Anda di halaman 1dari 37

BAB IV

PELAKSANAAN

3.1 Definisi Jalan


Jalan adalah suatu kepentingan vital yang harus terpenuhi pada zaman sekarang. Seiring
dengan perkembangan zaman, maka kebutuhan akan jalan juga berkembang. Maka mulailah
manusia berusaha memenuhi kebutuhan tersebut.
Dalam rangka peranan penting jalandalam mendorong perkembangan kehidupan bangsa,
sesuai dengan UU. No. 13/1980 tentang jalan, pemerintah berkewajiban melakukan pembinaan
yang menjurus ke arah profesionalisme dalam bidang pengelolaan jalan, baik di pusat maupun
daerah.
Menurut pendapat beberapa ahli transportasi mengenai pengertian jalan adalah sebagai
berikut:
 Jalan merupakan jalur yang disediakan untuk keperluan membangun jalan yang tidak dapat
lagi dipergunakan untuk keperluan lain (Ir. J. Honing, 1981)
 Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk
bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada
pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah atau air, serta di
atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori dan jalan kabel (UU No. 38 Tahun
2004)
 Jalan merupakan bagian dari jalur gerak, median dan pemisah luar (MKJI, 1997)
 Jalan merupakan jejak yang digunakan manusia dalam memenuhi kebutuhan hidup mereka
terutama makan dan minum (Ir. Djoko Untung Soedarsono, 1982)
 Jalan merupakan rute atau jalur yang terbuat dari berbagai bahan secara berlapis-lapis
(Arthur Wignall, 1999).
Adapun tujuan umum pembuatan struktur jalan adalah untuk mengurangi tegangan atau
tekanan akibat beban roda sehingga mencapai tingkat nilai yang dapat diterima oleh tanah yang
menyokong struktur tersebut.
3.2 Klasifikasi Jalan

Klasifikasi jalan dapat dibagi oleh beberapa kelompok yaitu :


A. Klasifikasi jalan menurut fungsinya :
Klasifikasi jalan berdasarkan fungsinya, terdiri atas :
1) Jalan arteri merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan utama
dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi antara kotayang penting atau
antara pusat produksi danpusat-pusat eksport, dan jumlah jalan masuk dibatasi secara
berdaya guna.
Adapun ciri-cirinya sebagai berikut:
 Dilalui oleh kendaraan berat > 10 ton, 10 ton adalah beban ganda.
 Dilalui oleh kendaraan dengan kecepatan tinggi > 80 km/jam.
2) Jalan kolektor merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan pengumpul
atau pembagi dengan perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang, jumlah jalan
masuk dibatas serta melayani daerah-daerah di sekitarnya.
Adapun cirinya sebagai berikut:
 Kendaraan yang melaluinya yaitu kendaraan ringan < 10 ton
 Dilalui oleh kendaraan dengan kecepatan sedang (40 – 80 km/jam).
3) Jalan Penghubung atau Jalan Lokal merupakan jalan keperluan aktivitas daerah yang
sempit juga dipakai sebagai jalan penghubung antara jalan-jalan dari golongan yang lama
atau yang belainan.Fungsi jalan penghubung adalah untuk melayani lalu lintas yaitu
memenuhi kebutuhan aktivitas masyarakat setempat biasanya jalan perkotaan.
Adapun ciri - cirinya sebagai berikut:
 Melayani semua jenis pemakai jalan, kendaraan ringan serta kendaraan berat namun
dibatasi dari pusat pemukiman ke pusat industri.
 Kecepatan kendaraan rendah (max. 60 km atau jam).
4) Jalan lingkungan merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan lingkungan
dengan ciri perjalanan jarak dekat, dan kecepatan rata-rata rendah.

B. Klasifikasi Jalan menurut karakteristik kendaraan yang dilayani.


Klasifikasi jalan berdasarkan karakteristik kendaraan, terdiri atas :
1. Kelas I
Kelas jalan ini mencakup semua jalan utama dan dimaksudkan untuk dapat melayani lalu
lintas cepat dan berat. Dalam komposisi lalu lintasnya tak terdapat kendaraan lambat dan
kendaraan tak bermotor dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran
panjang tidak melebihi 18.000 milimeter dan muatan sumbu terberat (MST) yang
diizinkan lebih besar dari 10 ton.
Jalan raya dalam kelas ini merupakan jalan-jalan raya yang berjalur banyak dengan
konstruksi perkerasan dari jenis yang terbaik dalam arti tingginya tingkatan pelayanan
terhadap lalu lintas.
2. Kelas II
Kelas jalan ini mencakup semua jalan-jalan sekunder. Dalam komposisi Ialu lintasnya
terdapat lalu lintas lambat dengan ukuran lebar tidak melebihi 2500 milimeter,ukuran
panjang tidak melebihi 18 000 milimeter dan muatan sumbu terberat (MST) yang
diizinkan 10 ton.
Kelas jalan ini, selanjutnya berdasarkan komposisi dan sifat lalu lintasnya, dibagi dalam
tiga kelas, yaitu :
1. Kelas II A
Adalah jalan-jalan raya sekuder dua jalur atau lebih dengan konlstruksi permukaan
jalan dari jenis aspal beton (hot mix) atau yang setaraf, di mana dalam komposisi lalu
lintasnya terdapat kendaraan lambat tapi, tanpa kendaraan tanpa kendaraan yang tak
bermotor.Untuk lalu lintas lambat harus disediakan jalur tersendiri.
2. Kelas IIB
Adalah jalan-jalan raya sekunder dua jalur dengan konstruksi permukaan jalan dari
penetrasi berganda atau yang setaraf di mana dalam komposisi lalu lintasnya terdapat
kendaraan lambat, tapi tanpa kendaraan yang tak bermotor.
3. Kelas IIC
Adalah jalan-jalan raya sekunder dua jalur dengan konstruksi permukaan jalan dari
jenis penetrasi tunggal di mana dalam komposisi lalu lintasnya terdapat kendaraan
lambat dari kendaraan tak bermotor.
3. Kelas III
Kelas jalan ini mencakup semua jalan-jalan penghubung dan merupakan konstruksi jalan
berjalur tunggal atau dua.Konstruksi permukaan jalan yang paling tinggi adalah
pelaburan dengan aspal.

C. Klasifikasi jalan menurut status


Jalan umum menurut statusnya dikelompokkan ke dalam jalan nasional, jalan provinsi, jalan
kabupaten, jalan kota dan jalan desa.
1) Jalan nasional merupakan jalan arteri dan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan
primer yang menghubungkan antar ibukota provinsi dan jalan strategis nasional serta jalan
tol;
2) Jalan provinsi merupakan jalan kolektor dalam sistem jaringan primer yang
menghubungkan ibukota provinsi dengan ibukota kabupaten atau kota, atau antar ibukota
kabupaten atau kota dan jalan strategis provinsi;
3) Jalan kabupaten merupakan jalan lokal dalam sistem jaringan jalan primer yang tidak
termasuk dalam jalan nasional dan jalan provinsi, yang menghubungkan ibukota
kabupaten dengan ibukota kecamatan, antaribukota kecamatan, ibukota kabupaten dengan
pusat kegiatan lokal, antarpusat kegiatan local serta jalan umum dalam sistem jaringan
jalan sekunder dalam wilayah kabupaten dan jalan strategis kabupaten;
4) Jalan kota adalah jalan umum dalam sistem jaringan sekunder yang menghubungkan
antarpusat pelayanan dalam kota, menghubungkan pusat pelayanan dengan persil,
menghubungkan antara persil serta menghubungkan antarpusat permukiman yang berada
di dalam kota;
5) Jalan desa merupakan jalan umum yang menghubungkan kawasan antar permukiman di
dalam desa serta jalan lingkungan.
D. Klasifikasi Jalan menurut medan tofografi
Berdasarkan kondisi sebagian besar kelandaian – kemiringan medan yang di ukur tegak lurus
terhadap garis kontur, maka untuk perencanaan geometrik medan jalan diklasifikasikan
sebagai berikut:
1. Medan datar, kemiringan medan < 3 %
2. Medan Perbukitan, kemiringan medan 3 – 25 %
3. Medan Pegunungan, kemiringan medan > 25 %

E. Klasifikasi menurut tipe jalan


Klasifikasi jalan menurut tipe jalan jalan terdiri atas:
1. Jalan tidak terbagi (TB), yaitu ruas jalan yang pembatas jalurnya berupa marka jalan
(terputus–putus atau menerus).
2. Jalan terbagi (B), yaitu ruas jalan yang pembatas jalurnya berupa bangunan, yang disebut
median secara teknis berupa bangunan yang dilengkapi dengan taman atau sekedar
pasangan kerb beton.
F. Klasifikasi jalan berdasarkan sfesifikasi penyediaan prasarana jalan
Pengaturan kelas jalan menurut UU RI nomor 38 tahun 2004 berdasarkan spesifikasi
penyediaan prasarana jalan dikelompokkan atas jalan bebas hambatan, jalan raya, jalan sedang
dan jalan kecil.
1) Jalan bebas hambatan (freeway) adalah jalan umum untuk lalu lintas menerus yang
memberkan pelayanan menerus atau tidak terputus dengan pengendalian jalan masuk
secara penuh dan tanpa adanya persimpangan sebidang, serta dilengkapi dengan pagar
ruang milik jalan, paling sedikit dua lajur setiap arah dan dilengkapi dengan median.
2) Jalan raya (highway) adalah jalan umum untuk lalu lintas menerus dengan pengendalian
jalan masuk secara terbatas dan dilengkapi dengan median, paling sedikit 2 lajur setiap
arah.
3) Jalan sedang (road) adalah jalan umum dengan lalu lintas jarak sedang dengan
pengendalian jalan masuk tidak dibatasi, paling sedikit 2 lajur 2 arah dengan lebar paling
sedikit 7 meter.
4) Jalan kecil (street) adalah jalan umum untuk melayani lalu lintas setempat paling sedikit 2
lajur 2 arah dengan lebar paling sedikit 5,5meter.

3.3 Jenis Perkerasan dan Komponennya

Perkerasan jalan merupakan lapis perkerasan yang terletak di antara lapisan tanah dasar dan
roda kendaraan yang berfungsi memberikan pelayanan kepada sarana transportasi dan selama
masa pelayanannya diharapkan tidak terjadi kerusakan yang berarti.Agar perkerasan jalan yang
sesuai dengan mutu yang diharapkan, maka pengetahuan tentang sifat, pengadaan dan pengolahan
dari bahan penyusun perkerasan jalan sangat diperlukan.
Perkerasan jalan adalah campuran antara agregat dan bahan ikat yang digunakan untuk
melayani beban lalu lintas. Agregat yang dipakai antara lain adalah batu pecah, batu belah, batu
kali dan hasil samping peleburan baja. Sedangkan bahan ikat yang dipakai antara lain adalah
aspal, semen dan tanah liat.
Berdasarkan bahan pengikatnya, konstruksi perkerasan jalan dibedakan atas:
A. Perkerasan Lentur (Flexible Pavement)
Perkerasan lentur adalah perkerasan yang menggunakan bahan ikat aspal, yang sifatnya
lentur terutama pada saat panas.Aspal dan agregat ditebar dijalan pada suhu tinggi (sekitar
100 0C). Contoh dapat dilihat pada gambar 3.1
Gambar 3.1 Lapisan Perkerasan Jalan Lentur

Pada umumnya, perkerasan jalan lentur terdiri dari beberapa jenis lapisan perkerasan
yang tersusun dari bawah ke atas,sebagai berikut :
1. Lapisan tanah dasar (Subgrade)
Lapisan tanah dasar adalah bagian terbawah dari perkerasan jalan raya. Apabila kondisi
tanah pada lokasi pembangunan jalan mempunyai spesifikasi yang direncanakan makan
tanah tersebut akan langsung dipadatkan dan digunakan.
Lapisan tanah dasar adalah lapisan tanah yang berfungsi sebagai tempat perletakan lapis
perkerasan dan mendukung konstruksi perkerasan jalan diatasnya. Menurut Spesifikasi,
tanah dasar adalah lapisan paling atas dari timbunan badan jalan setebal 30 cm, yang
mempunyai persyaratan tertentu sesuai fungsinya, yaitu yang berkenaan dengan
kepadatan dan daya dukungnya (CBR).Pada umumnya CBR tanah dasar disyaratkan
minimum 6%.
Lapisan tanah dasar dapat berupa tanah asli yang dipadatkan jika tanah aslinya baik, atau
tanah urugan yang didatangkan dari tempat lain atau tanah yang distabilisasi dan lain-lain.
Umumnya persoalan yang menyangkut tanah dasar adalah sebagai berikut :
 Perubahan bentuk tetap (deformasi permanen) akibat beban lalu lintas.
 Sifat mengembang dan menyusutnya tanah akibat perubahan kadar air.
 Daya dukung tanah yang tidak merata akibat adanya perbedaan sifat-sifat tanah pada
lokasi yang berdekatan atau akibat kesalahan pelaksanaan, misalnya kepadatan yang
kurang baik.
2. Lapisan pondasi bawah (Subbase course)
Lapisan ini berada dibawah lapisan pondasi atas dan diatas lapisan tanah dasar.Lapisan ini
berfungsi untuk menyebarkan beban dari lapisan pondasi bawah ke lapisan tanah dasar,
untuk menghemat penggunaan material yang digunakan pada lapisan pondasi atas, karena
biasanya menggunakan material yang lebih murah.Selain itu lapisan pondasi bawah juga
berfungsi untuk mencegah partikel halus masuk kedalam material perkerasan jalan dan
melindungi air agar tidak masuk kelapisan dibawahnya.
Jenis lapis pondasi bawah yang umum dipergunakan di Indonesia antara lain:
1) Agregat bergradasi baik dapat dibagi:
 Sirtu atau pitrun kelas A
 Sirtu atau pitrun kelas B
 Sirtu atau pitrun kelas C
2) Stabilitas
 Stabilitas agregat dengan semen
 Stabilitas agregat dengan kapur
 Stabilitas tanah dengan semen
 Stabilitas tanah dengan kapur.
3. Lapisan pondasi atas (Base course)
Lapisan ini terletak dilapisan dibawah lapisan permukaan. Lapisan ini terutama berfungsi
untuk menahan gaya lintang akibat beban roda dan menerus beban ke lapisan dibawahnya,
sebagai bantalan untuk lapisan permukaan dan lapisan peresapan untuk lapisan pondasi
bawah. Material yang digunakan untuk lapisan ini diharus material dengan kualitas yang
tinggi sehingga kuat menahan beban yang direncanakan.
Bahan-bahan untuk lapis pondasi atas ini harus cukup kuat dan awet sehingga dapat
menahan beban-beban roda.
Dalam penentuan bahan lapis pondasi ini perlu dipertimbangkan beberapa hal antara lain,
kecukupan bahan setempat, harga, volume pekerjaan dan jarak angkut bahan ke
lapangan.Jenis lapis pondasi atas yang umum dipergunakan di Indonesia antara lain:
a) Agregat bergradasi baik dapat dibagi:
 Batu pecah kelas A
 Batu pecah kelas B
 Batu pecah kelas C
b) Pondasi Macadam
c) Pondasi Telford
d) Penetrasi Macadam (Lapen)
e) Aspal buton pondasi (Asphalt Concrete Base atauAsphalt Treated Base)
f) Stabilitas terdiri atas:
 Stabilitas agregat dengan semen
 Stabilitas agregat dengan kapur
 Stabilitas agregat dengan aspal
4. Lapisan permukaan (Surface course)
Lapisan permukaan terletak paling atas pada suatu jalan raya.Lapisan yang biasanya kita
pijak atau lapisan yang bersentuhan langsung dengan ban kendaraan.Lapisan ini berfungsi
sebagai penahan beban roda. Lapisan ini memiliki stabilitas yang tinggi, kedap air untuk
melindungi lapisan dibawahnya sehingga air mengalir ke saluran di samping jalan, tahan
terhadap keausan akibat gesekan rem kendaraan dan diperuntukkan untuk meneruskan
beban kendaraan ke lapisan dibawahnya.
Apabila diperlukan, dapat juga dipasang suatu lapis penutup atau lapis aus (wearing
course) di atas lapis permukaan tersebut.
Fungsi lapis aus ini adalah sebagai lapisan pelindung bagi lapis permukaan untuk
mencegah masuknya air dan untuk memberikankekesatan (skid resistance) permukaan
jalan.Lapis aus tidak diperhitungkan ikut memikul beban lalu lintas.Jenis lapis yang
digunakan di Indonesia antara lain:
a. Lapisan bersifat nonstructural, yang berfungsi sebagai lapisan aus dan kedap air antara
lain:
1) Laburan aspal satu lapis (burtu), merupakan lapis penutup yang terdiri dari lapisan
aspal yang ditaburi dengan satu lapis agregat bergradasi seragam, dengan tebal
maksimum 2 cm.
2) Laburan aspal dua lapis (burda), merupakan lapis penutup yang terdiri lapisan aspal
ditaburi agregat yang dilakukan dua kali berturut–turutdengan tebal maksimum
3,5cm
3) Lapis tipis aspal pasir (latsir), merupakan lapis penutup yang terdiri dari lapis aspal
dan pasir alam bergradasi menerus dicampur, dihampar dan dipadatkan pada suhu
pada suhu tertentudengan tebal padat 1- 2 cm.
4) Laburan aspal (Buras), merupakan lapisan penutup terdiri dari lapisan aspal taburan
pasir dengan ukuran butir maksimum 3/8 inch.
5) Lapis tipis asbuton murni (latasbum), merupakan lapisan penutup yang terdiri dari
campuran asbuton dan bahan pelunak dengan perbandingan tertentu yang dicampur
secara dingin dengan tebal padat maksimum 1 cm.
6) Lapis tipis aspal beton (lataston), dikenal dengan namahot roll sheet (HRS).

b. Lapis bersifat struktur, berfungsi sebagai lapisan yang menahan dan menyebarkan
beban roda antara lain:
- Penetrasi macadam ( lapen)
- Lapis aspal buton agregat (lasbutag)
- Lapis aspal beton (laston)

B. Perkerasan kaku(Rigid pavement)


Perkerasan kaku atau rigid pavementadalah perkerasan yang menggunakan bahan ikat
aspal, yang sifatnya kaku. Perkerasan kaku berupa plat beton dengan atau tanpa tulangan
diatas tanah dasar dengan atau tanpa pondasi bawah. Beban lalu lintas diteruskan keatas plat
beton. Perkerasan kaku bisa dikelompokkan atas:
1. Perkerasan kaku semen yang terbuat dari beton semen baik yang bertulang ataupun tanpa
tulangan
2. Perkerasan kaku komposit yang terbuat dari komposit sehingga lebih kuat dari perkerasan
semen, sehingga baik untuk digunakan pada landasan pesawat udara di bandara.
Perkerasan jalan beton semen atau secara umum disebut perkerasan kaku, terdiri atas
plat (slab) beton semen sebagai lapis pondasi dan lapis pondasi bawah (bisa juga tidak ada)
di atas tanah dasar.Dalam konstruksi perkerasan kaku, plat beton sering disebut sebagai lapis
pondasi karena dimungkinkan masih adanya lapisan aspal beton di atasnya yang berfungsi
sebagai lapis permukaan.
Perkerasan beton yang kaku dan memiliki modulus elastisitas yang tinggi, akan
mendistribusikan beban ke bidang tanah dasar yang cukup luas sehingga bagian terbesar dari
kapasitas struktur perkerasan diperoleh dari plat beton sendiri. Hal ini berbeda dengan
perkerasan lentur dimana kekuatan perkerasan diperoleh dari tebal lapis pondasi bawah, lapis
pondasi dan lapis permukaan.
Karena yang paling penting adalah mengetahui kapasitas struktur yang menanggung
beban, maka faktor yang paling diperhatikan dalam perencanaan tebal perkerasan beton
semen adalah kekuatan beton itu sendiri.Adanya beragam kekuatan dari tanah dasar dan atau
pondasi hanya berpengaruh kecil terhadap kapasitas struktural perkerasannya.
Lapis pondasi bawah jika digunakan di bawah plat beton karena beberapa pertimbangan,
yaitu antara lain untuk menghindari terjadinya pumping, kendali terhadap sistem drainasi,
kendali terhadap kembang-susut yang terjadi pada tanah dasar dan untuk menyediakan lantai
kerja (working platform) untuk pekerjaan konstruksi.Secara lebih spesifik, fungsi dari lapis
pondasi bawah adalah :
 Menyediakan lapisan yang seragam, stabil dan permanen.
 Menaikkan harga modulus reaksi tanah dasar (modulus of sub-grade reaction=k), menjadi
modulus reaksi gabungan (modulus of composite reaction).
 Mengurangi kemungkinan terjadinya retak-retak pada plat beton.
 Menyediakan lantai kerja bagi alat-alat berat selama masa konstruksi.
 Menghindari terjadinya pumping, yaitu keluarnya butir-butiran halus tanah bersama air
pada daerah sambungan, retakan atau pada bagian pinggir perkerasan, akibat lendutan
atau gerakan vertikal plat beton karena beban lalu lintas, setelah adanya air bebas
terakumulasi di bawah pelat.
Pemilihan penggunaan jenis perkerasan kaku dibandingkan dengan perkerasan lentur
yang sudah lama dikenal dan lebih sering digunakan, dilakukan berdasarkan keuntungan dan
kerugian masing-masing jenis perkerasan tersebut.
Jenis-jenis perkerasan jalan beton semen berdasarkan adanya sambungan dan tulangan
plat beton perkerasan kaku, dapat diklasifikasikan menjadi 3 jenis sebagai berikut :
 Perkerasan beton semen biasa dengan sambungan tanpa tulangan untuk kendali retak.
 Perkerasan beton semen biasa dengan sambungan dengan tulangan plat untuk kendali
retak. Untuk kendali retak digunakan wire mesh diantara siar dan penggunaannya
independen terhadap adanya tulangan dowel.
 Perkerasan beton bertulang menerus (tanpa sambungan). Tulangan beton terdiri dari baja
tulangan dengan persentase besi yang relatif cukup banyak (0,02 % dari luas penampang
beton).
Pada saat ini, jenis perkerasan beton semen yang populer dan banyak digunakan di
negara-negara maju adalah jenis perkerasan beton bertulang menerus.Contoh dapat dilihat
pada gambar 3.2 .

Gambar 3.2 Lapisan Perkerasan Jalan Kaku


C. Perkerasan komposit (Composite pavement)
Perkerasan komposit merupakan gabungan konstruksi perkerasan kaku (rigid pavement)
dan lapisan perkerasan lentur (flexible pavement)dapat berupa perkerasan lentur di atas
perkerasan kaku atau sebaliknya dimana kedua jenis perkerasan ini bekerja sama dalam
memikul beban lalu lintas. Untuk ini maka perlu ada persyaratan ketebalan perkerasan aspal
agar mempunyai kekakuan yang cukup serta dapat mencegah retak refleksi dari perkerasan
beton di bawahnya.Konstruksi ini umumnya mempunyai tingkat kenyamanan yang lebih
baik bagi pengendara dibandingkan dengan konstruksi perkerasan beton semen sebagai lapis
permukaan tanpa aspal.
Pada proyek peningkatan jalan Tambaksumur - Pondok Candra, jenis perkerasan yang
digunakan adalah Perkerasan Flexible untuk jalan utama dan Perkerasan Rigid untuk jalan
penghubung ke jalan utama.

3.4 Perkerasan Beton Semen (Rigid Pavement)

Rigid pavement atau perkerasan kaku adalah jenis perkerasan jalan yang menggunakan beton
sebagai bahan utama perkerasan tersebut, merupakan salah satu jenis perkerasan jalan yang
digunakan selain dari perkerasan lentur (asphalt).
Perkerasan ini umumnya dipakai pada jalan yang memiliki kondisi lalu lintas yang cukup
padat dan memiliki distribusi beban yang besar, seperti pada jalan-jalan lintas antar provinsi,
jembatan layang (fly over), jalan tol, maupun pada persimpangan bersinyal.Jalan-jalan tersebut
umumnya menggunakan beton sebagai bahan perkerasannya, namun untuk meningkatkan
kenyamanan biasanya diatas permukaan perkerasan dilapisi asphalt.
Keunggulan dari perkerasan kaku sendiri dibanding perkerasan lentur (asphalt) adalah
bagaimana distribusi beban disalurkan ke subgrade. Perkerasan kaku karena mempunyai
kekakuan dan stiffnes,akan mendistribusikan beban pada daerah yangg relatif luas pada subgrade,
beton sendiri bagian utama yang menanggung beban struktural. Sedangkan pada perkerasan
lentur karena dibuat dari material yang kurang kaku, maka persebaran beban yang dilakukan tidak
sebaik pada beton.Sehingga memerlukan ketebalan yang lebih besar.Contoh Pembebanan Pada
Perkerasan Kaku dan Perkerasan Lentur bisa dilihat pada gambar3.3 .
Gambar 3.3 Distribusi Pembebanan Pada Perkerasan Kaku dan Perkerasan Lentur
Perkerasan jalan beton semen atau perkerasan kaku, terdiri dari plat beton semen, dengan
atau tanpa lapisan pondasi bawah, di atas tanah dasar.Dalam konstruksi perkerasan kaku, plat
beton semen sering juga dianggap sebagai lapis pondasi, kalau di atasnya masih ada lapisan aspal.
Plat beton yang kaku dan memiliki modulus elastisitasyang tinggi, akan mendistribusikan
beban lalu lintas ke tanah dasar yang melingkupi daerah yang cukup luas. Dengan demikian,
bagian terbesar dari kapasitas struktur perkerasan diperoleh dari plat beton itu sendiri.Hal ini
berbeda dengan perkerasan lentur dimana kekuatan perkerasan diperoleh dari tebal lapis pondasi
bawah, lapis pondasi dan lapis permukaan dimana masing-masing lapisan memberikan
kontribusinya.
Yang sangat menentukan kekuatan struktur perkerasan dalam memikul beban lalu lintas
adalah kekuatan beton itu sendiri.Sedangkan kekuatan dari tanah dasar hanya berpengaruh kecil
terhadap kekuatan daya dukung struktural perkerasan kaku.
Lapis pondasi bawah, jika digunakan di bawah plat beton, dimaksudkan untuk sebagai lantai
kerja, dan untuk drainase dalam menghindari terjadinya pumping.Pumping adalah peristiwa
keluarnya air disertai butiran-butiran tanah dasar melalui sambungan dan retakan atau pada
bagian pinggir perkerasan, akibat gerakan lendutan atau gerakan vertikal plat beton karena beban
lalu lintas, setelah adanya air bebas yang terakumulasi di bawah plat beton. Pumping dapat
mengakibatkan terjadinya rongga di bawah plat beton sehingga menyebabkan rusak atau retaknya
plat beton.
Tebal plat dihitung supaya mampu menahan tegangan yang diakibatkan beban roda,
perubahan suhu dan kadar air, serta perubahan volume lapisan dibawahnya. Penerapan prinsip
“fatique” (kelelahan) untuk mengantisipasi beban berulang, dimana semakin besar jumlah beban
lalulintas mengakibatkan ratio tegangan (perbandingan tegangan lentur beton akibat beban roda
dengan kuat lentur beton semakin kecil).Faktor-faktor yang berpengaruh :
 Peranan dan tingkat pelayanan
 Lalu lintas
 Umur rencana
 Kapasitas jalan
 Tanah dasar
 Lapis pondasi bawah
 Bahu
 Kekuatan beton

- Jenis kerusakan pada perkerasan kaku


Kerusakan karena karakteristik permukaan (non struktural) :
1. Retak Setempat, yaitu retak yang tidak mencapai dasar slab.
2. Patahan, yaitu ketidakrataan di sekitar struktur atau sepanjang struktur bawah dan
ketidakrataan sambungan atau retakan pada slab.
3. Perubahan bentuk(Deformation ), yaitu perubahan bentuk permukaan ke arah memanjang
jalan.
4. Pelepasan Butir (Raveling), adalah suatu kondisi di mana agregat terlepas dari lapisan
permukaan jalan, terpisah dari mortarnya, sehingga mengakibatkan permukaan yang
kasar.
5. Pelicinan (Polishing), adalah suatu kondisi di mana mortar dan agregat pada permukaan
jalan menjadi halus akibat abrasi, sehingga permukaan cenderung menjadi licin.
6. Pengelupasan(Scaling), adalah pengelupasan permukaan jalan akibat gesekan dari roda-
roda kendaraan yang melaluinya.
 Kerusakan Struktural :
1. Retak (Crack), yaitu retak yang sudah mencapai dasar slab beton.
2. Blow up, yaitu suatu kondisi di mana slab beton patah dan tertekuk akibat gaya dalam
yang dialami oleh beton.
3. Crushing, yaitu suatu kondisi di mana slab beton hancur karena tidak kuat menahan
tegangan akibat gaya dalam yang dialaminya. Umumnya terjadi di sekitar sambungan.
Tabel 3.1 Perbedaan antara Perkerasan Kaku dengan Perkerasan Lentur
No Perbedaan Perkerasan Kaku Perkerasan Lentur

1. Bahan Ikat Beton semen Aspal


2. Ketahanan Umur rencana 15 – 40 Umur rencana 5 – 10
(durability) tahun. Jika terjadi tahun. Kerusakan tidak
kerusakan, maka merambat, kecuali jika
kerusakan dapat meluas perkerasan terendam air
dalam waktu singkat

3. Indeks Pelayanan Tetap baik selama umur Berkurang seiring dengan


rencana waktu dan frekuensi beban
lalu lintas

4. Biaya Konstruksi Pada umumnya tinggi Pada umumnya lebih


Awal rendah

5. Biaya Tidak terlalu besar, Umumnya dua kali lebih


Pemeliharaan pemeliharaan rutin pada besar dari perkerasan kaku
sambungan

6. Pelaksanaan Relatif sederhana kecuali Cukup rumit karena harus


Konstruksi pada sambungan mengendalikan sejumlah
parameter, terutama
kendali temperatur

7. Peranan Lapisan Kekuatan konstruksi Kekuatan konstruksi


ditentukan oleh lapisan ditentukan oleh
beton, sedangkan pondasi kemampuan menyebarkan
bawah sebagai lantai tegangan oleh setiap
kerja dan drainase lapisan

Sumber Manu, Iqbal, (1995)


3.4.1 Perkembangan perkerasan kaku

Pada awal mula rekayasa jalan raya, plat perkerasan kaku dibangun langsung di atas tanah
dasar tanpa memperhatikan sama sekali jenis tanah dasar dan kondisi drainasenya. Pada
umumnya dibangun plat beton setebal 6 – 7 inch.Dengan bertambahnya beban lalu lintas,
khususnya setelah Perang Dunia ke II, mulai disadari bahwa jenis tanah dasar berperan penting
terhadap unjuk kerja perkerasan, terutama sangat pengaruh terhadap terjadinya pumping pada
perkerasan.Oleh karena itu, untuk selanjutnya usaha-usaha untuk mengatasi pumping sangat
penting untuk diperhitungkan dalam perencanaan.
Pada periode sebelumnya, tidak biasa membuat pelat beton dengan penebalan di bagian
ujung atau pinggir untuk mengatasi kondisi tegangan struktural yang sangat tinggi akibat beban
truk yang sering lewat di bagian pinggir perkerasan.Kemudian setelah efek pumping sering terjadi
pada kebanyakan jalan raya dan jalan bebas hambatan, banyak dibangun konstruksi pekerasan
kaku yang lebih tebal yaitu antara 9 – 10 inch.
Guna mempelajari hubungan antara beban lalu lintas dan perkerasan kaku, pada tahun 1949
di Maryland USA telah dibangun Test Roads atau Jalan Uji dengan arahan dari Highway
Research Board, yaitu untuk mempelajari dan mencari hubungan antara beragam beban sumbu
kendaraan terhadap unjuk kerja perkerasan kaku.
Perkerasan beton pada jalan uji dibangun setebal potongan melintang 9 – 7 – 9 inch, jarak
antara siar susut 40 kaki, sedangkan jarak antara siar muai 120 kaki. Untuk sambungan
memanjang digunakan dowel berdiameter 3/4 inch dan berjarak 15 inch di bagian tengah.
Perkerasan beton uji ini diperkuat dengan wire mesh.
Tujuan dari program jalan uji ini adalah untuk mengetahui efek pembebanan relatif dan
konfigurasi tegangan pada perkerasan kaku. Beban yang digunakan adalah 18.000 lbs dan 22.400
pounds untuk sumbu tunggal dan 32.000 serta 44.000 pounds pada sumbu ganda. Hasil yang
paling penting dari program uji ini adalah bahwa perkembangan retak pada pelat beton adalah
karena terjadinya gejala pumping.Tegangan dan lendutan yang diukur pada jalan uji adalah akibat
adanya pumping.
Selain itu dikenal juga AASHO Road Test yang dibangun di Ottawa, Illinois pada tahun
1950.Salah satu hasil yang paling penting dari penelitian pada jalan uji AASHO ini adalah
mengenai indeks pelayanan.Penemuan yang paling signifikan adalah adanya hubungan antara
perubahan repetisi beban terhadap perubahan tingkat pelayanan jalan. Pada jalan uji AASHO,
tingkat pelayanan akhir diasumsikan dengan angka 1,5 (tergantung juga kinerja perkerasan yang
diharapkan), sedangkan tingkat pelayanan awal selalu kurang dan 5,0.
3.4.2 Komponen konstruksi perkerasan kaku

Pada konstruksi perkerasan beton semen, sebagai konstruksi utama adalah berupa satu lapis
beton mutu tinggi.Sedangkan lapis pondasi bawah (subbase berupa cement treated subbase
maupun granular subbase) berfungsi sebagai konstruksi pendukung atau pelengkap. Adapun
komponen konstruksi pekerasan kaku adalah sebagai berikut:

1. Tanah Dasar (Subgrade)


Tanah dasar adalah bagian dari permukaan jalan yang dipersiapkan untuk menerima
konstruksi di atasnya yaitu konstruksi perkerasan.Tanah dasar ini berfungsi sebagai
penerima beban lalu lintas yang telah disalurkan oleh konstruksi perkerasan.Persyaratan
yang harus dipenuhi dalam penyiapan tanah dasar adalah lebar, kerataan, kemiringan
melintang, keseragaman daya dukung dan keseragaman kepadatan.Daya dukung pada
konstruksi perkerasan kaku yang umum digunakan adalah CBR dan modulus reaksi tanah
dasar (k).
Pada konstruksi perkerasan kaku fungsi tanah dasar tidak terlalu menentukan, dalam arti
kata bahwa perubahan besarnya daya dukung tanah dasar tidak berpengaruh terlalu besar
pada tebal perkerasan kaku.

2. Lapis Pondasi (Subbase)


Lapis pondasi ini terletak di antara tanah dasar dan pelat beton semen mutu tinggi. Sebagai
bahan subbase dapat digunakan unbound granular (sirtu) atau bound granular (cement
treated subbase). Pada umumnya fungsi lapisan ini tidak terlalu structural, maksudnya
keberadaan dari lapisan ini tidak untuk menyumbangkan nilai struktur perkerasan beton
semen.
Fungsi utama dari lapisan ini adalah sebagai lantai kerja yang rata dan uniform.Apabila
subbase tidak rata, maka pelat beton juga tidak rata.

3. Sambungan (Joint)
Pada konstruksi perkerasan kaku, perkerasan tidak dibuat menerus sepanjang jalan seperti
halnya yang dilakukan pada perkerasan lentur.Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya
pemuaian yang besar pada permukaan perkerasan sehingga dapat menyebabkan retaknya
perkerasan, selain itu konstruksi seperti ini juga dilakukan untuk mencegah terjadinya retak
menerus pada perkerasan jika terjadi keretakan pada suatu titik pada perkerasan. Salah satu
cara yang digunakan untuk mencegah terjadinya hal diatas adalah dengan cara membuat
konstruksi segmen pada perkerasan kaku dengan sistem joint untuk menghubungkan tiap
segmennya. Adapun pembagian sambungan tersebut adalah:
 Sambungan Melintang (Transverse Joints).
a. Sambungan susut (contraction joints).
Sambungan susut dibuat dalam arah melintang, pada jarak yang sama dengan panjang
plat yang telah ditentukan. Fungsi dari sambungan susut adalah untuk mengontrol
retak akibat susut dan efek kombinasi dan beban dan warping.
b. Sambungan muai (expansion joints).
Sambungan muai adalah sambungan melintang yang mempunyai fungsi untuk
menerima perubahan volume dari plat beton dengan naiknya temperatur yang dapat
mengakibatkan terjadinya penyembulan pada plat beton.
c. Sambungan pelaksanaan (construction joint)
Sambungan pelaksanaan dibuat karena berhentinya pekerjaan pada waktu selesainya
jam kerja, kerusakan peralatan, atau keadaan darurat lainnya.

 Sambungan Memanjang (Longitudinal Joints).


Sambungan memanjang terletak pada arah memanjang perkerasan di antara jalur lalu
lintas yang berdekatan. Fungsi sambungan memanjang adalah untuk mengontrol
tegangan temperatur warping sehingga retak dalam arah memanjang tidak akan terjadi.
Kedua segmen (potongan) plat yang berdekatan dihubungkan oleh tie bar melintang
sepanjang sambungan. Tie bar ini mencegah pergerakan dan plat yang satu terhadap plat
yang lain. Untuk itu tie bar harus merupakan besi yang berulir (deformed steel).
Diameternya 0.5 in dengan panjang 30 in dan diletakkan pada jarak 30 in diukur dari
pusat ke pusat.Sambungan dapat dibuat dengan cara menggergaji permukaan
(membentuk takikan) yang kemudian diisi dengan bahan penutup sambungan (poured
sealant).

4. Tulangan
Tulangan merupakan sarana yang digunakan sebagai penyambung atau pengikat pada
beberapa jenis sambungan pelat beton perkerasan jalan (Rigid Pavement). Adapun
pembagian tulangan–tulangan tersebut adalah:
1) Tulangan Pelat
Tulangan pelat pada perkerasan beton semen mempunyai bentuk, lokasi dan fungsi
berbeda dengan tulangan pelat pada konstruksi beton yang lain seperti gedung, balok dan
sebagainya. Adapun karakteristik dari tulangan pelat pada perkerasan beton semen
adalah sebagai berikut:
a. Lokasi tulangan pelat beton terletak ¼ tebal pelat di sebelah atas.
b. Fungsi dari tulangan ini untuk memegang beton agar tidak retak, bukan untuk
menahan momen ataupun gaya lintang.
2) Tulangan Sambungan
Tulangan sambungan ada dua macam yaitu tulangan sambungan arah melintang dan arah
memanjang.Sambungan melintang (dowel) merupakan sambungan untuk mengakomodir
kembang susut ke arah memanjang pelat.Berbentuk polos, lokasi di tengah tebal pelat
sejajar dengan sumbu jalan. Sedangkan tulangan sambungan memanjang (tie bar)
merupakan sambungan untuk mengakomodir gerakan lenting pelat beton. Berbentuk ulir
dan lekat di kedua sisi pelat beton.

3.5 Peralatan

Alat-alat berat yang sering dikenal di dalam ilmu Teknik Sipil merupakan alat yang
digunakan untuk membantu manusia dalam melakukan pekerjaan pembangunan suatu struktur
bangunan. Alat berat merupakan factor penting di dalam proyek, terutama proyek-proyek
konstruksi maupun pertambangan dan kegiatan lainnya dengan skala yang besar.
Pemilihan alat berat dilakukan pada tahap perencanaan, dimana jenis, jumlah, dan kapasitas
alat merupakan factor-faktor penentu.Tidak setiap alat berat dapat dipakai untuk setiap proyek
konstruksi, oleh karena itu pemilihan alat berat yang tepat sangatlah diperlukan. Apabila terjadi
kesalahan dalam pemilihan alat berat maka akan terjadi keterlambatan di dalam pelaksanaan,
biaya proyek yang membengkak dan hasil yang tidak sesuai dengan rencana.
Yang dimaksud dengan klasifikasi fungsional alat adalah pembagian alat
tersebut berdasarkan fungsi-fungsi utama alat.Berdasarkan fungsinya alat berat dapat dibagi
atas berikut ini.
Di dunia Teknik Sipil khususnya pada konsentrasi transportasi, alat berat yang digunakan
relatif cukup banyak.Karena ini menyangkut pembangunan konstruksi jalan raya yang kita
ketahui mempunyai kapasitas pekerjaan yang sangat besar dan membutuhkan waktu yang cukup
lama.Oleh karena itu diperlukannya alat berat untuk membantu pelaksanaan pekerjaan konstruksi
jalan itu sendiri.
Dalam pemindahan tanah secara mekanis, alat berat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu :
1. Traktor terdiri dari: Bulldozer, Ripper, Scrapper, Motor Grade dan Loader.
2. Excavator terdiri dari: Back Hoe, Clam Shell, Power Shovel, Dragline, Mobile Crane.
3. Alat berat selain traktor dan excavator, terdiri dari: Dump Truck, Trailer, Alat
pemadat,Compressor, Stone Crusher, Dredger.

Tujuan alat berat pada pekerjaan konstruksi :


 memudahkan manusia dalam mengerjakan pekerjaannya
 hasil yang diharapkan dapat tercapai dengan lebih mudah
 waktu yang relatif lebih singkat.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Alat Berat


Didalam pemilihan alat berat, ada beberapa faktor yang harus diperhatikan sehingga
kesalahan dalam pemilihan alat dapat dihindari. Faktor-faktor tersebut antara lain sebagai
berikut :
1. Fungsi yang harus dilaksanakan. Alat berat dikelompokkan berdasarkan fungsinya, seperti
untuk menggali, mengangkut, meratakan permukaan dan lain–lain.
2. Kapasitas peralatan. Pemilihan alat berat didasarkan pada volume total atau berat material
yang harus diangkut atau dikerjakan. Kapasitas alat yang dipilih harus sesuai sehingga
pekerjaan dapat diselesaikan pada waktu yang telah ditentukan.
3. Cara operasi. Alat berat dipilih berdasarkan arah (horizontal maupun vertical) dan jarak
gerakan, kecepatan, frekuensi gerakan dan lain-lain.
4. Pembatasan dari metode yang dipakai. Pembatasan yang mempengaruhi pemilihan alat
berat antara lain peraturan lalu lintas, biaya dan pembongkaran. Selain itu metode
konsruksi yang dipakai dapat membuat pemilihan alat dapat berubah.
5. Ekonomi. Selain biaya investasi atau biaya sewa peralatan, biaya operasi dan
pemeliharaan merupakan faktor penting di dalam pemilihan alat berat.
6. Jenis proyek. Ada beberapa jenis proyek yang umumnya menggunakan alat berat. Proyek-
proyek tersebut antara lain proyek gedung, pelabuhan, jalan, jembatan, irigasi, pembukaan
hutan dan sebagainya.
7. Lokasi proyek. Lokasi proyek juga merupakan hal lain yang perlu diperhatikan dalam
pemilihan alat berat. Sebagai contoh lokasi proyek di dataran tinggi memerlukan alat berat
yang berbeda dengan lokasi proyek di dataran rendah.
8. Jenis dan daya dukung tanah. Jenis tanah di lokasi proyek dan jenis material yang akan
dikerjakan dapat mempengaruhi alat berat yang akan dipakai. Tanah dapat dalam kondisi
padat, lepas, keras atau lembek.
9. Kondisi lapangan. Kondisi dengan medan yang sulit dan medan yang baik merupakan
faktor lain yang mempengaruhi pemilihan alat berat.
Pada proyek Peningkatan Jalan Tambaksumur - Pondok Candra di Kabupaten Sidoarjo
digunakan alat berat sebagai berikut :
1. Dump truck
Dump Truck berfungsi sebagai alat angkut material-material bangunan (tanah, besi
tulangan, semen, batu bata) jarak jauh, namun dapat juga mengangkut material untuk
jarak sedang.
Dump Truck tersedia dalam bermacam–macam desain dan konfigurasi yang berbeda–
beda. Truck ini mempunyai bak dengan cara penumpahan hidrolik maupun gravitasi.
Tersedia pula alternatif roda penggeraknya, dua atau empat.
Jenis Dump Truck ada dua macam yaitu Slide Dumping (pembuangan kesamping) dan
Back Dumping (pembuangan kebelakang), seperti yang terlihat pada gambar 3.4 adalah
salah satu contoh Dump Truk Jenis Back Dumping(pembuangan kebelakang).

Gambar 3.4 Dump Truck Back Dumping

2. Motor grader
Motor grader adalah salah satu jenis traktor dengan fungsi sebagai perata bentuk
permukaan tanah, biasanya digunakan dalam proyek jalan untuk membuat kemiringan
tertentu suatu ruas jalan.Dengan blade yang dapat diatur tingkat kemiringannya.Motor
graderdapat dilihat pada gambar 3.5 .
Gambar 3.5 Motor Grader

Selain ituMotor gradermempunyai fungsi antara lain :


 Meratakan permukaan tanah.
 Memotong dan membentuk profil tanah.
 Pengerukan untuk pembuatan saluran.
 Pemotongan untuk pembuatan saluran.
 Mencampur dan menghamparkan material di lapangan.
 Menggusur dan membersihkan bahu jalan.

3. Tandem roller
Tandem roller adalah mesin gilas roda dua alat pemadat yang digunakan untuk
memadatkan tanah dan untuk, mengatur kembali susunan butiran tanah atau material agar
menjadi lebih rapat sehingga tanah atau material menjadi lebih padat.
Jika pada suatu lahan dilakukan penimbunan maka pada lahan tersebut perlu dilakukan
pemadatan.Pemadatan juga dilakukan untuk pembuatan jalan, baik untuk jalan tanah dan
jalan dengan perkerasan lentur maupun perkerasan kaku.Alat Pemadat ada berbagai jenis,
diantaranya; three wheel roller, tandem roller, pneumatic tired roller dan sheep foot
roller.Tandem rollerpada pekerjaan Peningkatan Jalan di Ruas Jl. Tambaksumur -
Pondokcandra Bisa dilihat pada gambar 3.6
Gambar 3.6 Tandem roller

4. Pneumatic tire roller


Roda-roda penggilas jenis ini terdiri atas roda-roda ban karet yang dipompa (pneumatic).
Susunan dari roda muka dan roda belakang selang-seling sehingga bagian yang tidak
tergilas oleh roda bagian depan akan digilas oleh roda bagian belakang. Roda-roda ini
menghasilkan kneading action(tekanan) terhadap tanah sehingga membantu konsolidasi
tanah. Tekanan yang diberikan oleh roda terhadap permukaan tanah dapat diatur dengan
cara mengubah tekanan ban. Makin besar tekanan ban, makin besar pula tekanan yang
terjadi pada tanah.Sumbu dari roda dapat bergoyang mengikuti perubahan permukaan
tanah, hal ini dapat memperbesar kneading action tadi.Pneumatic tired roller sangat
cocok digunakan pada pekerjaan penggilasan bahan granular, juga baik digunakan pada
penggilasan lapisan hot mix sebagai penggilas antara. Sebaiknya tidak digunakan untuk
menggilas lapisan yang berbatu dan tajam karena akan mempercepat kerusakan pada
roda-rodanya. Bobotnya dapat ditingkatkan dengan mengisi zat cair atau pasir pada
dinding-dinding mesin. Jumlah roda biasanya 9 sampai 19 buah, dengan konfigurasi 9
buah (4 roda depan dan 5 roda belakang), 11 buah (5 roda depan dan 6 roda belakang),
13 buah (6 roda depan dan 7 roda belakang), 15 buah (7 roda depan dan 8 roda
belakang). Contoh Pneumatic tired rollerdengan konfigurasi 9 buah dapat dilihat pada
gambar 3.7

Gambar 3.7 Pneumatic Tire Roller


5. Excavator
Excavator adalah alat berat yang mempunyai fungsi utama menggali, memuat,
mengangkat material, dan membuat saluran air atau saluran pipa.Excavator mempunyai
beberapa jenis, yaitu :
 Front shovel
 Dragline
 Clamsheel
Back hoe yaitu sejenis excavator dengan fungsi sebagai pengeduk dengan arah
kebelakang. Alat berat ini merupakan alat berat yang paling dikenal oleh masyarakat,
karena di setiap kegiatan pemindahan tanah mekanis selalu ada alat seperti ini. Sebuah
backhoeloader, juga disebut penggali adalah alat berat kendaraan yang terdiri dari traktor
dilengkapi dengan sekop atau ember di depan dan satu backhoe kecil di bagian belakang.
Karena ukurannya yang kecil dan fleksibilitas, backhoe loadersangat umum di rekayasa
perkotaan.
Backhoe sering juga disebut pull shovel, adalah alat dari golongan shovel yang khusus
dibuat untuk menggali material di bawah permukaan tanah atau di bawah tempat
kedudukan alatnya. Galian di bawah permukaan ini misalnya parit, lubang untuk pondasi
bangunan, lubang galian pipa dan sebagainya. Keuntungan backhoe ini jika dibandingkan
dragline dan clamshell ialah karena backhoe dapat menggali sambil mengatur dalamnya
galian yang lebih baik. Karena kekauan konstruksinya, backhoe ini lebih menguntungkan
untuk penggalian dengan jarak dekat dan memuatkan hasil galian ke truk.
Tipe backhoe dibedakan dalam beberapa hal antara lain dari alat kendali dan
undercarriage nya.Menurut alat kendali dapat dibedakan sebagai berikut :
1.Dengan kendali kabel (cable controlled)
2.Dengan kendali hidrolis (hydraulic controlled)
Menurut undercarriagedapat dibedakan sebagai berikut:
1.Roda rantai (crawler mounted)
2. Roda karet (wheel mounted)
 Cara Kerja Backhoe
Sebelum mulai bekerja dengan backhoe sebaiknya kita pelajari lebih dahulu
kemampuan alat seperti yang diberikan oleh pabrik pembuatnya, terutama mengenai
jarak jangkauan, tinggi maksimal pembuangan dan dalamnya galian yang mampu
dicapai, karena kemampuan angkat alat ini tidak banyak berpengaruh terhadap
kemampuan standar alatnya.
Untuk mulai menggali dengan backhoe bucket dijulurkan ke depan ke tempat galian,
bila bucket sudah pada posisi yang diinginkan lalu bucket diayun ke bawah seperti
dicangkulkan, kemudian lengan bucket diputar ke arah alatnya sehingga lintasannya
seperti terlihat pada gambar di bawah. Setelah bucket terisi penuh lalu diangkat dari
tempat penggalian dan dilakukan swing, dan pembuangan material hasil galian dapat
dilakukan ke truk atau tempat yang lain. Contoh jenis excavator yang digunakan dalam
Kegiatan Peningkatan Jalan di Ruas Jl. Tambaksumur – Pondokcandra dapat dilihat
pada gambar 3.8 .

Gambar 3.8 Bachoe Loader

6. Asphalt Mixing Plant


Asphalt Mixing Plant digunakan sebagai mesin pencampuran aspal atau hot mixed
bituminous material lainnya. Pengolah aspal dalam jumlah atau kapasitas yang sangat
besar.Dimana agregat yang telah d uji dari laboratorium dicampur dengan aspal panas
pada temperatur sekitar 150o sesuai dengan ketentuan dari job mix formula. Contoh
Asphalt Mixing Plantdapat dilihat pada gambar 3.9 .
Gambar 3.9 Asphalt Mixing Plant
7. Asphalt finisher adalah alat untuk menghamparkan campuran aspal yang dihasilkan dari
alat produksi aspal. Terdapat dua jenis asphalt finisher yaitu jenis crawler yang
menggunakan roda kelabang dan jenis roda karet. Kelebihan dari asphalt finisher roda
kelabang adalah dalam hal daya ambang (flotation), traksi dan penghamparannya lebih
halus serta lebih datar dibandingkan asphalt finisher yang menggunakan roda karet
dengan ukuran yang sama. Kelebihan dari asphalt finisher roda karet adalah dalam hal
manuver yang lebih cepat.Contoh Asphalt finisher yang digunakan dalam Kegiatan
Peningk. Jalan di Ruas Jl. Tambaksumur – Pondokcandra dapat dilihat pada gambar 3.10 .

Gambar 3.10 Asphalt Finisher


8. Vibration roller
Vibration roller adalah termasuk tandem roller, yang cara pemampatannya menggunakan
efek getaran dan sangat cocok digunakan pada jenis tanah pasir atau kerikil berpasir.
Efisiensi pemampatan yang dihasilkan sangat baik, karena adanya gaya dinamis terhadap
tanah. Butir-butir tanah cenderung akan mengisi bagian-bagian yang kosong yang terdapat
di antara butir-butirya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pemampatan dengan vibration roller ialah
frekuensi getaran, amplitude dan gaya sentrifugal. Contoh vibration rollerbisa dilihat pada
gambar 3.11 .

Gambar 3.11 Vibration roller

9. Asphalt sprayer
Penggunaan peralatan penyemprot aspal tangan dapat dipakai sebagai pengganti
distributor aspal.Contoh Asphalt Sprayerdapat dilihat pada gambar 3.12 .
Fungsinya untuk menyemprot prime coat dan tack coat. Perlengkapan utama peralatan ini
adalah :
1. Tangki aspal dengan alat pemanas.
2. Pompa yang yang memberikan tekanan ke dalam tangki aspal sehingga aspal dapat
tersemprot keluar.
3. Batang semprot yang dilengkapi dengan lubang pengatur keluarnya aspal (nosel).

Gambar 3.12 Asphalt Sprayer


10. Water tank
Water tank digunakan untuk mengangkut air, yang digunakan untuk menyiram permukaan
material yang dipadatkan (jalan) atau untuk keperluan lainnya.Water tank yang digunakan
pada proyek ini memiliki kapasitas sebesar 5.000 liter. Contoh Water tankdapat dilihat
pada Gambar 3.13 .

Gambar 3.13 Water Tank


11. Molen (ready mix)
Alat ini merupakan mobil pengangkut campuran beton.Campuran beton diangkut dari
tempat penakaran (batching plan) menuju lokasi kerja. Contoh Molen (ready mix)dapat
dilihat pada Gambar 3.14 .

Gambar 3.14 Molen


12. Sikat kawat(wire groover)
Alat ini merupakan alat yang digunakan untuk membuat tekstur permukaan perkerasan
beton.Sikat harus terbuat dari kawat kaku dan lebar sikat tidak boleh kurang dari 45
cm.Sikat harus terdiri dari dua baris dengan jarak 2 cm dari sumbu ke sumbu, masing-
masing baris terdiri dari beberapa ikatan kawat dengan jarak antar ikatan 1 cm, yang
setiap ikatan terdiri dari 14 kawat.Letak ikatan kawat harus dipasang zigzag.Panjang
kawat 10 cm dan harus diganti apabila panjangnya menjadi 9 cm.Bentuk sikat kawat(wire
groover)bisa dilihat pada Gambar 3.15 .

Gambar 3.15 Sikat Kawat

3.6 Material Konstruksi


Pada proyek Peningkatan Jalan Tambaksumur - Pondok Candra di Kabupten Sidoarjo
digunakan material yang di supply oleh pihak kontraktor yaitu PT. NAHENDRA PUTRA.

1. Tanah dasar (sub grade)


Tanah dasar ialah jalur tanah bagian dari jalan tanah yang terletak dibawah pengerasan
jalan.Kekuatan dan keawetan pengerasan jalan itu sangat tergantung pada sifat-sifat dan daya
dukung tanah dasar. Oleh karena itu, maka pada perencanaan pembuatan jalan baru harus
diadakan pemeriksaan tanah yang teliti ditempat-tempat yang akan dijadikan tanah dasar yang
berfungsi untuk mendukung pengerasan jalan. Lebih utama kalau diambil beberapa contoh
tanah dari tanah dasar itu dan dikirimkan ke laboratorium penyelidikan tanah untuk
diselidiki.Jenis- jenis tanahdapatdibedakan sebagai berikut:

a. Tanah liat koloidal (colloid)


Bentuk butir-butir tanah liat koloidal itu bulat dan mempunyai permukaan yang licin. Besar
butir- butirnya kurang dari 1µ (µ dibaca mikron ;1 µ =1/1000 mm). Butir-butirnya
diselimuti oleh suatu selaput air.Gaya adhesi tanah liat koloidal terhadap air itu besar
sekali.
b. Tanah liat biasa (clay)
Bentuk butir-butir tanah liat biasa itu bulat dan mempunyai permukaan yang licin.Besar
butir-butirnya antara 1 µ dan 5 µ.Gaya Adhesi tanah liat biasa terhadap air itu tidak
seberapa besar.
c. Tanah lumpur (silt)
Bentuk butir-butir tanah lumpur itu bulat dan mempunyai permukaan yang agak kasar.
Besar butir-butirnya antara 5 µ dan 50 µ gaya adhesi tanah lumpur terhadap air itu kecil
sekali.
d. Pasir halus (fine sand)
Bentuk butir-butir pasir halus itu tidak bulat benar tetapi bersudut-sudut kasar.Besar butir-
butirnya antara 50 µ dan 200 µ. Tidak ada gaya adhesi antara butir- butir pasir halus dan
air.
e. Pasir kasar (coarse sand)
Bentuk butir-butir pasir halus itu tidak bulat benar tetapi bersudut-sudut kasar dan tajam.
Besar butir-butirnya antara 200 µ dan 2 mm. Tidak ada gaya adhesi antar butir- butir pasir
kasar dan air.
f. Kerikil (gravel)
Bentuk butir-butir kerikil itu bermacam-macam ada yang bulat, bulat telur dan ada yang
pipih.Besar butir-butirnya lebih dari 2 mm.

2. Agregat
Menurut Murdock dan K.M. Brook (1999), agregat dapat berupa kerikil, batu pecah, sisa-sisa
bahan mentah bahan, agregat ringan buatan, pasir atau bahan sejenis lainnya. Sifat yang
paling penting dari suatu agregat adalah kekuatan hancur dan ketahanan terhadap benturan
yang dapat mempengaruhi ikatannya dengan pasta semen, porositas dan karakteristik
penyerapan air yang mempengaruhi daya tahan terhadap proses pembekuan waktu musim
dingin dan agresi kimia, serta ketahanan terhadap penyusutan.
Menurut Neville (1995), untuk beton kekuatan normal ukuran maksimum yang optimal
biasanya antara 20 mm hingga 40 mm, sedangkan untuk beton berkekuatan tinggi biasanya
berukuran yang paling baik adalah 10 mm.
Pengelompokkan agregat dapatdibedakan sebagai berikut:
a. Pengelompokan agregat berdasarkan ukuran butiran nominal yaitu pengelompokan yang
dibedakan dengan suatu ukuran agregat itu yang terdiri dari agregat halus dengan ukuran
butiran lebih halus dari saringan No. 8 (2,36 mm)dan agregat kasar dengan ukuran butiran
lebih besar dari saringan No.8 (2,36 mm).Ukuran agregat dapat mempengaruhi kekuatan
tekan beton.Untuk perbandingan bahan-bahan tertentu, kekuatan tekan beton berkurang
bila ukuran maksimum bertambah besar, dan juga akan menambah kesulitan dalam
pengeraan.
b. Pengelompokan agregat berdasarkan bentuk yaitu pengelompokan yang dilihat dari
bentuk suatu agregat,adapun bentuk-bentuknya yaitu agregat bulat, agregat tidak teratur,
agregat bersudut, agregat panjang, agregat pipih, dan agregat pipih panjang. Bentuk
agregat di pengaruhi oleh beberapa faktor. Secara alami bentuk agregat dipengaruhi oleh
proses geologi batuan. Bentuk butiran yang bulat akan menghasilkan campuran beton
yang lebih baik jika dibandingkan dengan butiran yang pipih.
c. Pengelompokan agregat berdasarkan berat volume beton yaitu suatu agregat yang
berbeda akan suatu volume berat agregat itu sendiri yang terdiri dari agregat ringan
dengan berat jenis rata-ratanya adalah kurang dari 1.800 kg/m³, agregat normal 2.5 – 2.7
kg/m³ dan agregat berat dengan berat jenis lebih besar dari 2.800 kg/m³.
d. Pengelompokan agregat berdasarkan gradasi yaitu agregat yang dibedakan berdasarkan
pengelompokan distribusi dari ukuran suatu agregat. Adapun jenis-jenisnya yaitu gradasi
seragam,gradasi menerus dan gradasi sela .
e. Pengelompokan agregat berdasarkan tekstur permukaanyaitudikelompokan berdasarkan
suatu bentuk permukaan agregat. Macam-macamnya dapat dibedakan yaitu agregat licin,
berbutirkasar, kristalin dan berbentuk sarang lebah.Ukuran susunan agregat tergantung
dari kekerasan, ukuran molekul, tekstur batuan dan besarnya gaya yang bekerja pada
permukaan butiran.
 Agregat kelas B
Pada penggunaannya agregat base kelas B digunakan sebagai Lapisan Pondasi Bawah
(LPB) untuk pekerjaan pekerasaan flexible. Pada proyek Peningkatan Jalan Tambaksumur
- Pondok Candra, agregat base kelas B digunakan sebagai untuk Lapisan Pondasi Bawah
(LPB) dan agregat base kelas B digunakan sebagai bahan campuran beton untuk
perkerasaan kaku. Bentuk Agregat kelas B bisa dilihat pada gambar 3.16 .
Gambar.3.16 Agregat B

- Sirtu
Salah satu bahan bangunan berupa agregat kasar yang biasa digunakan sebagai
bahan utama dalam pekerjaan lapis pondasi agregat B.Sirtu harus mempunyai
persyaratan sebagai berikut :
1.Mempunyai butiran yang keras dan tidak berpori.
2. Lumpur tidak boleh melebihi 1% dan tidak mengandung zat yang merusak mutu
jalan.
Gradasi lapis pondasi agregat bisa dilihat pada Tabel 3.2 dan Sifat-sifat lapis pondasi
agregat bisa dilihat pada table 3.3 .
Tabel 3.2 Gradasi lapis pondasi agregat
Ukuran saringan Persen berat yang lolos, % lolos
ASTM (mm) Kelas A Kelas B Kelas C
3" 75 100
2" 50 100 75-100
1½" 37,5 100 88 –100 60-90
1" 25,0 77 –100 70 – 85 45-78
3/8" 9,50 44 – 60 40 – 65 25-55
No.4 4,75 27 – 44 25 – 52 13-45
No.10 2,0 17 – 30 15 – 40 8-36
No.40 0,425 7 – 17 8 – 20 7-23
No.200 0,075 2–8 2-8 5-15
Sumber : Manual Konstruksi Bangunan No: 002 - 03 / BM I 2006
Tabel 3.3 Sifat-sifat lapis pondasi agregat
Sifat – sifat Kelas A Kelas B Kelas C
Abrasi dari Agregat

Kasar (SNI 03-2417- mak. 40% mak. 40% mak. 40%

1990)

Indek Plastis (SNI-03-

1966-1990 dan mak. 6 mak. 6 4–9

SNI-03-1967-1990).

Hasil kali Indek

Plastisitas dengan % mak. 25 -- --

Lolos Saringan No.200

Batas Cair (SNI 03-


mak. 25 mak. 25 mak. 35
1967-1990)

Gumpalan Lempung dan

Butir-Butir Mudah
0% mak. 1% mak. 1%
Pecah dalam Agregat

(SNI- 03-4141-1996)

CBR (SNI 03-1744-


min. 90% min. 65 % min. 35%
1989)

Perbandingan persen
mak. 2/3 mak. 2/3 mak. 2/3
lolos #200 dan #40

Sumber : Manual Konstruksi Bangunan No: 002 - 03 / BM I 2006


3. Semen
Semen merupakan salah satu bahan perekat yang jika dicampur dengan airmampu mengikat
bahan-bahan padat seperti pasir dan batu menjadi suatukesatuan kompak.Sifat pengikatan
semen ditentukan oleh susunan kimia yangdikandungnya. Adapun bahan utama yang
dikandung semen adalah kapur (CaO),silikat (SiO2), alumunia (Al2O3), ferro oksida
(Fe2O3), magnesit (MgO), sertaoksida lain dalam jumlah kecil (Lea and Desch, 1940).
Semen merupakan bahan ikat yang penting dan banyak digunakan dalam pembangunan fisik
di sektor konstruksi sipil. Jika ditambah air, semen akan menjadi pasta. Jika ditambah
agregat halus, pasta semen akan menjadi mortar yang jika digabung dengan agregat kasar
akan menjadi campuran beton segar yang setelah mengeras akan menjadi beton keras
(concrete).
Fungsi semen adalah mengikat butir-butir agregat hingga membentuk suatu massa padat dan
mengisi rongga-rongga udara di antara butir-butir agregat. Walaupun komposisi semen
dalam beton hanya sekitar 10%, namun karena fungsinya sebagai bahan pengikat maka
peranan semen menjadi penting.Semen yang digunakan untuk pekerjaan beton harus
disesuaikan dengan rencana kekuatan dan spesifikasi teknik yang diberikan.
4. Air
Air yang digunakan dalam pencampuran, perawatan atau penggunaan-penggunaan tertentu
lainnya harus bersih dan bebas dari bahan-bahan yang merugikan seperti minyak, garam,
asam, alkali, gula atau bahan-bahan organik.Air harus diuji sesuai dengan dan harus
memenuhi persyaratan AASHTO T 26.Air yang diketahui dapat diminum dapat dipakai
dengan tanpa pengujian.
5. Bahan Tambah (Additive)
Penggunaan plastisator, bahan-bahan tambah untuk mengurangi air atau bahan tambah
lainnya, harus mendapat persetujuan terlebih dahulu.Jika digunakan, bahan yang
bersangkutan harus memenuhi AASHTO M 154 atau M 194.Bahan tambahan yang bersifat
mempercepat dan yang mengandung Calcium Chlorida tidak boleh digunakan.
6. Membran Kedap Air
Lembar kedap air adalah bahan konstruksi yang digunakan untuk menguatkan pondasi
bawah atau lantai jalan.Lapisan bawah yang kedap air harus terdiri dari lembaran plastik
yang kedap setebal 125 mikron.Air tidak boleh tergenang di atas membran, dan membran
harus kedap air sepenuhnya waktu beton dicor.Lapisan bawah yang kedap air tidak boleh
digunakan di bawah perkerasan jalan beton bertulang yang menerus.Lembar kedap air ini
mempunyai fungsi sebagai pemisah, yaitu menghalangi air masuk kedalam lapisan pondasi
bawah yang mengakibatkan lemahnya daya dukung lapis pondasi bawah.
7. Beton
Beton adalah suatu campuran antara semen, air, dan agregat yang menyebabkan terjadinya
suatu hubungan erat antara bahan–bahan tersebut.Air, semen, dan agregat bereaksi secara
kimiawi kemudian mengikat butiran–butiran agregat menjadi satu.
Apabila didesain dan dikerjakan dengan baik, perkerasan ini dapat berumur panjang dengan
biaya pemeliharaan yang relatif rendah.Beton seperti halnya material lainnya akan menyusut
bila temperaturnya naik – turun, beton akan mengembang bila basah dan menyusut bila
kering. Sama seperti kayu, beton akan mengerut segera setelah dihamparkan, yaitu pada saat
adukannya mengeras dan semuanya terhidrasi. Apabila dibuat dengan agregat tertentu,
volumenya akan meningkat sesuai dengan umurnya. Pada proyek perkerasan rigid ini mutu
beton menggunakan kuat tekan (K) 300 kg / cm².

Tata Cara dan Prosedur Teknis dari Pelaksanaan.


1. Pelaksanaan Pekerjaan Utama
 Sebelum Pelaksanaan Penyedia Jasa (Kontraktor) harus menyiapkan request yang telah disetujui,
Job Mix Formula (JMF) dan kesiapan pekerjaan lapangan.( Job Mix Beton, Agregat Penutup Klas
B, Agregat Penutup Klas A, Hot Mix) sesuai dengan item pekerjaan yang akan dilaksanakan.

2. Lokasi Quary
 Penyedia Jasa (Kontraktor) bersama dengan Staf Teknis (Pengawas DPU dan Penataan Ruang)
dengan Konsultan Supervisi menentukan lokasi Quary dan rencana pengetesan material dapat
dilakukan di laboratorium Lembaga Perguruan Tinggi Negeri/Swasta atau Laboratorium Balai
Besar Pelaksana Jalan Wilayah V di Surabaya, material yang perlu di testkan : besi ( berat, tarik
dan leleh ), agregat klas A & B, Hot Mix, Beton dan lain-lain yang disesuaikan dengan item
pekerjaan yang akan dilaksanakan.
 Jumlah setiap bahan disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing item pekerjaan.

3. Umum
a. Mencakup terdiri dari :
- Mobilisasi peralatan terlampir.
- Mobilisasi personil (1 hari setelah terbit SPMK)
- Survey dan Rekayasa Lapangan
- Papan Nama Kegiatan
b. Pengaturan dan Pengendalian Lalu Lintas
- Penyajian rambu-rambu dimulai 3 (tiga) hari setelah SPMK.
- Rambu pemberitahuan proyek harus dibuat dengan jarak menyesuaikan kondisi lapang.
- Pengaturan dan pengendalian lalu lintas dimulai pada tanggal setelah diterbitkannya SPMK
sampai dengan selesai proyek (PHO).
- Bila Kerja pada malam hari harus dilengkapi dengan :
 Lampu Rotary (2 buah)
 Rompi Scotlight (2 Buah) untuk pekerja
- Penyiapan jalan alternatif, apabila dapat mengakibatkan terjadi kemacetan lalu lintas harus
dikoordinasikan terlebih dahulu dengan Polres Sidoarjo, Dinas Perhubungan dan Polsek
setempat.
c. Fasilitas dan Pelayanan Pengujian
 Pengujian Laboratorium terhadap material yang harus diujikan disesuaikan dengan item
pekerjaan yang akan dilaksanakan dan diujikan di laboratorium Lembaga Perguruan Tinggi
Negeri/Swasta atau Laboratorium Balai Besar Pelaksana Jalan Wilayah V di Surabaya.
 Khusus untuk Box Culvert/U-Ditch/RCP, Penyedia Jasa (Kontraktor) harus menyerahkan
sertifikat kualitas mutu ke PPTK, Konsultan Supervisi dan Staf Teknis (Pengawas DPU Bina
Marga).
d. Relokasi Utilitas dan Pelayanan Utilitas yang Ada (PDAM, TELKOM, PLN & GAS)
Pemindahan/Penggesaran utilitas umum (PDAM, TELKOM, PLN & GAS) harus dikoordinasikan
oleh Penyedia Jasa (Kontraktor) dengan Pihak Instansi yang berkaitan dengan Utilitas yang
tersebut di atas.

4. Drainase
a. Kisdam
 Gedek disusun disepanjang lokasi pekerjaan
 Bambu dipasang diujung gedek dan tengah dan diikat untuk menahan supaya tidak rubuh
 Pekerja mengisi celah gedek selebar 0,5 m dengan menggunakan Sirtu

5. Pekerjaan Tanah
a. Galian Biasa
 Tanah yang dipotong umumnya berada disisi jalan
 Penggalian dilakukan dengan menggunakan Excavator
 Selanjutnya Excavator menuangkan material hasil galian kedalam Dump Truck

 Dump Truck membuang material hasil galian keluar lokasi jalan

b. Timbunan Pilihan Dari Sumber Galian


 Whell Loader memuat ke dalam Dump Truck
 Dump Truck mengangkut ke lapangan dengan jarak sumber galian ke lapangan
 Material dihampar dengan menggunakan Motor Grader
6. Pekerjaan Perkerasan Berbutir.
a. Lapis Pondasi Agregate Klas A / B.
 Wheel Loader memuat Agregat campuran ke dalam Dump Truck di Base Camp
 Dump Truck mengangkut Agregat kelas A ke lokasi pekerjaan dan dihampar dengan Motor Grader
 Hamparan Agregat dibasahi dengan Water Tank Truck sebelum dipadatkan dengan Vibro Roller
 Selama pemadatan, sekelompok pekerja akan merapikan tepi hamparan dan level permukaan
dengan menggunakan Alat Bantu
b. Perkerasan Beton Semen dengan Anyaman Tulangan Tunggal
 Semen, pasir, batu kerikil dan air dicampur dan diadukmenjadi beton dengan menggunakan
Batching Plant
 Pemasangan bekesting dan tulangan anyaman tunggal
 Beton di-cor ke dalam bekisting dengan Slipform Paver
 Beton setelah setting langsung digrooving dengan merata

7. Pekerjaan Aspal
a. Lapis Resap Pengikat / Lapis Perekat ( Aspal Cair).
 Aspal dan Minyak Flux dicampur dan dipanaskan sehingga menjadi campuran aspal cair
 Permukaan yang akan dilapis dibersihkan dari debu dan kotoran dengan Air Compressor
 Campuran aspal cair disemprotkan dengan Asphalt
 Distributor ke atas permukaan yang akan dilapis.

a. Laston Lapis Aus ( HRS-WC/ AC-WC / AC-BC)


 Wheel Loader memuat Agregat dan Asphalt ke dalam Cold Bin AMP
 Agregat dan aspal dicampur dan dipanaskan dengan dengan AMP untuk dimuat
langsung ke dalam Dump Truck dan diangkut ke lokasi pekerjaan
 Campuran panas AC dihampar dengan Finisher dan dipadatkan dengan Tandem &
Pneumatic Tire Roller
 Selama pemadatan, sekelompok pekerja akan merapikan tepi hamparaan dengan
menggunakan Alat Bantu

8. Pekerjaan Struktur
a. Pekerjaan Beton
 Semen, pasir, batu kerikil dan air dicampur dan diadukmenjadi beton dengan
menggunakan Concrete Mixer
 Beton di-cor ke dalam bekisting yang telah disiapkan
 Penyelesaian dan perapihan setelah pemasangan

b. Baja Tulangan Polos / Ulir


 Besi tulangan dipotong dan dibengkokkan sesuaidengan yang diperlukan
 Batang tulangan dipasang / disusun sesuai denganGambar Pelaksanaan dan

persilangannya diikat kawat

c. Pasangan Batu
 Semen, pasir dan air dicampur dan diaduk menjadimortar dengan menggunakan Concrete
Mixer
 Batu dibersihkan dan dibasahi seluruh permukaannyasebelum dipasang
 Penyelesaian dan perapihan setelah pemasangan
 Lubang Sulingan dan Dilatasi
a) Dinding dari pasangan batu harus dilengkapi dengan lubang sulingan. Kecuali ditunjukkan
lain pada Gambar atau diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan, lubang sulingan harus
ditempatkan dengan jarak antara tidak lebih dari 2 m dari sumbu satu ke sumbu lainnya
dan harus berdiameter 50 mm
b) Pada struktur panjang yang menerus seperti dinding penahan tanah, maka dilatasi harus
dibentuk untuk panjang struktur tidak lebih dari 20 m. Dilatasi harus 30 mm lebarnya dan
harus diteruskan sampai seluruh tinggi dinding. Batu yang digunakan untuk pembentukan
sambungan harus dipilih sedemikian rupa sehingga membentuk sambungan tegak yang
bersih dengan dimensi yang disyaratkan di atas.
c) Timbunan di belakang dilatasi haruslah dari bahan Drainase Porous berbutir kasar dengan
gradasi menerus yang dipilih sedemikian dan diberi ijuk hingga tanah yang ditahan tidak
dapat hanyut jika melewatinya, juga bahan Drainase Porous tidak hanyut melewati
sambungan.
d. Plesteran / Setrikan
 Tempat akan diplester telah disiapkan
 Semen, pasir, dan air dicampur dan diaduk menjadi mortar dengan menggunakan alat
bantu
 Batu dibersihkan permukaannya sebelum diplester
 Penyelesaian setelah di plester

Anda mungkin juga menyukai