MANAJEMEN KERACUNAN
DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 4
FITRI WULANDARI
MILA PEBRIYANTI
RAVIKA YULITA
WIRA ANISA
YUDI JASWAN
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Racun adalah zat atau senyawa yang masuk ke dalam tubuh engan berbagai cara yang
menghambat respon pada sistem biologis dan dapat menyebabkan gangguan kesehatan,
penyakit, bahkan kematian. Keracunan sering di hubungkan dengan pangan atau bahan
kimia. Pada kenyataannya bukan hanya pangan atau bahan kimia saja yang dapat
menyebabkan keracunan. Di sekeliling kita ada racun alam yang terdapat pada beberapa
tumbuhan dan hewan. Salah satuna adalah gigitan ular berbisa, makanan, maupun akibat gas
beracun.
Pertolongan terhadap keracunan yang di timbulkan oleh zat apapun haruslah di
persiapkan dengan sebaik-baiknya. Pertolongan yang keliru atau secra berlebihan justru
mendatangkan bahaya baru. Identifikasi racun merupakan usaha untuk mengetahui bahan, zat
atau obat yang diduga sebagai penyebab terjadi keracunan, sehingga tindakan
penganggulangannya dapat dilakukan dengan tepat, cepat dan akurat. Dalam menghadapi
peristiwa keracunan, kita berhadapan dengan keadaan darurat yang dapat terjadi dimana dan
kapan saja serta memerlukan kecepatan untuk bertindak dengan segera dan juga mengamati
efek dan gejala keracunan yang timbul.
Di sekeliling kita ada racun alam yang terdapat pada beberapa tumbuhan dan hewan.
Salah satunya adalah makanan, gigitan ular berbisa yang sering terjadi di daerah tropis dan
subtropis. Bisa gigitan ular adalah kedaruratan medis, 95% gigitan ular terjadi pada anggota
badan sehingga tindakan pertolongan pertama dapat mudah dilakukan.
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian manajemen keracunan.
2. Anatomi fisiologi
3. Jenis jenis keracunan.
4. Bagaimana patofisiologi keracunan yang di akibatkan oleh makanan, zat kimia, gigitan
ular, serangga, dan keracunan gas.
5. Apakah tanda-tanda dan gejala dari keracunan tersebut.
6. Mengetahui cara pertolongan pertama dan perawatan lanjutan pada pasien dengan
keracunan.
C. Tujuan Penulisan
1. Mempelajari apa itu manajemen keracunan.
2. Mengetahui anatomi fisiologi
3. Mengetahui jenis-jenis keracunan
4. Mempelajari patofisiologi akibat keracunan
5. Menjelaskan tanda-tanda dan gejala keracunan
6. Mengetahui cara pertolongan pertama dan perawatan lanjutan pada pasien dengan
keracunan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian keracunan
Racun adalah zat atau senyawa yang masuk ke dalam tubuh dengan berbagai cara yang
menghambat respon pada pasien biologis dan dapat menyebabkan gangguan kesehatan,
penyakit, dan bahkan kematian.
Keracunan sering dihubungkan dengan pangan atau bahan kimia. Pada kenyataannya
bukan hanya pangan atau bahan kimia saja yang menyebabkan keracunan. Di sekeliling kita
ada racun alam yang terdapat pada beberapa tumbuhan dan hewan. Beberapa contoh
keracunan antara lain keracunan obat-obatab, keracunan zat kimia, keracunan gigitan ular,
keracunan gigitan serangga, dan keracunan gas.
B. Anatomi Fisiologi
1. Sistem Pencernaan
2. Sistem Pernafasan
Paru-paru adalah struktur elastis seperti spons. Paru-paru berada dalam rongga thorak,
yang terkandung dalam tulang-tulang iga dan letaknya di sisi seblah kiridan kanan
mediastinum (struktur blok padat yang berada di belakang tulang dada, paru-paru
menutupi jantung, arteri dan vena besar, esophagus dan trakea). Paru-paru juga dilapisi
oleh pleura yaitu parietal pleura (dinding thorak) dan viseeral pleura (membrane serous).
Di antara rongga pleura ini terdapat rongga potensial yang disebut rongga pleura yang di
dalamnya terdapat cairan surfaktan sekitar 10-20 cc cairan ang berfungsi untuk
menurunkan gaya gesek permukaan selama pergerakkan kedua pleura saat respirasi.
Tekanan rongga pleura dalam keadaan normal ini memiliki tekanan 2,5mmHg.
Paru-paru divaskularisasi dari dua sumber yaitu :
a. Arteri bronchial yang membawa zat-zat makanan pada bagian conduction portion,
bagian paru yang tidak terlibat dalam pertukaran gas. Darah kembali melalui vena-vena
bronchial.
b. Arteri dan vena pulmonal yang bertanggungjawab pada vaskularisasi bagian paru yang
terlibat dalam pertukaran gas yaitu alveolus.
Mekanisme pernafasan
a. Inspirasi
Inspirasi terjadi karena adanya kontraksi otot dan mengeluarkan energi maka
inspirasi merupakan proses aktif. Agar udara dapat mengalir masuk ke paru-paru,
tekanan di dalam paru harus lebih rendah dari tekanan atmosfer. Tekanan yang rendah
ini di timbulkan oleh kontraksi otot-otot pernapasan yaitu diafragma dan molekul
intercosta. Kontraksi ini menimbulkan pengembangan paru, meningkatnya volume
intrapulmoner. Peningkatan volume intrapulmoner menyebabkan tekanan
intrapulmoner (tekanan di dalam alveoli) dan jalan nafas padaparu menjadi lebih kecil
dan tekanan atmosfer sekitar 2 mmHg atau sekitar ¼ dari 1% tekanan atmosfer,
disebabkan tekanan negative ini udara dari luar tubuh dapat bergerak masuk ke dalam
paru-paru sampai tekanan intrapulmonal seimbang kembali dengan tekanan atmosfer.
b. Ekspirasi
Ekspirasi merupakan proses yang pasif, dimana dihasilkan akibat relaksasinya
otot-otot yang berkontaksi selama inspirasi. Ekspirasi yang kuat dapat terjadi karena
kontraksi yang kuat/aktif dari molekul intercostalis internal dan molekul abdominalis.
Kontraksi molekul abdominalis mengkompresi abdomen dan mendorong isi abdomen
mendesak diafagma ke atas.
3. Sistem Hematologi
Darah adalahsuatu suspensi partikel dalam suatu larutan kolid cair yang mengandung
elektrolit dan merupakan suatu medium pertukaran antar sel yang tersifikasi dalam
tubuh dan lingkungan luar.
3. Trombosit (Platelet)
a. Trombosit adalah fragmen sel-sel yang berasal dari megakariosit besar di
sumsung tulang. Trombosit berperan penting dalam hemostasis, penghentian
peredaran dari pembuluh darah yang cidera.
b. Nilai normal dari trombosit adalah 150.000 – 400.000 mm3.
c. Fungsi dari trombosit adalah:
Memelihara peredaran agar tetap utuh setelah mikrotrauma yang terjadi
sehari-hari pada endotel.
Mengawali penyumbatan pembuluh darah yang terkena trauma.
Menjaga stabilitas fibrin.
C. Jenis-Jenis Keracunan
1. Keracunan pada sistem pencernaan
a. Keracunan bahan kimia
1. Etiologi
a) Baygon
Baygon termasuk kedalam insektisida karbonat, akibat insektisida biasanya
terjadi karena kecelakaan dan percobaan bunuh diri.
b) Amphetamine
Amphetamine adalah sejenis obat-obatan yang biasanya terbentuk dari pil, kpsul
dan serbuk yang dapat memberikan rangsangan bagi perasaan manusia. Salah satu
jenis amphetamine adalah methaphetamin. Tingkah laku yang kasar dan tak terduga,
merupakan hal biasa bagi pemakai kronis. Jika kamu menggunakan amphetamine,
maka amphetamine ini akan merangsangan tubuh melampaui batas maksimum dari
kekuatan fisik yang ada.
c) Morfin
Morfin adalah hasil olahan dari opium/candu mentah. Morfin merupakan
alkaloida utama dari opium (C17H19NO3). Morfin rasanya pahit, terbentuk tepung
halus berwarna putih atau berbentuk cairan berwarna. Pemakaiannya dengan cara di
hisap atau disuntikkan.
2. Manifestasi klinis
a. Sianosis
b. Takipnoe,dispnea
c. Nadi lemah
d. Takikardi
e. Aritmia jantung
f. Iritasi mulut, rasa terbakar pada selaput mukosa mulut dan esophagus, mual dan
muntah.
g. Malaise
3. Patofiologi
Insektisida ini bekerja dengan menghambat dan menginaktivasikan enzim
asetilkolinesterase, enzim ini secara normal menghancurkan asetilkolin yang dilepaskan
oleh sistem saraf pusat, ganglion autonom, ujung-ujung saraf parasimpatis, dan ujung-
ujung saraf motorik. Hambatan asetilkolinesterase menyebabkan tertumpuknya sejumlah
besar asetilkolin pada tempat-tempat terebut.
Asetilkolin itu bersifat mengeksitasi dari neuron-neuron yang ada di post sinaps,
sedangkan asetilkolinesterasenya diinaktifkan, sehingga tidak terjadi adanya katalisis
dari asam asetil dan kholin. Terjadi akumulasi dari asetilkolin di sistem saraf tepi, sistem
saraf pusat neuromuscular junction dan sel darah merah. Akibatnya akan menimbulkan
hipereksitasi secara terus menerus dari reseptor muskalinik dan nikotinik.
Didalam kasus kita ini menyangkut keracunan baygon, perlu diketahui dulu bahwa di
dalam baygon ini mengandung 2 racun yaitu propoxur dan transfluthrin. Propoxur
adalah senyawa karbonat yang merupakan senyawa seperti organofosfat tetapi efek
hambatan cholin esterase bersifat revesibel dan tidak mempunyai efek sentral karena
tidak dapat menembus blood brain barrier. Gejala klinis sama dengan keracunan
organofosfat tetapi lebih ringan dan waktuny lebih singkat. Penatalaksanaannya juga
sama seperti pada keracunan organofosfat.
Dampak terbanyak dari kasus ini adalah pada sistem saraf pusat yang akan
mangakibatkan tingkat kesadaran dan depresi pernapsan. Fungsi kardiovaskuler
mungkin juga terganggu, sebagian karena efek toksik langsung pada miokard dan
pembuluh darah perifer, dan sebagian lagi karena depresi pusat kardiovaskuler di otak.
Hipotensi yang terjadi mungkin berat dan bila berlangsung lama mungkin berat dan bila
berlangsung lama dapat mengakibatkan kerusakan ginjal, hipotermia terjadi bila ada
depresi mekanisme pengaturan suhu tubuh. Gambaran khas syok mungkin tidak tampak
karena adanya depresi sistem saraf pusat dan hipotermia. Hipotermia yang terjadi akan
memperberat syaok, asidemia, dan hipoksia.
4. Patoflow (terlampir)
5. Penatalaksanaan
a. Antidote
Pada pasien yang sadar :
Bilas lambung
Injeksi sulfas atropine 2 mg (8 ampul) intramuscular.
30 menit kemudian berikan 0,5 mg SA (2 ampul) IM, diulang tiap 30 menit
sampai terjadi artropinisasi.
Setelah artropenisasi tercapai, diberikan 0,25 mg SA (1 ampul) IM, tiap 4 jam
selama 24 jam.
b. Penanganan syok
Jika ada gangguan sirkulasi segera tangani kemungkinan syok yang tepat, dengan
memasang Iv line, mungkin ini berhubungan dengan kerja kardio depresan dari obat
yang ditelan, pengumpulan aliran vena di ekstremitas bawah atau penurunan
sirkulasi volume darah, sampai dengan meningkatnya permeabilitas kapiler. Kaji
TTV, kardiovaskuler dengan mengukur nadi , tekanan darah, tekanan vena sentral,
dan suhu. Stabilkan fungsi kardiovaskuler dan pantau EKG.
6. Tes Diagnostik
a) Pemeriksaan khusus misalnya pengukuran kadar AChE dalam sel darah merah dan
plasma, penting untuk memastika diagnosis keracunan akut maupun keracunan
kronik.
b) Keracunan kronik : bila kadar AChE menurun sampai 25-50%, setiap individu yang
berhubungan dengan insektisida ini harus segera di singkirkan dan aru di izinkan
bekerja kembali bila kadar AChE telah meningkat > 75% normal.
b. Keracunan makanan
Keracunan makanan adalah masuknya zat racun dari bahan makanan yang kita
makan ke dalam tubuh karena ikut tertelan bersama makanan.
1. Sakit mendadak, bisa berupa kram perut, umumnya terjadi beberapa aat setelah
mengonsumsi makanan yang mengandung racun atau dalam waktu 12-27 jam.
Keadaan ini merupakan salah satu usaha tubuh menolak racun yang mauk ke perut.
2. Muntah dan diare, merupakan akibat umum dari keracunan makanan, dimana tubuh
melakukan usaha untuk membersihkan diri dari racun yang masuk ke tubuh.
3. Gejala berkembang dengan cepat karena dosis yang bsar.
4. Anamneses menunjukkan kearah keracunan, terutama kasus percobaan bunuh diri,
pembunuhan atau kecelakaaan.
5. Keracunan kronis di curigai bila di gunakannya obat dalam waktu lama atau lingkungan
pekerjan yang berhubungan dngan zat kimia.
Jenis-jenis keracunan makanan
1. Keracunan jengkol
Jengkol bahan makanan seperti yang mengandung vitamin B1. Menurut berbagai
penelitian menunjukkan bahwa jengkol juga kaya akan karbohidrat, protein, vitamin
A, vitamin B, vitamin C, fosfor, kalsium, alkaloid, minyak atsiri, steroid, glikosida,
tannin, dan saponin. Khusus untuk vitamin C terdapat kandungan 80 mg pada
100gram biji jengkol, sedangkan angka kecukupan gizi yang dianjurkan perhari adalah
75 mg untuk wanita dewasa dan 90 mg untuk priadewasa. Cara pengolahannya
bermacam-macam, bisa di buat emping jengkol, dimakan mentahna sebagai lalap, dan
lain-lain. Jengkol mempunyai bau yang khas yang tidak sedap, tetapi banyak orang
yang menyukainya. Asam jengkol terjadi di dalam biji jengkol di sebabkan pengaruh
kondensi Formaldehydedan Cysteine. Asam jengkol sukar larut dalam air dingin
dalam 30° C kadar larut 1:2000 di dalam air mendidih 1:200.perlu juga di perhtikan
bagi orang yang mempunyai indikasi penyakit ginjal atau fungsi ginjalnya kurang baik
agar waspada terhadap peristiwa kejengkolan, karena dapat berakibat fatal. Apakah
penyebabnya karena keadaan perorangan atau karena ifat dari asam jengkol yang sukar
larut dalam air dingin sehingga menyebabkan tersumbatnya (terganggunya fungsi
ginjal).
b. Patofisiologi
Keluhan pada umumnya timbul dari waktu 5-12 jam setelah mengkonsumsi
jengkol. Keluhan yang tercepat adalah 2 jam yang terlambat adalah 36 jam
sesudah konsumsi biji jengkol. Hal itu terjadi karena kandungan asam jengkolat
didalamnya. Asam jengkolat merupakan salah satu komponen yang terdapat pada
biji jengkol, kandungannya bervariasi tergantung pada varietas dan umur biji
jengkol. Asam jengkolat dapat mengakibatkan gangguan kesehatan, penyebabnya
adalah terbantuknya Kristal asam jengkolat yang akan dapat menyumbat traktus
urinalis. Jika Kristal yang terbentuk semakin banyak, lama-kelamaan dapat
menimbulkan gangguan pada saat BAK. Bahkan, jika terbentuk infeksi, akan
menimbulkan gangguan yang lebih parah. Dalam jumlah tertentu, asam jengkolat
dapat membentuk kristal. Kristal tersebut dapat menyumbat dan bahkan
menimbulkan luka pada saluran perkemihan, sehingga urine yang keluar sedikit
dan kadang-kadang menimbulkan perdarahan.
c. Penatalaksanaan
a) Beri klien air putih yang banyak supaya kadar asam jengkolat lebih encer,
sehingga lebih mudah di buang melalui urine.
b) Bila gejala penyakit berat (origuria, hematuria, anuria, dan tidak dapat
minum) penderita perlu di rawat dan diberi infus nutrium bikarbonat dalam
larutan glukosa 5%. Dosis untuk dewasa dan anak-anak 2-5 mEq/kg berat
badan natrium bikarbonat diberikan secara infuse selama 4-8 jam.
c) Antibiotika hanya di berikan apabila ada infeksi sekunder.
2. Singkong
b. Patofisiologi
Asam sianida ( HCN) adalah sutu asam kuat yang menyebabkan asfiksia.
Asam ini akan menganggu oksidasi (pengangkut O2) ke jaringan dengan jalan
mengikat enzim sitokrom oksidase. Oleh adanya ikatan ini, O2 tidak dapat
digunakan oleh jaringan sehingga organ yang sensitif terhadap kekurangan O2
akan sangat menderita terutama jaringan otak. Akibatnya akan terlihat pada
permukaan suatu tingkat stimulasi dari pada susunan saraf pusat yang di susul
oleh tingkat depresi dan akhirnya timbul kejang oleh hypoksia dan kematian oleh
kegagalan pernafasan. Kadang-kadang dapat timbul detak jantung yang ireguler.
Dosis letal (mematikan) dari HCN adalah 60-90 mg. waktu kerja HCN akan
semakin cepat jika HCN ditelan pada saat lambung kosong dimana kadar asam
lambung sangat tinggi.
HCN adalah suatu racun yang bekerja sangat cepat, kematian dapat
ditimbulkan dalam beberapa menit apabila HCN murni di telan dalam keadaan
lambung kosong dalam kadar asam yang tinggi, maka kerja racun ini sangat cepat
sekali. HCN dalam bentuk cair dapat di serap oleh kulit dan mukosa, tetapi garm
sianida hanya berbahaya jika dimakan. Dosis letak dari pada HCN ialah 60-90 mg.
sebenarnya tubuh mempunyai daya proteksi terhadap HCN ini dengan cara
detoksikasi HCN menjadi ion tiosinat yang relatif kurang toksik. Detoksikasi ini
berlangsung dengan perantara enzim transulfurase. Enzim ini terdapat di dalam
jaringan, terutama hati. Tubuh sebernarnya mempunyai kemampuan
mendetoksikasi HCN tetapi sistem enzim ini dapat di percepat dengan
memasukkan sulfur di dalam tubuh. Secara klinis hal inilah yang dipakai sebagai
dasar mentuntikan natrium tiosulfat pada pengobatan keracunan oleh singkong.
Hydrogen sianida masuk kedalam tubuh dengan cepat di distribusika
keseluruh tubuh oleh darah. Tingkat sianida di dalam berbagai jaringan manusia
pada kasus keracunan HCN yang telah di laporkan, bahwa pada lambung:0,03,
pada darah:0,5, pada hati:0,03, pada ginjal:0,11, pada otak:0,07, pada urin:0,2
(MG/100 g). secara fisiologi tubuh hydrogen sianida menginaktifasi enzim
sitokrom oksidase dalam mitokondria sel dengan mengikat Fe3-Fe2 yang
terkandung di dalam enzim. Hal ini dapat menyebabkan penurunan dalam
permanfaatan oksigen dalam jaringan. Sehingga organ yang sensitif dalam kondisi
kurangnya O2 akan sangat menderita terutama jaringan otak. Sehingga dapat
menimbulkan asfiksia, hipoksia, dan kejang.
Selain itu sianida menyebabkan peningkatan glukosa darah dan kadar asam
laktat serta penurunan ATP yang menunjukkan pergeseran dari aerob untuk
metabolisme anaerob. Hidro sianida akan mengurangi ketersedian energi ke semua
sel, tetapi efeknya akan semakin cepat muncul pada sistem pernafasan pada
jantung.
c. Gejala klinis
Biasanya gejala akan timbul beberapa jam setelah makan singkong. Gejala
keracunan singkong ini antara lain sebagai barikut :
a) Gangguan saluran pencernaan seperti mual, muntah, dan diare.
b) Sesak nafas, takikardi, cyanosis, dan hipotensi.
c) Parasaan pusing, lemah, kesadaran menurun (apatis, koma).
d) Kejang-kejang, dan syok.
d. Penatalaksanaan
Sebelum dibawa kerumah sakit pasien dapat di berikan pertolongan pertama
oleh penolong atau keluarga pasien memberikan arang aktif, namun dalam
pemberian arang aktif ini harus berhati-hati dan sesuai dengan dosis yang
tercantum dalam kemasannya. Rangsangan muntah dapat dilakukan setelah arang
aktif tidak tersedian dan perjalanan ke rumah sakit membutuhkan waktu lebih dari
20 menit, Pengobatan harus dilakukan secepatnya.
3. Keracunan Sirkulasi
a. Gigitan ular dan serangga
Beberapa ular berbisa dapat dikenali melalui ukuran, bentuk, warna kebiasaan
dan suara yang dikeluarkan saat merasa terancam. Beberapa cirri ular berbisa
adalah bentuk kepala segitiga, ukuran gigi taring kecil, dan pada luka bekas gigitan
terdapat bekas taring.
1. Gigitan ular
a. Terdapat 3 famili ular yang berbisa, yaitu:
Elapidae : memiliki taring pendek dan tegak permanen. Beberapa contoh
anggota famili ini adalah ular cabai (maticora intestinalis).
b. Bisa ular mengandung toksin dan enzim yang berasal dari air liur. Bisa
tersebut bersifat.
1) Eurotoksin : berakibat pada saraf perifer atau sentral. Berakibat fatal
karena paralise otot-otot urik. Manifastasi klinisnya : kelumpuhan otot
pernafasan, kardiovaskuler yang terganggu, derajat kesadaran menurun
sampai dengan koma.
2) Haemotoksin : bersifat hemolitik dengan zat antara fosfolipase dan
enzim lainnya atau menyebabkan koagulasi dengan mengaktifkan
protombin. Perdarahan itu sendiri sebagai akibat lisisnya sel daraha
merah karena toksin. Manifestasi klinis : luka bekas gigitan yang terus
berdarah, haematom pada tiap suntikan IM, hematuria, hemoptisis,
hematemesis, gagal ginjal.
3) Myotoksin : mengakibatkan rhabdomiolisis yang sering berhubungan
dengan mhaemotoksin. Myoglobulinuria yang menyebabkan
kerusakan ginjal dan hiperkalemia akibat kerusakan sel-sel otot.
4) Kardiotoksin : merusak serat-serat otot jantung yang mnimbulkan
kerusakan otot jantung.
5) Cytotoksin : dengan melepaskan histamin dan zat vasoaktifamin
lainnya berakibat terganggunya kardiovaskuler.
6) Enzim-enzim : termasuk hyaluronidase sebagai zat aktif pada
penyebaran bisa.
c. Gigitan Serangga
Insect bites adalah gigitan atau serangatan serangga. Insect bites adalah
gigitan yang diaibatkan karena serangga yang menyengat atau mengigit
seseorang. Beberapa contoh masalah serius yang diakibatkan oleh gigitan
atau serangan serangga di antaranya adalah :
1) Reaksi alergi berat ( Anaphylaxis)
Reaksi ini tergolong tidak biasa, namun dapat mengancam
kehidupan dan membutuhkan pertolongan darurat. Tanda-tanda atau
gejalanya adalah :
Terkejut (shock), dimana ini bisa terjadi bila sistem peredaran
darah.
Tidak mendapatkan masukkan darah yang cukup untuk organ-organ
penting (vital).
Batuk, desahan, sesak nafas, merasa sakit di dalam mulut atau
kerongkongan (tenggorokan ).
Bengkak di bibir, lidah, telinga, kelopak mata, telapak tangan,
telapak kaki, dan selaput lendir.
Pusing, mual, diare, dan nyeri pada perut
Rasa gatal dengan bintik-bintik merah dan bengkak.