PELAKSANAAN
Perkerasan jalan merupakan lapis perkerasan yang terletak di antara lapisan tanah dasar dan
roda kendaraan yang berfungsi memberikan pelayanan kepada sarana transportasi dan selama
masa pelayanannya diharapkan tidak terjadi kerusakan yang berarti.Agar perkerasan jalan yang
sesuai dengan mutu yang diharapkan, maka pengetahuan tentang sifat, pengadaan dan pengolahan
dari bahan penyusun perkerasan jalan sangat diperlukan.
Perkerasan jalan adalah campuran antara agregat dan bahan ikat yang digunakan untuk
melayani beban lalu lintas. Agregat yang dipakai antara lain adalah batu pecah, batu belah, batu
kali dan hasil samping peleburan baja. Sedangkan bahan ikat yang dipakai antara lain adalah
aspal, semen dan tanah liat.
Berdasarkan bahan pengikatnya, konstruksi perkerasan jalan dibedakan atas:
A. Perkerasan Lentur (Flexible Pavement)
Perkerasan lentur adalah perkerasan yang menggunakan bahan ikat aspal, yang sifatnya
lentur terutama pada saat panas.Aspal dan agregat ditebar dijalan pada suhu tinggi (sekitar
100 0C). Contoh dapat dilihat pada gambar 3.1
Gambar 3.1 Lapisan Perkerasan Jalan Lentur
Pada umumnya, perkerasan jalan lentur terdiri dari beberapa jenis lapisan perkerasan
yang tersusun dari bawah ke atas,sebagai berikut :
1. Lapisan tanah dasar (Subgrade)
Lapisan tanah dasar adalah bagian terbawah dari perkerasan jalan raya. Apabila kondisi
tanah pada lokasi pembangunan jalan mempunyai spesifikasi yang direncanakan makan
tanah tersebut akan langsung dipadatkan dan digunakan.
Lapisan tanah dasar adalah lapisan tanah yang berfungsi sebagai tempat perletakan lapis
perkerasan dan mendukung konstruksi perkerasan jalan diatasnya. Menurut Spesifikasi,
tanah dasar adalah lapisan paling atas dari timbunan badan jalan setebal 30 cm, yang
mempunyai persyaratan tertentu sesuai fungsinya, yaitu yang berkenaan dengan
kepadatan dan daya dukungnya (CBR).Pada umumnya CBR tanah dasar disyaratkan
minimum 6%.
Lapisan tanah dasar dapat berupa tanah asli yang dipadatkan jika tanah aslinya baik, atau
tanah urugan yang didatangkan dari tempat lain atau tanah yang distabilisasi dan lain-lain.
Umumnya persoalan yang menyangkut tanah dasar adalah sebagai berikut :
Perubahan bentuk tetap (deformasi permanen) akibat beban lalu lintas.
Sifat mengembang dan menyusutnya tanah akibat perubahan kadar air.
Daya dukung tanah yang tidak merata akibat adanya perbedaan sifat-sifat tanah pada
lokasi yang berdekatan atau akibat kesalahan pelaksanaan, misalnya kepadatan yang
kurang baik.
2. Lapisan pondasi bawah (Subbase course)
Lapisan ini berada dibawah lapisan pondasi atas dan diatas lapisan tanah dasar.Lapisan ini
berfungsi untuk menyebarkan beban dari lapisan pondasi bawah ke lapisan tanah dasar,
untuk menghemat penggunaan material yang digunakan pada lapisan pondasi atas, karena
biasanya menggunakan material yang lebih murah.Selain itu lapisan pondasi bawah juga
berfungsi untuk mencegah partikel halus masuk kedalam material perkerasan jalan dan
melindungi air agar tidak masuk kelapisan dibawahnya.
Jenis lapis pondasi bawah yang umum dipergunakan di Indonesia antara lain:
1) Agregat bergradasi baik dapat dibagi:
Sirtu atau pitrun kelas A
Sirtu atau pitrun kelas B
Sirtu atau pitrun kelas C
2) Stabilitas
Stabilitas agregat dengan semen
Stabilitas agregat dengan kapur
Stabilitas tanah dengan semen
Stabilitas tanah dengan kapur.
3. Lapisan pondasi atas (Base course)
Lapisan ini terletak dilapisan dibawah lapisan permukaan. Lapisan ini terutama berfungsi
untuk menahan gaya lintang akibat beban roda dan menerus beban ke lapisan dibawahnya,
sebagai bantalan untuk lapisan permukaan dan lapisan peresapan untuk lapisan pondasi
bawah. Material yang digunakan untuk lapisan ini diharus material dengan kualitas yang
tinggi sehingga kuat menahan beban yang direncanakan.
Bahan-bahan untuk lapis pondasi atas ini harus cukup kuat dan awet sehingga dapat
menahan beban-beban roda.
Dalam penentuan bahan lapis pondasi ini perlu dipertimbangkan beberapa hal antara lain,
kecukupan bahan setempat, harga, volume pekerjaan dan jarak angkut bahan ke
lapangan.Jenis lapis pondasi atas yang umum dipergunakan di Indonesia antara lain:
a) Agregat bergradasi baik dapat dibagi:
Batu pecah kelas A
Batu pecah kelas B
Batu pecah kelas C
b) Pondasi Macadam
c) Pondasi Telford
d) Penetrasi Macadam (Lapen)
e) Aspal buton pondasi (Asphalt Concrete Base atauAsphalt Treated Base)
f) Stabilitas terdiri atas:
Stabilitas agregat dengan semen
Stabilitas agregat dengan kapur
Stabilitas agregat dengan aspal
4. Lapisan permukaan (Surface course)
Lapisan permukaan terletak paling atas pada suatu jalan raya.Lapisan yang biasanya kita
pijak atau lapisan yang bersentuhan langsung dengan ban kendaraan.Lapisan ini berfungsi
sebagai penahan beban roda. Lapisan ini memiliki stabilitas yang tinggi, kedap air untuk
melindungi lapisan dibawahnya sehingga air mengalir ke saluran di samping jalan, tahan
terhadap keausan akibat gesekan rem kendaraan dan diperuntukkan untuk meneruskan
beban kendaraan ke lapisan dibawahnya.
Apabila diperlukan, dapat juga dipasang suatu lapis penutup atau lapis aus (wearing
course) di atas lapis permukaan tersebut.
Fungsi lapis aus ini adalah sebagai lapisan pelindung bagi lapis permukaan untuk
mencegah masuknya air dan untuk memberikankekesatan (skid resistance) permukaan
jalan.Lapis aus tidak diperhitungkan ikut memikul beban lalu lintas.Jenis lapis yang
digunakan di Indonesia antara lain:
a. Lapisan bersifat nonstructural, yang berfungsi sebagai lapisan aus dan kedap air antara
lain:
1) Laburan aspal satu lapis (burtu), merupakan lapis penutup yang terdiri dari lapisan
aspal yang ditaburi dengan satu lapis agregat bergradasi seragam, dengan tebal
maksimum 2 cm.
2) Laburan aspal dua lapis (burda), merupakan lapis penutup yang terdiri lapisan aspal
ditaburi agregat yang dilakukan dua kali berturut–turutdengan tebal maksimum
3,5cm
3) Lapis tipis aspal pasir (latsir), merupakan lapis penutup yang terdiri dari lapis aspal
dan pasir alam bergradasi menerus dicampur, dihampar dan dipadatkan pada suhu
pada suhu tertentudengan tebal padat 1- 2 cm.
4) Laburan aspal (Buras), merupakan lapisan penutup terdiri dari lapisan aspal taburan
pasir dengan ukuran butir maksimum 3/8 inch.
5) Lapis tipis asbuton murni (latasbum), merupakan lapisan penutup yang terdiri dari
campuran asbuton dan bahan pelunak dengan perbandingan tertentu yang dicampur
secara dingin dengan tebal padat maksimum 1 cm.
6) Lapis tipis aspal beton (lataston), dikenal dengan namahot roll sheet (HRS).
b. Lapis bersifat struktur, berfungsi sebagai lapisan yang menahan dan menyebarkan
beban roda antara lain:
- Penetrasi macadam ( lapen)
- Lapis aspal buton agregat (lasbutag)
- Lapis aspal beton (laston)
Rigid pavement atau perkerasan kaku adalah jenis perkerasan jalan yang menggunakan beton
sebagai bahan utama perkerasan tersebut, merupakan salah satu jenis perkerasan jalan yang
digunakan selain dari perkerasan lentur (asphalt).
Perkerasan ini umumnya dipakai pada jalan yang memiliki kondisi lalu lintas yang cukup
padat dan memiliki distribusi beban yang besar, seperti pada jalan-jalan lintas antar provinsi,
jembatan layang (fly over), jalan tol, maupun pada persimpangan bersinyal.Jalan-jalan tersebut
umumnya menggunakan beton sebagai bahan perkerasannya, namun untuk meningkatkan
kenyamanan biasanya diatas permukaan perkerasan dilapisi asphalt.
Keunggulan dari perkerasan kaku sendiri dibanding perkerasan lentur (asphalt) adalah
bagaimana distribusi beban disalurkan ke subgrade. Perkerasan kaku karena mempunyai
kekakuan dan stiffnes,akan mendistribusikan beban pada daerah yangg relatif luas pada subgrade,
beton sendiri bagian utama yang menanggung beban struktural. Sedangkan pada perkerasan
lentur karena dibuat dari material yang kurang kaku, maka persebaran beban yang dilakukan tidak
sebaik pada beton.Sehingga memerlukan ketebalan yang lebih besar.Contoh Pembebanan Pada
Perkerasan Kaku dan Perkerasan Lentur bisa dilihat pada gambar3.3 .
Gambar 3.3 Distribusi Pembebanan Pada Perkerasan Kaku dan Perkerasan Lentur
Perkerasan jalan beton semen atau perkerasan kaku, terdiri dari plat beton semen, dengan
atau tanpa lapisan pondasi bawah, di atas tanah dasar.Dalam konstruksi perkerasan kaku, plat
beton semen sering juga dianggap sebagai lapis pondasi, kalau di atasnya masih ada lapisan aspal.
Plat beton yang kaku dan memiliki modulus elastisitasyang tinggi, akan mendistribusikan
beban lalu lintas ke tanah dasar yang melingkupi daerah yang cukup luas. Dengan demikian,
bagian terbesar dari kapasitas struktur perkerasan diperoleh dari plat beton itu sendiri.Hal ini
berbeda dengan perkerasan lentur dimana kekuatan perkerasan diperoleh dari tebal lapis pondasi
bawah, lapis pondasi dan lapis permukaan dimana masing-masing lapisan memberikan
kontribusinya.
Yang sangat menentukan kekuatan struktur perkerasan dalam memikul beban lalu lintas
adalah kekuatan beton itu sendiri.Sedangkan kekuatan dari tanah dasar hanya berpengaruh kecil
terhadap kekuatan daya dukung struktural perkerasan kaku.
Lapis pondasi bawah, jika digunakan di bawah plat beton, dimaksudkan untuk sebagai lantai
kerja, dan untuk drainase dalam menghindari terjadinya pumping.Pumping adalah peristiwa
keluarnya air disertai butiran-butiran tanah dasar melalui sambungan dan retakan atau pada
bagian pinggir perkerasan, akibat gerakan lendutan atau gerakan vertikal plat beton karena beban
lalu lintas, setelah adanya air bebas yang terakumulasi di bawah plat beton. Pumping dapat
mengakibatkan terjadinya rongga di bawah plat beton sehingga menyebabkan rusak atau retaknya
plat beton.
Tebal plat dihitung supaya mampu menahan tegangan yang diakibatkan beban roda,
perubahan suhu dan kadar air, serta perubahan volume lapisan dibawahnya. Penerapan prinsip
“fatique” (kelelahan) untuk mengantisipasi beban berulang, dimana semakin besar jumlah beban
lalulintas mengakibatkan ratio tegangan (perbandingan tegangan lentur beton akibat beban roda
dengan kuat lentur beton semakin kecil).Faktor-faktor yang berpengaruh :
Peranan dan tingkat pelayanan
Lalu lintas
Umur rencana
Kapasitas jalan
Tanah dasar
Lapis pondasi bawah
Bahu
Kekuatan beton
Pada awal mula rekayasa jalan raya, plat perkerasan kaku dibangun langsung di atas tanah
dasar tanpa memperhatikan sama sekali jenis tanah dasar dan kondisi drainasenya. Pada
umumnya dibangun plat beton setebal 6 – 7 inch.Dengan bertambahnya beban lalu lintas,
khususnya setelah Perang Dunia ke II, mulai disadari bahwa jenis tanah dasar berperan penting
terhadap unjuk kerja perkerasan, terutama sangat pengaruh terhadap terjadinya pumping pada
perkerasan.Oleh karena itu, untuk selanjutnya usaha-usaha untuk mengatasi pumping sangat
penting untuk diperhitungkan dalam perencanaan.
Pada periode sebelumnya, tidak biasa membuat pelat beton dengan penebalan di bagian
ujung atau pinggir untuk mengatasi kondisi tegangan struktural yang sangat tinggi akibat beban
truk yang sering lewat di bagian pinggir perkerasan.Kemudian setelah efek pumping sering terjadi
pada kebanyakan jalan raya dan jalan bebas hambatan, banyak dibangun konstruksi pekerasan
kaku yang lebih tebal yaitu antara 9 – 10 inch.
Guna mempelajari hubungan antara beban lalu lintas dan perkerasan kaku, pada tahun 1949
di Maryland USA telah dibangun Test Roads atau Jalan Uji dengan arahan dari Highway
Research Board, yaitu untuk mempelajari dan mencari hubungan antara beragam beban sumbu
kendaraan terhadap unjuk kerja perkerasan kaku.
Perkerasan beton pada jalan uji dibangun setebal potongan melintang 9 – 7 – 9 inch, jarak
antara siar susut 40 kaki, sedangkan jarak antara siar muai 120 kaki. Untuk sambungan
memanjang digunakan dowel berdiameter 3/4 inch dan berjarak 15 inch di bagian tengah.
Perkerasan beton uji ini diperkuat dengan wire mesh.
Tujuan dari program jalan uji ini adalah untuk mengetahui efek pembebanan relatif dan
konfigurasi tegangan pada perkerasan kaku. Beban yang digunakan adalah 18.000 lbs dan 22.400
pounds untuk sumbu tunggal dan 32.000 serta 44.000 pounds pada sumbu ganda. Hasil yang
paling penting dari program uji ini adalah bahwa perkembangan retak pada pelat beton adalah
karena terjadinya gejala pumping.Tegangan dan lendutan yang diukur pada jalan uji adalah akibat
adanya pumping.
Selain itu dikenal juga AASHO Road Test yang dibangun di Ottawa, Illinois pada tahun
1950.Salah satu hasil yang paling penting dari penelitian pada jalan uji AASHO ini adalah
mengenai indeks pelayanan.Penemuan yang paling signifikan adalah adanya hubungan antara
perubahan repetisi beban terhadap perubahan tingkat pelayanan jalan. Pada jalan uji AASHO,
tingkat pelayanan akhir diasumsikan dengan angka 1,5 (tergantung juga kinerja perkerasan yang
diharapkan), sedangkan tingkat pelayanan awal selalu kurang dan 5,0.
3.4.2 Komponen konstruksi perkerasan kaku
Pada konstruksi perkerasan beton semen, sebagai konstruksi utama adalah berupa satu lapis
beton mutu tinggi.Sedangkan lapis pondasi bawah (subbase berupa cement treated subbase
maupun granular subbase) berfungsi sebagai konstruksi pendukung atau pelengkap. Adapun
komponen konstruksi pekerasan kaku adalah sebagai berikut:
3. Sambungan (Joint)
Pada konstruksi perkerasan kaku, perkerasan tidak dibuat menerus sepanjang jalan seperti
halnya yang dilakukan pada perkerasan lentur.Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya
pemuaian yang besar pada permukaan perkerasan sehingga dapat menyebabkan retaknya
perkerasan, selain itu konstruksi seperti ini juga dilakukan untuk mencegah terjadinya retak
menerus pada perkerasan jika terjadi keretakan pada suatu titik pada perkerasan. Salah satu
cara yang digunakan untuk mencegah terjadinya hal diatas adalah dengan cara membuat
konstruksi segmen pada perkerasan kaku dengan sistem joint untuk menghubungkan tiap
segmennya. Adapun pembagian sambungan tersebut adalah:
Sambungan Melintang (Transverse Joints).
a. Sambungan susut (contraction joints).
Sambungan susut dibuat dalam arah melintang, pada jarak yang sama dengan panjang
plat yang telah ditentukan. Fungsi dari sambungan susut adalah untuk mengontrol
retak akibat susut dan efek kombinasi dan beban dan warping.
b. Sambungan muai (expansion joints).
Sambungan muai adalah sambungan melintang yang mempunyai fungsi untuk
menerima perubahan volume dari plat beton dengan naiknya temperatur yang dapat
mengakibatkan terjadinya penyembulan pada plat beton.
c. Sambungan pelaksanaan (construction joint)
Sambungan pelaksanaan dibuat karena berhentinya pekerjaan pada waktu selesainya
jam kerja, kerusakan peralatan, atau keadaan darurat lainnya.
4. Tulangan
Tulangan merupakan sarana yang digunakan sebagai penyambung atau pengikat pada
beberapa jenis sambungan pelat beton perkerasan jalan (Rigid Pavement). Adapun
pembagian tulangan–tulangan tersebut adalah:
1) Tulangan Pelat
Tulangan pelat pada perkerasan beton semen mempunyai bentuk, lokasi dan fungsi
berbeda dengan tulangan pelat pada konstruksi beton yang lain seperti gedung, balok dan
sebagainya. Adapun karakteristik dari tulangan pelat pada perkerasan beton semen
adalah sebagai berikut:
a. Lokasi tulangan pelat beton terletak ¼ tebal pelat di sebelah atas.
b. Fungsi dari tulangan ini untuk memegang beton agar tidak retak, bukan untuk
menahan momen ataupun gaya lintang.
2) Tulangan Sambungan
Tulangan sambungan ada dua macam yaitu tulangan sambungan arah melintang dan arah
memanjang.Sambungan melintang (dowel) merupakan sambungan untuk mengakomodir
kembang susut ke arah memanjang pelat.Berbentuk polos, lokasi di tengah tebal pelat
sejajar dengan sumbu jalan. Sedangkan tulangan sambungan memanjang (tie bar)
merupakan sambungan untuk mengakomodir gerakan lenting pelat beton. Berbentuk ulir
dan lekat di kedua sisi pelat beton.
3.5 Peralatan
Alat-alat berat yang sering dikenal di dalam ilmu Teknik Sipil merupakan alat yang
digunakan untuk membantu manusia dalam melakukan pekerjaan pembangunan suatu struktur
bangunan. Alat berat merupakan factor penting di dalam proyek, terutama proyek-proyek
konstruksi maupun pertambangan dan kegiatan lainnya dengan skala yang besar.
Pemilihan alat berat dilakukan pada tahap perencanaan, dimana jenis, jumlah, dan kapasitas
alat merupakan factor-faktor penentu.Tidak setiap alat berat dapat dipakai untuk setiap proyek
konstruksi, oleh karena itu pemilihan alat berat yang tepat sangatlah diperlukan. Apabila terjadi
kesalahan dalam pemilihan alat berat maka akan terjadi keterlambatan di dalam pelaksanaan,
biaya proyek yang membengkak dan hasil yang tidak sesuai dengan rencana.
Yang dimaksud dengan klasifikasi fungsional alat adalah pembagian alat
tersebut berdasarkan fungsi-fungsi utama alat.Berdasarkan fungsinya alat berat dapat dibagi
atas berikut ini.
Di dunia Teknik Sipil khususnya pada konsentrasi transportasi, alat berat yang digunakan
relatif cukup banyak.Karena ini menyangkut pembangunan konstruksi jalan raya yang kita
ketahui mempunyai kapasitas pekerjaan yang sangat besar dan membutuhkan waktu yang cukup
lama.Oleh karena itu diperlukannya alat berat untuk membantu pelaksanaan pekerjaan konstruksi
jalan itu sendiri.
Dalam pemindahan tanah secara mekanis, alat berat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu :
1. Traktor terdiri dari: Bulldozer, Ripper, Scrapper, Motor Grade dan Loader.
2. Excavator terdiri dari: Back Hoe, Clam Shell, Power Shovel, Dragline, Mobile Crane.
3. Alat berat selain traktor dan excavator, terdiri dari: Dump Truck, Trailer, Alat
pemadat,Compressor, Stone Crusher, Dredger.
2. Motor grader
Motor grader adalah salah satu jenis traktor dengan fungsi sebagai perata bentuk
permukaan tanah, biasanya digunakan dalam proyek jalan untuk membuat kemiringan
tertentu suatu ruas jalan.Dengan blade yang dapat diatur tingkat kemiringannya.Motor
graderdapat dilihat pada gambar 3.5 .
Gambar 3.5 Motor Grader
3. Tandem roller
Tandem roller adalah mesin gilas roda dua alat pemadat yang digunakan untuk
memadatkan tanah dan untuk, mengatur kembali susunan butiran tanah atau material agar
menjadi lebih rapat sehingga tanah atau material menjadi lebih padat.
Jika pada suatu lahan dilakukan penimbunan maka pada lahan tersebut perlu dilakukan
pemadatan.Pemadatan juga dilakukan untuk pembuatan jalan, baik untuk jalan tanah dan
jalan dengan perkerasan lentur maupun perkerasan kaku.Alat Pemadat ada berbagai jenis,
diantaranya; three wheel roller, tandem roller, pneumatic tired roller dan sheep foot
roller.Tandem rollerpada pekerjaan Peningkatan Jalan di Ruas Jl. Tambaksumur -
Pondokcandra Bisa dilihat pada gambar 3.6
Gambar 3.6 Tandem roller
9. Asphalt sprayer
Penggunaan peralatan penyemprot aspal tangan dapat dipakai sebagai pengganti
distributor aspal.Contoh Asphalt Sprayerdapat dilihat pada gambar 3.12 .
Fungsinya untuk menyemprot prime coat dan tack coat. Perlengkapan utama peralatan ini
adalah :
1. Tangki aspal dengan alat pemanas.
2. Pompa yang yang memberikan tekanan ke dalam tangki aspal sehingga aspal dapat
tersemprot keluar.
3. Batang semprot yang dilengkapi dengan lubang pengatur keluarnya aspal (nosel).
2. Agregat
Menurut Murdock dan K.M. Brook (1999), agregat dapat berupa kerikil, batu pecah, sisa-sisa
bahan mentah bahan, agregat ringan buatan, pasir atau bahan sejenis lainnya. Sifat yang
paling penting dari suatu agregat adalah kekuatan hancur dan ketahanan terhadap benturan
yang dapat mempengaruhi ikatannya dengan pasta semen, porositas dan karakteristik
penyerapan air yang mempengaruhi daya tahan terhadap proses pembekuan waktu musim
dingin dan agresi kimia, serta ketahanan terhadap penyusutan.
Menurut Neville (1995), untuk beton kekuatan normal ukuran maksimum yang optimal
biasanya antara 20 mm hingga 40 mm, sedangkan untuk beton berkekuatan tinggi biasanya
berukuran yang paling baik adalah 10 mm.
Pengelompokkan agregat dapatdibedakan sebagai berikut:
a. Pengelompokan agregat berdasarkan ukuran butiran nominal yaitu pengelompokan yang
dibedakan dengan suatu ukuran agregat itu yang terdiri dari agregat halus dengan ukuran
butiran lebih halus dari saringan No. 8 (2,36 mm)dan agregat kasar dengan ukuran butiran
lebih besar dari saringan No.8 (2,36 mm).Ukuran agregat dapat mempengaruhi kekuatan
tekan beton.Untuk perbandingan bahan-bahan tertentu, kekuatan tekan beton berkurang
bila ukuran maksimum bertambah besar, dan juga akan menambah kesulitan dalam
pengeraan.
b. Pengelompokan agregat berdasarkan bentuk yaitu pengelompokan yang dilihat dari
bentuk suatu agregat,adapun bentuk-bentuknya yaitu agregat bulat, agregat tidak teratur,
agregat bersudut, agregat panjang, agregat pipih, dan agregat pipih panjang. Bentuk
agregat di pengaruhi oleh beberapa faktor. Secara alami bentuk agregat dipengaruhi oleh
proses geologi batuan. Bentuk butiran yang bulat akan menghasilkan campuran beton
yang lebih baik jika dibandingkan dengan butiran yang pipih.
c. Pengelompokan agregat berdasarkan berat volume beton yaitu suatu agregat yang
berbeda akan suatu volume berat agregat itu sendiri yang terdiri dari agregat ringan
dengan berat jenis rata-ratanya adalah kurang dari 1.800 kg/m³, agregat normal 2.5 – 2.7
kg/m³ dan agregat berat dengan berat jenis lebih besar dari 2.800 kg/m³.
d. Pengelompokan agregat berdasarkan gradasi yaitu agregat yang dibedakan berdasarkan
pengelompokan distribusi dari ukuran suatu agregat. Adapun jenis-jenisnya yaitu gradasi
seragam,gradasi menerus dan gradasi sela .
e. Pengelompokan agregat berdasarkan tekstur permukaanyaitudikelompokan berdasarkan
suatu bentuk permukaan agregat. Macam-macamnya dapat dibedakan yaitu agregat licin,
berbutirkasar, kristalin dan berbentuk sarang lebah.Ukuran susunan agregat tergantung
dari kekerasan, ukuran molekul, tekstur batuan dan besarnya gaya yang bekerja pada
permukaan butiran.
Agregat kelas B
Pada penggunaannya agregat base kelas B digunakan sebagai Lapisan Pondasi Bawah
(LPB) untuk pekerjaan pekerasaan flexible. Pada proyek Peningkatan Jalan Tambaksumur
- Pondok Candra, agregat base kelas B digunakan sebagai untuk Lapisan Pondasi Bawah
(LPB) dan agregat base kelas B digunakan sebagai bahan campuran beton untuk
perkerasaan kaku. Bentuk Agregat kelas B bisa dilihat pada gambar 3.16 .
Gambar.3.16 Agregat B
- Sirtu
Salah satu bahan bangunan berupa agregat kasar yang biasa digunakan sebagai
bahan utama dalam pekerjaan lapis pondasi agregat B.Sirtu harus mempunyai
persyaratan sebagai berikut :
1.Mempunyai butiran yang keras dan tidak berpori.
2. Lumpur tidak boleh melebihi 1% dan tidak mengandung zat yang merusak mutu
jalan.
Gradasi lapis pondasi agregat bisa dilihat pada Tabel 3.2 dan Sifat-sifat lapis pondasi
agregat bisa dilihat pada table 3.3 .
Tabel 3.2 Gradasi lapis pondasi agregat
Ukuran saringan Persen berat yang lolos, % lolos
ASTM (mm) Kelas A Kelas B Kelas C
3" 75 100
2" 50 100 75-100
1½" 37,5 100 88 –100 60-90
1" 25,0 77 –100 70 – 85 45-78
3/8" 9,50 44 – 60 40 – 65 25-55
No.4 4,75 27 – 44 25 – 52 13-45
No.10 2,0 17 – 30 15 – 40 8-36
No.40 0,425 7 – 17 8 – 20 7-23
No.200 0,075 2–8 2-8 5-15
Sumber : Manual Konstruksi Bangunan No: 002 - 03 / BM I 2006
Tabel 3.3 Sifat-sifat lapis pondasi agregat
Sifat – sifat Kelas A Kelas B Kelas C
Abrasi dari Agregat
1990)
SNI-03-1967-1990).
Butir-Butir Mudah
0% mak. 1% mak. 1%
Pecah dalam Agregat
(SNI- 03-4141-1996)
Perbandingan persen
mak. 2/3 mak. 2/3 mak. 2/3
lolos #200 dan #40
2. Lokasi Quary
Penyedia Jasa (Kontraktor) bersama dengan Staf Teknis (Pengawas DPU dan Penataan Ruang)
dengan Konsultan Supervisi menentukan lokasi Quary dan rencana pengetesan material dapat
dilakukan di laboratorium Lembaga Perguruan Tinggi Negeri/Swasta atau Laboratorium Balai
Besar Pelaksana Jalan Wilayah V di Surabaya, material yang perlu di testkan : besi ( berat, tarik
dan leleh ), agregat klas A & B, Hot Mix, Beton dan lain-lain yang disesuaikan dengan item
pekerjaan yang akan dilaksanakan.
Jumlah setiap bahan disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing item pekerjaan.
3. Umum
a. Mencakup terdiri dari :
- Mobilisasi peralatan terlampir.
- Mobilisasi personil (1 hari setelah terbit SPMK)
- Survey dan Rekayasa Lapangan
- Papan Nama Kegiatan
b. Pengaturan dan Pengendalian Lalu Lintas
- Penyajian rambu-rambu dimulai 3 (tiga) hari setelah SPMK.
- Rambu pemberitahuan proyek harus dibuat dengan jarak menyesuaikan kondisi lapang.
- Pengaturan dan pengendalian lalu lintas dimulai pada tanggal setelah diterbitkannya SPMK
sampai dengan selesai proyek (PHO).
- Bila Kerja pada malam hari harus dilengkapi dengan :
Lampu Rotary (2 buah)
Rompi Scotlight (2 Buah) untuk pekerja
- Penyiapan jalan alternatif, apabila dapat mengakibatkan terjadi kemacetan lalu lintas harus
dikoordinasikan terlebih dahulu dengan Polres Sidoarjo, Dinas Perhubungan dan Polsek
setempat.
c. Fasilitas dan Pelayanan Pengujian
Pengujian Laboratorium terhadap material yang harus diujikan disesuaikan dengan item
pekerjaan yang akan dilaksanakan dan diujikan di laboratorium Lembaga Perguruan Tinggi
Negeri/Swasta atau Laboratorium Balai Besar Pelaksana Jalan Wilayah V di Surabaya.
Khusus untuk Box Culvert/U-Ditch/RCP, Penyedia Jasa (Kontraktor) harus menyerahkan
sertifikat kualitas mutu ke PPTK, Konsultan Supervisi dan Staf Teknis (Pengawas DPU Bina
Marga).
d. Relokasi Utilitas dan Pelayanan Utilitas yang Ada (PDAM, TELKOM, PLN & GAS)
Pemindahan/Penggesaran utilitas umum (PDAM, TELKOM, PLN & GAS) harus dikoordinasikan
oleh Penyedia Jasa (Kontraktor) dengan Pihak Instansi yang berkaitan dengan Utilitas yang
tersebut di atas.
4. Drainase
a. Kisdam
Gedek disusun disepanjang lokasi pekerjaan
Bambu dipasang diujung gedek dan tengah dan diikat untuk menahan supaya tidak rubuh
Pekerja mengisi celah gedek selebar 0,5 m dengan menggunakan Sirtu
5. Pekerjaan Tanah
a. Galian Biasa
Tanah yang dipotong umumnya berada disisi jalan
Penggalian dilakukan dengan menggunakan Excavator
Selanjutnya Excavator menuangkan material hasil galian kedalam Dump Truck
7. Pekerjaan Aspal
a. Lapis Resap Pengikat / Lapis Perekat ( Aspal Cair).
Aspal dan Minyak Flux dicampur dan dipanaskan sehingga menjadi campuran aspal cair
Permukaan yang akan dilapis dibersihkan dari debu dan kotoran dengan Air Compressor
Campuran aspal cair disemprotkan dengan Asphalt
Distributor ke atas permukaan yang akan dilapis.
8. Pekerjaan Struktur
a. Pekerjaan Beton
Semen, pasir, batu kerikil dan air dicampur dan diadukmenjadi beton dengan
menggunakan Concrete Mixer
Beton di-cor ke dalam bekisting yang telah disiapkan
Penyelesaian dan perapihan setelah pemasangan
c. Pasangan Batu
Semen, pasir dan air dicampur dan diaduk menjadimortar dengan menggunakan Concrete
Mixer
Batu dibersihkan dan dibasahi seluruh permukaannyasebelum dipasang
Penyelesaian dan perapihan setelah pemasangan
Lubang Sulingan dan Dilatasi
a) Dinding dari pasangan batu harus dilengkapi dengan lubang sulingan. Kecuali ditunjukkan
lain pada Gambar atau diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan, lubang sulingan harus
ditempatkan dengan jarak antara tidak lebih dari 2 m dari sumbu satu ke sumbu lainnya
dan harus berdiameter 50 mm
b) Pada struktur panjang yang menerus seperti dinding penahan tanah, maka dilatasi harus
dibentuk untuk panjang struktur tidak lebih dari 20 m. Dilatasi harus 30 mm lebarnya dan
harus diteruskan sampai seluruh tinggi dinding. Batu yang digunakan untuk pembentukan
sambungan harus dipilih sedemikian rupa sehingga membentuk sambungan tegak yang
bersih dengan dimensi yang disyaratkan di atas.
c) Timbunan di belakang dilatasi haruslah dari bahan Drainase Porous berbutir kasar dengan
gradasi menerus yang dipilih sedemikian dan diberi ijuk hingga tanah yang ditahan tidak
dapat hanyut jika melewatinya, juga bahan Drainase Porous tidak hanyut melewati
sambungan.
d. Plesteran / Setrikan
Tempat akan diplester telah disiapkan
Semen, pasir, dan air dicampur dan diaduk menjadi mortar dengan menggunakan alat
bantu
Batu dibersihkan permukaannya sebelum diplester
Penyelesaian setelah di plester