DISUSUN OLEH :
D051171307
DEPARTEMEN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
GOWA
2020
P a g e 1 | 42
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Page1|
lingkungan pantai seringkali di abaikan oleh pemerintah akibatnya akses jalan
menjadi cepat rusak.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
Untuk mengetahui apa saja bentuk dan jenis jalan yang ada di pesisir desa
cikoang
D. Manfaat/Urgensi
a. Untuk menambah literatur tentang bentuk dan jenis jalan pesisir di cikoang
b. Untuk sebagai bahan acuan dalam melakukan penelitian tentang bentuk dan
jenis jalan pesisir di cikoang
Page2|
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Kawasan Pesisir
Pesisir adalah daerah yang berada di tepi laut sebatas antara surut
terendah dan pasang tertinggi dimana daerah pantai terdiri atas daratan
dan perairan. Pada daerah pantai masing-masing wilayah masih
dipengaruhi oleh aktivitas darat (dilakukan di daerah perairan) serta
aktivitas marine (dilakukan di daerah daratan), sehingga dapat
disimpulkan bahwa kedua daerah tersebut saling memiliki
ketergantungan satu sama lain, atau dapat juga diartikan saling
mempengaruhi (Yuwono, 1999; Triatmodjo, 1999 dalam Kodoatie,
2010).
1.1 Sempadan Pantai
UU No. 27 tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan
Pulau-pulau Kecil, sempadan pantai adalah daratan sepanjang tepian
pantai yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik
pantai, berjarak minimal 100m dari titik pasang tertinggi ke arah darat.
Jarak bebas atau batas wilayah pantai (sempadan pantai) tidak boleh
dimanfaatkan untuk lahan budidaya atau untuk didirikan bangunan.
Untuk kawasan Permukiman, terdiri dari 2 (dua) tipe yaitu:
Bentuk pantai landai dengan gelombang
<2m, lebar sempadan 30-75m.
Bentuk pantai landai dengan gelombang
>2m, lebar sempadan 50-100m.
Page3|
Untuk perencanaan jalan raya yang baik, bentuk geometriknya
harus ditetapkan sedemikian rupa sehingga jalan yang bersangkutan
dapat memberikan pelayanan yang optimal kepada lalu lintas sesuai
dengan fungsinya, sebab tujuan akhir dari perencanaan geometrik ini
adalah menghasilkan infrastruktur yang aman, efisiensi pelayanan arus
lalu lintas dan memaksimalkan ratio tingkat penggunaan biaya juga
memberikan rasa aman dan nyaman kepada pengguna jalan.
a. Dilalui oleh kendaraan berat > 10 ton, 10 ton adalah beban ganda
Page4|
angkutan pengumpul atau pembagi dengan perjalanan jarak sedang,
kecepatan rata-rata sedang, jumlah jalan masuk dibatas serta
melayani daerah-daerah di sekitarnya.
Adapun cirinya sebagai berikutnya:
1. Kelas I
Page5|
Kelas jalan ini, selanjutnya berdasarkan komposisi dan sifat lalu
lintasnya, dibagi dalam tiga kelas, yaitu:
3. Kelas III
Page6|
2.1.4 Klasifikasi jalan menurut status
Page7|
Tabel 2.3 Klasifikasi Menurut Medan Jalan
1. Jalan tidak terbagi (TB), yaitu ruas jalan yang pembatas jalurnya
berupa marka jalan (terputus-putus atau menerus).
2. Jalan terbagi (B), yaitu ruas jalan yang pembatas jalurnya berupa
bangunan, yang disebut median secara teknis berupa bangunan yang
dilengkapi dengan taman atau sekedar pasangan Kerb beton.
2.1.7 Klasifikasi jalan berdasarkan spesifikasi penyediaan prasarana
jalan
Pengaturan kelas jalan menurut Undang-Undang RI nomor 38
tahun 2004 berdasarkan spesifikasi penyediaan prasarana jalan
dikelompokkan atas jalan bebas hambatan, jalan raya, jalan sedang dan
jalan kecil.
1. Jalan bebas hambatan (freeway) adalah jalan umum untuk lalulintas
menerus yang memberikan pelayanan menerus atau tidak terputus
paling sedikit dan lajur setiap arah dan dilengkapi dengan median.
2. Jalan raya (highway) adalah jalan umum untuk lalu lintas menerus
dengan pengendalian jalan masuk secara terbatas dan dilengkapi
dengan median, paling sedikit 2 lajur setiap arah.
3. Jalan sedang (road) adalah jalan umum dengan lalu lintas jarak
sedang dengan pengendalian jalan masuk tidak dibatasi, paling
sedikit 2 lajur 2 arah dengan lebar paling sedikit 7 meter.
Page8|
4. Jalan kecil (street) adalah jalan umum untuk melayani lalu lintas
setempat paling sedikit 2 lajur 2 arah dengan lebar paling sedikit 5,5
meter.
2.2 Perencanaan Geometrik
Page9|
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Metode Penelitian
Adapun jenis data yang telah dijaring dalam penelitian ini untuk
menemukan solusi permasalahan dijelaskan pada tabel 3.1
P a g e 10 |
Tabel 3.1 Kebutuhan Data
Data yang Dibutuhkan Jenis Teknik
N Aspek Data Manfaat Data Pengambila
o Data n Data
1 Aspek
. Konfigurasi
Ruang
Permukiman
1. Jenis jalan a. Aksesibilitas Menjelaskan Data Survey,
b. Pola konfigurasi primer observasi,
pergerakan ruang kuisioner
c. Jenis dan permukiman dan
fungsi jalan rekapitulasi
P a g e 11 |
3.5. Teknik Analisis Data
Data-data yang dijaring dari hasil eksplorasi lapangan melalui
pengamatan langsung dan wawancara, dikumpulkan dan dikelompokkan sesuai
dengan kelompoknya masing-masing. Setelah itu diidentifikasi kondisi dari setiap
kelompok data tersebut. Hasil identifikasi setiap kelompok data kemudian
disandingkan untuk mengetahui karakter umum lingkungan permukiman tepian
air Desa Cikoang.
Tahap selanjutnya adalah melakukan analisa data dengan menggunakan
teknik presentasi dan analisa space syntax untuk bentuk dan jenis jalan yang ada
di desa pesisir cikoang .
P a g e 12 |
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Desa Cikoang
Secara geografis, Desa Cikoang adalah salah satu desa yang terletak di
pesisir selatan Kecamatan Mangarabombang, Kabupaten Takalar,
Sulawesi Selatan pada posisi 1190 25’– 1190 28’ LS dan 50 31’– 50 34’
BT. Dengan luas wilayah 555,49 Ha Desa Cikoang berjrak 7,90 Km dari
ibu kota Kecamtan Mangarabombang. Sedangkan Jarak Desa Cikoang
dengan ibu kota Kabupaten Takalar yaitu 15,50 Km. Adapun batas – batas
dari desa Cikoang secara administrasi yaitu:
P a g e 13 |
Di tengah-tengah desa ini terdapat aliran sungai yang oleh warga
Cikoang disebut sebagai Muara Cikoang. Sungai inilah yang selalu dijadikan
sebagai lokasi pelaksanaan Maudu Lompoa setiap tahunnya. Secara
keseluruhan, luas daerah desa Cikoang adalah sebesar 555,5 Ha. Luas
tersebut meliputi empat dusun di dalamnya, yaitu dusun Cikoang, dusun
Bontobaru, dusun Bila-bilaya dan dusun Jonggowa.
P a g e 14 |
Gambar daerah pesisir cikoang (sumber : Google Earth)
P a g e 15 | 42
2. Topografi dan Keadaan Alam
Seluruh wilayah Cikoang terletak pada dataran rendah dengan jarak
ketinggian terdekat dari permukaan laut adalah setinggi 2 m. Dari
keseluruhan luas wilayah Cikoang, 45,86 % digunakan untuk perkebunan,
30,26 % merupakan lahan persawahan, 6,20 % adalah lahan pemukiman
warga, dan sisanya adalah lahan pekarangan, perkantoran dan prasarana
umum lainnya.
Seperti wilayah lain di Indonesia pada umumnya, Cikoang juga
beriklim tropis. Rata-rata curah hujan yang turun adalah 1.883 mm tiap
tahunnya di mana musim hujan berlangsung pada bulan Desember sampai
Maret. Sedangkan pada bulan April sampai November terjadi musim
kemarau. Meskipun demikian, tidak menutup kemungkinan hujan juga turun
pada musim kemarau, hanya saja pada bulan Desember sampai Maret
adalah bulan di mana hujan turun paling sering.
3. Kondisi Demografi
a. Perkembangan Jumlah Penduduk
Perkembangan jumlah penduduk desa Cikoang yang tercatat dari tahun
2010 hingga 2018 yang menjelaskan jumlah penduduk Desa Cikoang
berkembang secara fluktuatif.
P a g e 16 |
b. Distribusi dan Kepadatan Penduduk
Distribusi jumlah penduduk di desa cikoang 3.048 jiwa
atau sekitar 7.78% dari jumlah penduduk di kecamatan
Mangarabombang.
Jumlah Kepadatan
Kelurahan Luas Pendudu Presentas
rumah penduduk
(km2) k e
Tangga per km2
Cikoang 5,56 3 048 675 7,78 548
Sumber : Kecamatan Manggarabombang Dalam Angka Tahun
2019 (BPS)
P a g e 17 |
B. karakteristik jalan di desa pesisir cikoang
1. Bentuk jalan di desa Cikoang
Bentuk jalan di desa cikoang adalah bentuk pola jalan lingkungan
sejajar dengan garis pantai, dengan akses utama yang sejajar dengan
garis pantai, bentuk pola yang biasanya berkembang tanpa melalui
proses perencanaan dan pengendalian ruang. Pada desa Cikoang, jalur
jalan utama berfungsi sebagai jalan kolektor dan jalur jalan penyalur
berfungsi sebagai jalan lokal. Jalan kolektor di desa Cikoang termasuk
A. Di desa Cikoang terdapat dua jenis jalan yang ada yaitu jalan kolektor dan
jalan lokal. Jalan kolektor melintas di tengah permukiman yang
menghubungkan desa Lakatong dan desa Cikoang. Jalan lokal yang ada
menghubungkan permukiman masyarakat dengan jalan kolektor
1. Jalan kolektor
Jalan kolektor yang ada di desa cikoang merupakan akses
utama atau akses penghubung ke desa cikoang dan desa Lakatong ,
material
P a g e 18 |
yang di gunakan di jalan utama/jalan kolektor tersebut adalah material
Aspal
P a g e 19 | 42
Jalan desa Cikoang (Sumber : google earth )
2. Jalan Lingkungan
Jalan lingkungan merupakan jalan umum yang berfungsi melayani
angkutan lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dekat, dan kecepatan
rata- rata rendah dan hanya untuk kendaraan-kendaraan kecil. Adapun
material yang digunakan adalah aspal, kerikil, dan beton-cor.
P a g e 20 |
3 Analisis jalan di desa cikoang
P a g e 21 |
Berikut adalah beberapa titik jalan yang rusak
Terdapat 20 titik kerusakan jalan yang menghubungkan desa cikoang ke desa pattopakang.
pada titik tersebut terdapat berbagai macam kerusakan mulai dari kerusakan yang kecil,
sedang, dan berat.
Jalan rusak tingkat kecil
Terdapat 3 titik jalan yang mengalami tingkat kerusakan yang kecil.
Berikut adalah titik jalan yang tingkat kerusakannnya kecil
P a g e 22 |
(Gambar sumber: google earth)
Gambar 1
P a g e 23 |
Gambar 2
Gambar 3
P a g e 24 |
Jalan rusak tingkat sedang
Terdapat 3 titik jalan yang mengalami tingkat kerusakan yang sedang
Berikut adalah titik jalan yang tingkat kerusakannnya sedang
Gambar 1
6
5
34
1
2
Gambar 2
P a g e 25 |
(Gambar sumber: google earth)
Gambar 3
P a g e 26 |
Gambar 4
Gambar 5
P a g e 27 |
Gambar 6
Gambar 5
P a g e 28 |
Jalan rusak tingkat berat
Terdapat 3 titik jalan yang mengalami tingkat kerusakan yang berat
Berikut adalah titik jalan yang tingkat kerusakannnya berat
10
9
Gambar 1
P a g e 29 |
Gambar 2
Gambar 3
P a g e 30 |
Gambar 4
Gambar 5
P a g e 31 |
Gambar 6
Gambar 7
P a g e 32 |
Gambar 8
Gambar 9
P a g e 33 |
Gambar 10
Air, yang dapat berasal dari air hujan, sistem drainase yang tidak berjalan
dengan baik, naiknya air akibat sifat kapilaritas,
Material konstruksi perkerasan, yang dapat disebabkan oleh sifat material itu
sendiri atau bias disebabkan oleh sistem pengolahan bahan itu sendiri,
Iklim di Indonesia yang tropis cenderung mengakibatkan suhu udara dan
curah hujan yang umumnya tinggi sehingga dapat menjadi salah satu
penyebeab kerusakan jalan yang ada di Indonesia ini,
Kondisi tanah yang tidak setabil, kemungkinan bisa disebabkan oleh sistem
pelaksanaan yang kurang baik, atau dapat juga disebabkan oleh sifat tanah
dasarnya itu sendiri,
Proses pemadatan lapisan di atas tanah dasar yang kurang baik.
P a g e 34 |
tidak baiknya sokongan dari samping. Dengan terjadinya retak pinggir,
memungkinkan air meresap masuk ke lapis di bawahnya yang melemahkan ikatan
antara aspal dengan agregat, hal ini dapat menimbulkan lubang-lubang, disamping
melemahkan daya dukung lapisan di bawahnya. Dalam mengevaluasi keruskan jalan
perlu di tentukan :
Jenis kerusakan (distress type) dan penyebabnya,
P a g e 35 |
BAB V
PENUTUP
Berdasarkan hasil survey analisi mengenai bentuk dan jenis jalan
yang ada di desa cikoang yaitu maka dapat disimpulkan bahwa terdapat
bahwa bentuk jalan didesa cikoang adalah berbentuk pola jalan lingkungan
sejajar dengan garis pantai, dengan akses utama yang sejajar dengan garis
pantai. Secara geografis, Desa Cikoang adalah salah satu desa yang terletak di
pesisir selatan Kecamatan Mangarabombang, Kabupaten Takalar, Sulawesi
Selatan. Adapun batas – batas dari desa Cikoang secara administrasi yaitu:
P a g e 36 |
pengendalian ruang.Di desa Cikoang terdapat dua jenis jalan yang ada yaitu
jalan kolektor dan jalan lokal. Jalan kolektor melintas di tengah permukiman
yang menghubungkan desa Lakatong dan desa Cikoang. Jalan lokal yang ada
menghubungkan permukiman masyarakat dengan jalan kolektor. j alan kolektor
yang ada di desa cikoang merupakan akses utama atau akses penghubung
ke desa cikoang dan desa Lakatong sedangkan Jalan lingkungan
merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan lingkungan
dengan ciri perjalanan jarak dekat, dan kecepatan rata-rata rendah dan
hanya untuk kendaraan-kendaraan kecil.
P a g e 37 |
DAFTAR PUSTAKA
Kodoatie, Robert J. dan Sjarief, Roestam. (2010). Tata Ruang Air. Penerbit Andi,
Yogyakarta
P a g e 38 |
P a g e 39 |
P a g e 40 |
P a g e 41 |