Anda di halaman 1dari 33

MODUL PRAKTIKUM

TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH


PENGUJIAN BENIH

Oleh :
Team dosen TPB

LABORATORIUM PEMULIAAN TANAMAN


JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN - FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015

Foto

LEMBAR PENGESAHAN

No

No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14

MATERI

ASISTEN

LAPORAN
Tanggal
Tanggal
Diserahkan
Disetujui

ABSENSI KEGIATAN PRAKTIKUM


Hari /Tgl
Kegiatan

Catatan :

KETERANGA
N

Asisten

Nilai :

DAFTAR ISI
Daftar Isi
Kata Pengantar
Tata Tertib Praktikum Teknologi
Benih
PENDAHULUAN
I. Pengenalan Anatomi dan
Morfologi Biji Tanaman
II. Penetapan Kadar Air Benih
III.Analisis Kemurnian Benih
IV.Pengujian Daya Kecambah
V. Tipe-tipe Perkecambahan Benih
VI.Pemecahan Dormansi
VII. Ekstraksi dan Pengeringan
Benih

.
.
.

i
ii
iv

.
.

1
2

.
.
.
.
.
.

6
9
13
20
22
24

TATA TERTIB PRAKTIKUM TEKNOLOGI BENIH


A. Ketentuan Sebelum Praktikum
Praktikan datang tepat waktu, bagi yang terlambat lebih dari 10
menit tidak diperkenankan mengikuti praktikum pada hari itu.
Setiap kali praktikum, praktikum, praktikan membawa jas lab dan
petunjuk praktikum.
Sebelum masuk ruang praktikum, praktikan menyerahkan laporan
praktikum sementara.
B.Ketentuan Selama Dan Sesudah Praktikum
Setelah praktikum, setiap kelompok membereskan semua alat yang
dipakai dan mengembalikannya pada laboran sesuai dengan
jumlahnya.
Setiap praktikan atau kelompok mengganti alat yang rusak atau
hilang selama dipinjam sebelum ujian akhir praktikum (UAP).
Post test/pre test diadakan sebelum atau sesudah praktikum
Hasil pengamatan selama praktikum dilaporkan segera setelah
praktikum selesai hari itu sebagai laporan sementara. Untuk
pengamatan yang melibatkan kelompok lain (kolektif) setiap
kelompok harus menempelkan hasil pengamatannya di papan
pengumuman yang telah disediakan.
C. Laporan Praktikum dan Tugas
Laporan praktikum dikerjakan di rumah dan dikumpulkan 1 (satu)
minggu setelah pengamatan terakhir dilakukan, Dikumpulkan secara
kolektif menurut asisten yang membimbing pada saat praktikum
Laporan sementara praktikum boleh ditulis tangan dengan syarat
tulisan harus rapi, dan asisten berhak mengembalikan laporan tsb
jika laporan dianggap tidak layak untuk dikumpulkan dan dikoreksi.
Laporan dan tugas yang diberikan dikumpulkan tepat waktu,
keterlambatan
dalam
mengumpulkan
akan
dikenai
sanksi
pengurangan nilai.
D. Tidak Dapat Mengikuti Praktikum
Praktikan yang dengan terpaksa tidak dapat mengikuti praktikum
yang sudah dijadwalkan pada kelompoknya, harus melapor ke
koordinator asisten untuk mendapatkan ijin mengikuti praktikum
pada kelompok lain.
Praktikan yang tidak dapat mengikuti praktikum sampai 2 (dua) kali
tanpa keterangan dianggap mengundurkan diri dan praktikumnya
dianggap gugur
E. Mengikuti Praktikum pada Kelompok Lain
1. Mahasiswa yang mengikuti praktikum pada kelompok lain harus sudah
seijin asisten kelompok yang diikuti, setelah sebelumnya sudah melapor
ke asisten kelompok asal, dan telah mengkonfirmasi pada koordinator
asisten.
2. Praktikan yang sudah selesai mengikuti praktikum pada kelompok lain,
melapor kembali pada asisten kelompok asal dan menyerahkan laporan
pada asisten kelompok asal.

F. Mahasiswa Dilarang :
Membawa buku laporan praktikum mahasiswa angkatan sebelumnya
kedalam ruang praktikum.
Makan, minum dan merokok didalam ruang praktikum.
G. Hal-hal lain yang belum tercantum dalam tata tertib ini diatur
kemudian
Malang, September 2011
Koordinator Praktikum Teknologi Produksi Benih

PENDAHULUAN
Berdasarkan sistem UU Republik Indonesia No 12 tahun 1992
tentang Sistem Budidaya Tanaman, benih didefinisikan sebagai berikut :
Benih tanaman yang selanjutnya disebut benih adalah tanaman atau
bagiannya yang digunakan untuk memperbanyak dan atau mengembangbiakan tanaman.
Berdasarkan definsi diatas maka yang dimaksud dengan benih
adalah hasil perkembang-biakan secara generatif maupun vegetatif yang
akan dipakai untuk memperbanyak tanaman atau dipakai untuk usaha tani.
PENGUJIAN BENIH
Tujuan analisis benih adalah untuk mengetahui kualitas benih,
meliputi kualitas genetis, fisik atau morfologis, dan fisiologis benih.
Pengujian atau analisis benih dilaksanakan dalam rangka pemberian
sertifikat sebelum benih tersebut dipasarkan, agar petani pengguna benih
memperoleh benih yang baik dan benar serta bermutu.

I. PENGENALAN ANATOMI DAN MORFOLOGI BIJI TANAMAN


1.

PENDAHULUAN

Menurut bentuknya, biji terbentuk dari suatu bakal biji (ovule) masak, yang
mengandung embrio dan cadangan makanan serta dibagian luarnya
terdapat pelindung biji atau kulit biji.
Embrio:
Embrio yang perkembangannya sempurna pada umumnya terdiri dari
struktur-struktur sebagi berikut :
Epikotil atau plumula, yaitu calon pucuk
Kotiledon, yaitu keping biji
Hipokotil, yang merupakan daerah transisi antara akar dan pucuk
Radikel, yaitu calon akar.
Cadangan makanan :
Pada umumnya cadangan makanan pada biji tanaman terdiiri dari
karbohidrat, lemak, protein atau mineral. Struktur yang berfungsi sebagai
jaringan penyimpanan cadangan makanan antara lain : emdosperm,
kotiledon dan perisperm.
Pelindung biji :
Pada umumnya kulit biji berasal dari integumen bakal biji yang mengalami
modifikasi selama berlangsungnya proses pembentukan biji.
Fungsinya untuk melindungi biji terutama dari faktor luar yang dapat
merugikan kelangsungan hidup embrio. Oleh karena itu biasanya bagian
luar kulit biji terdiri dari jaringan yang kuat atau keras, sedangkan bagian
dalamnya tipis dan berselaput. Pengetahuan dasar tentang struktur biji
sangat penting untuk menangani berbagai masalah di bidang teknologi
benih, misalnya benih keras dalam perkecambahan.
2. TUJUAN PRAKTIKUM
Mahasiswa dapat mengenal sifat-sifat anatomi dan morfologi dari biji-biji
tanaman sub-kelas monokotiledon dan dikotiledon, yang diamati secara
makroskopis dan mikroskopis atau dengan mencari dan melihat dari
pustaka.
3. ALAT DAN BAHAN
Alat yang diperlukan untuk melaksanakan praktikum antara lain :
- cawan petri
- pisau skalpel / cutter
- pinset

- kaca pembesar
- mikroskop binokuler
Bahan yang dipergunakan antara lain :
- sub-kelas monokotiledon : jagung, padi, sorghum, gandum
- sub-kelas dikotiledon : kacang hijau, kedelai, kacang tanah
4. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Pelaksanaan secara makroskopis :
1. Contoh biji yang disediakan diletakkan diatas cawan petri, kemudian
lakukan pengamatan makroskopis dengan bantuan kaca pembesar.
2. Catat bentuk, ukuran, tekstur permukaan dan warna
3. Buat gambar berdasarkan pengamatan makroskopis terutama
mengenai bentuk biji. Dapat diperbesar untuk kejelasan gambar
4. Potong biji, buat gambar penampang melintang dan membujur dari
biji contoh, sebutkan bagian-bagiannya.
Pelaksanaan secara mikroskopis :
1. Contoh biji diletakkan dibawah mikroskop dengan pembesaran yang
sesuai
2. Buat gambar berdasarkan pengamatan mikroskopis mengenai :
bentuk, tekstur permukaan dan ciri-ciri lain yang ada
3. Lakukan irisan melintang dan membujur pada contoh biji. Amati
dibawah mikroskop dan gambarkan serta sebutkan bagianbagiannya.
5. HASIL PENGAMATAN
A. Pelaksanaan secara makroskopis

Gambar 1
Irisan Melintang

Dikotil

Monokotil

Irisan Membujur

Benih Utuh

B. Pelaksanaan secara mikroskopis


Gambar 2
Irisan Melintang

Dikotil

Monokotil

Irisan Membujur

Benih Utuh

II. PENETAPAN KADAR AIR BENIH

1. PENDAHULUAN
Kadar air benih selalu berubah tergantung kadar air lingkungannya,
karena benih mempunyai sifat selalu berusaha mencapai kondisi yang
equilibrium dengan keadaan sekitarnya.
Kadar air benih yang selalu
berubah dengan keadaan sekitarnya teersebut sangat membahayakan
kondisi benih karena berkaitan dengan laju deteriorasi (kemunduran) benih
yang pada akhirnya akan berpengaruh pada viabilitas benih.
Untuk
mengatasi masalah perubahan kadar air benih, setelah benih diproses
dengan kadar air tertentu maka benih tersebut harus dikemas dengan
bahan pengemas yang dapat mempertahankan kadar airnya untuk jangka
waktu tertentu.
Benih tersebut harus disimpan di ruangan dengan
kelembaban udara relatif (RH) tertentu dengan tujuann agar kadar air
benih tetap stabil.
Definisi kadar air benih adalah berat air yang hilang karena
pemanasan sesuai dengan aturan yang dinyatakan dalam persentase
terhadap berat awal contoh benih.
Prinsip dalam metode yang digunakan untuk penetapan kadar air
benih adalah metode yang ditetapkan sedemikian rupa sehingga
memungkinkan penguapan air sebanyak mungkin tetapi dapat menekan
terjadinya oksidasi, dekomposisi atau hilangnya zat-zat yang mudah
menguap.
2. TUJUAN PRAKTIKUM
Praktikum penetapan kadar air benih bertujuan agar mahasiswa
mengetahui dan mampu melakukan penetapan kadar air benih dengan
menggunakan metode yang sesuai bagi keperluan pengujian.
3. ALAT DAN BAHAN PRAKTIKUM
- Berbagai jenis benih (padi, kacang hijau, kacang tanah dan jagung)
- Mortar dan pestle
- Timbangan digital
- Oven
- Wadah porselen + tutup
- Penjepit dan sarung tangan
- Saringan (0.50 mesh; 1.00 mesh; dan 4.00 mesh)
4. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
A. Persiapan
1. Penentuan kadar air dilakukan dengan 2 (dua) ulangan dari contoh
benih yang ada.

10

2. Pengambilan contoh kerja dilakukan secara terpisah. Berat yang


ditetapkan tergantung dari ukuran wadah yang digunakan.

Tabel 1. Hubungan antara wadah dengan berat contoh kerja


Ukuran diameter wadah
Berat contoh kerja (g)
< 8 cm
4-5
> 8 cm
10
Sumber : ISTA Rules (2004)
3. Benih contoh kerja tersebut kemudian ditimbang menggunakan
timbangan analitik, dilakukan dalam satuan gram dengan ketelitian 3
desimal
4. Benih besar harus dijadikan bagian-bagian (partikel) yang lebih kecil
dengan cara digiling. Pengecualian bagi benih yang kandungan
minyaknya sangat tinggi sehingga sulit digiling atau minyaknya yang
mengandung iodium tinggi, karena kemungkinan akan terjadi
penambahan berat akibat oksidasi dari minyak selama proses
pemanasan, sehingga dapat menyebabkan kesalahan pada
penetapan kadar air benih.
5. Benih-benih tanaman keras yang berukuran besar (tiap kg berjumlah
> 5000 benih) dan benih tanaman dengan kulit benih yangsangat
keras dapat dipotong atau diiris lebih kecil
B. Pengeringan benih Metode Oven suhu rendah konstan (1032)C
Metode oven suhu rendah konstan dilakukan pada benih kacang tanah
dan kedelai
Wadah (cawan) dan tutup yang akan digunakan dipanaskan
terlebih dahulu dengan dioven selama 1 jam pada suhu 130C,
kemudian didinginkan dalam desikator.
Oven dinyalakan kemudian atur suhunya hingga mencapai
(1032)C
Timbang cawan + tutup sebelum digunakan (M1)
Lakukan penghancuran benih dengan cara digiling atau diiris
Timbang contoh kerja sesuai diameter wadah
Masukkan contoh kerja ke dalam cawan dan ditimbang beserta
tutupnya (M2)
Masukkan cawan beserta contoh kerja dan tutupnya ke dalam
oven
Buka tutup cawan, kemudian letakkan masing-masing tutup
cawan disamping cawan

11

Keringkan pada suhu (1032)C selama (171) jam


Apabila sudah pengovenan sudah selesai, cawan ditutup dan
dikeluarkan dari oven dan didinginkan dalam desikator selama
(30-45) menit.
Kemudian timbang cawan beserta isi dan tutup yang telah dioven
tersebut (M3)
Hitunglah kadar air benihnya
Catatan : saat mengerjakan penetapan kadar air benih ini,
kelembaban udara relatif (RH) laboratorium harus kurang dari 70%
C. Pengeringan benih Metode Oven suhu tinggi konstan (130-133C)
Metode oven suhu rendah konstan dilakukan pada benih padi, jagung
dan kacang hijau
Prosedur penetapan kadar air benih dengan suhu tinggi konstan
sama dengan metode oven dengan suhu rendah, namun untuk
benih jagung dilakukan selama 4 jam, dan untuk benih serealia 2
jam, untuk jenis tanaman lain 1 jam.
D. Penetapan kadar air benih dengan metode cepat
Penetapan kadar air benih dengan metode cepat dilakukan dengan
menggunakan moisture meter (alat pengukur akadar air).
Pengamatan Praktikum
Pengamatan praktikum penetapan kadar air benih dilakukan dengan
menghitung kadar air masing-masing benih yang digunakan dalam
praktikkum ini. Perhitungan untuk penetapan kadar air benih adalah
sebagai berikut :
Perhitungan Kadar Air Benih
1. Kadar air benih dinyatakan dalam persentase terhadap berat semula
dengan ketelitian satu desimal. Apabila menggunakan metode oven,
rumus yang digunakan adalah :
Kadar air benih = (M2 M3) x 100%
(M2 M1)
keterangan :M1= berat wadah + tutup (g)
M2= berat wadah + isi sebelum dikeringkan (g)
M3= berat wadah + tutup + isi setelah dikeringan (g)
2. Apabila memerlukan pengeringan pendahuluan, maka penghitungan
kadar air menggunakan rumus sebagai berikut :
Kadar air benih = S1 + S2 [S1 x S2]

12

100
keterangan :S1= kadar air pada pengeringan 1
S2= kadar air pada pengeringan II
Toleransi antara kedua contoh kerja tidak lebih dari 0,2%,
perbedaannya > 0,2% maka pengerjaannya harus diulang
menggunakan contoh kerja yang baru.

apabila
dengan

5. HASIL PENGAMATAN
Tabel . Penetapan kadar air berdasarkan metode oven
Kadar air benih ulangan
Toleransi beda
N
(%)
ulangan 1 dan 2
Jenis Benih
o
(%)
1
2
1. Jagung
2. Padi
3. Kacang hijau
4. Kedelai

Tabel . Penetapan kadar air berdasarkan metode cepat


Kadar air benih ulangan
Toleransi beda
N
(%)
ulangan 1 dan 2
Jenis Benih
o
(%)
1
2
1. Jagung
2. Padi
3. Kacang hijau
4. Kedelai

13

III. ANALISIS KEMURNIAN BENIH


1. PENDAHULUAN
Pengujian kemurnian benih sebaiknya merupakan analisis yang pertama
kali dilakukan. Benih murni yang diperoleh dari hasil pengujian tersebut
untuk kemudian digunakan untuksebagai bahan benih dalam pengujian
yang lain, yaitu penetapan kadar air benihh dan daya kecambah benih
(viabilitas).
Definisi benih murni adalah benih yang sesuai dengan pernyataan pengirim
benih atau secara dominan ditemukan di dalam contoh benih termasuk
benih-benih varietas lain dalam jenis benih tersebut, seperti :
a.
Benih utuh, benih muda, benih berukuran kecil, benih
mengkerut dan benih sedikit rusak
b.
Benih terserang penyakit atau benih yang mulai berkecambah
tetapi benih tersebut masih bisa dikenali sebagai benih yang
dimaksud. Jika sudah berubah karena sclerotia, smut balls atau
nematoda galls, maka termasuk kotoran benih
c.
Pecahan benih dengan ukuran yang lebih besar dari ukuran
semula.
Khusus untuk familli Fabaceae (Leguminoceae),
Brassicaceae (Cruciferaceae), Cupressaceae; Pinaceae, Taxaceae dan
Taxodiaceae yang terkelupas kulit benihnya, termasuk kriteria
kotoran benih. Pada leguminoceae jika kotiledon terpisah termasuk
kriteria kotoran benih.
d.
Benih tanaman lain; benih tanaman lain adalah benih tanaman
selain yang dimaksudkan oleh pengirim. Penentuan benih tanaman
lain sebagai kotoran benih sama seperti pada penentuan benih murni
e.
Kotoran benih meliputi benih dan bagian dari benih serta
bahan-bahan lain yang bukan dari benih antara lain :
Pecahan benih dengan ukuran atau < ukuran normal

Benih rusak tanpa lembaga (sudah hancur/rusak berat)

Gabah hampa, floret steril (pada Composiate)

Sekam, cangkang benih, kulit benih dan lain-lain

f.

Bahan lain yang bukan merupakan bagian dari benih seperti :


tanah, pasir, batu, batang jerami, daun, tangkai bunga, nematoda
galls, sclerotia, smut balls, lemma, palea dan jamur

2. TUJUAN PRAKTIKUM :
1. Mahasiswa mampu menentukan komponen benih berdasarkan
persentase komponen dalam contoh benih yang mencerminkan
komposisi benih dalam lot.
2. Mahasiswa mampu mengidentifikasi benih tanaman lain dan kotoran
pada contoh benih

14

3. ALAT DAN BAHAN PRAKTIKUM


- Berbagai jenis benih (jagung, padi, kacang tanah, kedelai, cabe)
- Pembagi mekanis (mechanical divider)
- Pinset
- Sendok dan spatula
- Meja kerja kemurnian
- Kaca pembesar
- Timbangan analitik
4. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
A. Pengambilan contoh kerja kemurnian
1. Contoh kerja kemurnian diambil dari contoh kirim dengan
menggunakan alat pembagi benih atau dengan metode sendok
atau dengan cara parohan yang dimodifikasi.
2. Apabila akan dilakukan analisis simplo, maka pengambilan
contoh kerja hanya dilakukan satu kali. Sedangkan bila duplo
maka pengambilan contoh kerja dilakukan 2 x berat contoh
kerja dengan cara mengulangi langkah pengambilan contoh
kerja dari awal.
B. Penimbangan contoh kerja
Timbang contoh kerja yang sudah diperoleh dalam satuan g
(gram) baik simplo maupun duplo, dengan ketentuan desimal
penimbangan pada tabel
Analisis kemurnian
Melakukan analisis kemurnian dengan memisahkan contoh kerja dalam
komponen benih murni, benih tanaman lain dan kotoran benih dengan
cara sebagai berikut :
a. Contoh kerja kemurnian disebarkan di meja kerja
b. Setiap benih diidentifikasi satu persatu secara visual berdasarkan
penampakan morfologi (bentuk, ukuran, warna, kemengkilapan,
tekstur bagian luar) dan atau penampakan dibawah cahaya.
c. Semua benih tanaman lain dan kotoran benih yang ditemukan diambil
dan dipisahkan dari benih murni.
d. Setiap komponen ditimbang dalam satuan gram dengan tingkat
ketelitian sama dengan contoh kerja dan hasilnya dicatat di buku
kemurnian analisis. Kemudian datanya dimasukkan ke kartu analisis.
e. Komponen-komponen tersebut disimpan sebagai arsip contoh kerja
sampai batas waktu yang telah ditentukan.
Perhitungan.
1. Satu contoh kerja (Simplo)

15

a. Jumlahkan berat ketiga komponen yang ditemukan. Bandingkan


dengan berat contoh kerja awal. Jika terdapat kehilangan berat
lebih besar dari 5% dari berat contoh kerja awal, maka harus
dilakkan pengulangan analisis;
b. Buat persentase masing-masing komponen dalam 1 desimal.
c. Jumlahkan persentase ketiga komponen tersebut. Jumlah total
harus 100,0%. Jika jumlah tersebut tidak 100,0% (misalkan
99,9% atau 100,1%) maka harus dilakukan penambahan atau
pengurangan 0,1% pada persentase tertinggi (biasanya pada
fraksi benih murni). Apabila lebih dari 0,1% maka perlu dilakukan
pengecekan terhadap kesalahan.
2. Contoh kerja parohan (Duplo)
a. Gunakan cara seperti pada Simplo untuk masing-masing contoh
kerja;
b. Buat persentasenya untukn masing-masing komponen dalam
kedua contoh kerja tersebut dalam 2 desimal;
c. Gunakan tabel toleransi untuk melihat variasi antara 2 ulangan
seperti pada Bab Toleransi Dalam Pengujian.
d. Untuk pelaporan hasil jumlahkan berat keseluruhan benih murni,
berat keseluruhan benih tanaman lain, dan berat keseluruhan
kjotoran benih serta berat keseluruhan contoh kerja, kemudian
buat persentasenya berdasarkan jumlah total dari setiap
komponen tersebut.
Rumus perhitungan persentase
% BM =

% BTL =

% KB

BM
---------------------------( BM + BTL + KB )

x 100%

BTL
---------------------------( BM + BTL + KB )

x 100%

KB
---------------------------( BM + BTL + KB )

x 100%

Faktor kehilangan yang diperbolehkan maksimal 5% dihitung dengan


rumus :
CK (BM + BTL + KB )
--------------------------------( CK )

x 100% 5%

16

Semua penimbangan dinyatakan dalam satuan gram


Keterangan :
BM = Benih Murni
BTL = Benih Tanaman Lain
KB = Kotoran Benih
CK = Contoh Kerja

5. HASIL PENGAMATAN :
Hasil analisis kemurnian ditulis dalam persentase dengan 1 desimal (1
angka dibelakang koma), Jumlah persentase berat dan semua komponen
harus 100,0%. Komponen yang beratnya kurang dari 0,05% ditulis trace
yang berarti ada tetapi jumlahnya sedikit. Apabila ditemukan hasil nihil dari
suatu komponen harus ditulis dengan angka 0,0% pada kolom yang
disediakan (kolom kolom pada kartu analisis tidak boleh dibiarkan
kosong).
Bila total komponen tidak 100,0% (misalnya 99,9% atau 100,1%), maka
tambahkan atau kurangkan 0,1% pada komponen yang nilainya terbesar,
biasanya pada fraksi benih murni.
Nama ilmiah dari benih murni dan benih tanaman lain serta macam kotoran
benih harus dilaporkan.

17

IV. PENGUJIAN DAYA BERKECAMBAH

1. PENDAHULUAN
Perkecambahan benih merupakan salah satu kriteria yang berhubungan
dengan kualitas benih. Namun perkecambahan benih juga merupakan
salah satu tanda dari beniih yang telah mengalami penuaan. Tujuan
pengujian daya kecambah benih antara lain : untuk memperoleh informasi
yang berkaitan dengan nilai penanaman benih, yaitu persentase
perkecambahan dan jumlah benih yang dapat tumbuh ke permukaan
tanah, melihat penurunan viabilitas benih dalam penyimpanan, menghitung
kebutuhan benih dalam usaha tani, menilai kualitas benih serta
menentukan batas daluarsa sertifikat benih.
Pengujian daya berkecambah bertujuan untuk menentukan potensi
perkecambahan maksimum dari suatu lot benih, yang dapat digunakan
untuk membandingkan mutu benih dari lot yang berbeda, dan untuk
menduga the field planting value daya tumbuh dilapang.
Pengujian pada kondisi lapang biasanya tidak memberikan hasil yang
memuaskan karena tidak dapat diulang dengan hasil yang akurat. Oleh
karena itu metode pengujian di laboratorium telah dikembangkan dimana
kondisi lingkungan dikendalikan sedemikian rupa untuk mendapatkan
tingkat
perkecambahan yang optimal pada lot benih jenis tanaman
tertentu.
2. TUJUAN
Mahasiswa akan mengetahui cara melakukan dan mengevaluasi pengujian
daya perkecambahan dan kekuatan tumbuh berbagai jenis benih tanaman.
Definisi :
1. Perkecambahan.
Adalah proses perkembangan struktur esensial kecambah melalui
tahapan-tahapan
dimana
struktur
esensial
menunjukkan
kemampuan untuk berkembang secara normal dalam kondisi
lingkungan yang sesuai (Favourable).
2. Persentase daya berkecambah.
Proporsi berdasarkan jumlah (dinyatakan dalam persentase) yang
menghasilkan kecambah normal dalam kondisi yang sesuai selama
periode tertentu.
3. Struktur esensial kecambah.

18

Struktur esensial kecambah yang akan berkembang menjadi


tanaman normal meliputi ; sistem perakaran, tunas, kotiledon, titik
tumbuh dan koleoptil (Poaceae/Gramineae).
4. Kecambah normal.
Kecambah normal memperlihatkan potensi untuk berkembang lebih
lanjut menjadi tanaman yang normal dalam kondisi yang optimum
(kelembaban, suhu dan cahaya yang sesuai)
Untuk dapat diklasifikasikan sebagai kecambah normal, harus
memenuhi salah satu kategori berikut :
1. Kecambah sempurna
Kecambah yang semua struktur esensialnya berkembang dengan
baik, lengkap, proporsional dan sehat.
2. Kecambah dengan kerusakan ringan
Kecambah memperlihatkan terjadinya kerusakan ringan tertentu
pada struktur esensialnya dengan kerusakan yang dapat diperbaiki
sehingga kecambah berkembang normal dan seimbang sebagaimana
kecambah normal pada pengujian yang sama.
3. Kecambah dengan infeksi sekunder
Kecambah yang masuk kriteria 1 dan 2 diatas, tetapi kecambah ini
terserang cendawan atau bakteri yang bukan berasal dari benih
tersebut.
4. Kecambah Abnormal.
Kecambah tidak memperlihatkan potensi untuk berkembang menjadi
tanaman normal, jika ditumbuhkan di media yang berkualitas baik
dan di bawah kondisi kelembaban, suhu dan cahaya yang sesuai.
Kecambah dikategorikan abnormal bila :
a. Kecambah rusak.
Kecambah yang struktur esensialnya hilang atau mengalami
kerusakan yang berat, sehingga tidak dapat berkembang menjadi
tanaman normal.
b. Kecambah cacat
Kecambah dengan perkembangan yang lemah atau struktur
esensialnya tidak terbentuk sempurna/tidak proporsional.
c. Kecambah busuk
Kecambah yang struktur esensialnya terkena infeksi primer atau
busuk yang menghambat perkembangan kecambah untuk
menjadi kesambah normal.
5. Unit benih berkecambah banyak (Multi germ seed unit)
Satu unit benih yang dapat menghasiulkan lebih dari satu kecambah.
6. Benih-benih tidak berkecambah

19

Benih-benih yang tidak berkecambah sampai proses akhir periode


pengujian dalam kondisi yang optimum, diklasifikasikan menjadi :

a. Benih keras.
Benih yang tetap keras sampai akhir periode pengujian yang telah
ditetapkan, jika diakibatkan oleh kekerasan atau kekedapan kulitnya
hingga tidak mampu berimbibisi (menyerap air).
Benih keras merupakan salah satu bentuk dormansi, misalnya benih
dari Fabaceae (Leguminoceae)
b. Benih segar
Benih-benih yang tidak dapat berkecambah dalam kondisi
perkecambahan yang optimum, mampu berimbi bisi dan masih
bersih, kuat serta memiliki potensi untuk berkembang menjadi
kecambah normal.
c. Benih mati
Benih yang pada akhir pengujian tidak termasuk benih keras atau
segar, biasanya ditandai dengan benih busuk, lunak, berubah warna
atau
bercendawan
dan
tidak
menunjukkan
tanda-tanda
perkembangan kecambah.
Kategori-kategori lain
Kategori ini dapat ditemukan pada semua jenis tanaman, khususnya
benih tanaman pohon
1.Benih hampa
Benih yang benar-benar kosong atau hanya berisi jaringan
sisa/residu;
2. Benih tidak berembrio
Benih yang tidak berisi endosperma segar atau jaringan gametofit
yang tidak memperlihatkan aktivitas sebagai embrio;
3. Benih rusak karena serangga
benih yang berisi larva serangga atau memperlihatkan bentukbentuk serangan serangga lainnya yang mempengaruhi kemapuan
benih berkecambah;
c.Prinsip
Pengujian daya berkecambah harus dilakukan pada benih murni kecuali
pada pengujian berdasarkan berat benih. Benih murni dapat diambil dari
fraksi benih murni pada analisis kemurnian atau fraksi yang mewakili
contoh kirim
Benih yang diuji sebaiknya tidak diberi perlakuan kecuali benih-benih yang
direkomendasikan

20

Uji ulang dapat dilakukan, jika uji ulang dilakukan setelah pemberian
perlakuan benih maka hasil uji dan perlakuan benih harus dilaporkan pada
laporan hasil uji
Dalam pengujian daya berkecambah, contoh kerja dibagi dalam beberapa
ulangan dan diuji pada kondisi yang optimum.
3. ALAT DAN BAHAN
Peralatan yang diperlukan untuk daya berkecambah adalah:
1. Alat penghitung
2. Alat Pengecambahan benih
3. Meja daya berkecambah
Bahan yang diperlukan :
1. Benih Jagung, padi dan kedele
Alat Penghitung Benih
Dua tipe penghitung benih yang sering digunakan : Counting boards dan
Vacuum counters.
a.Counting Boards.
Sering digunakan untuk menghitung benih-benih besar seperti
jagung dan kacang-kacangan. Alat ini biasnya terbuat dari
stainless, bentuk persegi panjang atau bujur sangkar yang terdiri
dari dua plat. Plat I bagian bawah tidak berlubang dan Plat II
bagian atas berlubang sebesar ukuran biji yang dimaksud.
Ukuran plat II kecil dari plat I sehingga dapat ditarik.
Jumlah lubang pada plat II biasanya 50 untuk benih ukuran besar
seperti kedelai, jagung dan kacang-kacangan lainnya, sedang bila
untuk padi dan gandum biasnya berjumlah 100 lubang.
Cara pengoperasian : Plat I dan II pada posisi sejajar dengan plat
II diatas plat I, hamparkan benih diatasnya agar lubang-lubang
tersebut terisi penuh. Setelah lubang terisi penuh, buang sisa benih
dan plat II ditarik keluar sedemikain rupa sehingga benih tersebut
tertata rapi diatas substrat yang akan digunakan.
b. Vacuum Counters
Umumnya alat ini digunakan untuk benih yang bentuknya seragam
seperti serealia (misalnya gandum atau padi, Brassica (kubiskubisan) dan Trifolium
Alat ini terdiri dari 3 bagian, yaitu :
1.System Vacuum, termasuk pipa;
2.Ring penghitung (kepala/head) untuk menempatkan ring
penghitung benih yang ukurannya sedikit lebih kecil dibanding
dengan ukuran/ luas substrat. Ring penghitung berisi 50 100
lubang.

21

3.Knop Vacuum release. Untuk keperluan ini maka vacuum


cleaner juga dapat digunakan sebagai system vaccum.
Cara penggunaan:
Taburkan benih pada bak plastik, taruh alat diatasnya dan
hidupkan system vacuum. Kelebihan benih ditaruh kembali, isi
lubang-lubang kosong, hanya satu benih tiap lubang.
Selanjutnya alat diletakkan diatas substrat dan tekan tombol
vacuum-release sehingga benih jatuh beraturan diatas substrat.
Alat Pengecambahan benih
a.Germinator cabinet/Electric germinator
Alat ini dapat digunakan untuk pengujian benih tanaman yang
memerlukan cahaya ataupun tidak. Alat ini dilengkapi pengatur suhu
kelembaban, sistem pemanasan dan pendinginan. Alat ini disebut
juga Germinator Listrik / Electric Germinator
b. Ruang Perkecambahan (Germinator room)
Ruang ini merupakan modifikasi dari Germinator Cabinet yang
dibangun dengan prinsip yang sama, tetapi berukuran besar sehingg
analis dapat masuk kedalamnya.
Pengujian dapat dilakukan dengan menggunakan bak transparan
yang tertutup rapat dan diletakkan pada meja dorong /trolley atau
rak pengujian.
Dipergunakan AC dan Humidifier untuk mengendalikan suhu dan
kelembaban
c. Copenhagen Tank (Bell jar atau Alat Jacobsen)
Alat ini terdiri dari bak air dan tempat perkecambahan untuk
pengujian dengan metode Pada kertas/PK (Top of Paper).
Kelembaban substrat selalu terjaga karena diberi sumbu yang
dihubungkan dengan air serta ditutup dengan tudung transparan
berbentuk seperfti lonceng yang bagian pusatnya mengecil dan
berlubang (Bell-jar).
Suhu tempat pengujian dikondisikan baik secara tidak langsung
dengan pemanasan/pendinginan air didalam waterbath atau
dikendalikan secara otomatis. Alat ini dapat digunakan untuk semua
suhu konstan atau suhu berganti, tergantung pada desainnya.

4. PELAKSANAAN
1. Contoh kerja; 400 benih diambil secara acak dari traksi benih murni.
Jika sebelumnya tidak melakukan pengujian kemurnian benih, maka
400 benih diambil secara acak dari contoh kirim.
Benih yang
terambil tersebut sesuai dengan klasifikasi benih murni.

22

2. Metode tanam; benih ditabur dalam 4 ulangan @100 butir. Jika


ukuran substrat tidak mencukupi maka jumlah benih per 1 ulangan
dapat ditabur dalam beberapa sub ulangan, masing-masing 25 atau
50 butir.
Pada kondisi benih terinfeksi parah perlu dilakukan penggantian
media kertas pada saat pengamatan antara
Untuk tiap komoditi membutuhkan persyaratan berkecambah atau
perlakuan lainnya seperti ditetapkan pada tabel 16, antara lain :
a. Metode menggunakan media kertas
1. Pada Kertas/PK (Top of Paper)
Benih diletakkan pada permukaan kertas basah yang terdiri dari satu
atau beberapa lapis kertas (tergantung jenis kertas) yang telah
diletakkan pada alat Jacobsen, cawan petri, boks perkecambahan
yang tertutup atau baki-baki perkecambahan yang langsung
diletakkan dalam germinator yang dijaga kelembabannya.
Kertas berpori dan lembab atau kapas penghisap dapat digunakan
sebagai dasar media.
2.Antara Kertas/AK (Between Paper)
Benih ditaburkan antara dua lapis kertas basah lalu dilipat atau
digulung kemudian dimasukkan dalam boks atau kantong plastik
atau diletakkan di baki dalam germinator dalam posisi mendatar
atau berdiri.
3.Antara Kertas Kipas (Plated Paper)
Kertas dibuat seperti kipas atau akordion. Benih diletakkan diantara
lipatan kertas kemudian diletakkan dalam kotak dan ditutup dengan
plastik. Selanjutnya diletakkan dalam germinator. Metode ini dapat
digunakan sebagai metode alternatif selain PK dan AK yang telah
ditetapkan.
b. Metode menggunakan pasir
1. Pada Pasir (Top of Sand / TS)
Benih ditabur merata dan ditekan kedalam permukaan pasir yang
telah diatur kelembabannya, kemudian diletakkan dalam germinator
atau ruang yang kelembaban diatur.
2. Dalam pasir (In Sand/S)
Caranya seperti TS diatas, hanya kemudian ditimbun dengan pasir
lembab setebal 1-2 cm, tergantung ukuran banih. Untuk menjamin
aerasi yang baik, disarankan dilakukan penggarukan sebelum benih
ditabur.
Pasir lebih baik digunakan apabila;
a.Terjadi kontaminasi pada media kertas
b.Evaluasi kecambah meragukan
c.Untuk tujuan pemeriksaan

23

c. Metode menggunakan tanah, kompos


Media tanah dan kompos pada umumnya tidak direkomendasikan
sebagai media pengujian primer, tetapi metode ini dapat digunakan
apabila :
1.Kecambah menampakkan gejala keracunan
2.Evaluasi kecambah meragukan bila menggunakan media
kertas/pasir;
Penggunaan tanah dan kompos biasanya untuk tujuan pembanding
atau pemeriksaan.

Evaluasi Kecambah
Evaluasi kecambah dilaksanakan terhadap kecambah yang tumbuh dengan
kondisi optimum di laboratorium.
Kecambah yang dievaluasi terbagi dalam 5 (lima) kategori:
1.Kecambah normal
Tiga kategori yang termasuk kecambah normal
a.Kecambah dengan pertumbuhan sempurna
Tergantung jenis benih yang diuji, kecambah sempurna menunjukkan
kombinasi spesifik pertumbuhan struktur penting seperti tersebut dibawah
ini :
1. Sistem perakaran berkembang baik
a). Akar primer
- Panjang dan ramping
- Dipenuhi dengan bulu akar
- Ujung akar sehat/runcing
b). Akar sekunder
- Merupakan tambahan akar primer
- Tumbuh selama periode pengujian (Zea mays, Cucurbitae)
c) Beberapa akar seminal
Dapat dianggap sebagai pengganti akar primer pada beberapa
genera
(Triticum, Cyclamen, Avena, Hordeum, Secale,
Triticosecale)
2.Batang yang berkembang baik
a). Hipokotil yang lurus dan langsing pada perkecambahan epigeal
b). Hipokotil pendek atau tidak terlihat. Tapi dengan perkembangan
epikotil yang baik (Pisum, Asparagus) pada kecambah dengan
perkecambahan hipogeal.
c). Hipokotil dan epikotil memanjang pada beberapa genera
perkecambahan epigeal
d. Mesokotil yang pendek atau memanjang pada beberapa genera
tertentu (Poaceae / Gramineae)

24

3. Jumlah tertentu pada kotiledon


a). Satu kotiledon
- Pada monokotil
- Warna hijau atau berbentuk seperti daun (Allium)
b. Dua kotiledon
- Pada dikotil
- Warna hijau, berkembang seperti daun
- Ukuran dan bentuk sesuai jenisnya, menunjukkan pertumbuhan
epigeal
- Atau setengah bulatan dan berdaging serta tetap tinggal di kulit biji
di dalam tanah pada perkecambahan hipogeal
c. Jumlah kotiledon berbeda (2-18)
- Pada konifera
- Warna hijau, panjang dan sempit)

25

6. HASIL PENGAMATANV. TIPE-TIPE PERKECAMBAHAN


BENIH

1. PENDAHULUAN
Proses perkecambahan benih merupakan suatu rangkaian perubahan
perubahan morfologi, fisiologi dan biokimia. Proses perkecambahan secara
umum berkaitan dengan kecepatan maupun karakterisitik benih yang
dipengaruhi oleh faktor genetik, lingkungan dan dormansi benih.
Tipe pertumbuhan awal suatu perkecambahan benih tanaman terbagi
menjadi dua, yaitu : epigeal dan hipogeal. Dengan mengetahui tipe
perkecambahan suatu benih tanaman akan sangat bermanfaat dalam
aplikasi budidaya tanaman, salah satunya adalah cara penanaman benih
dan kedalaman tanam.
2.TUJUAN PRAKTIKUM
Mahasiswa dapat mengetahui dan membedakan tipe-tipe perkecambahan
beberapa jenis tanaman serta dapat mengamati perubahan dalam fase-fase
perkecambahan benih.

3. ALAT DAN BAHAN


Alat yang digunakan :
cetok
bak plastik
ember

Bahan yang digunakan :


pasir
benih jagung, padi, kacang tanah, kedele
air
4.PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. Isi bak plastik dengan pasir sampai tinggi bak, siram dengan air
sampai lembab, jangan terlalu basah/tergenang.
2. Tanam benih sekitar 20 butir tiap jenis yang disediakan pada bak
tersebut dengan kedalaman sekitar 1 2 cm dari permukaan pasir.
3. Siram kembali dengan sedikit air agar lembab (JANGAN SAMPAI
TERGENANG !!!)
4. Siram bila media pasir mengering setiap hari
5. Amati setiap hari selama 10 hari dengan cara mencabut 1-2 benih yang
ditanam dengan hati-hati. Jaga jangan sampai rusak akar dan tunasnya.
6.Parameter pengamatan pada tipe perkecambahan benih :
- kondisi benih

26

- panjang akar
- panjang tunas
- letak benih ( didalam media, dipermukaan, atau diatas media pasir)
- gambarkan fase-fase perkecambahan benih mulai saat tanam sampai
hari ke-10

4. HASIL PENGAMATAN

27

VI. PEMECAHAN DORMANSI

1.

PENDAHULUAN
Benih tanaman mengalami dormansi apabila benih tersebut sebenarnya
benih masih hidup, namun belum juga berkecambah walaupun diletakkan
pada keadaan yang telah memenuhi persyaratan untuk perkecambahan
benih. Dormansi benih tanaman beragam tergantung jenis tanaman dan
lamanya mulai dari beberapa hari, musiman bahkan sampai tahunan.
Dormansi dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain :
a. Keadaan embrio ketidakmasakan embrio dan after ripening
b. Keadaan fisik benih impermeabilitas terhadap air, ketahanan
mekanis terhadap pertumbuhan embrio, permeabilitas rendah
terhadap O2 dan CO2.
c. Pengaruh faktor fisiologis keperluan akan cahaya, suhu rendah, zat
penghambat perkecambahan
d. Kombinasi dari beberapa faktor diatas
Keadaan dormansi pada benih dapat mengurangi nilai uji perkecambahan
benih. Oleh karena itu diperlukan cara-cara untuk dapat memecahkan atau
mempersingkat masa dormansi benih tanaman.

2.

TUJUAN PRAKTIKUM
Mahasiswa akan mempelajari beberapa cara yang dapat dipergunakan
untuk memecahkan atau mempersingkat masa dormansi benih tanaman.

3.

ALAT DAN BAHAN


Alat yang diperlukan :
pinset
skalpel / pisau cutter
kertas gosok/amplas
gunting
cawan petri
stop-watch
panci alumunium
kompor listrik
beaker glass
termometer
Bahan yang diperlukan, antara lain :
substrat kertas merang

28

bahan kimia H2SO4, HCl, KNO3


benih tanaman pangan : padi, sorghum
benih tanaman hortikultura : bayam, sawi, jambu biji, flamboyan
4.

PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Perlakuan mekanis
1. Benih contoh uji diambil masing-masing 100 butir, lakukan
pengguntingan pada bagian ujung kulit benih (clipping) atau
pengikisan kulit biji (scratching) dengan menggunakan kertas
gosok/amplas.
2. Benih dengan perlakuan (1) diuji perkecambahan dengan metode
UDK masing-masing perlakuan diulang 4 kali
3. Buat satu ulangan tanpa perlakuan sebagai kontrol
4. Bandingkan antara perlakuan dengan kontrol
5. Lakukan pengamatan setiap hari
Perlakuan fisik, perendaman air panas / stratifikasi
1. Benih contoh uji diambil masing-masing 100 butir. Masukkan contoh
uji kedalam kantong kemudian masukkan dalam air mendidih suhu
40C selama 1-2 menit untuk benih padi dan sorghum.
2. Kantong diangkat selama beberapa menit, kemudian dicelupkan
dalam air dingin selama 10 menit.
3. Benih dengan perlakuan (1) di uji daya perkecambahan dengan
metode UDK, masing-masing perlakuan diulang 4 kali.
Pengamatan dilakukan setiap hari sampai semua benih yang diberi
perlakuan berkecambah atau dalam waktu tertentu
Benih padi dan sorghum = 10 hari
Benih bayam / sawi
= 15 hari
Benih Flamboyan = 21 hari
4. Pengamatan dan penilaian sama seperti pengamatan pada UDK
5. Buat satu ulangan tanpa perlakuan sebagai kontrol
Buat :
1. Grafik persentase perkecambahan untuk masing-masing kriteria
normal, abnormal dan mati
2. Grafik laju perkecambahan
3. Gambar kecambah normal abnormal dan mati untuk masing-masing
perlakuan

29

5.

HASIL PENGAMATAN

30

VII. EKSTRAKSI DAN PENGERINGAN BENIH

1.

PENDAHULUAN
Biji tanaman yang akan dipergunakan sebagai benih, pada saat pemanenan
melalui tahapan pengolahan (prosesing). Pengolahan benih meliputi :
perontokan, ekstraksi dan pengeringan benih. Perontokan dan ekstraksi
benih dilakukan untuk memisahkan biji dari bagian buah atau bagian
tanaman lainnya. Perontokan merupakan pengolahan benih pada tipe buah
kering, sedangkan untuk tipe buah basah sistem pengolahan benih
dilakukan dengan cara ekstraksi
Pengeringan benih dilakukan untuk menurunkan kadar air dalam biji
sampai batas yang telah ditentukan. Biji-biji yang mengalami proses
ekstraksi basah, pengeringan harus secepatnya dilakukan agar biji tidak
menjadi rusak, karena selama proses ekstraksi kandungan air dalam
benihnya dapat bertambah.
Tingkat kemasakan benih dan metode ekstraksinya dapat mempengaruhi
viabilitas benih. Benih yang terlalu muda atau terlalu tua biasanya bervigor
rendah, demikian pula dengan metode prosesing benih. Pengolahan benih
yang tidak tepat dapat merusak viabilitas benih

2.

TUJUAN PRAKTIKUM
Mahasiswa mengetahui, dapat membedakan serta dapat
pengolahan benih dengan cara perontokan dan ekstraksi

3.
-

ALAT DAN BAHAN


Alat yang dipergunakan dalam praktikum ini :
wadah untuk ekstraksi
pisau / cutter
saringan
pengaduk / skalpel
meja pengeringan

Bahan yang diperlukan


Cara perontokan : kacang tanah, jagung
Cara ekstraksi basah : tomat, ketimun, jambu biji
Cara ekstraksi kering : cabe besar, cabe kecil, labu, lengkeng
4.

melakukan

PELAKSANAAN
Ekstraksi Kering :
1. Dipilih buah yang telah masak, kemudian dibelah menjadi dua
bagian dengan menggunakan pisau pemotong.
2. Ambil biji yang terdapat pada bagian dalam buah tersebut dan
letakkan dalam suatu wadah.

31

3. Bila biji cukup bersih dapat langsung dikering anginkan. Apabila


belum bersih maka perlu dicuci dengan air kemudian disaring dan
dikering-anginkan
Ekstraksi Basah :
1. Buah yang telah masak dan masih segar, (misal tomat) dipotong
kecil-kecil dengan pisau sampai halus. Dapat juga dipergunakan alat
penghancur/pencacah
2. Dilakukan proses fermentasi :
a. Biasa:
Hancuran daging buah dan biji letakkan dalam suatu wadah yang
tidak mudah berkarat, kemudian ditutup. Biarkan selama beberapa
hari ( 1-5 hari atau lebih).
Pemeriksaan dilakukan setiap hari untuk melihat cairan berlendir
yang melekat pada biji telah terurai hancur serta dilakukan
pengadukan secara merata.
b. Bahan kimia:
Hancuran daging buah dan biji letakkan dalam suatu wadah yang
tidak mudah berkarat dan bereaksi dengan bahan kimia.
Hati-hati tambahkan HCL sebanyak 50-80 ml untuk setiap 1 kg
hancuran tomat, biarkan selama jam.
Tambahkan air untuk mengencerkan HCl, dan buang airnya dengan
hati-hati, saring biji yang tertinggal.
Cuci biji dengan air beberapa kali sampai bersih, pilih biji yang
tenggelam ke dasar wadah dan tidak keriput lalu diletakkan diatas
baki untuk dikeringkan.
Pengeringan
Pengeringan dapat dilakukan dengan bantuan sinar matahari atau dengan
menggunakan pengering buatan. Lama pengeringan tergantung pada
tingkat kadar air yang dikehendaki.
- Pengeringan dengan sinar matahari
- Biji diletakkan diatas baki pengering dengan ketebalan lapisan biji
tidak lebih dari 2 x tebal biji. Baki kemudian ditempatkan dibawah
sinar matahari selama beberapa waktu sampai biji-biji tersebut kering
dengan kadar air yang sesuai dengan yang ditentukan
- Pengeringan dengan pengering buatan
- Apabila menggunakan pengering buatan dengan hembusan udara
panas, maka suhu udara panas yang dipergunakan sekitar 30C 43
C dengan kecepatan yang disuaikan dengan ukuran biji yang
dikeringkan

32

5.

HASIL PENGAMATAN
A. Ekstraksi Basah

B. Ekstraksi Kering

33

Anda mungkin juga menyukai