Anda di halaman 1dari 14

SEJARAH JALAN RAYA

DAN
PERKERASAN JALAN

Sejarah perkembangan jalan raya berawal seiring sejarah manusia itu sendiri yang
selalu memiliki keinginan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan berinteraksi dengan
kelompok manusia lainnya. Maka dapat dikatakan perkembangan jalan raya terjadi seiring
dengan perkembangan peradaban umat manusia. Perkembangan teknik atau cara pembuatan
jalan terjadi seiring dengan selalu berkembangnya teknologi yang dikembangkan oleh umat
manusia.

Jalan pada awalnya hanyalah berupa jejak setapak atau bekas lewatnya orang-orang
yang mencari kebutuhan hidup sehari harinya. Misalnya mencari makananan, pakaian,
beternak hewan , maupun sumber air. Disitu umat manusia mulai hidup dalam berkelompok,
jejak-jejak setapak yang tadi kemudian berubah menjadi sebuah yang jalan kasar atau jalan
setapak. Kemudian, saat itulah hewan-hewan dan kendaraan berupa kereta mulai
dimanfaatkan sebagai alat transportasi, maka jalan perlulah dibuat lebih bagus atau rata.

Seiring dengan perkembangan zaman,jalan mulai dibuat rata. Jalan yang di perkeras
pertama kali ditemukan oleh bangsa mestopotamia sekitar 3500 tahun sebelum masehi. Di
zaman itu mereka sudah mulai mengenal dan menggunakan apal dalam pembangunan jalan
yang di sebut bitumen. Bitumen sendiri atau aspal sebelumnya mereka gunakan sebagai
lapisan pengendap untuk pembuatan kolam – kolam air di istana maupun kuil. Bahan
perkerasan untuk pembanguna jalan ini dapat mekera temukan di alam seperti lake aspal yang
menyerupai dodol lalu rock aspal yang terdiri dari campuan tanah, kapur, dan tanah lempung.

Berabad – abad kemudian penggunaan aspal untuk pembuatan jalan di abad modern
mulai berkembang di abad ke 18. Seorang insinyur Inggris yang bernama John Metcalf
harus membangun jaringan jalan di Yorkshire dengan total panjang hampir 300 km. Jalan
dibuat dengan batuan berukuran besar diletakkan di bawah sebagai pondasi yang kuat,
kemudian di atasnya diberi batu galian, lalu kerikil sebagai lapis penutup. Lalu dilanjutkan
oleh Thomas Telford yang membangun jaringan jalan di Skotlandia pada tahun 1803-1821
sepanjang hamper 1.500 km. Telford menyempurnakan metode pembuatan jalan Jhon
Metcalf, dengan mengganti batu galian dengan batu pecah. Ketebalan lapisan batu pecah juga
sudah dihitung berdasar karakter lalu lintas yang akan melintasi.
Gambar 1. Konstruksi Perkerasan Telford

Pada abad yang sama dan peradaban zaman yang sama, John Loudon McAdam secara
terpisah membangun jalan-jalan masuk menuju Skotlandia mirip dengan cara yang dilakukan
oleh Thomas Telford. McAdam juga menemukan tanah yang terikut dalam keadaan
kering tidak akan turun ke dasar jalan. McAdam mengatur batuan sedemikian rupa sehingga
bertemu antar sudutnya dan membentuk permukaan yang kuat ataupun keras. Pada masa-
masa berikutnya, metode konstruksi ini diperbaiki untuk mengurangi debu jalanan di musim
kemarau dengan cara disiram ter panas. Metode ini disebut dengan lapis tarmacadam.

Gambar 2. Konstruksi Perkerasan Mac Adam

pada tahun 1870 campuran aspal digunakan untuk pembangunan jalan, yang dilakukan
oleh seorang ahli kimia Belgia, yang bernama Edmund J. DeSmedt, ketika membangun jalan
di depan balai kota Newark, New Jersey, USA. Campuran yang digunakan adalah pasir dan
aspal alam dari pulau Trinidad. Hasil yang dilakukan beliau ini memuaskan sehingga
membuat para kontraktor pembangun jalan segera memanfaatkan aspal sebagai bahan
konstruksi pada proyek-proyek pembangunan jalan yang dikerjakan.
Gambar.3 Penggelaran Hotmix aspal pada abad ke – 18

Pada masa ini, aspal yang digunakan maupun campuran hotmix yang diproduksi
belumlah memakai spesifikasi seperti yang kita kenal sekarang. Oleh karena proyek
pembangunan jalan yang menggunakan aspal mulai meningkat banyak, untuk
mempertahankan kualitas hasil yang baik, Pemerintah Kota New York hanya membolehkan
penggunaan batu bata atau batu granit, namun dengan jaminan selama 15 tahun baik untuk
material maupun pelaksanaan. Karena pengetahuan kontraktor dikala itu masih terbatas,
banyak jalan yang tidak dapat bertahan selama 15 tahun, dan sebagai akibatnya banyak
kontraktor yang bangkrut. Akibat lanjutannya adalah proyek-proyek jalan berikutnya menjadi
meningkat harganya untuk mengkompensasi garansi selama 15 tahun tersebut.

Sampai pada tahun 1900 - an, hampir seluruh aspal yang digunakan berasal dari aspal
alam di pulau Trinidad. Di sisi lain, mulai banyaknya penemuan sumur-sumur minyak bumi
membuat perkembangan kilang atau disebut refinery semakin banyak dan meluas. Dari
pengoperasian kilang ternyata juga dihasilkan aspal. Akhirnya, pada tahun 1907 aspal yang
dihasilkan dari kilang telah menggeser penggunaan aspal alam Trinidad, karena aspal kilang
lebih murah harganya.
DEFENISI ILMIAH JALAN

Jalan adalah prasaranan transportasi dara yang meliputi seluruh bagian jalan,
termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang di peruntukkan bagi lalu lintas,
yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan
air,serta diatas permukaan air, kecuali jalan rel kereta api, jalan lori dan jalan kabel. Adaun
pembagian atas jalan yaitu :

 Jalan Umum yang merupakan jalan yang diperuntukkan bagi lalu


lintas umum
 Jalan Khusus ialah jalan yang dibangun oleh instansi,badan usaha,
perseorangan ,atau kelompok masyarakat untuk kepentingan pribadi
 Jalan Tol merupakan bagian sistem jaringan jalan dan sebagai jalan
nasionall

Dalam sistem jaringan jalan, jalan di bedakan atas 2 sistem jaringan yaitu :

 Sistem jaringan jalan primer : jaringan jalan dengan peran


pelayanan distribusi barang dan jasa untuk pengembangan semua
wilayah di tingkat nasional dengan menghubungkan semua simpul
jasa distribusi yang berwujud pusat – pusat dari kegiatan
 Sistem jaringan jaringan jalan sekunder : Sistem jaringan jalan
dengan peranan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk
masyarakat di dalam kawasan perkotaan

Di dalam Klasifikasi Jalan, jalan dikelompokkan dalam 3 Klasifikasi jalan yaitu :

 Klasifikasi berdasrakan fungsi jalan


 Klasifikasi berdasarkan administrasi pemerintahan
 Klasifikasi berdasarkan muatan sumbu

A. Klasifikasi Berdasarkan Fungsi Jalan

Klasifikasi jalan fungsional di indonesia berdasarkan peraturan perundangan


yang berlaku adalah :

1. Jalan Arteri : Merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan


utama dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata- rata tinngi , dan
jumlah jalan masuk dibatasi secara berdaya guna
2. Jalan Kolektor : Merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
pengumpul atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata –
rata sedang dan jumlah jalan masuk dibatasi
3. Jalan Lokal : Merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
setempat dengan ciri perjalanan jarak dekat. Keecepatan rata –rata rendah, dan
jumlah jalan masuk tidak dibatasi
4. Jalan Lingkungan : Merupakan jalan umum yang berfungsi melayani
angkutan lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dekat dan kecepatan rata
rata redah

Adapun jalan Arteri primer melayani angkutan utama yang merupakan tulang punggung
transportasi nasional yang menghubungi gerbang utam ( Pelabuhan Utama dan Bandar Udara
kelas Utama )

1. Jalan Kolektor I : Jalan kolektor primr yang menghubungkan antar ibukota


profinsi
2. Jalan Kolektor II : Jalan kolektor primer yang menghubungkan ibukota dengan
ibukota kabupaten atau kota
3. Jalan Kolektor III : Jalan Kolektor primer yang menghubungkan ibukota
kabupaten atau kota

Gambar 4. Persyratan Teknik Jalan


B. Klasifikasi Berdasarkan administrasi Pemerintah

Pengelompokkan jalan dimaksudkkan untuk mewujudkan kepastian hukum


penyelenggaraan jalan sesuai dengan kewenangan pemerintah dan pemerintah daerah.
Jalan umum menurut statusnya dikelompokkan ke dalam jalan nasional, jalan provinsi
jalan kabupaten, jalan kota, dan jalan desa. Pengelompokkan dalam defenisinya yaitu :

1. Jalan nasional : Merupakan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer
yang menghubungan antara ibukota provinsi, dan jalan strategis nasional dan
jalan tol
2. Jalan Povinsi : Merupakan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer
yang menghubungkan ibukota provinsi dengan ibukota kabupaten/kota, atau
antaribukota kabupaten/kota, dan jalan strategis provinsi.
3. Jalan kabupaten :Merupakan jalan lokal dalam sistem jaringan jalan primer
yang tidak termasuk jalan yang menghubungkan ibukota kabupaten dengan
ibukota kecamatan, antaribukota kecamatan, ibukota kabupaten dengan pusat
kegiatan lokal, antarpusat kegiatan lokal, serta jalan umum dalam sistem jaringan
jalan sekunder dalam wilayah kabupaten, dan jalan strategis kabupaten.
4. Jalan kota : Merupakn jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder yang
menghubungkan antarpusat pelayanan dalam kota, menghubungkan pusat
pelayanan dengan persil, menghubungkan antarpersil, serta menghubungkan
antarpusat permukiman yang berada di dalam kota.
5. Jalan desa : merupakan jalan umum yang menghubungkan kawasan dan/atau
antarpermukiman di dalam desa, serta jalan lingkungan.

C. Klasifikasi Jalan Berdasarkan Muatan Sumbu


Untuk keperluan pengaturan penggunaan dan pemenuhan kebutuhan angkutan,
jalan dibagi dalam beberapa kelas yang didasarkan pada kebutuhan Transportasi,
pemilihan moda secara tepat dengan mempertimbangkan keunggulan karakteristik
masing masing moda, Perkembagan teknologi kendaraan bermotor, muatan sumbu
terberat kendaraan bermotor serta konstruksi jalan.Pengelompokkan jalan menurut
menurut muatan sumbu terdiri dari :

1. Jalan Kelas I : Merupakan jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor
termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran
panjang tidak melebihi 18.000 milimeter, dan muatan sumbu terberat yang
diizinkan lebih besar dari 10 ton, yang saat ini masih belum digunakan di
Indonesia, namun sudah mulai dikembangkan diberbagai negara maju seperti
di Prancis telah mencapai muatan sumbu terberat sebesar 13 ton
2. Jalan Kelas II : Merupakan jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan
bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500
milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 18.000 milimeter, dan muatan
sumbu terberat yang diizinkan 10 ton, jalan kelas ini merupakan jalan yang
sesuai untuk angkutan peti kemas
3. Jalan Kelas III A : Merupakan jalan arteri atau kolektor yang dapat dilalui
kendaraan bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi
2.500 milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 18.000 milimeter, dan muatan
sumbu terberat yang diizinkan 8 ton.
4. Jalan Kelas III B : Merupakan jalan kolektor yang dapat dilalui kendaraan
bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500
milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 12.000 milimeter, dan muatan
sumbu terberat yang diizinkan 8 ton.
5. Jalan Kelas III C : Merupakan jalan lokal dan jalan lingkungan yang dapat
dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak
melebihi 2.100 milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 9.000 milimeter, dan
muatan sumbu terberat yang diizinkan 8 ton.

Gambar 5. Matrik Klasifikasi Jalan


SYARAT SYARAT DALAM PEMBANGUNAN JALAN

Gambar 6. Syarat ruang dalam pemanfaatan jalan

Dalam syarat pembangunan jalan, jalan memiliki bagian – bagian jalan yang meliputi
ruang manfaat jalan, ruang milik jalan dan ruang pengawasan jalan. Syarat bagian jalan ini
sudah tertera dalam peraturan pemerintah republik indonesia nomor 34 tahun 2006 tentang
jalan yang terdiri atas :

1. RUMAJA ( RUANG MANFAAT JALAN )

Merupakan ruas sepanjang jalan yang dibatasi oleh lebar, tinggi dan kedalaman
ruang bebas tertentu yang ditetapkan oleh Pembina Jalan dan diperuntukkan bagi
median, perkerasan jalan, pemisahan jalur, bahu jalan, saluran tepi jalan, trotoar,
lereng, ambang pengaman timbunan dan galian gorong-gorong perlengkapan jalan
dan bangunan pelengkap lainnya. Lebar Rumaja ditetapkan oleh Pembina Jalan sesuai dengan
keperluannya. Tinggi minimum 5.0 meter dan kedalaman mimimum 1,5 meter diukur dari
permuka perkerasan.

2. RUMIJA ( RUANG MILIK JALAN )

Merupakan ruas sepanjang jalan yang dibatasi oleh lebar dan tinggi tertentu
yang dikuasai oleh Pembina Jalan guna peruntukkan Ruang manfaat jalan dan
perlebaran jalan maupun menambahkan jalur lalu lintas dikemudian hari serta
kebutuhan ruangan untuk pengamanan jalan. Lebar Minimum Lebar Rumija sekurang-
kurangnya sama dengan lebar Rumaja.Tinggi atau kedalaman, yang diukur dari permukaan
jalur lalu lintas,serta penentuannya didasarkan pada keamanan, pemakai jalan sehubungan
dengan pemanfaatan Ruang Milik Jalan, Ruang Manfaat Jalan serta ditentukan oleh
Pembina Jalan.

3. RUWASJA ( RUANG PENGAWASAN JALAN


Merupakan ruas disepanjang jalan di luar Ruang Milik Jalan yang ditentukan
berdasarkan kebutuhan terhadap pandangan pengemudi, ditetapkan oleh Pembina
Jalan. Ruang Pengawasan Jalan dibatasi oleh, Lebar diukur dari As Jalan.

- Untuk Jalan Arteri Primer tidak kurang dari 20 meter.


- Untuk Jalan Arteri Sekunder tidak kurang dari 20 meter.
- Untuk Jalan Kolektor Primer tidak kurang dari 15 meter.
- Untuk Jalan Kolektor Sekunder tidak kurang dari 7 meter.
- Untuk Jalan Lokal Primer tidak kurang dari 10 meter.
- Untuk Jalan Lokal Sekunder tidak kurang dari 4 meter.
- Untuk Jembatan tidak kurang dari 100 meter ke arah hulu dan hilir.

Tinggi yang diukur dari permukaan jalur lalu lintas dan penentuannya didasarkan
pada keamanan pemakai jalan baik di jalan lurus, maupun di tikungan dalam
hal pandangan bebas pengemudi, ditentukan oleh Pembina Jalan.
Gambar 7. Ruang jalan menurut pp no 34 tahun 200

BENTUK BENTUK KERUSAKAN PADA JALAN

SERTA PEMELIHARAANNYA

Kegiatan perekonomian sangat didukung dengan tersedianya prasarana jalan. Jalan


yang baik memperlancar hubungan antara berbagai daerah. Sebaliknya, jalan yang rusak
pastinya akan menghambat kegiatan ekonomi dan bisa menjadi penyebab terjadinya
kecelakaan. Kerusakan jalan memang menjadi salah satu masalah di Indonesia yang
seringkali terjadi terutama di jalan-jalan dengan volume lalu lintas yang padat. Berikut ini
jenis-jenis kerusakan jalan aspal, penyebab dan solusinya.
1. Retak lelah dan deformasi pada semua lapisan perkerasan aspal

Jenis kerusakan jalan aspal yang berupa retak lelah dan deformasi di hampir semua
lapisan jalan ini terutama bisa ditemui di jalan-jalan antar provinsi. Penyebabnya tak lain
banyaknya kendaraan berat yang lalu lalang seperti bus dan truk. Beban kendaraan yang berat
mengakibatkan di setiap lapisan perkerasan terjadi regangan dan tegangan. Beban kendaraan
yang terus melintas pada akhirnya membuat munculnya retak lelah serta deformasi.
Jika retak lelah dan deformasi dibiarkan saja, maka ketika musim hujan bisa
dipastikan air akan masuk ke dalam retakan dan mengubah retakan menjadi lubang yang
semakin lama semakin besar. Karena itu sebaiknya begitu terjadi retak lelah dan deformasi,
perbaikan harus segera dilakukan dengan penambalan-penambalan.
Jalan-jalan dengan perkerasan aspal sesungguhnya tidak cocok dilalui oleh jenis-jenis
kendaraan berat. Kendaraan berat sebaiknya diarahkan untuk melintasi jalan-jalan beton yang
memiliki struktur lebih kuat dibandingkan jalan-jalan dengan perkerasan aspal.

Gambar 8. Retak lelah akibat muatan kendaraam

2. Kegemukan

Kerusakan kegemukan yang dimaksudkan berupa permukaan jalan aspal yang menjadi
licin. Kerusakan ini terjadi saat temperatur naik sehingga aspal menjadi lunak dan jejak roda
kendaraan akan membekas pada permukaan lapisan jalan. Kerusakan yang disebut
kegemukan ini biasanya terjadi pada jalan aspal yang menggunakan kadar aspal tinggi pada
campuran aspal atau dikarenakan pemakaian aspal yang terlalu banyak pada tahapan prime
coat. Kerusakan jenis ini biasanya dapat diatasi dengan menghamparkan atau menaburkan
agregat panas yan kemudian dipadatkan. Atau bisa juga dilakukan pengangkatan lapisan
aspal dan lantas diberi lapisan penutup.
Gambar 9. Jalan Kegemukan ( Nyembul )

3. Pengausan

Kerusakan pengausan ditandai dengan permukaan jalan aspal yang menjadi licin.
Kerusakan ini sepertinya terlihat sepele, padahal kenyataannya kerusakan ini bisa
membahayakan pengguna jalan. Kendaraan yang melintas menjadi lebih mudah tergelincir
pada kondisi jalan seperti ini.
Pengausan dapat terjadi dikarenakan penggunaan agregat yang tidak tahan aus
terhadap roda-roda kendaraan atau agregat yang tidak berbentuk cubical, misalnya agregat
berbentuk bulat dan licin. Kerusakan semacam ini bisa diatasi dengan menutup area
permukaan jalan aspal yang rusak dengan buras, latasir atau latasbun

Gambar 10. Jalan mengalami keausan

4. Stripping

Kerusakan stripping atau pengelupasan lapisan permukaan dapat terjadi dikarenakan


kurangnya ikatan antara lapisan bawah jalan dan lapisan permukaan, atau lapisan permukaan
yang terlampau tipis. Untuk kerusakan seperti ini, langkah perbaikan yang bisa dilakukan
bukanlah dengan penambalan melainkan bagian yang rusak terlebih dahulu harus digaruk,
kemudian diratakan. Barulah setelah itu dilapisi dengan buras.

Gambar 11. Jalan mengalami pengelupasan

KESIMPULAN

Di dalam mempelejari ilmu jalan raya dan perkeresan jalan raya, jalan sangat berperan
penting dalam kehidupan manusia. Ini dapat kita lihat dimana manusia sangat membutuhkan
komunikasi dalam kesehari - harian aktivitasnya. Tidak hanya komunikasi saja, jalan juga
berperan penting dalam sektor perekonomian ini dapat kita lihat dengan adanya ekport dan
import dalam barang dan jasa serta memberi kemudahan dalam transportasi mengakses suatu
tempat ke tempat lainnya. Dengan mudahnya suatu tempat dapat diakses oleh
transportasi,perekonomian dapat meningkat seiiring ke tertarikan para investor untuk
berinvestasi di negara kita ini, terutama jalan bebas hambatan atau sering kita sebut jalan Tol.
Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan di dalam ilmu jalan raya, manusia mulai
mencari tahu serta mengenal bahan konstruksi untuk kemudahan manusia dalam mengakses
jalan terutama ditujukan kepada transportasi. Manusia sudah mulai mengunakan aspal dan
bahan konstruksi yang di mereka temukan di alam sendiri untuk membangun jalan. Yang
mulanya manusia menciptakan jalan dengan sebuah kebutuhan yaitu adanya jalan setapak,
kini manusia mulai berfikir bagaimana jalan tidak hanya diakses oleh kegiatan manusia saja,
akan tetapi jalan bisa diakses oleh kendaraan, barang dan angkutan kereta yang menggunakan
tenaga hewan. Manusia sudah mulai berfikir bagaimaina menciptakan sebuah konstruksi
jalan dengan memberikan kenyamanan bagi penggunanya, dengan membangun jalan dengan
sistim layer atau lapisan pada jalan, dimana nantinya layer atau lapisan ini dapat menahan
beban muatan di atasnya.
Besarnya kebutuhan manusia serta keiinginan manusia dalam berpindah bindah
tempat. Kini instansi pemerintahan sudah membuat peraturan baik dalam konstruksi
pembangunan jalan serta peraturan jaringan jalan dalam bertransportasi. Peraturan ini di
adakan atau diciptakan agar nantinya tidak terjadi kekeliaruan dalam pembangunan jalan itu
sendiri serta penyalah gunaan terhadap jalan. Jalan sudah dapat dibedakan dari klasifikasinya,
wewenang pembinaannya serta peranannya, Ini semua dapat kita lihat di dalam peraturan
yang tertera dalam peraturan pemerintah serta peraturan standart nasional indonesia ( SNI ).
Dengan adanya peraturan jalan baik peraturan pemerintah maupun SNI, masih ada
juga kita temukan bentuk kerusakan yang terjadi pada jalan. Ini tidak akan pernah terlepas
dari pandangan kita sebagai masyrakat maupun pengamat jalan. Bentuk kerusakan ini bisa
disebabkan oleh kekeliruan perencana dalam membangun jalan, biaya yang di keluarkan
tidak mencukupi di dalam pembangunanya, kurang perhatian dari pengguna jalan terhadap
persyaratan beban muatan serta acuhnya pengguna jalan terhadap kebersihan drainase.
Tentunya dimana ada kerusakan dibutukah pemeliharaan terhadap jalan,dan membutuhkan
biaya yang tidak sedikit dalam pemeliharaannya. Disini butuh perhatian lebih dari kita sendiri
terhadap penggunaan jalan serta mematuhi peraturan yang sudah tersedia agar tidak terjadi
kerusakan – kerusakan terhadap jalan.

Anda mungkin juga menyukai