Anda di halaman 1dari 18

Pertanian dan

Peternakan
By. Kelompok 4
Anggota
01 02 03
Adinda Nur’aida Ascada Afganesia Ahmad Gunawan

04 05 06
Aldo Jean Andara Arisa Grace Yuli Lubis Indri Aprilia

06
Agnes Elfira Nita
Mikrobiologi pertanian

Mikrobiologi Pertanian merupakan penggunaan Mikrobiologi untuk tujuan memecahkan


masalah-masalah praktis di bidang pertanian. Dengan demikian dapat dirumuskan tugas
dari Mikrobiologi Pertanian adalah mempelajari dan memanfaatkan mikrobia sebaik
mungkin guna meningkatkan produksi pertanian baik kuantitas maupun kualitas dan
menekan kemungkinan kehilangan produksi karena berbagai sebab.
Pemanfaatan mikrobia dalam produksi
pertanian dilakukan melalui:

1. Pemeliharaan dan peningkatan kesuburan tanah dengan memanfaatkan


mikrobia yang berperan dalam siklus Nitrogen (mikrobia penambat nitrogen,
mikrobia amonifikasi, nitrifikasi, dan denitrifikasi), Fosfor (mikrobia pelarut
fosfat), Sulfur (Mikrobia pengoksidasi sulfur), dan Logam-logam (Fe, Cu, Mn,
dan Al).
2. Pemeliharaan kesehatan tanah dengan memanfaatkan mikrobia penekan
organisma pengganggu tanaman (OPT),
3. Pemulihan kesehatan tanah dengan memanfaatkan mikrobia pendekomposisi /
penyerap senyawa-senyawa toksik terhadap mahluk hidup (Bioremediasi),
4. Pemacuan pertumbuhan tanaman dengan memanfaatkan mikrobia penghasil
fitohormon.
PENGGUNAAN
MIKROORGANISME DALAM
PERTANIAN ORGANIK

Salah satu persyaratan dalam pertanian organik adalah penggunaan


agensia hayati dalam Pengendalian OPT maupun peningkat
kesuburan tanah. Beberapa mikroorganisme penting yang
mendukung pertanian organik berasal dari kelompok bakteri, jamur
maupun virus , telah dimanfaatkan sebagai Pupuk hayati, bio
dekomposer, biopestisida, penghasil ZPT. Mikroorganisme yang
telah banyak dimanfaatkan adalah bakteri dan jamur sedangkan
pemanfaatan virus sebagai biopestisida hanya sekitar 1% dari total
biopestisida yang diperdagangkan dan nematode.
A. Pupuk hayati (bio-fertilizer)
Pupuk hayati, merupakan pupuk yang secara tidak langsung
menyediakan hara untuk tanaman. Pupuk hayati dapat diartikan
sebagai sediaan yang mengandung mikroorganisme hidup tertentu
yang berfungsi sebagaipemfiksasi N, pelarut P, selulolitik
mikroorganisme (dekomposer) atau penghasil ZPT untuk
diaplikasikan pada benih, tanah atau kompos dengan tujuan untuk
meningkatkan jumlah mikroorganisme yang bermanfaat dan
mempercepat proses untuk meningkatkan ketersediaan hara untuk
diserap tanaman.
Beberapa contoh mikroorganisme yang telah lazim
digunakan sebagai pupuk hayati dalam budidaya tanaman:

1. Bakteri pemfiksasi N. Fiksasi N merupakan proses enzimatik yang melibatkan


enzim nitrogenase. Contoh. Bakteri pemfiksasi N diantaranya Rhizobium sp,
Bradyrhizobium sp, Azotobacter sp dan Azorhizobium caulidans. Bakteri pemfiksasi
N memetabolisme eksudat akar dan menyediakan nitrogen untuk tanaman.  
2. Pelarut P. Mikroorganisme menghasilkan enzim fosfatase yang mengubah organik P
menjadi P anorganik sehingga tersedia untuk tanaman. Contohnya adalah Bacillus
sp, Pseudomonas sp (bakteri) dan Aspergillus sp. Penicillium sp (jamur).
Azospirillum dapat meningkatkan pertumbuhan dan aktivitas akar tanaman sehingga
meningkatkan penyerapan hara makro dan mikro. Pseudomonas fluoresens dapat
menyebabkan tanah di lingkungan perakaran menjadi lebih asam sehingga
melarutkan fosfor menjadi tersedia bagi tanaman.
B. Biodekomposer
Mikrorganisme yang berfungsi sebagai dekomposer akan menguraikan
bahan organik dan mendukung proses mineralisasi dalam tanah.
Mikroorganisme ini menggunakan bahan organik sebagal sumber energi
dan melepaskan mineral seperti NO, NH4, K, Ca, Mg ke dalam tanah .

Biodekomposer biasanya digunakan untuk mempercepat dekomposisi sisa-sisa tanaman


yang memiliki C/N tinggi seperti jerami, serbuk gergaji dan lain-lain . Contohnya
adalah Trichoderma sp, Bocillus sp. Streptomyces. Selain itu ada juga
mikroorganisme yang menguraikan selulosa dengan menggunakan enzim
cellulosome (bakteri anerob), atau ekstra seluler enzim (bakteri aerob). Contohnya
adalah Clostridium thermocellum, Cytophaga hutchinsoni, Microbulbifer,
Phanerochoete chrysoporium, Thermobifido sp.
C. Bioremediasi
Penggunaan mikroorganisme untuk mengurangi polutan di lingkungan

Bakteri pengurai Menguraikan


Diaktifkan
minyak bumi limbah minyak bumi

Faktor-faktor yang mempengaruhi proses bioremdiasi:


• Tanah
• Suhu
• Oksigen
• Nutrisi
Beberapa mikroba untuk bioremediasi:
- Deinococcus radiodurans : bakteri yang telah dimodifikasi secara
genetik agar mampu merombak pelarut atau logam berat, termasuk
toluene dan ion mercury dari limbah yang banyak mengandung
radioaktiff nuklir •
- Geobacter sufurreducens : bakteria yang dapat mengubah uranium
terlarut dalam air atau tanah menjadi bentuk tidak larut (non-soluble),
bentuk yang dapat diambil. •
- Dehalococcoides ethenogenes : bakteri yang digunakan pada 10
negara bagian di US untuk membersihkan pelarut klor yang dapat
menyebabkan kanker. Bakteri ini terdapat alami baik dalam tanah
maupun air dan mampu merombak pelarut lebih cepat •
- Enzim dari bakteri, Thermus brockianus, yang ditemukan di taman
nasional Yellowstone, dapat mengurai hydrogen peroxide 80.000 kali
lebih cepat dibandingkan dengan tradisional dan dengan senyawa kimia
lain.
Pemanfaatan jamur untuk BIOREMEDIASI
● Candida dapat mendegradasi formaldehyde.
● Gibeberella dapat mendegradasi cyanide.
● Pengomposan dapat digunakan untuk mendegradasi sampah rumah tangga
JAMUR AKAR PUTIH
● Jamur akar putih dapat mendegradasi polutan organik dalam tanah dan
limbah, seperti : Phanerochaete chrysosporium
● Pentachlorophenol, dichlorodiphenyl trichloroethane (e.g. DDT), bahkan
TNT (trinitrotoluene) dapat didegradasi dengan jamur akar putih .
MIKORIZA
● Mikoriza dapat mengurangi toksisitas logam berat terhadap tanaman pada
tanah-tanah tercemar
Mikrobiologi Peternakan
Penerapan mikrobiologi pada masa kini masuk berbagai bidang dan tidak dapat dipisahkan
dari cabang lain karena diperlukan juga dalam bidang farmasi, kedokteran, pertanian,
peterakan, ilmu gizi, teknik kimia, bahkan hingga astrobiologi dan arkeologi.
Peternakan adalah usaha mengembangbiakkan dan membudidayakan hewan ternak yang
mempunyai tujuan mendapatkan hasil dari usaha peternakan. Ternak adalah hewan yang
dipelihara sebagai penghasil sumber pangan dan sumber bahan baku industri. Bidang
peternakan merupakan penghasil utama sumber protein hewani seperti daging, susu, dan
telur mempunyai peran penting dalam pemenuhan gizi bagi kehidupan, maka dari itu
pembangunan bidang sektor peternakan mempunyai peluang untuk dikembangkan.
Dalam usaha peternakan ada beberapa hal yang harus diperhatikan diantaranya kualitas
bahan pakan yang diberikan keternak.
MANFAAT MIKROBIOLOGI DALAM BIDANG
PETERNAKAN

Mikrobia bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan mutu atau


kualitas hasil ternak tersebut sehingga nilai ekonomisnya
juga akan meningkat. Selain meningkatkan mutu, Mikrobia
juga dapat memperpanjang masa simpan produk peternakan.
Mikrobiologi pada bidang peternakan juga dapat
dimanfaatkan dalam teknologi biogas sebagai bahan bakar
alternative melalui limbah kotoran hewan ternak dan juga
pemanfaatan mikroorganisme dalam pakan hewan ternak.
MANFAAT MIKROBIOLOGI DALAM BIDANG
PETERNAKAN

Dalam pembelajaran mikrobiologi, kita dapat memanfaatkan


pengetahuan yang ada untuk membuat berbagai jenis
makanan sehat yang prosesnya menggunakan mikroba atau
langsung memanfaatkan mikroba yang ada. Untuk
mengembangkan produk-produk dari peternakan kita dapat
menerapkan ilmu mikrobiologi dengan cara melakukan
proses fermentasi dan pengawetan yang bertujuan untuk
memperpanjang masa simpan bahan pangan tersebut.
Sebagai contoh pembuatan yogurt dan keju. Dua jenis
makanan ini merupakan makanan yang proses
pembuatannya dibantu oleh mikroba. Takaran dan jenis
mikroba yang digunakan akan mempengaruhi rasa yogurt
dan keju yang dihasilkan dari proses fermentasi
SALAH SATU PENERAPAN ILMU MIKROBIOLOGI YAITU
PENGAWETAN.

Pengawetan pada suatu makanan merupakan suatu upaya untuk


menahan laju pertumbuhan mikroorganisme pada makanan.

 Kehilangan mutu dan kerusakan pangan disebabkan oleh


faktor-faktor sebagai berikut:
a.   Pertumbuhan mikroba yang menggunakan pangan
sebagai substrat untuk memproduksi toksin didalam pangan.
b.      Katabolisme dan pelayuan (senescence) yaitu proses
pemecahan dan pematangan yang dikatalisis enzim
indigenus.
c. Reaksi kimia antar komponen pangan dan/atau bahan-
bahan lainnya dalam lingkungan penyimpanan.
d.      Kerusakan fisik oleh faktor lingkungan (kondisi proses
maupun penyimpanan).
e.       Kontaminasi serangga, parasit dan tikus (Organisasi.
org., 2006).
CONTOH PEMANFAATAN MIKROBIOLOGI PADA
PETERNAKAN
KESIMPULAN
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai