Anda di halaman 1dari 13

BAB 16

Kegunaan Mikroba Penyubur Tanah


sebagai Perangkat Teknologi Pertanian
Muhammad Osama Dermawanov

11210920000056

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertanian ramah kawasan secara universal dimaksud selaku usaha pertanian yang
bertujuan buat mendapatkan penciptaan maksimal tanpa mengganggu area, baik secara raga,
kimia, hayati, ataupun ekologi. Mikroba bermanfaat (effective microorganism) selaku
komponen habitat alam memiliki kedudukan serta guna berarti dalam menunjang
terlaksananya pertanian ramah area lewat bermacam proses, semacam dekomposisi bahan
organik, mineralisasi senyawa organik, fiksasi hara, pelarut hara, nitrifikasi serta denitrifikasi.
Dalam aliran" pertanian input organik", mikroba diposisikan selaku produsen hara, tanah
dikira selaku media biosintesis, serta hasil kerja mikroba dikira selaku pensuplai utama
kebutuhan hara untuk tumbuhan. Di Amerika Serikat, mikroba tanah ditatap sangat berarti,
sehingga jadi salah satu penanda dalam memastikan indeks mutu tanah. Terus menjadi besar
populasi mikroba tanah terus menjadi besar kegiatan biokimia dalam tanah serta terus
menjadi besar indeks mutu tanah. Populasi mikroba tanah yang tidak bertabiat patogenik pula
dikira selaku salah satu penanda teknologi pertanian ramah area.

Agar mikroba dapat dipahami dan diketahui oleh pembaca karena mampu
dimanfaatkan sebagai salah satu komponen teknologi untuk menyuburkan tanah, maka
seorang penulis perlu memahami tentang jenis dan fungsi mikroba penyubur tanah,
pemanfaatan mikroba penyubur tanah sebagai komponen teknologi, dan dukungan kebijakan
pemerintah terkait pemanfaatan teknologi mikroba. Banyak fakta empiris teknologi modern
yang menggunakan mikroba, semacam pada proses fermentasi susbstrat buat menghasikan
anggur, bir, serta alkohol, dan pembuatan antibiotik, serta enzim. Pemanfaatan mikroba
dalam usaha pertanian masih tertinggal dibanding dengan bidang industri biokimia. Tetapi,
disadari ataupun tidak, mikroba sudah banyak berfungsi dalam sistem usaha pertanian.
Karena itulah makalah ini mengulas pemanfaatan mikroba selaku komponen teknologi
pertanian.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa saja macam-macam dan kegunaan mikroba penyubur tanah?

2
2. Bagaimana pemanfaatan mikroba penyubur tanah sebagai komponen teknologi?
3. Apa saja dukungan kebijakan dari pemerintah terkait pemanfaatan teknologi mikroba?

1.3 Tujuan

 Memahami dan mengetahui apa saja macam-macam dan kegunaan mikroba penyubur
tanah.
 Mengetahui dan mempelajari pemanfaatan mikroba penyubur tanah sebagai
komponen teknologi.
 Memahami, mempelajari, serta mengetahui dukungan kebijakan dari pemerintah
terkait pemanfaatan teknologi mikroba.

3
BAB II

PEMBAHASAN

Teknik pandang positif terhadap mikroba hendak membangkitkan atensi berpikir


tentang kemampuan mikroba yang belum banyak dikenal. Baru sebagian kecil dari ribuan
spesies mikroba yang sudah dikenal mempunyai khasiat untuk usaha pertanian, semacam
kuman fiksasi N2 hawa pada tumbuhan kacang kacangan, kuman serta cendawan pelarut
fosfat, kuman serta cendawan perombak bahan organik, dan kuman, cendawan, serta virus
selaku agensia biologi. Masih banyak lagi mikroba yang belum teridentifikasi serta dikenal
khasiatnya. Secara universal menggolongkan guna mikroba jadi 4, ialah (1) tingkatkan
ketersediaan faktor hara tumbuhan dalam tanah, (2) selaku perombak bahan organik dalam
tanah serta mineralisasi faktor organik, (3) kuman rizosfer-endofitik buat memacu
perkembangan tumbuhan dengan membentuk enzim serta melindungi pangkal dari mikroba
patogenik, (4) selaku agensia biologi pengendali hama serta penyakit tumbuhan. Bermacam
respon kimia dalam tanah pula terjalin atas dorongan mikroba tanah.

Populasi mikroba tanah yang terdiri atas alga biru- hijau, fitoplankton, bakteri,
cendawan, dan aktinomiset pada permukaan dan lapisan olah tanah mencapai puluhan juta
masing- masing gram tanah, yang yakni bagian integral dan pembentuk kesuburan tanah
pertanian. Proses daur ulang secara alamiah di permukaan dan lapisan olah tanah yang sangat
berarti buat kegiatan pertanian tidak terjalin tanpa aktivitas mikroba. Manfaat mikroba dalam
usaha pertanian belum disadari sepenuhnya, terlebih sering diposisikan sebagai komponen
habitat yang merugikan, karena pemikiran umum terhadap mikroba lebih terfokus secara
selektif pada mikroba patogen yang menimbulkan penyakit pada tanaman. Sedangkan itu
sebagian besar spesies mikroba yakni mikroflora yang bermanfaat, kecuali sebagian jenis
spesial yang dapat memunculkan penyakit buat tanaman. Pada lahan sawah yang tergenang
air terdapat lebih dari 20 jenis bakteri fiksasi N, dari hawa yang hidup secara bebas. Mikroba
lain berfungsi sebagai perombak bahan organic ( dekomposer), nitrifikasi, denitrifikasi,
pelarut fosfat, dan lain- lain.

Banyak kenyataan empiris teknologi modern yang memakai mikroba, semacam pada
proses fermentasi susbstrat buat menghasikan anggur, bir, dan alkohol, serta pembuatan
antibiotik, dan enzim. Pemanfaatan mikroba dalam usaha pertanian masih tertinggal

4
dibandingkan dengan bidang industri biokimia. Namun, disadari maupun tidak, mikroba telah
banyak berperan dalam sistem usaha pertanian. Proses dekomposisi dan mineralisasi hara
yang berasal dari bahan organik dalam tanah dan fiksasi nitrogen oleh rhizobia yakni
kegiatan mikroba tanah yang berperan berarti dalam meningkat kan kesuburan tanah. Di
samping itu, mikroba sebagai perantara dalam reaksi kimia dan proses raga secara metabolik
di atas permukaan dan dalam tanah dapat mengurangi akibat negatif kontaminasi logam
berat. Pemanfaatan teknologi mikroba di bidang pertanian dapat tingkatkan guna mikroba
indigenous ( asli alamiah), dalam berbagai sistem penciptaan tanaman, baik secara langsung
maupun tidak langsung.

2.1 Macam-Macam dan Kegunaan Mikroba Penyubur Tanah

Bermacam tipe mikroba memiliki guna serta keefektifan yang berbeda. Buat
tingkatkan keefektifan gunanya, mikroba selaku komponen teknologi pertanian disediakan
dari strain murni terpilih, yang difungsikan selaku inokulan. Tata cara aplikasi serta kualitas
inokulan ialah aspek yang sangat memastikan, sehingga upaya menanggulangi keragaman
keefektifan, kualitas inokulan mikroba wajib distandardisasi. Teknologi penciptaan inokulan
yang kurang aseptik bisa pengaruhi keefektifan produk, yang hendak menyebabkan
rendahnya mutu inokulan.

Produk hayati aktif yang terdiri atas mikroba yang berperan tingkatkan efisiensi
pemupukan, kesuburan, serta kesehatan tanah diucap selaku pupuk biologi (pupuk mikroba).
Terus menjadi mahalnya pupuk anorganik serta pestisida dan terus menjadi dipahaminya
khasiat pupuk biologi dalam melindungi penyeimbang hara serta produktivitas tanah, hingga
pemakaian pupuk biologi serta agensia biologi diharapkan hendak lebih bertambah pada
tahun tahun mendatang. Berikut ini dibahas 6 kelompok mikroba berguna selaku komponen
teknologi pertanian:

1. Bakteri Fiksasi Nitrogen

Bermacam tipe kuman fiksasi N2 secara biologi, antara lain terdiri atas rhizobia, sianobakter
(ganggang hijau biru), kuman foto-autotrofik pada air tergenang serta permukaan tanah, serta
kuman heterotrofik dalam tanah serta zona pangkal.

Kuman tersebut sanggup mengikat nitrogen dari hawa, baik secara simbiosis (root-
nodulating bacteria) ataupun nonsimbiosis (free-living nitrogen-fixing rhizobacteria).
Pemanfaatan kuman fiksasi N2, baik yang diaplikasikan lewat tanah ataupun disemprotkan

5
pada tumbuhan, sanggup tingkatkan efisiensi pemupukan N. Dalam upaya menggapai tujuan
pertanian ramah area serta berkepanjangan, pemakaian kuman fikasi N 2 berpotensi kurangi
kebutuhan pupuk N sintetis, tingkatkan penciptaan serta pemasukan usahatani dengan
masukan yang lebih murah.

Kuman fiksasi N2 yang hidup leluasa pada wilayah perakaran serta jaringan tumbuhan padi,
semacam Pseudomonas spp., Enterobacteriaceae, Bacillus, Azotobacter, Azospirillum, serta
Herbaspirillum sudah teruji sanggup melaksanakan fiksasi N 2. N2 yang sanggup menciptakan
substansi zat pemacu berkembang giberelin, sitokinin, serta asam indol asetat, sehingga bisa
memacu perkembangan pangkal.

2. Mikoriza

Mikoriza berfungsi tingkatkan serapan P oleh pangkal tumbuhan. Mikoriza mempunyai


struktur hifa yang menjalar luas ke dalam tanah, melampaui jauh jarak yang bisa dicapai oleh
rambut pangkal. Pada dikala P terletak di dekat rambut pangkal, hingga hifa menolong
meresap P di tempat- tempat yang tidak bisa lagi dijangkau rambut pangkal. Wilayah pangkal
bermikoriza senantiasa aktif dalam mengabsorpsi hara buat jangka waktu yang lebih lama
dibanding dengan pangkal yang tidak bermikoriza.

Bermacam tumbuhan berbeda ketergantungannya terhadap mikoriza. Pada biasanya ikatan


simbiosis antara tumbuhan serta fungi mikoriza tidak bertabiat khusus, namun mempunyai
spektrum yang luas. Tumbuhan dengan pangkal besar lebih bergantung pada mikoriza
daripada tumbuhan dengan sistem pangkal yang mempunyai rambut pangkal banyak serta
panjang. Cendawan mikoriza bisa bersimbiosis dengan tumbuhan pangan, hortikultura,
kehutanan, serta perkebunan.

3. Mikroba Pelarut Fosfat

Alternatif buat tingkatkan efisiensi pemupukan P serta buat menanggulangi rendahnya P ada
ataupun kejenuhan P dalam tanah merupakan dengan memanfaatkan kelompok
mikroorganisme pelarut P selaku pupuk biologi. Mikroorganisme pelarut P merupakan
mikroorganisme yang bisa melarutkan P sukar larut jadi larut, baik yang berasal dari dalam
tanah ataupun dari pupuk, sehingga bisa diserap oleh tumbuhan.

Bermacam spesies mikroba pelarut P, antara lain Pseudomonas, Microccus, Bacillus,


Flavobacterium, Penicillium, Sclerotium, Fusarium, serta Aspergillus, berpotensi besar

6
dalam melarutkan P terikat jadi P ada dalam tanah. Pemakaian mikroba pelarut P ialah salah
satu pemecahan permasalahan kenaikan efisiensi pemupukan P yang nyaman area, yang
sekalian bisa mengirit pemakaian pupuk P.

4. Bakteri Pereduksi Sulfat

Degradasi bahan organik di area anerob bisa terjalin lewat proses reduksi sulfat. Reduksi
sulfat nyaris menggapai 100% dari total emisi CO, dari sediment mangrove. Kuman
pereduksi sulfat yang terdiri atas genera Desulfovibrio, Desulfotomaculum, Desulfosarcina,
serta Desulfococcus memiliki keahlian memetabolisme senyawa simpel, semacam laktat,
asetat, propionat, butirat, serta benzoat.

Kuman pereduksi sulfat ialah perombak bahan organik utama dalam sedimen anaerob, serta
berfungsi berarti dalam mineralisasi sulfur organik serta penciptaan Fe serta P gampang larut.

5. Rizobakteri Penghasil Zat Pemacu Tumbuhan

Sebagian spesies kuman rizosfer (di dekat perakaran) yang sanggup me ningkatkan
perkembangan tumbuhan kerap diucap Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR)
ataupun Rhizobakteria Pemacu Perkembangan Tumbuhan (RPPT). RPPT terdiri atas genus
Rhizobium, Azotobacter, Azospirillum, Bacillus, Arthrobacter, Bacterium, Mycobacterium,
serta Pseudomonas.

Bakteri pemacu pertumbuhan secara langsung menghasilkan hormon tanaman yang dapat
menginduksi pertumbuhan. Rhizobakteri menghasilkan metabolit yang berperan sebagai
hormon tanaman dan secara langsung meningkatkan pertumbuhan tanaman, sehingga dapat
meningkatkan pertumbuhan tanaman. Metabolit yang dihasilkan tidak hanya hormon
tanaman, tetapi juga antibiotik, siderofor, sianida, dll. Fitohormon atau hormon pertumbuhan
yang dihasilkan dapat berupa auksin, giberelin, sitokinin, etilen, dan asam absisat. Sebagai
kontrol biologis, bakteri yang secara tidak langsung mendorong pertumbuhan juga menekan
patogen dengan mensintesis senyawa antibiotik. Beberapa spesies endofit hidup
berdampingan dengan tanaman inang dan menghasilkan taksol (zat antikanker), jamur seperti
Pestalothiopsis microspora dan Taxus walkchiana, serta hama melalui produksi racun,
meningkatkan ketahanan terhadap hama.

6. Mikroba Perombak Bahan Organik

7
Mikroorganisme perombak bahan organik yakni aktivator biologis yang tumbuh alami
maupun terencana diinokulasikan buat memesatkan pengomposan dan tingkatkan mutu
kompos. Jumlah dan jenis mikroorganime turut membenarkan keberhasilan proses
dekomposisi maupun pengomposan. Di dalam ekosistem, mikroorganisme perombak bahan
organik memegang peranan berarti karena sisa organik yang telah mati diurai jadi unsur-
faktor yang dikembalikan ke dalam tanah dalam bentuk hara mineral N, P, K, Ca, Mg, dan
maupun dalam bentuk gas yang dilepas ke atmosfer berupa CH4 maupun CO ₂. Dengan
demikian terjalin siklus hara yang berjalan secara alamiah, dan proses kehidupan di muka
bumi dapat berlangsung secara berkelanjutan.

Mikroba perombak bahan organik dalam waktu 10 tahun terakhir mulai banyak digunakan
buat memesatkan proses dekomposisi sisa- sisa tanaman yang banyak mempunyai lignin dan
selulosa buat tingkatkan isi bahan organik dalam tanah. Di samping itu, penggunaannya dapat
tingkatkan biomas dan aktivitas mikroba tanah, mengurangi penyakit, larva insek, biji gulma,
dan volume bahan buangan, sehingga dapat tingkatkan kesuburan dan kesehatan tanah.
Penafsiran Universal Mikroorganisme pengurai bahan organik ataupun bahan biodegradable
merupakan mikroorganisme yang menguraikan serat, lignin, nitrogen, serta senyawa organic
karbon dari bahan organic ( organik sisa tanaman ataupun jaringan hewan yang mati).
Mikroorganisme pengurai bahan organik terdiri dari Trichoderma reesei serta T. harzianum,
T. koningii, Phanerochaeta crysosporium, Cellulomonas, Pseudomonas, Thermospora,
Aspergillus niger, A. terreus, Penicilium, Streptomyces. Jamur pengurai bahan organik
biasanya mempunyai keahlian yang lebih baik dalam mengurai sisa- sisa tumbuhan
( hemiselulosa, selulosa, lignin) dibanding kuman. Pada biasanya mikroorganisme yang bisa
menguraikan selulosa pula bisa menguraikan hemiselulosa. Kelompok jamur menampilkan
kegiatan biodegradatif yang sangat menonjol. Itu bisa langsung memecah bahan organik
tanah jadi senyawa organik simpel yang berperan selaku penukar ion bawah yang menaruh
serta membebaskan nutrisi di dekat tumbuhan.

Pemanfaatan mikroorganisme perombak bahan organik yang cocok dengan substrat bahan
organik serta keadaan tanah ialah alternatif yang efisien buat memesatkan dekomposisi bahan
organik serta sekalian selaku suplementasi pemupukan. Proses perombakan bahan organik
yang terjalin secara natural hendak memerlukan waktu relatif lama (2 bulan) sangat meng
hambat pemakaian bahan organik selaku sumber hara. Terutama selama musim tanam yang
pendek. Oleh karena itu, merendam bahan organik seringkali dianggap tidak praktis dan tidak
efisien. Untuk mengatasi hal tersebut perlu dilakukan inokulasi mikroorganisme terpilih

8
untuk mempercepat proses perombakan bahan organik. Percepatan perombakan sisa tanaman
meningkatkan kandungan bahan organik dan ketersediaan unsur hara tanah, mengurangi
waktu persiapan tanah, mempersingkat masa tanam berikutnya, dan meningkatkan kekuatan
tanam. Vaksin bahan organik dipasarkan dengan berbagai nama, termasuk: EM-4, Starbio,
M-Dec, Stardek, Orgadek.

2.2 Pemanfaatan Mikroba Penyubur Tanah sebagai Komponen Teknologi

Pemanfaatan mikroba penyubur tanah cocok dengan keadaan tanah serta sasaran
peruntukannya ialah alternatif buat tingkatkan kesuburan tanah, efisiensi pemupukan,
produktivitas tumbuhan, serta kurangi bahaya pencemaran area.

Pemakaian mikroba penyubur tanah bisa membagikan bermacam khasiat, ialah (1)
sediakan sumber hara untuk tumbuhan, (2) melindungi pangkal dari kendala hama serta
penyakit, (3) menstimulir sistem perakaran supaya tumbuh sempurna serta memperpanjang
umur pangkal, (4) memacu mitosis jaringan meristem pada titik berkembang pucuk, kuncup
bunga, serta stolon, (5) selaku penawar toksin sebagian logam berat, (6) selaku metabolit
pengatur berkembang, serta (7) selaku bioaktivator.

Balitbang Pertanian di tahun 1997 telah berhasil tingkatkan Pupuk Mikroba


Multiguna ( PMMg) ( biological nitrogen- phosphorus fertilizer) yang yakni perbaikan mutu
inokulan rhizobium yang telah ada di pasaran. Pupuk mikrobia ini bisa tingkatkan efisiensi
pemupukan N serta P pada tumbuhan kedelai dengan tingkatkan efektifitas fiksasi N,
simbiosis serta kapasitas solubilisasi P, sehingga bisa penuhi kebutuhan pupuk nitrogen buat
pupuk fosfat 50% serta nitrogen 100%, dengan kenaikan 20- 40%.

Selanjutnya pada tahun 2007, diformulasikan nodulin yang yakni pengembangan


PMMg yang berfungsi memacu pembuatan bintil pangkal dan pertumbuhan tanaman serta
memperlebat dan memantapkan perakaran tanaman, dan memacu aktivitas mikroba rizosfer
dalam tingkatkan ketersediaan hara N, P, dan K, sehingga tingkatkan efisiensi pemupukan.
Produk mikroba bermanfaat ganda tersebut telah diperkenalkan kepada petani dan mulai
terbuat secara komersial. Sebagian contoh formulasi mikroba berguna dari Badan Litbang
Pertanian ialah sebagai berikut:

• Percepatan pengomposan dengan teknologi M- Dec

9
M- Dec yakni pupuk hayati perombak bahan organik yang mempunyai sebagian jenis
cendawan perombak selulosa dan lignin, terpilih, asli Indonesia, bersifat multifungsi
memesatkan perombakan bahan organik dan menekan penyakit tular tanah.

• Kenaikan efisiensi pemupukan NPK pada padi

MTM- BioNutrient ( biological nitrogen- phosphorus- potassium fertilizer) yakni pupuk


hayati bermanfaat ganda yang mampu mengambil alih kebutuhan pupuk N, P, dan K 50%
dari takaran anjuran pada padi gogo dan padi sawah.

2.3 Dukungan Kebijakan Pemerintah

Pemanfaatan teknologi mikroba bermanfaat maupun pupuk hayati perlu menciptakan


sokongan kebijakan dari Pemerintah, karena produk teknologi ini belum banyak dikenal
petani. Di sisi lain, produk teknologi bermanfaat perlu distandarisasi mutunya, diiringi
pengawasan mutu oleh lembaga yang memiliki kompetensi. Dengan melalui uji efikasi,
produk mikroba penyubur tanah, yakni pupuk hayati yang efektif, hendak mendapatkan izin
layak edar, sebagaimana halnya produk pupuk sintetis.

Kebijakan Pemerintah yang disarankan buat menggalakkan konsumsi produk teknologi


mikroba bermanfaat ialah sebagai berikut:

1) Dibentuk sistem penilaian dan pengakuan resmi produk teknologi mikroba bermanfaat
oleh komisi independen

2) Hanya produk yang telah dinyatakan lulus dan diakui yang dapat terbuat dan dipasarkan
kepada petani

3) Konsumsi produk teknologi mikroba bermanfaat perlu didukung penyuluhan dan


kampanye oleh lembaga Pemerintah

4) Dalam rangka pengembangan teknologi yang bersifat ekologis dan berkelanjutan,


konsumsi teknologi mikroba bermanfaat perlu jadi bagian integral paket teknologi dalam
pembangunan pertanian

5) Perlu peningkatan penjelasan petani dan penyuluh terhadap manfaat teknologi mikroba
dan tata cara penggunaannya

10
6) Perlu memasukkan konsumsi teknologi mikroba bermanfaat dalam teknologi anjuran,
sesuai kebutuhan setempat

Dengan adanya kebijakan tersebut diharapkan konsumsi teknologi. pupuk hayati dapat
berkembang di masa yang hendak datang. Konsumsi teknologi pupuk hayati sangat sejalan
dengan gerakan Pertanian ramah zona dan berkelanjutan, yang digalakkan sejak dini abad
XXI.

11
BAB III

KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

Pengetahuan warga pertanian tentang khasiat serta pengaruh mikroba berjasa dalam
upaya pertanian masih sedikit, sehingga diperlukan uraian, pelatihan, serta pengenalan
kepada bermacam golongan tercantum aparat pertanian, penyuluh, serta petani. Konsumsi
mikroba bermanfaat selaku komponen teknologi pertanian ialah tekonologi ramah area,
berkesinambungan, serta lengkap terhadap komponen teknologi lain, efektif digunakan dalam
program buat tingkatkan kesuburan pertanian. Buat meninggikan pengaplikasian teknologi
mikroba mempengaruhi diperlukan kebijakan pemerintah buat bisa menunjang serta
memperkenalkan teknologi tersebut.

12
DAFTAR PUSTAKA

Saraswati, R. (2015). Pemanfaatan Mikroba Penyubur Tanah sebagai Komponen Teknologi


Pertanian. Iptek Tanaman Pangan, 3(1), 41–58.

Saraswati, R., Prihatini, T., & Hastuti, D. (2020). Teknologi Pupuk Mikroba Untuk
Meningkatkan Efisiensi Pemupukan Dan Keberlanjutan Sistem Produksi Padi Sawah.
Tanah Sawah Dan Teknologi Pengelolaannya, 169–189.

Saraswati, R., Santosa, E., & Yuniarti, E. (2006). Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. Organic
and Biofertilizers, 211–230.

Saraswati, R. (1999). Ulas Balik Teknologi Pupuk Mikrob Multiguna Menunjang


Keberlanjutan Sistèm Produksi Kedelai Technology ofMultipurpose Microbial
Fertilizer Supporting Sustainable System ofSoybean Production. Jurnal Mikrobiologi
Indonesia, 4(I), 1–9.

Saraswati, R., & Sumarno. (2012). Utilization of soil fertilizer microbes as components of
agricultural technology. Food Crop Science and Technology, 3(1), 41–58.

13

Anda mungkin juga menyukai