Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENGANTAR

1. Pupuk Formula Organik Cair Multiplant

Adalah pupuk Formula Organik yang berisi cairan aktifator alami yang dapat digunkan pada
semua jenis tanaman, berfungsi sebagai pengganti pemakaian pupuk non-organik, dapat
menggemburkan dan menyuburkan tanah, mempunyai tingkat kelarutan 100%, dilengkapi dengan
hormon pertumbuhan, zat penembus daun serta PGPR (Plant Growth Promotion Rizobakteria).
Merupakan satu-satunya pupuk formula cair yang dapat diperbanyak sendiri sehingga dapat
menghemat biaya pemupukan.

Multiplant adalah merek pupuk formula organik cair yang sudah terdaftar dan dilindungi
undang-undang.

Permentan/ 1503/ Kpts/ SR. 130/ 4/ 2012. DEPTAN RI/ 02/ 02/ 2012/ 043 merupakan hasil
oksidasi proses metabolik sekunder dengan ekstraksi Bionutrisi & Hormonal sebagai Formula Pupuk
Hayati & Pengendali Hama Penyakit Tanaman (HPT) dalam penerapan Teknologi Pertanian
Mikrobia. Produksi siderofor & antibiotic system inokulasi yang dihasilkan mikroorganisme tanah
ini sangat berperan aktif dalam proses fisiologi tanaman.

Multiplant adalah paduan proses inokulasi dua koloni mikrobia: PGPR (Plant Growth
Promoting Rhizobacteria) & DRNMO (Dellitory Rhizousfer Nucleus Micro Organisme). PGPR
adalah Bakteri Perakaran Pemacu Pertumbuhan Tanaman (BPʒT). PGPR merupakan koloni bakteri:
Pseudomonas fluorescence, Lactobacillus spp,Sacharomyces sp, Rhizobium, Bacillus subtilis,
Bacillus playmixa, dll yang berperan meningkatkan perkembangan tanaman & pengendali penyakit.
Sedangkan DRNMO adalah Bakteri Pengurai, Pengikat (NPK bebas/ alami) & Pemacu Pertumbuhan
Tanaman (epiphyte). DRNMO merupakan koloni bakteri: Azospirillum sp, Rhizobium,
Badyrhizobium,Bacillus sp, Pseudomonas, Thiobacillus, dll yang berperan: sangat aktif sebagai
pengikat & pengurai mineral: N, P, Fe & S bebas (alami).

Mekanisme MULTI PLANT meningkatkan performasi tanaman:


 Menekan Perkembangan Penyakit (Bioprotectan)
 Memproduksi fitohormon (Biostimulant)
 Meningkatkan ketersediaan nutrisi tanaman (Biofertilizer)
Mekanisme MULTI PLANT penekanan hama & penyakit:
 Penekanan kontak bersifat aromatic smell/ repellen (terhadap hama)
 Induksi ketahanan secara sistemik (terhadap hama & pathogen)
 Produksi sidorofor & antibiotic terhadap pathogen perakaran
(antibacterial compounds)
 Kompetisi nutrisi terhadap pathogen perakaran
(food-borne pathogen/ soil-borne pathogen)
 Penekan perkembangan penyakit dumping-off (Phytium ultimatum)
 Agen antagonis (Bacillus subtilis) pengendali jamur rebah kecambah
(Rhizoctonia oryzae & Cercospora oryzae)

Mekanisme MULTI PLANT produksi fitohormon:


 IAA (Indole Acetic Acid / senyawa Auksin)
 Sitokinin
 Giberellin
 Penghambat produksi etilen

Mekanisme MULTI PLANT dalam Biofertilizer (pupuk hayati):


 Meningkatkan penyerapan & pemanfaat unsure N oleh: PGPR & DRNMO pemfiksasi
nitrogen (Azospirillum, Rhizobium, Bradyrhizobium, dll)
 Meningkatkan pengambilan unsure besi (Fe³+) oleh: PGPR & DRNMO penghasil sedorofor
(Pseudomonas koloni Fluorecens)
 Meningkatkan pengambilan unsure S oleh: PGPR & DRNMO pemfiksasi sulfur
(Thiobacillus)
 Meningkatkan ketersediaan unsure P oleh: PGPR & DRNMO pelarut phosphate (Bacillus,
Rhizobium & Pseudomonas)
 Meningkatkan ketersediaan unsure Mn²+ oleh: PGPR pereduksi mangan

Aplikasi MULTI PLANT konserfasi lahan:


 Aplikasi: 0.5 ton Kompos & Potongan Gedebok pisang/ 2000m² (-16 HST)
 Aplikasi MULTI PLANT: 150ml + 14 ltr air/ 2000m² (-15 HST)
 Aplikasi MULTI PLANT: 750ml + 70 ltr air/ 10.000m² (-15 HST)
 Pengolahan tanah 1 (bajak/ brujul) (-15 HST)
 Pengolahan tanah 2 (garu) (-8 HST)
 Aplikasi kompos: 1ton/ 2000m² (-7 HST)
 Aplikasi MULTI PLANT: 200ml + 14 ltr air/ 2000m² (-7 HST)
 Aplikasi MULTI PLANT: 1000ml + 70 ltr air/ 10.000m² (-7 HST)
Penggandaan MULTI PLANT pra- aplikasi:
 Perbandingan = 1 : 1 : 3
 MULTI PLANT (1 liter) : tetes tebu (1 liter) : urine hewan (3 liter)
 MULTI PLANT (1 liter) : gula jawa (1 liter) : urine hewan (4 liter)
 Campur atau aduk dalam: ember/ botol/ jerigen/ tong (plastik)
 Peram selama: 7 hari

Keunggulan Multiplant :
 Pupuk organik cair bernutrisi tinggi dan multi lengkap
 Memiliki tingkat kelarutan 100%
 Mencegah/ mengurangi gugur bunga dan daun
 Mempercepat masa panen
 5 in 1 : untuk pupuk daun, tanah, hormon pertumbuhan, perekat
alami serta pengendali hama dan penyakit
 Mengurangi intensitas serangan hama dan penyakit
 Memeperbaiki struktur tanah
 Aman bagi manusia dan lingkungan
 Bisa digunakan sebagai formula fermentasi urine hewan
 Dapat digunakan untuk segala macam tanaman (tanaman sayuran, tanaman pangan dan
palawija, tanaman perkebunan, tanaman hias)
BAB II
PEMBIBITAN

1. Pemilihan Benih (-18 HST):

a. Pilih benih terbaik, dengan metode: seleksi air garam

b. Rendam benih terpilih selama: ±12 jam (1 malam) dengan larutan “MULTI PLANT”:10 ml (1
tutup) + 5 ltr air
Sebagai Catatan:
a) Bibit yang sehat memunculkan perakaran yang banyak
b) Perkecambahan dan pertumbuhan yang seragam
c) Hasil yang tinggi
d) Bibit pindah tanam tumbuh lebih cepat dan tegar
e) Serangga memasuki masa kawin

Sebagai Catatan:
Metode seleksi air garam: sangat baik dan efektif diterapkan untuk seleksi biji semua jenis tanaman.
Seleksi Air Garam:
a) Masukan telur ayam sehat kedalam ember berisi air
b) Tabur garam dapur krosok halus secara bertahap kedalam ember berisi air, hingga telur
mengapung kepermukaan
c) Masukan benih yang akan diseleksi kedalam air garam
d) Buang benih terapung, pilih dan gunakan gabah yang tenggelam

2. Pemeraman (-17 HST):


Aplikasi Pemeraman Benih:
¼ karung diisi dengan benih, kemudian letakan secara mendatar, tahap selanjutnya balikkan setiap: 4
jam, hingga benih sampai berkecambah sepanjang: ± 1- 2 mm. Menghamparkan benih secara merata
di atas terpal, kemudian tutup dengan kain atau karung goni basah, hingga benih berkecambah
sepanjang: ± 1- 2 mm
3. Penaburan Benih (-15 HST):
a. Taburkan benih yang telah diperam pada media lahan semai atau besek yang telah disiapkan
b. Perlakuan taburan benih jangan terlalu rapat, pemberian jarak antar benih minimal: 0,5- 0,7 cm
(untuk memperoleh benih sehat, besar dan kuat)
c. Aplikasi penyemprotan pada bibit pada persemain setiap: 7 hari, sampai bibit siap tanam, dengan
larutan:“ MULTI PLANT”: 10 ml (1 tutup) + 14 ltr air (1 tangki)
d. Aplikasi penyemprotan merata secara mendatar pada daun dan batang benih
e. Stel katup sprayer pada posisi kabut
f. Aplikasi dilakukan pada pagi hari: 07.00-09.00
g. Serangga melakukan kawin pada:15 tanggal jawa (pada saat bulan purnama) dengan interval: ± 8
hari dari masa kawin serangga bertelur, kemudian mati secara alami. Untuk memutus dan
mengurangi intensitas penyebaran hama, dianjurkan perlakuan sebar benih pada: 25 tanggal jawa
(10 hari setelah bulan purnama)
BAB III
PROSES PENANAMAN

1. Persemaian
Pembuatan Bedengan (-16 HST)

a. Persemaian pada lahan:


a) Membuat luas persemaian: 4% atau ± 1/ 25 luasan lahan
b) Membuat lahan bedengan dengan lebar: 1- 1,2 m dan tinggi: 4- 5 cm, dengan jarak: ± 30 cm
antar bedengan
c) Olah tanah (bajak/ garu) hingga melumpur dengan baik
d) Menambahkan campuran pada atas permukaan bedengan: arang sekam dan bahan organik/
tanah ladu bawah rumpun bambu: ± 2 kg/ m², buat tanah menjadi gembur agar bibit mudah
dicabut tanpa merusak perakaran
e) Meratakan permukaan tanah bedengan dengan kondisi air macak-macak

b. Persemaian Pada Besek


Menyiapkan media sebar benih:
a) Arang sekam
b) Abu dapur
c) Ladu atau tanah bawah rumpun bamboo

Dengan perbandingan campuran = 1 : 1 : 1


Tabur dan ratakan campuran media kedalam besek dengan tinggi atau tebal: ± 2– 3 cm. Aplikasi
siram/ semprot secara merata dengan campuran larutan: “MULTI PLANT” : 50 ml (5 tutup) +
14 ltr air (1tangki) pada media semai

Sebagai Catatan:
Memilih tempat lokasi lahan persemaian yang baik:
a) Kondisi drainase baik (mudah dalam pembuangan air)
b) Mudah dalam pengairan
c) Lokasi lahan tidak ternaungi
d) Lokasi jauh dari lampu, terutama lampu mercury jalan
e) Mudah dalam pengawasan dan selalu menjaga kebersihan pada lokasi persemaian
f) Tidak dekat dengan lahan yang terserang hama atau penyakit
g) Lokasi lahan tidak sama dengan lahan persemaian sebelumnya
h) Lebih baik irigasi pada lahan persemaian menggunakan air sumur pompa

c. Pencabutan Bibit/ Pemindahan Tanaman (0 HST):


a) Mencabut bibit secara diagonal atau miring
b) Bibit pindah tanam muda, dengan posisi daun ke: 4, pada umur (± 14- 16 hari atau mengikuti
jenis & varietasnya)
c) Bersihkan dari lumpur, lakukan dengan hati- hati supaya tidak merusak perakaran

2. Persiapan Lahan
a. Persiapan Pengolahan Tanah (-18 HST):
Tahapan Proses Pengolahan Lahan:
a) Memotong jerami sebagai pembuatan kompos
b) Meremahkan bongkahan- bongkahan tanah dengan proses penggenangan air (lep), supaya
lahan mudah dicangkul (mudah dalam pengolahan)
c) Mencangkul tanah sehingga mudah dalam pengolahan (dibajak)
d) Memperbaiki pematang sehingga air mudah tertampung

e) Olah tanah pertama (bajak/ brujul) dengan memecah dan membalik tanah beserta jerami
sehingga membantu proses pembusukan, dibantu mikro organisme dalam tanah & biarkan
kondisi lahan olahan terbuka selama: ± 3- 5 hari
f) Menghancurkan kemudian meratakan gumpalan- gumpalan tanah dengan garu dan
kondisikan lahan menggenang (saluran air ditutup agar lumpur, hara & mikrobia tidak
hanyut)
g) Melakukan dengan berulang- kali sampai lumpur dalam kondisi seperti bubur (baik sebagai
media tanam)
h) Membiarkan lahan menyusut perlahan sampai kondisi lahan tanam menjadi nyemek
(macak- macak dengan kondisi sedikit air)
i) Taburkan pupuk kandang/ kompos yang telah diproses: ± 1 ton/ 2000 m²
j) Aplikasi penyemprotan merata/ siram pada lahan tanam larutan;“MULTI PLANT”:
1000ml (1 ltr) + 45 ltr air dalam: 2000m², sebagai pupuk dasar (-7 HST)

b. Aplikasi Kompos/ Pupuk Kandang (bahan organik):


Pemberian bahan organik, terutama yang berasal dari limbah/ sampah organik: jerami,
dedauan, potongan (cacahan) gedebok pisang, pangkasan tanaman kacang-kacangan yang telah
difermentasi dengan larutan:“Bio Starter” yang dicampur bersama segala kotoran hewan yang
bersifat: Ruminansia
Sebagai Catatan:
 Pemberian kompos pada awal tanam bertujuan:
a. Meningkatkan hasil panen
b. Memperkuat dan memperbanyak perakaran
c. Memberikan tambahan unsur hara pada tanah
d. Memperbaiki sifat tanah
e. Meningkatkan kandungan karbon organik tanah dan menyuburkan tanah
f. Meningkatkan aktifitas mikrobia
g. Menambah dan mempertahankan perputaran unsur hara tanah
h. Menekan biaya pertanian (lebih hemat dari aplikasi pupuk kimia)
 Membiarkan kondisi lahan terbuka yang telah dioalah (bajak/ brujul) selama: ± 3– 5 hari,
bertujuan:

a. Mengembalikan keseimbangan ph tanah

b. Mengurangi perkembangan penyakit

c. Menyeimbangkan airasi lengas tanah (pernafasan tanah)


 Perlakuan khusus untuk kondisi lahan yang berdrainase buruk: (-5 HST)
Untuk kondisi lahan dengan: type drainase buruk (kesulitan dalam pembuangan air) aplikasi
tabur merata dolomit: ± 200 kg/ 2000 m², dalam satu kali musim tanam
 Metode Konservasi Lahan Tanam: (-18 HST)

a. Memotong sisa jerami sebagai pembuatan kompos dilahan

b. Menabur secara merata potongan atau cacahan gedebok pisang pada lahan

c. Taburkan pupuk kandang/ kompos yang telah diproses: ± 1 ton/ 2000 m²

d. Meremahkan bongkahan- bongkahan tanah dengan proses penggenangan air (lep) mudah
dalam pengolahan

e. Aplikasi penyemprotan merata/ siram pada lahan tanam larutan;“Bio Starter”: 15


tutup (150 ml) + 45 ltr air, dalam luasan: 2000m²
f. Olah tanah pertama (bajak/ brujul) dengan memecah dan membalik tanah beserta
campuran: jerami, cacahan gedebok pisang dan kompos sehingga mempercepat proses
pembusukan, dibantu “Bio Starter”

g. Biarkan kondisi lahan olahan terbuka selama: ± 5- 7 hari

h. Menghancurkan dan meratakan gumpalan tanah dengan garu kondisikan lahan


menggenang (saluran air ditutup agar lumpur, hara & mikrobia tidak hanyut)

i. Taburkan pupuk kandang/ kompos yang telah diproses: ± 1 ton/ 2000 m²

j. Aplikasi penyemprotan merata/ siram pada lahan tanam larutan;“MULTI PLANT”:


1000ml (1 ltr) + 45 ltr air dalam: 2000m², sebagai pupuk dasar (-7 HST)

3. Pola Penanaman
Persiapan Pindah Tanam:
1. Menggenangi lahan tanam selama: ± 24 jam, kemudian biarkan menyusut perlahan hingga:
kondisi sedikit air, macak- macak (system surut atau lahan tanam nyemek)
2. Pola tanam system: “Jajar Legowo” dengan metode: (2:1), (3:1), (4:1) atau (5:1)
Legowo type: (2:1) dengan pola bibit padi ditanam berselang- seling: 2 baris tanaman dan: 1
baris kosong dalam (1unit) sehingga semua barisan rumpun seolah-olah berada pada bagian
pinggir, menurut kebiasaan tanaman pada bagian pinggir memberikan hasil yang lebih baik
3. Bibit siap pindah tanam ke lahan pada posisi daun ke: 4 (umur: ± 14- 16 hari)
4. System pola tanam: permukaan, bibit di tanam sedalam: ± 1- 3 cm (menanam bibit pada
permukaan tanah atau lahan tanam) dengan penerapan pola tanam: 1- 2 bibit per- tancep dalam 1
rumpun tanaman.
Sebagai Catatan:
 Daun 4 ditanam (umur: 14- 16 hari):
a. Perakaran sedikit dan pendek (akar tidak mudah terlipat atau strees)
b. Bibit cepat kembali pulih/ mudah hidup (gampang jenggelek)
c. Mengurangi penguapan (sedikit daun)
d. Perakaran kuat dan dalam
e. Lebih tahan rebah, kekeringan dan penyerapan pupuk lebih hemat
 Pola tanam system surut (letakan bibit pada permukaan tanah):

a. Perakaran tidak mudah terlipat (akar masih sedikit dan pendek)


b. Pertumbuhan bibit lebih cepat dan baik (mudah beradaptasi)

c. Memaksimalkan jumlah anakan

d. Permukaan lahan tempat terbanyak kandungan unsur hara


4. Pola tanam: “JAJAR LEGOWO”

a. Metode tanam: 1 bibit dalam 1 rumpun atau tancep (system Iwir). Bertujuan:

a. Memaksimalkan pertumbuhan

b. Memperbanyak jumlah anakan

c. Menaikan jumlah produksi: ± 16- 30 %

d. Mengurangi intensitas serangan hama, penyakit dan gulma

e. Mengurangi kelembaban, intensitas serangan jamur berkurang

f. Memaksimalkan penyinaran (mempercepat proses penguraian hara tanah)

g. Mengurangi intensitas serangan siput (keong emas)

h. Mudah dalam aplikasi penyemprotan

i. Mudah dalam pembuangan (kontrol pengairan)

j. Jumlah rumpun lebih banyak

k. Dapat digunakan sebagai pola tanam: “Mina Padi” (System Jajar Gorowo)

l. Mengurangi intensitas serangan tikus

m. Tidak terjadi kompetisi dalam penyerapan unsur hara

n. Penggunaan dan penyerapan pupuk lebih berdaya guna

b. “4” Metode Pola Tanam “Jajar Legowo” dalam Peningkatan Produksi:


a) Metode Jajar Legowo: (2:1)

a. (20cm x 10cm) x 40cm, dengan metode: (2:1)

b. (25cm x12,5cm) x 50cm, dengan metode: (2:1)


 Populasi Jajar Legowo: (2:1)
a. (20 x 10cm)x 40cm, gunakan bambu ukuran: 0,6m x 1m = sehingga didapat
2 baris x 10 baris tanaman = 20 rumpun/ 0,6m² = 33 rumpun/ m²
Jumlah populasi= 66000/ patok (2000m²)
Jumlah populasi= 330000/ ha (10000m²)
b. (25 x 12,5cm)x 50cm, gunakan bambu ukuran: 0,75m x 1m = hingga didapat 2 baris x 8
baris tanaman = 16 rumpun/ 0,75m² = 21 rumpun/ m²
Jumlah populasi= 42000/ patok (2000m²)
Jumlah populasi= 210000/ ha (10000m²)
JAJAR LEGOWO: (2:1)

X X X X X X X X X X X X X X X X
X X X X X X X X X X X X X X X X
X X X X X X X X X X X X X X X X
X X X X X X X X X X X X X X X X
X X X X X X X X X X X X X X X X

 Perhitungan Peningkatan Hasil:


100% x 1 : (1+2)= 30%
 Perhitungan Ubinan:

a. (20 x 10cm) x 40cm = 2m, sepanjang barisan x 3m (5 x legowo 2:1) = 6m²

b. (25 x 12,5cm) x 50cm = 2m, sepanjang barisan x 3m (4 x legowo 2:1) = 6m²

b) Metode Jajar Legowo: (3:1)

a. (20cm x 10cm) x 40cm, dengan metode:(3:1)

b. (25cm x 12,5cm) x 50cm, dengan metode:(3:1)


JAJAR LEGOWO: (3:1)

X X X X X X X X X X X X X X X X X X
X X X X X X X X X X X X
X X X X X X X X X X X X X X X X X X
X X X X X X X X X X X X
X X X X X X X X X X X X X X X X X X

 Populasi Jajar Legowo: (3:1)


a. (20 x 10cm) x 40 cm, gunakan bambo ukuran: 0,8m x 1m= sehingga didapat 3 baris x
10 baris tanaman= 30 rumpun/ 0,8m²= 37 rumpun/ m²
Jumlah populasi= 74000/ patok (2000m²)
Jumlah populasi= 370000/ ha (10000m²)
b. (25 x 12,5cm) x 50cm, gunakan bambu ukuran: 1m x 1m = sehingga didapat 3 baris x 8
baris tanaman= 24 rumpun/ 1m² = 24 rumpun/ m²
Jumlah populasi= 48000/ patok (2000m²)
Jumlah populasi= 240000/ ha (10000m²)
 Perhitungan Peningkatan Hasil:
100% x 1 : (1+3)= 25%
 Perhitungan Ubinan:

a. (20 x 10cm) x 40cm = 2m, sepanjang barisan x 3m (4 x legowo 3:1) = 6m²

b. (25 x 12,5cm) x 50cm = 2m, sepanjang barisan x 3m (3 x legowo 3:1) = 6m²

c) Metode Jajar Legowo: (4:1)

a. (20cm x 10cm) x 40cm, dengan metode: (4:1)


b. (25cm x 12,5cm) x 50cm, dengan metode: (4:1)

 Populasi Jajar Legowo: (4:1)


a. (20 x 10cm) x 40 cm,gunakan bambu ukuran: 1m x 1m= sehingga didapat 4 baris x 10
baris tanaman= 40 rumpun/ 40m²= 40 rumpun/ m²
Jumlah populasi= 80000/ patok (2000m²)
Jumlah populasi= 400000/ ha (10000m²)
b. (25 x 12,5cm) x 50cm,gunakan bambu ukuran: 1,25m x 1m = hingga didapat 4 baris x 8
baris tanaman = 32 rumpun/ 0,8 (1m²/ 1,25m²) = 26 rumpun/ m²
Jumlah populasi= 52000/ patok (2000m²)
Jumlah populasi= 260000/ ha (10000m²)
 Perhitungan Peningkatan Hasil:
100% x 1 : (1+4)= 20%
 Perhitungan Ubinan:

a. (20 x 10cm) x 40cm = 2m, sepanjang barisan x 3m (3 x legowo 4:1) = 6m²

b. (25 x 12,5cm) x 50cm = 2m, spanjang barisan x 2,5m (2 x legowo 4:1) = 5m²
JAJAR LEGOWO: (4:1)

X X X X X X X X X X X X X X X X
X X X X X X X X
X X X X X X X X X X X X X X X X
X X X X X X X X
X X X X X X X X X X X X X X X X
d) Metode Jajar Legowo: (5:1)

a. (20cm x 10cm) x 40cm, dengan metode: (5:1)

b. (25cm x 12,5cm) x 50cm, dengan metode: (5:1)

 Populasi Jajar Legowo: (5:1)


a. (20 x 10cm) x 40cm, gunakan bambu ukuran: 1,2m x 1m= sehingga didapat 5 baris x 10
baris tanaman= 50 rumpun/ 1,2m²= 53 rumpun/ m²
Jumlah populasi= 106000/ patok (2000m²)
Jumlah populasi= 530000/ ha (10000m²)
b. (25 x 12,5cm) x 50cm, gunakan bambu ukuran: 1,50m x 1m = hingga didapat 5 baris x 8
baris tanaman = 40 rumpun/ 1,50m² = 36 rumpun/ m²
Jumlah populasi= 72000/ patok (2000m²)
Jumlah populasi= 360000/ ha (10000m²)
JAJAR LEGOWO: (5:1)

X X X X X X X X X X X X X X X
X X X X X X X X X
X X X X X X X X X X X X X X X
X X X X X X X X X
X X X X X X X X X X X X X X X

 Perhitungan Peningkatan Hasil:


100% x 1 : (1+5)= 16,6%
 Perhitungan Ubinan:

a. (20 x 10cm) x 40cm = 2m, sepanjang barisan x 2,5m (2 x legowo 5:1) = 6m²

b. (25 x 12,5cm) x 50cm = 2m, spanjang barisan x 2,5m (1 x legowo 5:1) = 5m²
BAB IV
PERAWATAN TANAMAN

1. Pengairan
1) Memperhatikan jenis tanah yang tidak bisa menahan air dan kondisi tanah yang berat:

a. Mengikuti pola pengairan wilayah setempat

b. Tidak menerapkan aplikasi pengairan pada lahan tanam dengan metode: berselang, apabila
drainase lahan buruk
Sebagai Catatan:
a) Perakaran mudah mendapatkan udara untuk berkembang lebih dalam
b) Menghemat dalam penggunaan air irigasi
c) Mengaktifkan mikrobia yang bermanfaat
d) Pemasakan gabah menjadi seragam
e) Menghambat munculnya keracunan besi dan penimbunan asam organik gas H₂ S
f) Mengurangi kerebahan dan jumlah anakan yang tidak produktif
g) Mempercepat peresapan pupuk ke dalam tanah lebih mudah
h) Pengendalian hama keong mas lebih mudah
i) Mengurangi penyebaran wereng, penggerek batang dan hama tikus
j) Mempercepat waktu panen
2) Metode Pengairan Berselang:
a. Aplikasi pengairan dilakukan hingga tanaman berumur: 10 hari, dengan ketinggian air: ±
2- 5 cm, aplikasi dilakukan dari: (0 HST)
b. Membiarkan kondisi lahan mengering dengan sendirinya (tanpa diairi) perlakuan selama:
± 5- 6 hari, aplikasi dilakukan pada: (+15 HST)
c. Aplikasi pengairan dilakukan kembali setelah kondisi tanah dilahan menjadi retak- retak
selam: 1 hari, dengan ketinggian air: ±5 cm, aplikasi dilakukan pada:(+17 HST)
d. Melakukan tahap pengulangan perlakuan langkah pengeringan dan pengairan secara
berselang, hingga tanaman memasuki tahap pembungaan
Aplikasi pengairan terakhir sampai: 10 hari, dengan ketinggian air: ± 5 cm, pada waktu
sebelum panen, kemudian lahan dikeringkan, aplikasi dilakukan pada: (+100 HST)
Sebagai Catatan:
 Mengkondisikan lahan yang telah ditanami dengan system surut, metode pola tanam
sedikit genangan air atau macak- macak (nyemek):
a) Tanaman tidak menjadi kemerahan pada waktu musim tanam 1 & 2 (MT: 1 & MT: 2),
apabila lahan tanam dibiarkan dengan kondisi penuh air (tanah menjadi asam)
b) Menurunkan Ph tanah (memaksimalkan intensitas penyinaran)
c) Membantu proses pernafasan akar
d) Memperbaiki airasi lengas tanah
e) Memperbanyak proses perakaran
 Pada posisi: daun ke: 12, lahan disat atau air dibuang: (+28- 36 HST)
a) Umur padi memasuki fase pertumbuhan tunas
b) Mencegah kebusukan tunas
c) Mempermudah munculnya tunas
d) Memperbanyak jumlah tunas atau anakan

2. Pemupukan:
Aplikasi tabur/ tanam pupuk kandang/ kompos lanjutan ke: 2, sebanyak 1 genggam pada posisi
tengah jarak antar baris tanaman, pada posisi daun ke: 8 (+21- 26 HST)
Aplikasi Pemupukan Dengan Sistem Penyemprotan:
Aplikasi penyemprotan dilakukan secara merata pada lahan dan tanaman dengan larutan:
“MULTI PLANT”: 50 ml (5 tutup) + 14 ltr air (1 tangki), dengan perlakuan:
a. Fase Pertumbuhan Vegetatif:
a) Memacu pertumbuhan awal: (+10 HST)
b) Memperbanyak pertumbuhan anakan dan membentuk antibody tanaman: (+20 HST)
b. Fase Pertumbuhan Generatif:
a) Mempercepat dan memperbanyak proses pembungaan: (+40 HST)
b) Memperkuat batang, menambah jumlah panen dan mempercepat panen: (+60 HST)
Sebagai Catatan:
Untuk memperoleh hasil yang lebih maksimal, dianjurkan dalam aplikasi penyemprotan
Larutan: “MULTI PLANT”:
 Semprot merata pada lahan dan tanaman
a) Waktu aplikasi yang baik, pada pagi hari (07.00- 09.00) atau sore hari (15.00-18.00)
b) Pastikan tangki spreyer dalam kondisi bersih (apabila tangki habis digunakan untuk
aplikasi pestisida kimia, harap dicuci bersih)
c) Tidak diaplikasi bersama dengan pupuk daun/ organik merk lain, atau diaplikasi bersama
pestisida (kimia atau pun organik)
d) Apabila akan melakukan aplikasi pestisida organic:“Benkalis”, sebaiknya diberi interval
jeda atau jarak waktu: ± 3- 5 hari
e) Aplikasikan secara perlahan dan merata pada seluruh bagian tanaman dan lahan
f) Penyetelan spreyer pada posisi sedikit kabut (setengah kabut)
g) Hindarkan aplikasi pada waktu siang hari
h) Gunakan sesuai dosis dan aturan pakai yang telah dianjurkan
3. Pengenalan & Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman Padi
Pengendalian Gulma Pada Lahan Padi secara tepan:
a. Penyiangan secara manual:
Penyiangan dengan gosrok (landak) sangat efekti dilakukan pada pola tanam: SRI atau
system: Tegel, tetapi untuk system pola tanam: Jajar Legowo penyiangan dengan system
gosrok (landak) dapat dilakukan pada jarak baris antar tanaman apabila gulma penggangu
masih muda, dengan perlakuan:
a) Kondisikan lahan tanam macak- macak, dengan ketinggian air: ± 2- 3 cm
b) Aplikasi pertama dilakukan (+10- 15 HST)
c) Aplikasi berikut secara berkala: (+10- 25 HST)
d) Apabila gulma berdekatan dengan tanaman dapat dicabut dengan tangan
Sebagai Catatan:
Perlakuan penyiangan dilakukan:
a) Mengurangi persaingan atau kompetisi dalam penyerapan unsure: hara, air, cahaya
matahari dan tempat
b) Memutus perputaran hidup gulma
c) Mencegah tersumbatnya saluran atau aliran irigasi
d) Mengurangi dan mencegah terbentuknya tempat berkembangnya hama, penyakit dan
tikus (tanaman inang)
e) Menghindari kontaminasi tanaman inang secara langsung akibat dari persinggungan antar
perakaran
f) Lebih efisien perlakuan bersamaan dengan proses pemupukan dalam membantu
pembenaman pupuk
g) Penyiangan dengan proses manual (gosrok) lebih hemat tenaga dan biaya serta sangat
membantu memperbaiki perakaran

b. Jenis Gulma Pengganggu tanaman Padi:


Jenis Teki:

Cyperus difformis Cyperus iria Fimbristylis sp


Jenis Rumput:

Gejawan Tuton
chinocloa crusgalli Echinocloa colona Leptoclhoa chinensis
Jenis Daun Lebar:

Enceng gondok Semanggi Cengkehan


Monochoria vaginalis Marsillea crenata Ludwigia hyssopifolia

Kayambang Genjer
Pistia stratiotes Lymnocaris flava

c. Metode Organik pencegahan gulma pengganggu:


a. Sebelum memasuki proses pengolahan lahan pertama (bajak/ brujul), sebaiknya lakukan
pembakaran hamparan sisa- sisa jerami dilahan:
a) Mengurangi penyebaran penyakit & telur ulat tanah yang bersarang dibawah rumpun
jerami
b) Mengurai kandungan unsure: Mg (magnesium) yang ada pada jerami agar bisa segera
termanfaatkan oleh tanaman
c) Mengurai kandungan unsure: Mg akan segera dapat mengikat kandungan Clorit pada
lahan (Mg Cl & Mg Cl₂ )
d) Menyempurnakan dan mempercepat proses pelapukan
b. Melakukan proses pengairan (lep) pada lahan yang telah dibakar dan biarkan kondisi
menggenang
c. Taburkan secara merata daun “Munggur/ Trembesi (Albizia saman)” dilahan yang telah
terkondisi basah
d. Lakukan aplikasi penyemprotan secara merata dilahan dengan larutan “Bio Starter”:
15 tutup (150 ml) + 15 ltr air
e. Perlakuan peram lahan dalam kondisi menggenang selama: ± 3 hari
f. Melakuakan proses pengolahan lahan pertama (bajak/ brujul)

d. Pengendalian Hama & Penyakit:


Pengendalian hama & penyakit secara terpadu:
Mengurangi, memutus, mencegah dan menekan penyebaran hama dan penyakit tanaman padi
pada dasarnya adalah:
a) Menanam tanaman yang sehat
b) Menggunakan jenis dan varietas yang tahan
c) Selalu aktif dalam memantau perkembangan dan kesehatan tanaman
d) Melakukan pola tanam yang tepat
e) Melakukan variasi varietas
f) Melakukan pola tanam Padi - padi - palawija (rotasi tanam)
g) Selalu menjaga kebersihan lokasi tanam dan parit irigasi
h) Ketepatan waktu tanam
i) Pemupukan organik yang tepat waktu
j) Irigasi atau pengairan akan lebih baik menggunakan sumur pompa
k) Menanam dipematang lahan,tanaman yang tidak disukai serangga pengganggu dan
tanaman perangkap tikus

e. Jenis-jenis Hama Pengganggu Tanaman Padi:


a) Hama Padi Pada Fase Pertumbuhan Vegetatif:

Penggerek Batang Penggerek Batang Penggerek Batang Lalat Bibit


Tryporyza incertulas Sasamia inferens Chilo suppressali Hydrellia philippina
Ganjur Ulat Grayak Walang Sangit Kepinding Tanah
Pachydiplosis Spodoptera litura Leptocorisa Scotinophora sp

Penggerek Batang Keong Mas


Tryporyza incertulas Pomacea canalisculata
b) Hama Padi Pada Fase Pertumbuhan Generatif:

Wereng Coklat Wereng Zik- zak


Nilaparvata lugens Inazuma dorsalis

Putih Palsu Wereng Hijau Tikus Sawah


Cnaphalocrosis medinali Nephotettix impicticeps Rattus argentiventer

f. Pengendalian secara tepat guna:


a) Pemanfaatan musuh alami (predator/ pemangsa)
b) Pengendalian secara mekanik (alat perangkap dan pagar)
c) Pengendalian secara fisik (lampu perangkap)
Hama yang perlu diwaspadai adalah: “Penggerek Batang” :
a) Tikus dan Keong Mas
b) Wereng Coklat, Wereng Hijau dan Walang Sangit
c) Tungro dan Hama Putih Palsu
g. Jadwal & Dosis Aplikasi Pestisida Organik: “BENKALIS”
a) Aplikasi pestisida organik: “BENKALIS” diposisi daun ke: 16 (+35- 46 HST)
Dilakukan: “Hanya apabila terjadi serangan saja”
1. Dosis: 20 ml (2 tutup) + 14 ltr air (1 tangki), sebagai parameter control: anakan
wereng (warna putih) sebelum: 4 kali berganti kulit
Jenis-jenis Penyakit Tanaman Padi:

Bercak Coklat Stripe Bercak Coklat


Cercospora oryzae Helminthosporium oryzae

Hawar Pelepah (Sheath Blight) Blast


Rhizoctonia solani Pyricularia oryzae

Virus Tungro Stem Rot


Grassy stunt virus, Ragged stunt virus H. sigmoideum

Sheath Rot Hawar Daun Bakteri


Sarocladium oryzae X. oryzae pv. oryzae

Bakteri Daun Bergaris


X. oryzae pv. Oryzicola
2. Dosis: 40 ml (4 tutup) + 14 ltr air (1 tangki), sebagai parameter control: wereng
dewasa (sudah berganti kulit: Coklat, Hijau dan Bergaris Putih)
3. Aplikasi dengan segera setelah menemukan 2 ekor atau lebih pada setiap rumpun
tanaman padi
4. Apabila diatas: (+60 HST) masih terjadi serangan, aplikasi: “BENKALIS”
dilanjutkan dengan dosis aturan yang sama, sampai intensitas serangan hilang,
dengan interval aplikasi: 7 hari

h. Metode Pengamatan :
Penggunaan pestisida organik secara bijaksana, dimana apabila dalam pengamatan di lahan
musuh alami (serangga predator) rendah pada posisi: daun ke 16 (+35- 46 HST) Penggunaan
dan perlakuan aplikasi pestida organik:“Benkalis” dapat dilakukan, hanya apabila terjadi
serangan hama perusak dalam jumlah besar, agar tidak membunuh serangga predator (laba-
laba Lycosa, N1) dll
Sebagai Catatan:
Secara alami pada tanaman padi apabila memasuki fase pertumbuhan generative (berbunga
atau katak), selalu ditandai dengan munculnya serangga predator (laba-laba Lycosa, N1 dll),
laba- laba ini sebenarnya sudah membantu mengurangi intensitas serangan hama perusak (1
laba-laba Lycosa dapat memangsa: 20– 25 wereng/ hari)

4. Penyebab & Penangan Tanaman Padi Kemerahan:


a. Tanah Terlalu Asam:
a) Kondisikan lahan dengan pola tanam surut (sedikit dalam penggunaan air, macak-macak/
nyemek)
b) Pengairan terlalu banyak (megung), tanaman padi berpotensi menjadi kemerahan (tanah
menjadi asam pada waktu musim penghujan)
c) Penerapan pola tanam: Padi – Padi – Palawija, untuk menetralkan ph tanah

Sebagai Catatan:
 Test Kunyit (kunir):
1. Kupas kunyit
2. Masukan pada lahan telah diolah (sudah digaru, dengan sedikit genangan air/
nyemek)
3. Biarkan selama: ± 1 jam
4. Amati perubahan warna pada Kunyit

a. Warna kunyit menjadi kebiruan: Kondisi Tanah Asam


b. Warna kunyit menjadi coklat kehitaman: Kondisi Tanah Basa

 Metode Penanganan:

1. Aplikasi tabur Dolomit: 200 kg/ 2000 m²,pada lahan dengan kondisi drainase buruk
(sulit dalam pembuangan air), lebih baik diaplikasi pada: (-7- (-5 HST))

2. Untuk memulihkan kondisi tanaman coklat kemerahan, agar diperoleh hasil yang
lebih sempurna, dengan perlakuan pengeringan lahan tanam hingga kondisi tanah
dilahan menjadi retak- retak, segera aplikasi merata pada lahan dan tanaman larutan:
“MULTI PLANT” : 70 ml (7 tutup) + 14 liter air (1 tangki), perlakuan
selanjutnya dilanjutkan dengan pengairan (lep) dengan tinggi air: ± 2cm pada: 1 hari
setelah pengaplikasian, dengan interval aplikasi:10 hari

3. Untuk memulihkan kondisi tanaman coklat kemerahan & kerdil hampa , agar
diperoleh hasil yang lebih sempurna, dengan perlakuan pengeringan lahan tanam
hingga kondisi tanah dilahan menjadi retak- retak, tabur secara merata pupuk
kompos & segera aplikasi merata pada lahan dan tanaman larutan: “MULTI
PLANT” : 10 ml (10 tutup) + 14 liter air (1 tangki), perlakuan selanjutnya
dilanjutkan dengan pengairan (lep) dengan tinggi air: ± 2cm pada: 1hari setelah
pengaplikasian, dengan interval aplikasi setiap: 5 hari sampai kondisi tanaman pulih

4. Untuk memulihkan kondisi tanaman yang sudah terserang hama penggerek batang
(sundep/ inser), agar diperoleh hasil yang lebih sempurna, dengan perlakuan
pengeringan lahan tanam hingga kondisi tanah dilahan menjadi retak- retak, tabur
secara merata pupuk kompos & segera aplikasi secara merata pada seluruh tanaman
dengan larutan: “MULTI PLANT” : 10 ml (10 tutup) + 14 liter air (1 tangki),
perlakuan selanjutnya dilanjutkan dengan pengairan (lep) dengan tinggi air : ± 2 cm
pada: 1 hari setelah pengaplikasian, dengan interval aplikasi setiap: 5 hari sampai
kondisi tanaman pulih

b. Virus Tungro dan Sundep/ Ingser:


a) Karper Putih (kupu penggerek batang) pembawa virus penyebab: Sundep/ Ingser, kondisi
tanaman: kering merah kecoklatan, batang membusuk dari bawah dan dapat dicabut dari
atas, apabila menyerang tangkai bulir padi menjadi putih tegak (tidak berisi/ kopong)
b) Wereng Coklat: kondisi tanaman: kering merah kecoklatan (jawa: brangas/ kobong),
terkadang bulir padi tegak (tidak berisi/ kopong)
c) Wereng Hijau: kondisi tanaman: hijau merah kuning kecoklatan dan kerdil hampa atau
KB (tidak berbunga)
d) Penerapan pola tanam: Padi – Padi – Palawija,bertujuan: memutus mata rantai
penyebaran hama dan penyakit

Sebagai Catatan:
1. Pencegahan dengan segera aplikasi: “BENKALIS”
2. Interval aplikasi: 7 hari, sampai intensitas serangan hilang
3. Melakukan pengamatan dan apabila terjadi penerbangan karper/ kupu penggerek, aplikasi
lebih awal segera dilakukan
4. Metode aplikasi, segera setelah menemukan: 2 ekor atau lebih pada setiap rumpun:

a. Wereng Anakan (warna putih) sebelum (4 kali berganti kulit), dengan dosis per-
aplikasi: 20 ml (2 tutup) + 14 liter air (1 tangki)

b. Kaper Putih (kupu penggerek batang) dan Wereng Dewasa, (wereng coklat, wereng
hijau dan wereng punggung garis putih/ wereng zik-zak), dengan dosis aplikasi:
40 ml (4 tutup) + 14 liter air (1 tangki)

c. Jamur (kresek & patek daun)


a) Perubahan cuaca yang cepat, dengan kelembaban yang tinggi serta suhu udara yang
meningkat (gerah/ sumuk): hujan-panas yang terus berselang. Spora jamur (patek):
sangat cepat berkembang, muncul noda putih (patek daun/ krasak). Aplikasi pupuk N
terlalu tinggi juga berpengaruh terhadap berkembangnya jamur.
b) Penerapan pola tanam: “Jajar Legowo”: (20 x 10cm)/ (25 x 12,5cm) dengan metode pola
tanam type: (2:1)/ (3:1)/ (4:1) atau (5:1), bertujuan: Memaksimalkan Intensitas
Penyinaran (mengatur & mengurangi kelembaban)
c) Penerapan pola tanam: Padi – Padi – Palawija, bertujuan:

1. Mengatur Ph tanah

2. Mengatur kelembaban tanah (memaksimalkan intensitas penyinaran)

3. Memperbaiki tekstur & struktur airasi lengas tanah

Sebagai Catatan:
a) Pencegahan segera dengan aplikasi larutan: “BENKALIS” dengan dosis perlakuan: 90
ml (9 tutup) + 14 liter air (1 tangki), interval aplikasi: 6 jam setelah turun hujan, (pagi
hari hujan, sore hari semprot) dan (sore hari hujan, pagi hari semprot)
b) Pola tanam “Jajar Legowo” dengan metode tanam: (2:1), dll: diterapkan pada lahan yang
ber-type drainase buruk (sulit dalam pembuangan air), dengan tujuan dapat dibuat: parit
pada sekitar jarak antar tanaman untuk proses pembuangan air
c) Untuk memulihkan kondisi tanaman yang sudah terserang jamur (krasak/ patek), agar
diperoleh hasil yang lebih sempurna, dengan perlakuan pengeringan lahan tanam hingga
kondisi tanah dilahan menjadi retak- retak, segera aplikasi merata pada seluruh tanaman
larutan: “MULTI PLANT” : 70 ml (7 tutup) + 14 liter air (1tangki), perlakuan
selanjutnya dilanjutkan dengan pengairan (lep) dengan ketinggian air: ± 2cm pada: 1 hari
setelah pengaplikasian, dengan interval setiap: 5 hari sampai kondisi tanaman pulih
BAB V
PANEN DAN PASCAPANEN

1. Penanganan panen & pascapanen secara tepat.


a. bertujuan:
a) Penangan kurang baik berakibat pada kualitas benih yang rendah
b) Kehilangan hasil dan penurunan mutu selama proses panen bisa mencapai: ± 20 %
b. Waktu panen sesuai dengan varietas:
Memperhatikan umur tanaman sesuai varietas yang digunakan, hal berikut dapat digunakan
sebagai langkah pengamatan:
a) Apabila: ± 90 % malai sudah menguning
b) Rata-rata: ± 30- 35 hari, setelah padi mulai berbunga
c. Panen dan Perontokan:
a) Menggunakan alat sabit bergerigi atau mesin permanen
b) Potong bagian tengah atau pada bagian atas rumpun, apabila menggunakan mesin: Power
Thresher
c) Potong bagian bawah rumpun, apabila menggunakan: Pedal Thresher
d) Melakukan perontokan segera setelah panen,jangan membiarkan malai ditumpuk terlalu lama
e) Menggunakan alas atau terpal untuk mengurangi kehilangan hasil panen
d. Pengeringan:
a) Menjemur gabah diatas lantai jemur dengan ketebalan: ± 5- 7 cm
b) Interval pembalikan gabah setiap: ± 2 jam sekali
c) Apabila telah memasuki musim penghujan,akan lebih baik bila menggunakan pengering
dengan suhu: ± 42º C untuk perlakuan calon benih dan apabila untuk konsumsi dengan suhu:
± 50º C
e. Penggilingan dan Penyimpanan:
a) Memperhatikan waktu selama proses panen dan pascapanen untuk memperoleh hasil beras
yang berkualitas
b) Selalu menjaga kebersihan dan memperhatikan kadar air pada gabah: ± 12- 14 %
c) Simpan dalam tempat/ wadah yang bersih serta diberi alas steger (alas kayu berongga),
tempatkan dalam ruang/ gudang dengan sirkulasi udara yang baik dan bebas dari hama
d) Simpan gabah untuk calon benih dengan kadar air: ± 12 %
e) Simpan gabah untuk konsumsi dengan kadar air: ± 14 %
f) Mengeringkan gabah yang telah disimpan, sebelum digiling hingga mencapai kadar air: 12-
14%, dilanjutkan dengan proses dikering- anginkan untuk menghindari butir padi pecah
2. Metode Pembuatan Pupuk Kandang/ Kompos dengan “Bio Starter”:
a. Menghilangkan kandungan gas Amoniak
b. Membunuh baktery penyakit Coli
c. Menghilangkan bibit rumput
d. Kandungan unsure hara lebih lengkap dan sempurna
e. Waktu fermentasi lebih singkat: 10- 15 hari
f. Proses pengadukan dilakukan hanya pada awal pengolahan
Bahan :
Llimbah atau sampah organik: jerami, dedaunan, potongan cacahan gedebok pisang, pangkasan
tanaman kacang- kacangan, kotoran hewan Ruminansia: (sapi, kerbau, kambing, kelinci dll), abu
dapur/ arang sekam/ dolomit untuk mengurangi kadar air
Cara Pembuatan :

1. Melarutkan “Bio Starter”: 1 tutup (10 ml) dengan: 5 ltr air

2. Untuk memperolah hasil fermentasi yang sempurna, potong (mencacah) bahan yang tersedia
menjadi potongan kecil: ± 2- 3 cm

3. Mencampur dan mengaduk bahan secara merata

4. Tumpuk secara berlapis bahan yang telah disiapkan, dengan tinggi: ± 10- 20 cm pada setiap
lapisnya

5. Semprot/ siram campuran bahan tersebut dengan larutan “Bio Starter” secara merata pada setiap
lapisnya

6. Memadatkan bahan olahan dengan proses diinjak- injak pada setiap lapisnya

7. Tinggi tumpukan lapisan minimal: 80- 100 cm

8. Menutup bahan olahan dengan jerami atau daun pisang

9. Proses pemeraman (fermentasi) selama: ± 10- 15 hari.

10. Setelah: ± 10- 15 hari, pupuk kompos sudah siap digunakan

11. Tempat fermentasi dianjurkan beralaskan tanah dan diberi naungan agar terlindung dari sinar
matahari dan hujan secara langsung

12. Untuk menjaga keawetan (kerusakan alat), dianjurkan menggunakan supreyer atau gembor
berbahan plastik, ersihkan dan cuci alat- alat setelah digunakan dalam proses pengolahan
kompos
Sebagai Catatan:
500ml (0.5 liter) “Bio Starter” mampu mengolah: 3 ton kompos
Kebutuhan Harga Bibit dan Pembelian Hasil
No. Varietas Harga bibit kontan
1. Mentik Wangi Rp 12.000,-/ kg
2. Mentik Susu Rp 12.000,-/ kg
3. Cempo Abang Rp 15.000,-/ kg
4. Cempo Ireng Rp 15.000,-/ kg
* Harga bisa berubah sesuai kebutuhan
- Kebutuhan: Bibit/ 2000m² sebanyak: 5 kg
- Gabah Kering dibeli: “CV. Binangun Gemilang Sembada”
BAB VI
APLIKASI PUPUK ORGANIK CAIR MULTIPLANT

Aplikasi Pupuk Pada Persemaian dan Pembibitan

No. JENIS PUPUK APLIKASI DOSIS KETERANGAN

Nutrisi &
Merendam
1. MULTI PLANT Hormon 10 ml/ 5 liter
benih
Bioprotectant
Nutrisi & Penyemprotan
2. MULTI PLANT Hormon 50 ml/ 5 liter pada media
Biofertilizer sebar benih

Nutrisi & Penyemprotan


3. MULTI PLANT Hormon 10 ml/ 5 liter pada bibit setiap
Biostimulant 7 hari sekali

Aplikasi Pupuk Pada Lahan dan Tanaman

JENIS
NO. WAKTU APLIKASI DOSIS KETERANGAN
PUPUK

Pupuk Dasar 1 ton/ 2000 Taburkan


1. KOMPOS
(7 Hari Sebelum Tanam) m² merata

Nutrisi Tanah & Mikrobia


Semprotkan
MULTI Pengurai Unsur: N, Fe³˖, P, S, 1 liter/ 2000
2. merata pada
PLANT Mn²˖ (7 m²
lahan
hari Sebelum Tanam)

Nutrisi Tanah & Tanaman Semprotkan


MULTI 50 ml/ 14
3. Hormon Pemacu Pertumbuhan pada lahan &
PLANT liter
(10 HST) tanaman

Nutrisi & Hormon Semprotkan


MULTI 50 ml/ 14
4. Pertumbuhan Vegetatif pada lahan &
PLANT liter
(20 HST) tanaman
Pupuk Pelengkap 1 Genggam pada
100 kg/
5. KOMPOS (21- 26 HST) jarak antar
2000 m²
tanaman

Nutrisi & Hormon Semprotkan


MULTI 50 ml/ 14
6. Pertumbuhan Generatif Awal pada lahan &
PLANT liter
(40 HST) tanaman

Nutrisi & Hormon


Semprotkan
MULTI Pertumbuhan Generatif 50 ml/ 14
7. pada lahan &
PLANT Lanjutan liter
tanaman
(60 HST)

Pengendalian Hama dan Penyakit

No. OBAT & PUPUK MENGENDALIKAN CARA APLIKASI


Kondisi Tanah Asam 70 ml/ 14 ltr air, semprot merata pada
MULTI PLANT (Ringan – Sedang) lahan (7 hari sblm tanam)
1.
(kondisi tanaman kemerahan) & tanaman (10,20,40 & 60 HST)
Kondisi Tanah Asam Dolomit: 200 kg/ 2000 m² tabur merata
(Sedang – Berat) ke lahan pada (5 hari sebelum tanam),
MULTI PLANT Tipe drainase lahan buruk dilanjutkan:
2. & (kesulitan dalam pembuangan air) Multi Plant: 70 ml/ 14 ltr air, semprot
DOLOMIT (kondisi tanaman merah merata pada lahan
kekuningan) (7 hari sblm tanam)
& tanaman (10,20,40 & 60 HST)
Repellen: Multi Plant: 50 ml/ 14 ltr air atau

MULTI PLANT Penghalau serangan untuk tidak Benkalis: 20 ml/ 14 ltr air, semprot
3. dapat mendekat merata pada lahan, tanaman & sarang
&
BENKALIS (serangga, tikus & babi hutan) tikus, interval: 7 hari, sampai intensitas
Aromatic Smell serangan hilang
Wereng Coklat (Nilaparvata Benkalis: 20 ml/ 14 ltr air, semprot
lugens) segera pada anakan wereng (warna
Wereng Hijau (N. impicticep) putih) sebelum: 4 kali berganti kulit,
Wereng Penyerang Daun Padi begitu terlihat pada tanaman
BENKALIS (Nephotettix apicalis) Benkalis: 40 ml/ 14 ltr air, semprot
4. & Wereng Punggung Putih segera pada wereng dewasa, dengan
MULTI PLANT (Sogatela furafera) interval: 7 hari, sampai intensitas
serangan hilang
Multi Plant: 70 ml/ 14 ltr air, semprot
merata pada seluruh tanaman sebagai
pemulihan
Ulat Grayak (Spodoptera litura F.) 20 ml/ 14 ltr air, semprot merata pada
5. BENKALIS Ulat Bunga (Maruca testualis) seluruh tanaman, dengan interval: 7 hari,
sampai intensitas serangan hilang
Kutu Daun (Aphis cracivora koch) 30 ml/14 ltr air, semprot merata pada
Kutu Putih (Nymphula tanaman, dengan interval: 7 hari, sampai

6. BENKALIS depunctalis) intensitas serangan hilang


Trips (Trips oryzae)
Walang Sangit (Leptocoriza acuta)
Kepik Hijau (Nezara viridula)
Penggerek Batang Padi Putih Benkalis: 50 ml/14 ltr air, semprot
(Tryporhyza innotato) merata pada tanaman dengan interval: 7
Penggerek Batang Padi Kuning hari, sampai intensitas serangan hilang
BENKALIS (T. interculas) Multi Plant: 70 ml/ 14 ltr air, semprot
7. & Penggerek Batang Padi Bergaris merata pada seluruh tanaman sebagai
MULTI PLANT (Chilo supressalis) pemulihan
Penggerek Batang Padi Merah
Jambu
(Sesamia inferens)
Penyakit Kresek/ Hawar Daun Benkalis: 90 ml/14 ltr air, semprot
Penyakit Bercak Daun Coklat merata pada tanaman: 6 jam setelah
BENKALIS (jamur Helmintosporium oryzae) terjadi hujan
8. & Penyakit Patek Daun (Pagi hujan – Sore Semprot) (Sore
MULTI PLANT hujan – Pagi Semprot) Multi Plant: 70
ml/ 14 ltr air, semprot merata pada
seluruh tanaman sebagai pemulihan
BAB VII

SYARAT DAN KETENTUAN DALAM KERJASAMA DENGAN

CV. BINANGUN GEMILANG SEMBADA TERSENYUM

1. BERBENTUK KELOMPOK : POKTAN, ORGANISASI, KELOMPOK DAN ATAU


PAGUYUBAN ( RT/ TINGKAT DUKUH [ DUSUN ], GOTONG ROYONG ) YANG
TERORGANISIR DAN MEMILIKI STRUKTURAL ORGANISASI DAN MINIMAL TELAH
BERDIRI KURANG LEBIH 3 TAHUN, DAN BERANGGOTAKAN SETIDAKNYA 35-40
ORANG

2. SUDAH MEMILIKI SURAT ATAU SERTIFIKAT PENGESAHAN ORGANISASI


MINIMAL TINGKAT DESA, DAN ATAU TERDAFTAR DI BPP ( BADAN PENYULUHAN
PERTANIAN ) TINGKAT MINIMAL TINGKAT KECAMATAN

3. MEMILIKI SERTIFIKAT KE-ORGANIKAN DARI DINAS PERTANIAN KABUPATEN

4. DAN SANGGUP MENGGUNAKAN PUPUK FORMULA ORGANIK CAIR MULTIPLANT,


MINIMAL 25 pcs ( UNTUK BIANG/FORMULA), MINIMAL 20 pkt ( UNTUK
PENGAMBILAN PENGGANDAAN)

5. DAN SANGGUP MENGIKUTI DAN MEMATUHI KESEPAKATAN YANG AKAN


DISEPAKATI DI LAIN HALAMAN
Wulen Sepanen Jhoto Tinoto Las Kang Mentes
4 Tancep, 8 Mupur, 12 Ngesat, 16 Nembe Tukule Bakal Las
Daun 4: ditanam
Daun 8: dipupuk
Daun 12: disat
Daun 16: dijaga dari hama & penyakit
Supaya bulir padi berisi penuh

Tinebehno Tirto Gyo Samudra Murih Tunggul Linangkung Remboko


Pola tanam & Perawatan:
Pengairan tidak berlebihan (megung)
Menghasilkan Banyak Anakan

Sawur Pupur Amegah Dapur Nyawisi Tirto Nyawiji Jotho


Pupuk sebagai: Makanan
Air sebagai: Kehidupan
Diaplikasi secara berimbang
(Tidak Berlebihan)

Tuwung Kaling Puspo Tan Siwareng Wedaring Wacana


Disarengi Minggahing Temonggo
Pada waktu proses pembungaan tidak bersamaan dengan
Mongso Angin
Ditandai Munculnya Laba-laba Pemberantas Hama
(Mongso Angin: 4, 8 dan 9)

Adedasar Cokro Manggilingan


Ler–leran Dadi Daharan Sepah Jinathah Ing Lemah
Hukum Pengembalian
Pupuk terbaik tanaman diambil dari bagian tanaman itu sendiri
Panen: Panggunggung Ajine Damen

Anda mungkin juga menyukai