Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BENIH (BA-2203)

STRUKTUR BENIH PADI, JAGUNG, KACANG MERAH, TOMAT,


CABAI DAN KECAMBAHNYA SERTA PENGUKURAN KADAR AIR
BENIH PADI DAN JAGUNG

Tanggal Praktikum : 09 Februari 2018


Tanggal Pengumpulan : 02 Maret 2018

Disusun oleh:
Rilvi Abilia Tesa Putri
11416044
Kelompok 8

Asisten
I Gusti Putu Ningki Sadu Putra
11414501

PROGRAM STUDI REKAYASA PERTANIAN


SEKOLAH ILMU DAN TEKNOLOGI HAYATI
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
JATINANGOR
2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Benih adalah salah satu hal yang harus diperhatikan dalam produktivitas
pertanian. Apabila benih mengalami kemunduran maka akan terjadi penurunan
kualitas benih. Salah satu faktor penyebab kemunduran benih adalah kelembaban
relatif yang berkaitan dengan kadar air benih. Kadar air benih merupakan suatu
fungsi dari kelembaban relatif udara sekitarnya. Apabila kelembaban relatif udara
tinggi ,maka kadar air benih akan tinggi sampai terjadi keseimbangan antara
kadar air benih dengan kelembaban relatif udara sekitarnya (Dinarto,2010).
Pada umumnya biji terdiri dari kulit biji (spermadermis), funiculus dan
nukleus. Inti biji terdiri dari embrio dan putih lembaga (albumen). Kulit biji
berguna sebagai proteksi yaitu melindungi bagian dalam biji .Sedangkan embrio
adalah suatu tanaman baru yang terbentuk karena bersatunya gamet jantan dan
gamet betina. Struktur embrio terdiri dari epikotil (calon pucuk), hipokotil (calon
batang), kotiledon (calon daun), dan radikula (calon akar). Jaringan penyimpan
cadangan makanan umumnya terdiri dari karbohidrat, lemak, protein dan mineral.
Struktur yang dapat berfungsi sebagai jaringan penyimpan cadangan makanan,
adalah kotiledon, endosperm, perisperm, dan gametophytic (Sutopo, 2002). Putih
lembaga merupakan sumber cadangan makanan bagi lembaga. Tidak semua biji
memiliki putih lembaga sebagai cadangan makanan. Sebagian biji menyediakan
cadangan makanannya di dalam kotiledon (Budiwati,2012).
Biji tanaman jagung memiliki putih biji sebagai cadangan
makanan,sedangakan pada tanaman dikotil seperti kacang merah,menyimpan
cadangan makanan di kotiledon (Campbell,2012). Pada praktikum ini dilakukan
pengujian untuk menentukan struktur benih padi, jagung, tomat dan cabai,
menentukan struktur kecambah padi, jagung, tomat dan cabai serta menentukan
kadar air dari benih jagung dan benih padi dengan menggunakan metode dasar
dan metode praktis.

1.2 Tujuan
1. Menentukan struktur benih padi, jagung (monokotil ),tomat dan cabai
(dikotil).
2. Menentukan struktur kecambah padi, jagung (monokotil), kacang
merah,tomat dan cabai (dikotil).
3. Menentukan kadar air benih padi dan jagung dengan metode dasar dan
praktis.
BAB II
TEORI DASAR

Benih merupakan biji tanaman yang digunakan untuk tujuan penanaman


yang merupakan suatu bentuk tanaman mini (embrio) yang masih dalam keadaan
perkembangan. Benih juga merupakan salah satu faktor penting yang
mempengaruhi produktifitas tanaman. Ketidakberhasilan produksi tanaman
biasanya disebabkan oleh buruknya kualitas benih, sehingga diperlukannya
teknologi benih untuk menentukan kualias benih tersebut (Utomo,2009). Benih
memiliki beberapa bagian yang memiliki fungsinya masing-masing. Umumnya
benih terdiri embrio, jaringan penyimpan cadangan makanan, dan pelindung biji
(kulit biji) . Embrio terbentuk karena bersatunya gamet jantan dan gamet betina
.Struktur embrio diantaranya yaitu epikotil (calon pucuk), hipokotil (calon
batang), kotiledon (calon daun), dan radikula (calon akar). Jaringan penyimpan
cadangan makanan terdiri dari karbohidrat, lemak, protein dan mineral. Struktur
yang dapat berfungsi sebagai jaringan penyimpan cadangan makanan, yaitu
kotiledon, endosperm, perisperm, dan gametophytic . Sedangkan kulit biji
merupakan lapisan terluar biji yang keras dan kuat dan berguna untuk melindungi
bagian dalam biji (Sutopo, 2002).
Secara umum kecambah terdiri dari tiga bagian utama yaitu radikula (akar
embrio), hipokotil, dan kotiledon (daun lembaga). Menurut Purnobasuki (2011),
perkecambahan dapat dibedakan menjadi dua berdasarkan letak kotiledonnya
yaitu perkecambahan epigeal dan perkecambahan hipogeal. Pada perkecambahan
epigeal, kotiledon terletak di atas permukaan tanah karena terdorong oleh
pertumbuhan hipokotil yang memanjang ke atas. Proses perkecambahan ini
biasanya terjadi pada tumbuhan dikotil. . Sedangkan pada perkecambahan
hipogeal, kotiledon tetap berada di bawah tanah, yang disebabkan oleh
pertumbuhan epikotil yang memanjang ke arah bawah. Pada umumnya, proses
perkecambaan hipogeal ini terjadi pada tumbuhan monokotil (Sutopo,2002).
Menurut Sutopo (2002), berdasarkan jumlah kotiledon, benih dapat
digolongkan menjadi dua yaitu monokotil (kotiledonnya berkeping satu) dan
dikotil (kotiledonnya berkeping dua). Apabila dibelah biji tanaman dikotil
memiliki struktur yang terdiri dari embrio, kotiledon, hipokotil dan radikula. Dan
apabila biji monokotil dibelah di dapat struktur yang terdiri dari koleoptil,
plumula, koleoriza, skutelum dan endosperma. Pada tanaman monokotil,
contohnya jagung cadangan makanan akan tersedia di dalam
endosperma,sedangkan cadangan makanan untuk tanaman dikotil seperti kacang-
kacangan disebut dengan kotiledon.
Gambar 1. Perbedaan Benih Dikotil dan Monokotil (Sutopo, 2002)

Cadangan makanan pada benih terdiri dari karbohidrat, protein, lemak, dan
senyawa lainnya.. Karbohidrat merupakan cadangan makanan utama bagi benih
yang biasanya tersimpan dalam bentuk amilosa. Protein sebagai cadangan
makanan tanaman legum seperti kedelai, lemak merupakan cadangan makanan
pada benih kacang tanah, kapas, bunga matahari, wijen dan lain-lain. Sedangkan
senyawa lain yang terdapat pada benih bisa terbentuk dari hasil metabolit
sekunder seperti tanin, alkaloid, flavonoid,dll. Sedangakan pada saat proses
embrio cadangan makanan bagi tumbuhan dikotil adalah kotiledon dan bagi
monokotil adalah endosperma karena belum terbentuknya klorofil untuk
melakukan proses fotosisntesis (Utomo,2009).
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah
Alat Bahan
Cawan Porselen Air
Desikator Benih dikotil dan kecambahnya
(kacang merah,tomat,cabai)
Grain Moisture Tester Benih monokotil dan
kecambahnya (padi dan jagung)
Grinder Kertas Merang
Kaca pembesar
Mistar
Moisture Analizer
Mortar dan alu
Oven
Pensil hitam
Pensil warna
Petridish
Timbangan

3.2 Cara Kerja


Pengamatan struktur benih dan struktur kecambah dimulai dengan disiapkan
benih dan kecambah cabai, jagung, kacang merah, dan tomat yang telah
dilembabkan dalam kertas merang selama 8-10 jam dan kecambah yang sudah
diperlakukan selama 3 hari pada kertas merang lembab. Benih dan kecambah
yang telah disiapkan lalu diambil minimal dua butir benih dan kecambah masing-
masing spesies baik benih dikotil maupun monokotil, kemudian diamati dan
gambar bentuk luar dari berbagai arah. Benih lalu di belah melintang dan
membujur ditengah-tengah lalu diamati dan digambar struktur benih, kemudian
diwarnai, dan diberi keterangan dan diamati dengan kaca pembesar.
Pengukuran kadar air benih dilakukan dengan dua metode yakni metode dasar
dan metode praktis. Prosedur pengukuran kadar air benih dengan metode dasar
yakni benih jagung ditimbang hingga mencapai 5 gram, kemudian dihancurkan
sampai lembut menggunakan grinder. Benih yang sudah lembut kemudian
ditimbang bobot basahnya, lalu ditempatkan pada cawan porselen, dimasukan
kedalam oven bersuhu (130-133°C) selama 2 jam. Benih yang telah di keringkan
kemudian ditimbang bobot kering benih setelah didinginkan dalam desikator,
kemudian dihitung kadar air benih berdasarkan bobot basahnya. Pengukuran
kadar air benih padi yakni benih padi ditimbang sampai 5 gran, kemudian
dihancurkan sampai lembut menggunakan grinder. Benih padi yang telah
dihancurkan kemudian ditimbang bobot basahnya, kemudian ditempatkan pada
cawan porselen. Benih kemudian dimasukan kedalam oven bersuhu 130-133°C
selama 2 jam. Benih yang telah dioven kemudian ditimbang bobot kering benih
setelah didinginkan dalam desikoator, lalu dihitung kadar air berdasarkan bobot
basahnya.
Pengukuran kadar air dengan metode praktis yakni benih padi diukur
menggunakan Grain Moisture Tester, lalu dipilih kode benih yang sesuai. Benih
dimasukan hingga batas yang ditentukan, lalu ditunggubeberapa saat setelah
penyekat alat dibuka sehingga muncul besar kadar air benih. Begitu juga pada
benih jagung. Benih jagung dimasukkan ke Moisture Analizer dengan berat yang
sesuai lalu ditutup. Ditunggu hingga alatnya berbunyi dan berhenti, lalu dicatat
berapa hasil kadar airnya.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Pengamatan
A. Perhitungan kadar air jagung.
1. Kadar air benih jagung pada cawan 1 :
Berat basah = 5,0014 gram
Berat cawan = 24,713 gram
Berat kering =4,3365 gram.
5,0014 gram −4,3365 gram
Kadar air benih jagung 1 = × 100% = 13,294%
5,0014 gram

2. Kadar air benih jagung pada cawan 2 :


Berat cawan = 23,72 gram
Berat kering = 4,4266 gram
Berat basah = 5,006 gram
5,006gram −4,4662 gram
Kadar air benih jagung 2 = × 100% = 11,574%
5,006gram
Jadi kadar air rata-rata pada jagung adalah = ( 13,294% + 11,574%)/2 =
12,434
Kadar air rata-rata pada jagung dengan metode praktis adalah 13,7 %

B. Perhitungan kadar air padi berdasarkan data kelompok 7 dengan metode dasar
adalah pada cawan 1 adalah 7,9% dan pada cawan 2 adalah 8,1% sehingga
rata-ratanya adalah 6%

Tabel 1. Kadar Air Jagung dan Padi pada Metode Praktis dan Dasar
Nama benih KA metode dasar KA metode praktis
Jagung 12,434% 13,7%
Padi 2,81 % 7,9 %

4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh bahwa setiap benih memiliki
bentuk dan strukturnya masing-masing. Struktur benih jagung terdiri dari testa,
hilum dan mikrofil dengan ciri-ciri eksternal memngerucut sungsang,berbau
sedap,selaput bewarna kuning,dan hilumnya berbentuk bulat dan menonjol. Benih
kacang merah terdiri dari hilum,mikrofil,dan testa dengan ciri-ciri eksternal
menggginjal,tidak berbau,selaput benih bewarna merah,hilumnya bewarna putih
dan berbentuk lonjong. Benih cabai dan tomat juga terdiri dari struktur yang sama
yaitu testa,hilum dan mikrofil. Dengan ciri-ciri eksternal cabai adalah berbentuk
ceper,tidak berbau,selaput bewarna kuning kusam,dan hilumnya berbentuk bulat
menonjol sedangakan pada benih tomat bentuknya membulat,tidak
berbau,bertekstur kasar dengan hilum bulat menonjol. Menurut Sutopo (2002),
benih akan memiliki struktur berbeda tergantung kotiledonnya. Benih utuh akan
terlihat testa, hilum dan mikrofil. Sedangakn apabila telah dibelah saat
berkecambah benih monokotil memiliki struktur plumula ,testa, hilum, radikula,
scupula, endosperma dan koleoptil. Dan untuk kecambah dikotil memiliki struktur
testa,kotiledon,hilum,radikula,dan mikrofil.
Kadar air benih adalah air yang terkandung dalam benih yang dapat
dinyatakan sebagai bobot awal air yang hilang karena pemanasan, atau ratio
kandungan air dalam benih terhadap bobot basah benih atau bobot kering benih
dalam hitungan persen. Tinggi rendahnya kadar air dalam benih memegang
peranan yang demikian penting dan berpengaruh besar terhadap mutu benih.
Jumlah air dalam suatu benih merupakan kadar airnya, yang diukur berdasarkan
berat basah atau berat kering benihnya. Apabila kadar air suatu benih tercukupi
maka proses imbibisi terjadi dan memungkinkan benih tersebut berkecambah
(Kristiani,2012).
Metode dasar dalam pengujian kadar air benih memiliki prinsip
kerja dengan melakukan pemanasan untuk menghilangkan kadar air benih
tersebut. Caranya benih ditumbuk,ditimbang bobot basahnya, dan dioven pada
suhu tinggi konstan 130°C. Apabila kadar air benih hasil pengovenan masih tinggi
(lebih dari 11%), maka harus dilakukan pengeringan ulang sampai didapat kadar
air konstan (Apriyani, 2014). Prinsip kerja Moisture Analyzer yaitu
menggabungkan proses pemanasan (metode oven) dengan proses pengukuran
berat objek, sehingga didapatkan hasil yang cepat dan lebih akurat daripada
metode praktis dengan Grain Moisture Tester. Tetapi Moisture Analyzer
memiliki tingkat akurasi yang lebih baik dibandingkan moisture meter. Mositure
Analyzer memiliki tingkat akurasi hingga 0,01% (Alat labor, 2018). Menurut Vei
(2015) prinsip kerja Grain Moisture Tester adalah teknik termogravimetri dan
konduktometri .Termogravimetri dilakukan dengan cara pemanasan dan
penimbangan. Selisih berat sebelum pemanasan serta setelah pemanasan adalah
nilai kandungan air yang akan ditentukan. Konduktometri adalah teknik
pengukuran kadar air dengan cara teknik elektrik,yang didasarkan pada
konduktivitas maupun hantaran listrik. Kadar air akan berbanding linear terhadap
kapasitas listrik yang diukur. Hantaran listrik tersebut akan ditangkap oleh alat
yang dinamakan detektor.
Berdasarkan hasil perhitungan kadar air benih pada metode dasar dan
metode praktis memiliki perbedaan. Pengukuran kadar air benih rata-rata jagung
dengan metode dasar adalah 12,434 % dan dengan metode praktis adalah 13,7%.
Untuk benih padi memiliki kadar air rata-rata 2,81% dengan metode dasar dan
sebesar 7,9% dengan metode praktis. Menurut Apriyani (2014),perhitungan kadar
air dengan metode dasar lebih akurat dibandingkan dengan metode praktis.
Karena metode dasar menggunakan oven sebagai pemanas untuk menghilangkan
kadar air benih tersebut,sehingga lebih akurat. Dan menurut ISTA,perhitunngan
kadar air benih dengan cara pengovenan kebih disarankan dibanding dengan
metode praktis.
Kadar air benih merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi
benih dalam penyimpanan. Faktor utama yang mempengaruhi kadar air benih
adalah suhu dan kelmbaban. Apabila suhu terlalu tinggi maka benih akan rusak
dan kadar air benih akan berkurang sehingga mengahmbat proses perkecambahan.
Apbabila suhu rendah maka kadar air akan bertambah dan akan berakibat
terjadinya fase perkecambaha. Kelembaban juga akan mempengaruhi kadar air
benih. Umunya kelembaban yang sesuai untuk benih dalah 50-69%,sehingga
vigor dan viabilitasnya terjaga. Apabila kelembaban tinggi maka kadar air benih
juga akan tinggi,apabila kelambaban rendah maka kadar air benih juga akan
rendah (Purba dkk,2013)
Menurut Kristiani (2012), faktor yang mempengaruhi viabilitas benih
selama penyimpanan adalah laju deteriorasi. Kemunduran benih meningkat
sejalan dengan peningkatan kadar air benih. Laju deteriorasi dipengaruhi oleh
suhu dan kadar air benih. Suhu dan kadar air dapat mempengaruhi kualitas benih
yang ditunjukan oleh daya hidup atau viabilitas benih dan laju deteriorasi.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
1. Benih jagung terdiri dari testa, hilum, endosperma, dan mikropil. Benih
kacang merah memiliki struktur testa, hilum, kotiledon, dan mikropil.
Sedangakn untuk struktur benih tomat yaitu testa, hilum, dan mikropil.
Dan struktur benih cabai adalah testa, hilum, kotiledon, dan mikropil.
2. Struktur kecambah jagung (monokotil) adalah koleoptil, plumula,
endosperma, testa, hilum ,radikula dan scupula. Sedangkan struktur
kecambah kacang merah, tomat, dan cabai memiliki struktur yang sama
yaitu plumula, radikula, hilum, dan mikrofil dan testa .
3. Nilai kadar air jagung dan padi dengan metode dasar yaitu 12,434% dan
2,81%, sedangkan kadar air jagung dan padi dengan metode praktis yaitu
7,9% dan 13,7%.

5.2. Saran
Dalam melakukan perhitungan kadar air benih dengan metode dasar
sebaiknya saat proses penghancuran,benih benar-benar halus,karena hal tersebut
akan mempengaruhi penghitungan kadar air saat pengovenan. Dan saat
mengamati struktur benih yang dibelah,sebaiknya dilakukan dengan hati-hati dan
teliti agar tidak terluka karena proses pembelahan benih menggunakan alat-alat
yang tajam.
DAFTAR PUSTAKA

Alat Labor. 2018. "Prinsip Kerja Moisture Analizer". [Online].


http://alatlabor.com. Diakses pada Kamis 1 Maret 2018 pukul 5:40 WIB.
Apriyani, Siti Nur. 2014. "Pengembangan Metode Uji Kadar Air Benih Pala
(Myristica spp.)". Skripsi. Departemen Agronomi dan Hortikultura
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Campbell,Neil dan Jane B.R.,2012. Biologi : Edisi Kedelapan Jilid 2. Jakarta :
Penerbit Erlangga.
Dinarto, Wafit. 2010."Pengaruh Kadar Air dan Wadah Simpan Terhadap
Viabilitas Benih Kacang Hijau dan Populasi Hama Kumbang Bubuk
Kacang Hijau Callosobruchus chinensis L.". Jurnal AgriSains,1(1) : 68-78.
Kristiani, Septin. 2012. "Kajian Suhu dan Kadar Air Terhadap Kualitas Benih
Kedelai (Glycine max L.) Selama Penyimpanan". Makalah Seminar Umum.
Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Purba, Herri Wiliam, Ferry Ezra Sitepu, dan Haryati. 2013. “Viabilitas Benih
Rosela (Hibisco sabdariffa L.) pada Berbagai Kadar Air Awal dan Kemasan
Benih”. Jurnal Online Agroteknolohi, 1(2): 318-427.
Purnobasuki, Henry. 2011. “Perkecambahan”. [Online]
http://skp.unair.ac.id/repository/Guru-
Indonesia/Perkecambahan_HeryPurnobasuki_237.pdf. Diakses pada tanggal
1Maret pukul 23.56 WIB
Sutopo, Lita. 2002. Teknologi Benih. Jakarta : PT, Raja Grafindo Persada.
Utomo, B. 2009. Ekologi Benih. Karya Ilmiah. Universitas Sumatera Utara.
Medan.
Vei, Ahmad. 2015. "Seberapa Penting Fungsi Moisture Tester?". [Online].
http://news.ralali.com. Diakses pada Kamis, 1 Maret 2018 pukul 5:32 WIB.

Anda mungkin juga menyukai