahan reversibel pada perubahan tersebut satu
jenis sel dewasa yang digantikan oleh jenis sel dewasa lain.
- Jadi, yang selnya sensitif terhadap stres tertentu, digantikan
oleh jenis sel lain yang lebih mampu bertahan pada lingkungan
kebalikannya.
- Pada sel epitel : Misalnya perubahan sel epitel silindris
bersilia normal pd trakea dan bronkus, diganti dengan sel
epitel gepeng bertingkat, karena dianggap mampu bertahan
dibawah kondisi yang lebih rapuh (pada perokok kretek).

5. Displasia
- Abnormalitas perkembangan, dalam patologi ; berarti
perubahan ukuran, bentuk, dan organisasi sel-sel matur.

INFLAMASI

INFLAMASI

inflamasi adalah suatu respons protektif yang ditujukan untuk


menghilangkan penyebab awal jejas sel serta membuang sel dan
jaringan nekrotik yang diakibatkan oleh kerusakan sel.

Dua pola dasar inflamasi:

- Inflamasi akut

- Inflamasi kronik

Pemain utama dalam reaksi radang/ inflamasi:


INFLAMASI AKUT

Merupakan respon segera dan dini terhadap jejas yang


dirancang untuk mengirimkan leukosit ke tempat jejas.
Berlangsung relatif singkat dari beberapa menit sampai
beberapa hari dan ditandai dengan eksudasi cairan dan
protein plasma serta akumulasi leukosit neutrofilik yang
menonjol .
Tanda-tanda klasik pada inflamasi akut :

-- Kalor ( panas)

-- Rubor ( kemerahan/erithema)

-- Tumor (edema / pembengkakan)

-- Dolor (nyeri)

-- Functio Laesa ( penurunan fungsi)

Komponen utama pada inflamasi akut:


Perubahan vesikular : perubahan dalam kaliber pembuluh
darah yang mengakibatkan peningkatan aliran darah
(vasodilatasi) dan perubahan struktural yang
memungkinkan protein plasma untuk meninggalkan
sirkulasi (peningkatan permeabilitas vaskular).
Berbagai kejadian yang terjadi pada sel : emigrasi leukosit
dari mikrosirkulasi dan akumulasinya di fokus jejas
(rekrutmen dan aktivasi selular).

* Perubahan Kaliber dan Arus Vaskular

Peningkatan aliran darah. Perluasan pembuluh kapiler dgn cara dilatasi


pembuluh darah, menyebabkan eritema dan hangat. Dirangsang oleh
histamine. Ekstravasi cairan plasma dan protein Menyebabkan edema.
Emigrasi dan akumulasi leukosit pd lokasi jejas. Dinamakan marginasi.

* Peningkatan Permeabilitas vascular

Vasodilatasi Tekanan hidrostatik meningkat


Permeabilitas vaskuler meningkat Pori-pori kapiler membesar
Protein plasma dlm pembuluh darah keluar menembus
dinding kapiler menuju jaringan cedera TUMOR
(pembengkakan/edema)
Beberapa mekanisme yang mendasari peningkatan permeabilitas
vascular:
* Berbagai Peristiwa yang Terjadi pada Sel

urutan kejadian ekstravasasi leukosit dari lumen pembuluh darah ke


ruang ekstravaskuler dibagi menjadi :

1 Marginasi dan rolling

Karena meningkatnya permeabilitas vaskular yang terjadi pada


inflamasi dini yang menyebabkan cairan keluar dari pembuluh darah
dan aliran darah melambat, terjadi akumulasi leukosit di tepi
pembuluh darah. Proses ini disebut marginasi. Selanjutnya leukosit
berguling guling pada permukaan endotel, untuk sementara
melekat di sepanjang perjalanan itu. Proses ini dinamakan rolling.

2 Adhesi dan transmigrasi sel endotel

Leukosit akhirnya melekat kuat pada permukaan endotel (adhesi)


sebelum merayap di antara sel sel endotel dan melewati membran
basalis masuk ke ruang ekstravaskuler (diapedesis). Adhesi kuat
difasilitasi oleh perubahan afinitas integrin terhadap ligan endotel
yang diinduksi kemokin (faktor kemotaktik) atau rangsangan
lainnya. Integrin biasanya muncul pada membran leukosit tetapi
tidak melekat pada ligannya yang sesuai sampai leukosit diaktifkan
oleh kemotaktik atau rangsangan lainnya (dihasilkan oleh sel
endotel atau sel lain ditempat jejas). Setelah adhesi kuat terjadi
pada permukaan endotel, leukosit bertransmigrasi terutama
dengan merembes diantara sel pada intercellular junction
diperantarai bantuan PECAM 1 (platelet endothelial cell adhesion
molecule 1),protein yang dominan dalam memperantarai proses ini.
Setelah melintasi endhothelial junction, leukosit menembus
membran basalis.

3 Migrasi pada jaringan intertisial terhadap suatu rangsangan


kemotaktik dan aktivasi

Setelah terjadi ekstravasasi dari darah, leukosit bermigrasi menuju


tempat jejas mendekati gradien kimiawi pada suatu proses
kemotaksis. Kemotaksis merangsang pergerakan dan juga
menginduksi respon leukosit lainnya, yang umumnya disebut
aktivitas leukosit :

1 Degranulasi dan sekresi sel lisosom, dan terjadi pembakaran


oksidatif melalui aktivitas protein kinase C yang di indugsi oleh
DAG

2 Produksi metabolit AA melalui aktivasi fosfolipase A2 yang di


induksi oleh kalsium dan DAG

3 Modulasi molekul adhesi leukosit melalui peningkatan kalsium


intrasel, termasuk peningkatan (atau penurunan) jumlah dan
peningkatan (atau penurunan) afinitas.

4 Fagositosis dan degranulasi

Fagositosis dan elaborasi enzim degradatif merupakan dua manfaat


utama dari adanya leukosit yang direkrut pada tempat inflamasi.
Fagositosis terdiri dari 3 langkah berbeda namun saling berkait,
yaitu:

1 Pengenalan dan perlekatan partikel pada leukosit yang menelan


Pengenalan dan perlekatan leukosit pada sebagian besar
mikroorganisme difasilitasi oleh protein serum yang secara
umum disebut opsonin. Opsonin mengikat molekul spesifik pada
permukaan mikroba dan selanjutnya memfasilitasi pengikatnya
dengan reseptor opsonin spesifik pada leukosit.

2 Penelanan, dengan pembentukan vakuola fagositik

Pengikatan partikel teropsonisasi memicu penelanan


(engulfment). Selain itu, pengikatan menginduksi aktivasi selular
yang memacu degradasi mikroba yang ditelan. Pada penelanan
pseudopodia diperpanjang mengelilingi objek, sampai akhirnya
membentuk vakuola fagositik. Membran vakuola kemudian
berfusi dengan membran granula lisosom sehingga terjadi
pengeluaran kandungan granula masuk ke dalam fagolisosom
dan terjadi degranulasi leukosit.

3 Pembunuhan dan degradasi material yang ditelan

Langkah akhir dalam fagositosis mikroba adalah pembunuhan dan


degradasi. Fagositosis merangsang suatu pembakaran oksidatif
yang ditandai dengan produksi metabolit oksigen reaktif.
Pembentukan metabolit oksigen terjadi karena aktivasi cepat suatu
NADPH dan selama prosesnya mengubah oksigen menjadi ion
superoksida. Superoksida kemudian diubah menjadi hidrogen
peroksida. Jumlah hidrogen peroksida umumnya tidak cukup untuk
membunuh. Lisosom neutrofil (granula azurofilik) mengandung
enzim mieloperoksidae (MPO) dan dengan halida seperti Cl
menghasilkan radikal hipoklorat .

NADPH oksidase
2O2 + NADPH 2O2- +
NADP+ + H+

O2- + H+ H2O2

H2O2 + Cl- mieloperoksidase(MPO)


HOCL + OH-
HOCL merukapan oksidan dan anti mikroba yanga sangat kuat
(NaOCL adalah bahan aktif dalam pemutih klorin) yang membunuh
bakteri melalui halogenasi atau dengan peroksidasi protein dan lipid

H2O2 H2O + O2

Pembakaran oksigen membuat H2O2 terurai menjadi air dan O2.

MEDIATOR KIMIAWI INFLAMASI

Prinsip umum beberapa molekul:

Mediator dapat bersirkulasi dalam plasma (khususnya yang disintesis oleh


hati) atau dapat dihasilkan secara lokal oleh sel ditempat terjadinya
inflamasi
Sebagian besar mediator menginduksi efeknya dengan berkaitan pada
resptor spesifik pada sel target

Mediator dapat merangsang sel target untuk melepaskan molekul efektor


sekunder

Mediator hanya dapat kerja pada satu atau sangat mempunyai sedikit
target, atau dapat memmpunyai aktivitas luas ; bisa terdapat perbedaan
hasil yang sangat besar bergantng pada jenis yang dipengaruhi

Fungsi mediator umumnya diatur secara ketat

Alasan utama chek and balance adalah bahwa setiap sebagian besar
mediator memiliki potensi untuk menyebabkan efek yang berbahaya.

Amina Vasoaktif

Histamin

yang tersebar luar di jaringan terutama di dalam sel mast yang


berdekatan dengan pembuluh darah,ada juga yang terdapat di basofil dan
trombosit sirkulasi
Histamin disimpan di grandula sel mast dan dilepaskan sebagai respon

Pada manusia histamin menyebabkan dilatasi arteriol dan merupakan


mediator utama meningkatkan permeabilitas vaskular fase cepat,yang
menginduksi kontraksi endotel vebula dan interendothelial segera setelah
dilepaskan, histamin diinaktifasi oleh histaminase .

Serotonin: ( 5 hidroksitriptamin)

mediator vasoaktif praformasi, yang berefek sama seperti histimin,


ditemukan pada granula pada trombosit ( bersama dengan histamine,
adenosine fosfat dan kalsium) dan dilepaskan saat terjadi agregasi
trombosit)

neuropeptide:

dapat menginisiasi respon radang, neuropeptida merupakan protein kecil


yang mentransmisikan sinyal nyeri, mengatur tonus pembuluh darah,
mengatur permeabilitas vascular. Serabut syaraf yang menyekresi
neuropeptida terutama terdapat pada paru dan traktus gastrointestinal.

PROTEASE PLASMA
Fenomena pada inflamasi akut

Efek vaskular. C3a dan c5a ( disebut juga anafilatoksin) meningkatkan


permeabilitas vaskuler dan menyebabkan vasodilatasi dengan menginduksi sel
mast untuk melepaskan histaminnya.

Aktifasi leukosit ,adhesi dan kemotaksis. C5a mengaktifasi leukosit dan


meningkatkan afinitas integrinya sehingga meningkatkan adhesi terhadap
endotel.

Fagositosis : pada saat melekat di permukaan mikroba c3b bertindak


sebagai opsonin , membantu fagositosis oleh sel yang memuat reseptor
c3b ( neutrofil dan makrofag.

kesimpulan umum berkaitan dengan protease plasma

faktor heagemen teraktifasi ( faktor XIIa) menginisiasi empat sistem yang


terlibat dalam respon radang : 1. sistem kinin menghasilkan kinin vasoaktif (2)
sistem pembekuan ,menginduksi aktivasi trombin ,fibrinopeptida, semuanya
dengan bahan peradangan, (3) fibrinolisis menghasilkan plasmin dan
mendagradasi trombin (4) sistem komplemen menghasilkan anafilatoksin c3a
dan c5a

Bradikinin ,c3a dan c5a merupakan mediator utama pada peningkatan


permeabilitas vaskular

C5a merupakan mediator utama kemotaksis

Trombin memiliki efek yang bermakna pada banyak sel dan jalurnya
( adhesi leukosit, permeabilitas vaskular,kemotaksis)

Banyak produk yang dihasilkan ( kallikerin dan plasmin) dapat


memperkuat sistem melalui aktifasi umpan balik faktor hegeman.
metabolisme asam arakhidonat: prostalgandin, leukotrin,lipoksin

Pembentukan Metabolit Asam Arakhidonat (eikosanoid)

Terjadi melalui satu atau dua jalur, yaitu:

1 Jalur siklooksigenase

produk yg dihasilkan : prostaglandin (PG)E 2 (PGE2), PGD2, PGF2,


PGI2 (prostasiklin), & tromboksan A 2 (TXA2). masing: dihasilkan oleh krj
enzim spesifik. Bbrp enzim memiliki distribusi jaringan terbatas. Mis.
Trombosit mengandung enzim tromboksan sintase, shg TXA 2, bahan
pengagregasi trombosit & vasokonstriktor yg poten, merupakan produk
utama prostaglandin dlm trombosit tsb. Endotel di lain pihak
kekurangan tromboksan sintase, tapi memiliki protaksilin sintase, shg
membentuk PGI2, suatu vasodilator & inhibitor agregasi trombosit yg
poten.

PGD2 menyebabkan vasodilatasi & meningkatkan pembentukan


edema. PGE2 membantu meningkatkan sensitivitas nyeri trhdp berbagai
rangsang lainnya & berinteraksi dgn sitokin yg menyebabkan demam.

2 Jalur lipoksigenase

5-lipoksigenase (5-LO) enzim yg memetabolisme AA yg


menonjol di dlm neutrofil, & produk yg dihasilkan dr krj enzim ini paling
byk dikenali. Derivat 5-hidroperoksi AA, 5-HPETE (asam 5-
hidroperoksieikosatetraenoat), sangat tdk stabil & direduksi mnjd 5-
HETE (asam hidroksieikosatetraenoat)yg bersifat kemotaktik trhdp
neutrofil atau diubah menjadi klmpk senyawa yg disebut leukotrien.

leukotrien pertama dihasilkan dr 5-HPETE disebut leukotrien A4


(LTA4), selanjutnya menjadi LTB4 mll penambahan glutation. LTB4
merupakan egen kemotaksis poten & menyebabakan agregassi
neutrofil. LTC4 dan metabolit berikutnya, LTD 4 dan LTE4, menyebabkan
vasokontriksi, bronkospasme, dan peningkatan permeabilitas vaskular.

3 Lipoksin disintesis dgn menggunakan jalur transelular

oleh krn itu, trombosit tdk dpt membentuk sendiri lipoksin A 4 dan
B4 (LXA4 dan LXB4), tp dpt membentuk metabolit dr LTA 4 intermedia yg
berasal dr neutrofil yg berdekatan. Lipoksin memiliki 2 cara krj, baik
pro- maupun antiinflamasi. Contoh, LXA 4 menyebabkan vasodilatasi &
melawan vasokontriksi yg distimulasi oleh LTC4; aktivitas lainnyua
adalah menginhibisi kemotaksis dan adhesi neutrofil sambil
merangsang adhesi monosit.hubungan kebalikan antara pembentukan
lipoksin dan leukotrien mengesankan bahwa lipoksin dpt menjadi
regulator negatif endogen alami dr krj leukotrien.

Kerja Eikosanoid
Pada Inflamasi

Faktor pengaktifasi trombosit ( PAF, PLATELET-ACTIVATING FACTOR)

Mediator lain yang berasal dari fosfolipid

Merupakan acetil gliserol eter fosfokolin , yang dibentuk dari fosfolipid =


neutrofil, basofil, endotel, dan trombosit.
Menyebabkan fase konstriksi dan bronkokonstriksi dapat meningkatkan
permeabilitas vaskular.

Sitokin: produk polipeptida ,limfosit dan makrofag teraktifasi dihasilkan


selama terjadi respon imun.

Sitokin di bagi menjadi 5 kelompok

Sitokin yang mengatur fungsi limfosit sepserti aktivasi , pertumbuhan dan


diferensiasi

Sitokin yang terdapat pada imunitas bawaan yaitu respon primer terhadap
rangsang yang membahayakan

Sitokin yang mengaktifkan sel radang ( terutama makrofag selama terjadi


respon imun yang diperantarai oleh sel

Sitokin yang merangsang hematopoiesis yaitu faktor perangsang koloni


monosit granulosit.

Kemokin yang memiliki aktivitas kemotksis terhadap berbagai leukosit.

Peran Nitrit oksida dalam inflamasi

Relaksasi otot polos pembuluh darah (vasodilatasi)

Antagonisme semua tahap aktifasi trombosit (adhesi,agregasi,degranulasi)

Penurunan rekrutmen leukosit pada tempat radang

Berperan sebagai agen mikrosbisidal (dengan atau tanpa radikal


superoksida) pada makrofag teraktifasi)

Radikal bebas yang berasal dari oksigen

Terlibat dalam berbagai mekanisme cedera jaringan :

Kerusakan endotel disertai trombosis dan peningkatan permeabilitas

Aktivasi protease dan inaktivasi antiprotease disertai peningkatan bersih


pemecahan matriks ekstraselular

Jejas langsung pada sel lainnya

Ringkasan tentang mediator kimia pada inflamasi akut

Vasodilatasi terutama diatur oleh prostaglandin PGI2,dan TXA2 serta oleh


NO sementara permeabilitas vaskular yang meningkat kemungkinan
diperantarai melalui histamin,anafilatoskin (C3A dan C5A),kinin,PAF,serta
leukotrien C,D dan E.

Kemoktaksis dikendalikan dengan kuat oeh C5A,LTB dan Kemokin.


Sitokin dan Prostaglandin juga memiliki peran utama dalam aktifasi
leukosit dan endotel serta dalam manisfestasi sistemik inflamasi akut.

Akhirnya kerusakan jaringan sebagian besar dapat disebabkan oleh


NO,Radikal bebas yang berasal dari oksigen dan enzim lisosom leukosit

Efek inflamasi dan mediator utamanya

Vaso dilatasi

Prostaglandin

Nitrit oksida

Peningkatan permeabilitas vaskular

Amin vasoaktif( histimin,serotin)

C3a dan c5a

Bradikinn

Leukotrien c4,D4,E4

Paf ( petelatet activating factor

Kemotaksis ,aktivasi leukosit

C5a

Leukotrien B4

Produk bakteri kemokin

Nyeri

Prostaglandin

Bradikinin

kerusakan jaringan

Metabolit oksigen

Nitrit oksida

Enzim lisosom neutrofil dan makrofag

Akibat infalmasi akut ada 3:

Resolusi

Jika cedera bersifat terbatas atau berlangsug singkat,tidak terdapat


kerusakan jaringan ataupun kerusakan kecil, dan jika jaringan mampu
mengganti setiap sel yang cedera secara ireversibel, biasanya terjadi
perbaikan terhadap normalitas histologi dan fungsional

o Prosesnya meliputi:

o Pembuangan terhadap mediator kimiawi, normalisasi permiabilitas


vaskular, dan penghentian emigrasi leukosit diikuti dengan kematian
(lewat apoptosis) neutrovil yang mengalami ektravasasi.

o Akhirnya usaha penggabungan antara drainase limfatik dan penelanan


makrofag pada debris nekrotik menyebabkan pembersihan cairan
edema,sel radang, dan sisa el yang rusak dari medan pertempuran

Pembentukan jaringan parut (scarring) atau fibrosis

Terjadi setelah destruksi jaringan yang substansial atau ketika terjadi


inflamasi pada jaringan yang tidak bergenerasi.eksudat terbentuk dan
manimbulkan fibrosis.

Pembentukan abses dapat terjadi pada keadaan meluasnya infiltrat


neutrofil . Oleh karena meluasnya destruksi jaringan yang mendasari ,
satu-satunya pembentukan abses adalah pembentukan jaringan parut

Kemajuan kearah inflamasi kronik

Bisa terjadi setelah inflamasi akut ,walaupun tanda inflamasi kronik dapat
muncul pada awal jejas( misal pd infeksi virus) inflamasi kronik dapat diikuti oleh
generasi pada struktur dan fungsi normal atau bisa menimbulkan jaringan parut.

Anda mungkin juga menyukai