Anda di halaman 1dari 11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Studi Literatur
Kota Medan memiliki luas 26.510 hektar (265, 10 km) atau 3,6% dari keseluruhan
wilayah Sumatera Utara. Secara geografis kota Medan terletak pada 3 30’ 3 43’ lintang utara
dan dan 98 35’ - 98 44’ Bujur Timur. Untuk itu topografi kota Medan cenderung miring ke
utara dan berada pada ketinggian 2,5 – 37,5 m diatas permukaan laut.

Medan sunggal adalah suatu kecamatan yang terletak di kota Medan. Banyaknya
jumlah penduduk di Kecamatan Medan Sunggal dikarenakan terletak berbatasan dengan
Kecamatan Medan Helvetia di sebelah utara sedangkan Kecamatan Medan Selayang di
sebelah selatan, Kabupaten Deli Serdang di sebelah barat dan Kecamatan Medan Baru serta
Medan Ptisah di sebelah Timur. Kecamatan Medan Sunggal ini memiliki luas sekitar 13,90
km2 dengan ketinggian wilayah sekitar 17 – 28 meter diatas permukaan laut, ketinggian
terendah berada di Kelurahan Lalang dan ketinggian terendah berada di Kelurahan Sunggal.
Untuk sampai ke kantor walikota Medan memiliki jarak tempuh sekitar 8 km (Badan Pusat
Statistik,2017).

Perkembangan kota yang sangat pesat dan diiringi dengan pertumbuhan penduduk
yang tinggi tentu akan menyebabkan timbulnya masalah dalam berbagai bidang salah satunya
adalah dalam bidang transportasi. Suatu hal yang mutlak, tidak dapat dihindari dan akan terus
berlanjut seiring perkembangan zaman. Sistem transportasi yang efektif dan efisien ditengah
perkembangan kota yang pesat sangatlah dibutuhkan untuk menunjang pergerakan/ mobilitas
masyarakat. Peningkatan aktifitas ekonomi khususnya di wilayah pusat kota akan berdampak
terhadap peningkatan mobilitas masyarakat dalam rangka memenuhi kebutuhan dan
kepentinganya.

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Pengertian Jalan

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004, bahwa jalan adalah prasarana
transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan
perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di
atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air,
kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel.

A. Pengelompokan jalan
1) Menurut lokasi
Jalan menurut lokasi nya yang relevan adalah kawasan perkotaan (urban area) dan
kawasan luar kota (rural area).
2) Menurut Sistem
Sistem jaringan jalan terdiri atas sistem jaringan jalan primer dan sistem jaringan jalan
sekunder.
 Sistem Jaringan Jalan Primer
Sistem jaringan jalan primer sebagaimana dimaksud pada UU. No 38 Tahun 2004
merupakan sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan distribusi barang dan jasa
untuk pengembangan semua wilayah di tingkat nasional, dengan menghubungkan
semua simpul jasa distribusi yang berwujud pusat-pusat kegiatan.
 Sistem jaringan jalan primer disusun mengikuti ketentuan pengaturan tata ruang
dan struktur pengembangan wilayah tingkat nasional, yang menghubungkan
simpul-simpul jasa konstruksi.
 Jaringan jalan primer menghubungkan secara menerus kota jenjang kesatu, kota
jenjang kedua, kota jenjang ketiga, dan kota jenjang dibawahnya sampai ke persil
dalam satu satuan wilayah pengembangan. Jaringan jalan primer menghubungkan
kota jenjang kesatu dengan jenjang kesatu antar satuan wilayah pengembangan.
 Jaringan jalan primer tidak terputus walaupun memasuki kota. Jaringan jalan
primer harus menghubungkan kawasan primer. Suatu ruas jalan primer dapat
berakhir pada suatu kawasan primer. Kawasan yang mempunyai fungsi primer
antara lain: industri skala regional, terminal barang/pergudangan, pelabuhan,
bandar udara, pasar induk, pusat perdagangan skala regional/grosir.
 Sistem Jaringan Jalan Sekunder
Sistem jaringan jalan sekunder sebagaimana dimaksud pada UU. No 38 Tahun 2004
merupakan sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan distribusi barang dan jasa
untuk masyarakat di dalam kawasan perkotaan.
 Sistem jaringan jalan sekunder disusun mengikuti ketentuan pengaturan tata ruang
kota yang menghubungkan kawasan-kawasan yang mempunyai fungsi primer,
fungsi sekunder kesatu, fungsi sekunder kedua, fungsi sekunder ketiga dan
seterusnya sampai ke perumahan.
 Kawasan Sekunder adalah kawasan kota yang mempunyai fungsi sekunder.
Fungsi sekunder sebuah kota dihubungkan dengan pelayanan terhadap warga kota
itu sendiri yang lebih berorientasi ke dalam dan jangkauan lokal. Fungsi ini dapat
mengandung fungsi yang terkait pada pelayanan jasa yang bersifat pertahanan
keamanan yang selanjutnya disebut fungsi sekunder yang bersifat khusus.
3) Menurut Fungsi
 Arteri Primer, yaitu jalan yang menghubungkan kota jenjang kesatu yang terletak
berdampingan, atau menghubungkan kota jenjang kesatu dengan kota jenjang
kedua.
 Arteri Sekunder, yaitu jalan yang menghubungkan kawasan primer dengan
kawasan sekunder kesatu, atau menghubungkan kawasan sekunder kesatu dengan
kawasan sekunder kesatu lainnya, atau kawasan sekunder kesatu dengan kawasan
sekunder kedua.
 Kolektor Primer, yaitu jalan yang menghubungkan kota jenjang kedua dengan
kota jenjang kedua lainnya, atau kota jenjang kedua dengan jenjang ketiga.
 Kolektor Sekunder, yaitu jalan yang menghubungkan antara pusat jenjang kedua,
atau antara pusat jenjang kedua dengan ketiga.
 Lokal Primer, yaitu jalan yang menghubungkan persil dengan kota pada semua
jenjang.
 Lokal Sekunder, yaitu jalan yang menghubungkan permukiman dengan semua
kawasan sekunder.
4) Menurut Status
Terbagi atas jalan nasional, jalan provinsi, jalan kota, jalan kabupaten dan jalan Desa.
5) Menurut Kelas
Menurut UU Nomor 38 Tahun 2004, pengelompokan jalan berdasarkan penyediaan
prasaran jalan adalah:
 Berdasarkan spesifikasi penyediaan prasarana jalan :
- Jalan Bebas Hambatan adalah jalan umum untuk lalu lintas menerus yang
memberikan pelayanan menerus/tidak terputus dengan pengendalian jalan masuk
secara penuh, dan tanpa adanya persimpangan sebidang, serta dilengkapi dengan
pagar ruang milik jalan, paling sedikit 2 (dua) lajur setiap arah dan dilengkapi
dengan median
- Jalan raya (highway) adalah jalan umum untuk lalu lintas menerus dengan
pengendalian jalan masuk terbatas dan dilengkapi dengan median, paling sedikit 2
(dua) lajur setiap arah
- Jalan sedang (road) adalah jalan umum dengan lalu lintas jarak sedang dengan
pengendalian jalan masuk tidak dibatasi, paling sedikit 2 (dua) arah dengan lebar
paling sedikit 7,00 meter

- Jalan kecil (street) adalah jalan umum untuk melayani lalu lintas setempat paling
sedikit 2 (dua) lajur untuk 2 (dua) arah dengan lebar paling sedikit 5,50 meter.

 Berdasarkan Karakteristik Kendaraan


Menurut PP Nomor 43 Tahun 1993, pengelompokan jalan berdasarkan
karakteristik kendaraan yaitu Jalan kela I, jalan kelas II, jalan kelas III A, jalan
kelas III B, dan Jalan kelas III C.
6) Menurut Medan – Topografi
Berdasarkan kondisi sebagian besar kelandaian – kemiringan medan yang diukur tegak
lurus terhadap garis kontur, maka untuk perencaan geometrik jalan medan
diklasifikasikan menjadi:
 Medan Datar, kemiringan medan < 3 %
 Medan Perbukitan, kemiringan medan 3 – 25 %
 Medan Pegunungan, kemiringan medan > 25 %.

2.2.2 Karakteristik Jalan

Karakteristik utama jalan akan mempengaruhi kapasitas dan kinerja jalan yang
dibebani lalu lintas diperlihatkan bahwa setiap titik pada jalur tertentu dimana terdapat
perubahan penting dalam geometrik. Komposisi arus dan pemisah arus lalu lintas, pengaturan
lalu lintas, aktivitas samping jalan (hambatan samping) dan perilaku pengemudi serta
populasi kendaraan.
 Tipe jalan : berbagai tipe jalan akan menunjukkan kinerja berbeda pada pembebanan
lalu-lintas tertentu, misalnya jalan terbagi dan tak terbagi (jalan satu arah)
 Lebar Jalur lalu lintas adalah kecepatan arus bebas dan kapasitas meningkat dengan
pertambahan lebar jalur lalu lintas.
 Kereb biasanya pembatas antara jalur lalu lintas dan trotoar berpengaruh terhadap
dampak hambatan samping pada kapasitas dan kecepatan.
 Bahu jalan, contoh: jalan perkotaan tanpa kereb pada umumnya mempunyai bahu
jalan pada kedua sisi jalur lalu lintasnya.
 Medianadalah median yang direncanakn dengan baik meningkatkan kapasitas.
 Aligment jalan ialah lengkung horizontal yang jari-jari kecil mengurangi kecepatan
arus bebas.
2.2.3 Karasteristik Arus Lalu Lintas

Jalan merupakan tempat kendaraan berjalan dengan kecepatan yang dikehendaki,


cepat maupun lambat. Untuk mencapai tujuan diperlukan keadaan jalan yang memungkinkan
untuk suatu kendaraan menempuhnya sesuai keadaan kendaraan. Apabila terdapat kendaraan
lain dijalan tersebut maka kendaraan tersebut akan menghalangi pengemudi dan memaksa
pengemudi untuk mengurangi kecepatan sampai dapat menyalip kendaraan tersebut. kadang-
kadang pengemudi sendiri yang menghalangi dan memperlambat jalan kendaraan yang
memakai jalan, maka ganguan-gangguan semacam ini akan terjadi lebih sering lagi.

Tipe jalan menentukan jumlah lajur dan arah pada segmen jalan :

 2 lajur 1-arah (2/1)


 2-lajur 2-arah tak-terbagi (2/2 UD)
 4-lajur 2-arah (4/2 UD)
 4-lajur 2 arah tak terbagi (4/2 D)
 6-lajur 2 arah terbagi (6/2 D)

Jumlah lajur ditentukan dari marka lajur atau lebar jalur efektif (Wce) untun segmen
jalan, lihat tabel dibawah ini :

Lebar Lajur Efektif Wce (m) Jumlah Lajur

5- 10,5 2

10,5 – 16 4

Tabel 1.3.1 Jumlah Lajur (sumber MKJI)

Dalam manual nilai Arus lalu lintas (Q) mencerminkan komposisi lalu lintas dengan
menyatakan arus dalam satuan mobil penumpang (smp). Semua nilai arus lalu lintas (per arah
dan total) diubah menjadi satuan mobil penumpang (smp) yang diturunkan secara empiris
untuk tipe kendaraan berikut ini :

 Kendaraan ringan (LV) termasuk mobil penumpang, minibus, pick-up, truck kecil dan
jeep
 Kendaraan berat HV (termasuk truk dan bus)
 Sepeda motor (MC)

2.2.4 Karakteristik Kendaraan

Karakteristik kendaraan dapat dibedakan berdasarkan fisiknya pada dimensi, berat,


dan kinerja. Kendaraan di Indonesia diklasifikasikan sama dengan jenis kendaraan di dalam
sistem trasportasi jalan raya, seperti pada tabel dibawah ini:

Tabel 2.4 Tabel Klasifikasi Kendaraan


Klasifikasi Kendaraan
Defenisi Jenis-Jenis Kendaraan
Kendaraan ringan Kendaraan ringan (LV = Mobil pribadi, oplet,
light vehicle) Kendaraan mikrobis, pick up, trukkecil
bermotor 2 as beroda 4
dengan jarak as 2-3 cm
Kendaraan umum Kendaraan umum (HV = Bus, truk 2 as, truk 3 as dan
heavy vehicle) Kendaraan truk kombinasi sesuai sistem
bermotor dengan lebih dari klasifikasi binamarga
empat roda
Sepeda motor Sepeda motor (MC = motor Sepeda motor dan kendaraan
cycle) Kendaraan bermotor roda tiga sesuai sistem
dengan dua atau tigaroda klasifikasi binamarga
Kendaraan takbermotor Kendaraan tak Sepeda, becakdayung,
bermotor( UM = unmotor kereta kuda, kereta dorong
cycle) Kendaraan beroda
yang menggunakan tenaga
manusia atau hewan

Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) 1997

2.2.5 Penampang Melintang Jalan

Tampang melintang jalan ialah potongan suatu jalan tegak lurus pada as atau sumbu
jalan, yang menunjukkan bentuk serta susunan bagian-bagian jalan yang bersangkutan dalam
arah melintang
Tampang melintang jalan yang akan digunakan harus sesuai dengan klasifikasi jalan
serta kebutuhan lalu lintas yang bersangkutan, demikian pula lebar badan jalan, drainase dan
kebebasan pada jalan raya semua harus disesuaikan dengan peraturan yang berlaku
 Tipe jalan : berbagai tipe jalan akan menunjukkan kinerja berbeda pada pembebanan
lalu-lintas tertentu, misalnya jalan terbagi dan tak terbagi (jalan satu arah)
 Lebar Perkerasan
Berdasarkan lebar jalur lalu lintasnormal yang besarnya adalah 3,5 meter, kecuali :
 Jalan penghubung dan jalan IIC = 3,00 meter
 Jalan utama = 3,75 meter
Jalan satu jalur seperti jalan penghubung, lebar perkerasannya tidak ditetapkan berdasarkan
lebar jalur, karena kecilnya intensitaas lalu lintas
(jumlah satuan lalu lintas dari suatu jenis lalu lintas atau suatu kelompok jenis-jenis lalu lintas
yang melalui suatu tempat dalam satu satuan waktu).
 Bahu Jalan
Bahu jalan adalah daerah yang disediakan di tepi luar jalan antara lapis perkerasan dengan
kemiringan badan jalan yang bermanfaat bagi lalu lintas. Bahu jalan mempunyai kemiringan
untuk keperluan pengaliran air dari permukaan jalan dan juga untuk memperkokoh konstruksi
perkerasan.
Fungsi bahu jalan untuk memberi suatu sokongan samping terhadap suatu konstruksi
perkerasan. Bahu jalan jalan terdapat di tepi jalan khususnya pada jalan yang menggunakan
median. Disamping itu bahu jalan juga bermanfaat yaitu sebagai :
 Ruang untuk menempatkan rambu-rambu lalu lintas
 Untuk menempatkan material atau alat-alat saat terjadi perbaikan jalan
 Untuk tempat parkir sementara saat darurat
 Memberi kenyamanan dan kebebasan samping
Dimensi bahu jalan bisa digunakan oleh lalu lintas kendaraan dalam keadaan darurat
sehingga lebar bahu jalan harus sekurang-kurangnya 2,5 – 3,5 meter.

2.2.6 Kapasitas Jalan

Kapasitas didefenisikan sebagai arus maksimum melalui suatu titik dijalan yang dapat
dipertahankan per satuan jam pada kondisi tertentu. Untuk jalan dua-lajur-dua arah kapasitas
ditentukan untuk arus dua arah (kombinasi dua arah). Tetapi untuk jalan dengan banyak lajur,
arus dipisahkan per arah dan kapasitas ditentukan per lajur.
Berdasarkan MKJI kapasitas dihitung dengan Rumus berikut:

C = Co x FCw x FCsp x FCsf x FCcs (smp/jam)

Dimana :
C = Kapasitas (smp/jam)
Co = Kapasitas dasar (ideal) untuk kondisi (ideal) tertentu (smp/jam)
FCw = Penyesuaian lebar jalan
FCsp = Faktor penyesuaian pemisahan arah (hanya untuk jalan tak terbagi)
FCsf = Faktor penyesuaian hambatan samping dan bahu jalan / kereb
FCcs = Faktor penyesuaian ukuran kota

2.2.7 Hambatan Samping

Hambatan samping menunjukkan pengaruh aktivitas saamping jalan di daeah simpang


pada arus berangkat lalu-lintas, misalnya pejalan kaki berjalan atau menyebrangi jalur,
angkutan kota dan bis berhenti untuk menaikkan dan menurunkan penumpang, kendaraan
masuk dan keluar halaman dan tempat parkir diluar jalur. Hambatan samping ditentukan
secara kualitatif dengan pertimbangan teknik lalu-lintas sebagai Tinggi, sedang atau rendah.

Kelas Jumlah berbobot kejadian per


Hambatan 200 m per jam (dua sisi)
Kode Kondisi Khusus
samping (SFC)

Sangat rendah VL <100 Daerah pemukiman; jalan samping


tersedia

Rendah L 100 – 299 Daerah pemukiman; beberapa angkutan


umum, dsb

Sedang M 300 – 499 Daerah industri; beberapa toko sisi jalan

Tinggi H 500- 899 Daerah komersial; aktivtas sisi jalan


tinggi

Sangat tinggi VH >900 Daerah komersial; aktivitas pasar sisi


jalan.
Tabel 1.3.3 Kelas hambatan samping untuk jalan perkotaan (sumber MKJI)

Dalam menentukan nilai kelas hambatan samping digunakan rumus:


SCF = PED + PSV + EEV + SMV
Dimana : SFC = Kelas Hambatan samping
PED = Frekwensi pejalan kaki
PSV = Frekwensi bobot kendaraan parkir
EEV = Frekwensi bobot kendaraan masuk/keluar sisi jalan
SMV = Frekwensi bobot kendaraan lambat

2.2.8 Kecepatan
Kecepatan adalah jarak yang ditempuh suatu kendaraan per satuan waktu. Disini
digunakan kecepatan tempuh sebagai ukuran utama kinerja segmen jalan, karena mudah
dimengerti dan diukur, dan merupakan masukan yang penting untuk biaya pemakai jalan dan
analisa ekonomi. Kecepatan tempuh didefinisikan dalam manual ini sebagai kecepatan rata-
rata ruang dari kendaraan ringan (LV) sepanjang segmen jalan :
V = L / TT
Dimana : V = Kecepatan rata-rata ruang LV (km/jam)
L = Panjang segmen (km)
TT = Waktu tempuh rata-rata LV sepanjang segmen (jam)

2.2.9Kecepatan Arus Bebas


Kecepatan arus bebas (FV) didefinisikan sebagai kecepatan pada tingkat arus nol,
yaitu kecepatan yang akan dipilih pengemudi jika mengendarai kendaraan bermotor tanpa
dipengaruhi oleh kendaraan bermotor lain di jalan. Kecepatan arus bebas telah diamati
melalui pengumpulan data lapangan, dimana hubungan antara kecepatan arus bebas
dengan kondisi geometrik dan lingkungan telah ditentukan dengan metode regresi. Kecepatan
arus bebas untuk kendaraan ringan telah dipilih sebagai kriteria dasar untuk kinerja segmen
jalan pada arus = 0. Kecepatan arus bebas untuk kendaraan berat dan sepeda motor juga
diberikan sebagai rujukan. Kecepatan arus bebas untuk satuan mobil penumpang biasanya
10-15 % lebih tinggi dari tipe kendaraan ringan lain.
Persamaan untuk penentuan kecepatan arus bebas mempunyai bentuk umum berikut :
FV = (Fvo + FVw) x FFVsf x FFVcs
Dimana :
FV = Kecepatan arus bebas kendaraan ringan untuk kondisi sesungguhnya(km/jam)
FVo = Kecepatan arus bebas dasar untuk kendaraan ringan pada jalan yang
diamati, untuk kondisi ideal.
FVw = Penyesuaian kecepatan untuk lebar jalan (km/jam)

2.2.10 Derajat Kejenuhan

Derajat Kejenuhan (DS) didefenisikan sebagai rasio arus terhadap kapasitas,


digunakan sebagai faktor utama dalam penentuan tingkat kinerja simpang dan segmen jalan.
Nilai DS menunjukkan apakah segmen jalan tersebut mempunyai masalah kapasitas atau
tidak.

DS = Q/C

Derajat kejenuhan dihitung dengan menggunakan arus dan kapasitas dinyatakan


dalam smp/jam.

2.2.11 Satuan Mobil Penumpang (smp)


Informasi tentang jenis kendaraan yang menggunakan ruas jalan merupakan faktor
penting dalam perencanaan maupun evaluasi kinerja ruas jalan. Pencacahan terklasifikasi
biasanya membedakan sampai 20 kelas kendaraan. Tergantung dari tujuannya, maka hasil
dari survei klasifikasi kendaraan dapat dikombinasikan ke dalam kategori kelas kendaraan
yang lebih diinginkan/disederhanakan. Kombinasi yang umumnya dipertimbangkan adalah :
 Berat kendaraan, terutama beban sumbu. Hal ini berhubungan dengan desain
konstruksi perkerasan dan penanganan jalan. Pembagiannya berdasarkan atas
kendaraan ringan,sedan, dan berat
 Dimensi kendaraan untuk menentukan lebar jalur dan radius belokan,
 Karakteristik kendaraan (dimensi, kecepatan, percepatan, dan pengereman).
Pembagiannya berdasarkan kendaraan tidak bermotor, bermotor kecil, sedang dan
besar
 Penggunaan kendaraan. Pengklasifikasiannya adalah angkutan pribadi, angkutan
umum,dan angkutan barang.
Tabel Emp untuk Jalan Perkotaan tak-terbagi
Tipe jalan : Arus lalu lintas emp : Mc emp : Mc
Jalan tak terbagi total dua arah Emp : HV Lebar lajur lalu Lebar lajur lalu
(kend/jam) lintas Wc (m) lintas Wc (m)
≥6 > 6
Dua lajur tak 0 1,3 0,5 0,4
terbagi (2/2 UD) ≥1800 1,2 0,35 0,25
Empak tak Lajur 0 1,3 0,24 0,24
terbagi (4/2 UD) ≥3700 1,2 0,25 0,25

Satuan Mobil Penumpang (Smp) Berdasarkan Peraturan MKJI :


 Sepeda : 0.80
 Mobil Penumpang : 1
 Sepeda motor : 0.25
 Truck Ringan (berat kotor < 5 ton): 1.20
 Truck Sedang > 5 ton : 1.20
 Bus : 1.20
 Truck Berat > 10 ton : 1.20

Anda mungkin juga menyukai