Anda di halaman 1dari 7

PRAKTIKUM PERTANIAN ORGANIK

“MENJAWAB SOAL”

Disusun oleh:
Nama : Evi Avriliyanti Pratiwi
NIM : 215040200111222
Kelas :A
Asisten : Rendio Rafliandika

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG

2024
1. Apa yang dimaksud dengan pertanian organik?
Jawab:
Pertanian organik merujuk pada metode pertanian yang menggunakan prinsip-
prinsip alami untuk menghasilkan tanaman dan produk pertanian tanpa
menggunakan bahan kimia sintetis seperti pestisida, herbisida, atau pupuk
kimia. Pertanian organik mengutamakan penggunaan sumber daya alami,
pemeliharaan keanekaragaman hayati, dan praktik-praktik yang ramah
lingkungan untuk menjaga kesuburan tanah dan kesehatan tanaman. Metode ini
juga mengedepankan praktik-praktik budidaya yang berkelanjutan untuk
menjaga keseimbangan lingkungan dan mendukung kesejahteraan petani serta
konsumen. Sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian Nomor
64/Permentan/OT.140/5/2013 tahun 2013 mengenai Sistem Pertanian Organik,
menyatakan bahwa sistem pertanian organik adalah suatu pendekatan
manajemen produksi yang menyeluruh untuk memperbaiki dan memajukan
kesehatan agroekosistem, termasuk keanekaragaman hayati, siklus biologi, dan
aktivitas biologi di dalam tanah. Penjelasan tersebut sejalan dengan pandangan
yang disampaikan oleh Septiadi (2020) yang menyatakan bahwa pertanian
organik adalah salah satu metode bercocok tanam yang menggunakan input
produksi alami, tanpa memanfaatkan bahan-bahan sintetis dalam proses
produksinya. Hal ini juga sejalan dengan Purwantini (2019), bahwa konsep
pertanian organik adalah mengembangkan kelestarian lahan pertanian dengan
pertanian yang kembali ke alam, tanpa menggunakan pupuk kimia ataupun
pestisida.
2. Mengapa pada pertanian organik, GMO dihindari? Apakah berkaitan
dengan prinsip dasar pertanian organik?
Jawab:
Pada pertanian organik, penghindaran terhadap GMO (Genetically Modified
Organisms) seringkali dikaitkan dengan prinsip dasar pertanian organik yang
menekankan penggunaan metode alami dan berkelanjutan dalam budidaya
tanaman. Hal ini sejalan dengan Lestari (2022), bahwa sistem pertanian organik
bervariasi di berbagai negara, tetapi pada dasarnya memiliki tujuan yang serupa,
yaitu untuk melindungi tanah dan menjaga keanekaragaman hayati. Organisme
yang dimodifikasi secara genetik (GMO) adalah organisme yang mengalami
perubahan genetik menggunakan teknik rekayasa genetika. Alasan mengapa
GMO dihindari dalam pertanian organik karena mengedepankan konsep
pemeliharaan keseimbangan ekosistem. Aliran gen dari organisme transgenik
ke jenis liar (wild type) memiliki implikasi, termasuk mempercepat evolusi
secara invasif dan persisten, serta dapat menyebabkan kepunahan pada wild
type (Prianto dan Yudhasasmita, 2017). Pertanian organik berupaya menjaga
keseimbangan ekosistem dan keanekaragaman hayati. Pengenalan GMO dapat
mengganggu ekosistem alami dengan memperkenalkan organisme yang
dimodifikasi secara genetik ke lingkungan yang mungkin tidak dapat
dikendalikan dengan baik.
3. Mengapa pertanian organik sangat bergantung pada kesuburan tanah?
Jawab:
Pertanian organik sangat bergantung pada kesuburan tanah karena sistem
pertanian organik menekankan penggunaan bahan organik alami sebagai
sumber nutrisi bagi tanaman. Tanah yang subur memiliki kandungan nutrisi
yang cukup, struktur tanah yang baik, dan mikroorganisme yang seimbang,
yang semuanya merupakan faktor penting untuk mendukung pertumbuhan
tanaman yang sehat dan produktif. Hal ini juga dijelaskan oleh Zuhaida (2018),
bahwa tanah yang subur ditandai dengan adanya lapisan humus tebal yang kaya
akan bahan organik dan nutrisi, memungkinkan penyerapan air yang baik dan
meningkatkan daya hisap tanah. Kedua, tanah yang baik memiliki pH netral,
antara 6 hingga 8, yang memungkinkan ketersediaan unsur hara yang seimbang
bagi tanaman. Ketiga, tanah subur memiliki tekstur lempung yang mampu
mengikat mineral dan memungkinkan drainase yang baik, serta kandungan
pasir yang mencukupi untuk menjaga drainase. Keempat, keberadaan biota
tanah seperti mikrofauna dan mikroflora menunjukkan adanya berbagai bahan
organik yang mendukung kesuburan tanah. Tanah subur memiliki unsur-unsur
yang cukup untuk memenuhi kebutuhan nutrisi berbagai jenis tanaman yang
tumbuh di atasnya. Oleh karena itu, tanah yang subur merupakan syarat utama
bagi pertumbuhan tanaman, karena unsur-unsur dalam tanah tersebut
mempengaruhi pemenuhan kebutuhan nutrisi dan pertumbuhan tanaman secara
keseluruhan, apalagi bila pada penerapan pertanian organik.
Dalam pertanian organik, pupuk kimia dan pestisida sintetis dilarang, sehingga
tanah harus mampu menyediakan nutrisi yang mencukupi bagi tanaman tanpa
bantuan bahan kimia. Tanah yang subur juga dapat meningkatkan ketahanan
tanaman terhadap serangan hama dan penyakit, karena tanaman yang kuat lebih
mampu melawan patogen. Selain itu, kesuburan tanah juga penting dalam
menjaga keseimbangan ekosistem pertanian organik secara keseluruhan. Tanah
yang subur mampu menyerap air dengan baik, mengurangi erosi tanah, dan
mempertahankan keberagaman hayati, yang semuanya berkontribusi pada
keberlanjutan lingkungan pertanian.
4. Bagaimana cara melakukan metode kualitatif dalam penilaian kesuburan
tanah yang dapat dilakukan oleh petani ataupun mahasiswa?
Jawab:
Metode kualitatif dalam penilaian kesuburan tanah yang bisa dilakukan oleh
petani atau mahasiswa melibatkan beberapa langkah, seperti mengumpulkan
sampel tanah dan melakukan penilaian fisik menggunakan alat-alat seperti
pengukur pH, kadar organik, dan tekstur tanah. Penilaian pH tanah adalah salah
satu parameter penting dalam mengevaluasi kesuburan tanah, dimana tanah
dengan pH yang sesuai akan mendukung pertumbuhan tanaman secara optimal
(Amanto et al., 2017). Selain itu, penting juga untuk mengevaluasi kandungan
unsur hara dan bahan organik dalam tanah, yang dapat dilakukan dengan
mengambil sampel tanah dan menggunakan alat pengujian. Sifat-sifat tanah
seperti tekstur, porositas, dan kemampuan menahan air juga berpengaruh pada
kesuburan tanah, yang dapat dievaluasi menggunakan alat seperti penetrometer
dan alat pengukur porositas. Selanjutnya, penilaian terhadap organisme tanah
seperti mikroorganisme juga penting, yang dapat dilakukan dengan
menggunakan alat seperti mikroskop dan kultur mikroorganisme. Evaluasi
terhadap pengaruh pembenah tanah seperti pupuk organik juga diperlukan
untuk meningkatkan kesuburan tanah, dimana petani atau mahasiswa dapat
melakukan penilaian sebelum dan sesudah penggunaan pembenah tanah.
Terakhir, penilaian terhadap pengaruh benih dan tanaman dapat digunakan
sebagai indikator kesuburan tanah, yang dapat dievaluasi dengan menggunakan
benih dan tanaman sebagai alat pengukur (Dewi et al., 2022). Dengan
mengikuti langkah-langkah tersebut, petani atau mahasiswa dapat melakukan
penilaian kesuburan tanah secara kualitatif dengan lebih komprehensif dan
efektif.
5. Adakah korelasi atau hubungan antara tekstur dan struktur tanah?
Jawab:
Tekstur tanah mengacu pada ukuran partikel tanah, seperti pasir, debu, dan liat,
sementara struktur tanah mengacu pada susunan atau susunan partikel-partikel
tersebut. Hubungan antara keduanya sangat penting karena tekstur tanah dapat
memengaruhi struktur tanah, dan struktur tanah, pada gilirannya, dapat
memengaruhi sifat fisik, kimia, dan biologis tanah. Misalnya, tanah berpasir
cenderung memiliki struktur yang longgar dan kurang agregat, sementara tanah
lempung memiliki struktur yang lebih padat dengan agregat-agregat yang lebih
besar. Tekstur tanah juga memengaruhi drainase, retensi air, dan ketersediaan
nutrisi bagi tanaman. Struktur tanah yang baik, seperti agregat yang kokoh dan
pori-pori udara yang baik, penting untuk perakaran tanaman, sirkulasi udara,
dan drainase air. Hal ini sejalan dengan pendapat Ayuningtyas et al. (2018),
bahwa struktur tanah memiliki kaitan dengan tekstur tanah, ketika partikel-
partikel tanah memiliki ukuran yang lebih halus, pori-pori tanah cenderung
lebih kecil, sehingga butir-butir tanah menjadi lebih rapat, dan sebaliknya.
6. Bagaimana bahan organik tanah menentukan daya serap dan daya ikat air
dalam penyerapan unsur hara oleh tanaman?
Jawab:
Bahan organik tanah memiliki peran yang sangat penting dalam menjaga
keseimbangan air dan unsur hara di dalam tanah. Pertama-tama, kandungan
bahan organik dalam tanah secara langsung mempengaruhi kapasitas tanah
untuk menahan air. Bahan organik memiliki struktur yang poros, yang
memungkinkan tanah untuk menyerap dan menyimpan air dengan baik
(Ginanjar, 2017). Semakin tinggi kandungan bahan organik dalam tanah,
semakin besar kapasitas tanah untuk menahan air, yang dapat mengurangi risiko
kekeringan bagi tanaman. Selain itu, bahan organik juga berperan dalam
meningkatkan daya serap tanah terhadap unsur hara. Bahan organik dalam tanah
mengandung senyawa organik yang dapat membentuk kompleks dengan unsur
hara, seperti nitrogen, fosfor, dan kalium, sehingga membuatnya lebih mudah
diserap oleh tanaman (Ole, 2013). Selain itu, bahan organik juga dapat
meningkatkan aktivitas mikroorganisme dalam tanah, yang membantu dalam
proses dekomposisi bahan organik dan pelepasan unsur hara yang terkandung
di dalamnya. Pupuk organik atau bahan organik memberikan sumber nutrisi
yang positif bagi mikroorganisme tanah yang bermanfaat seperti bakteri, jamur,
dan nematoda. Mikroorganisme ini berperan dalam proses dekomposisi materi
organik, memecah nutrisi menjadi bentuk yang dapat diserap oleh tanaman,
serta meningkatkan kemampuan akar tanaman dalam menyerap nutrisi secara
efisien (Siregar, 2023).
DAFTAR PUSTAKA
Amanto, Y. K., Jeksen, J., dan Bolly, Y. Y. 2022. Analisis Status Kesuburan
Tanahpada Kebun Petani Di Desa Nita Kecamatan Nita Kabupaten Sikka
(Doctoral dissertation, Universitas Nusa Nipa).
Ayuningtyas, E. A., Ilma, A. F. N., dan Yudha, R. B. 2018. Pemetaan erodibilitas
tanah dan korelasinya terhadap karakteristik tanah di DAS Serang,
Kulonprogo. Jurnal Nasional Teknologi Terapan (JNTT), 2(1), 37-46.
Dewi, R. K., dan Aini, R. C. N. 2022. The Pengembangan Aplikasi Mikroorganisme
Lokal (MOL) pada Produksi Padi (Oryza sativa L.) di Kecamatan Jiwan,
Madiun. Agrokreatif: Jurnal Ilmiah Pengabdian kepada Masyarakat, 8(1),
1-11.
Ginanjar, E. 2017. Penggunaan Bahan Organik Untuk memperbaiki sifat Tanah
Berpasir dan Meningkatkan Nilai Ekonomis.
Lestari, O. 2022. TA: Budidaya Selada Keriting (Lactuca sativa L.) Secara Organik
Di Soga Farm Indonesia (Doctoral dissertation, Politeknik Negeri
Lampung).
Ole, M. B. B. 2013. Penggunaan mikroorganisme bonggol pisang (Musa
Paradisiaca) sebagai dekomposer sampah organik (Doctoral dissertation,
UAJY).
Prianto, Y., dan Yudhasasmita, S. 2017. Tanaman Genetically Modified Organism
(GMO) dan Perspektif Hukumnya di Indonesia. Al-Kauniyah, 10(2), 133-
142.
Purwantini, T. B. 2019. Pertanian organik: Konsep, kinerja, prospek, dan kendala.
In Forum Penelitian Agro Ekonomi (Vol. 37, No. 2, pp. 127-142).
Septiadi, D. 2020. Strategi Pengembangan Usahatani Sayuran Berbasis Pertanian
Organik. Agrifo: Jurnal Agribisnis Universitas Malikussaleh, 5(1).
Siregar, F. A. 2023. Penggunaan Pupuk Organik Dalam Meningkatkan Kualitas
Tanah Dan Produktivitas Tanaman. Universitas Medan Area.
Zuhaida, A. 2018. Deskripsi Saintifik Pengaruh Tanah Pada Pertumbuhan
Tanaman: Studi Terhadap QS. Al A’raf Ayat 58. Thabiea: Journal of
Natural Science Teaching, 1(2), 61-69.

Anda mungkin juga menyukai