Anda di halaman 1dari 37

REKAYASA

LALULINTAS
KELOMPOK 3
KELOMPOK 3
GITHA SAFITRI (03120180245)
MAYASARI (03120180045)
ESY PRAMAYSYLA SUBHAN (03120180261)
DEWI SANTIKA (03120180022)
FARADHIYA JINAN BASTINI (03120180237)
RISMAWATI (03120180046)
ANDI AINUL MUFTIYAH YUSUF (03120180005)
MILDA (03120180029)
NUR WAHYUNI (03120180221)
WA ODE NUR AFIFA (03120180004)
REKAYASA LALU LINTAS

Serangkaian usaha dan kegiatan yang meliputi perencanaan,


pengadaan, pemasangan, pengaturan, dan pemeliharaan fasilitas
perlengkapan jalan dalam rangka mewujudkan, mendukung, dan
memelihara keamanam, keselamatan, ketertiban, dan kelancaran
lalu lintas (UU No.22 Tahun 2009)

Metode perancangan ruang lalu lintas jalan yang aman dan


nyaman bagi pengguna jalan dan efisien dari sudut pandang
pembiayaan / penggunaan lahan menurut putranto (2008)
Ruang Lingkup rekayasa lalu lintas
mencakup 5 bagian penting :
■ Studi karakteristik lalu lintas
■ Perencanaan transportasi
■ Perencanaan geometrik jalan, penerapan rekayasa lalu lintas pada perencanaan
geometrik jalan
■ Operasi lalu lintas
■ Administrasi
Karastertistik Utama Lalu Lintas

■ Arus Lalu-lintas atau Volume Lalu-lintas (Q) adalah jumlah kendaraan berdasarkan


satuan waktu yang dirumuskan dengan:
q = N/T
dimana:       N = jumlah kendaraan yang melintasi titik tertentu,
T = satuan waktu tertentu.
Umumnya dalam praktek teknik lalu-lintas, perhitungan arus atau volume lalu-lintas
dilakukan dalam interval waktu 1 jam atau 15 menit.
Perencanaan Transportasi

Suatu usaha untuk memprediksikan proses perpindahan manusia, barang dan jasa dari satu
tempat ke tempat lain pada masa mendatang berdasarkan data perpindahan yang ada
sebelumnya (dengan membuat suatu model).
Tujuan perencanaan transportasi yaitu memperkirakan jumlah serta lokasi kebutuhan
transportasi (missal: jumlah pergerakan dengan kendaraan umum/pribadi) pada masa
mendatang, yang digunakan untuk kepentingan kebijakan investasi perencanaan
transportasi.
Perencanaan Geometrik Jalan

Perencanaan Geometrik jalan merupakan bagian dari perencanaan jalan yang titik beratkan
pada alinyem horizontal dan alinyemen vertikal sehingga dapat memenuhi fungsi dasar dari
jalan yang memberikan kenyamanan yang optimal pada arus lalu lintas sesuai dengan
kecepatan yang direncanakan. Secara umum perencanaan geometrik terdiri dari aspek-aspek
perencanaan tase jalan, badan jalan yang terdiri dari bahu jalan dan jalur lalu lintas,
tikungan, drainase, kelandaian jalan serta galian dan timbunan. Tujuan dari perencanaan
geometrik jalan adalah menghasilkan infrastruktur yang aman, efesiensi pelayanan arus lalu
lintas dan memaksimalkan rasio tingkat penggunaan/biaya pelaksanaan. (Silvia Sukirman,
2010)
Dalam penentuan rute suatu ruas jalan, sebelum sampai pada suatu keputusan akhir
perancangan, banyak faktor internal yang perlu ditinjau, antara lain :
1. Tata ruang jalan yang akan dibangun.
2. Data perancangan sebelumnya pada lokasi atau sekitar lokasi.
3. Tingkat kecelakaan yang pernah terjadi akibat permasalahan geometrik.
4. Tingkat pertumbuhan lalulintas.
5. Alternatif rute selanjutnya dalam rangka pengembangan jaringan jalan.
6. Faktor lingkungan yang mendukung dan mengganggu.
7. Faktor ketersediaan bahan, tenaga dan peralatan.
8. Biaya pemeliharaan.
Klasifikasi Jalan Menurut Fungsi
Klasifikasi berdasarkan fungsi, jalan raya diklasifikasikan ke dalam dua sistem jaringan
jalan, antara lain :
1. Sistem Jalan Primer, adalah jalan yang menghubungkan simpulsimpul jasa distribusi
dalam struktur pengembangan wilayah. Sistem jaringan jalan primer dibagi menjadi
tiga yaitu :
a) Jalan arteri primer, Menghubungkan kota jenjang kesatu, yang terletak
berdampingan, atau menghubungkan kota jenjang kesatu dengan kota jenjang
kedua.
b) Jalan Kolektor Primer, Menghubungkan kota jenjang kedua dengan kota jenjang
kedua, atau menghubungkan kota jenjang kesatu dengan kota jenjang ketiga, atau
menghubungkan kota jenjang kedua dengan kota jenjang ketiga.
c) Jalan Lokal Primer, Menghubungkan kota jenjang ketiga dengan kota jenjang
ketiga, atau menghubungkan kota jenjang ketiga dengan persil.
Adapun ciri jalan arteri primer, Jalan
kolektor primer, dan Jalan Lokal Primer

1. Adapun ciri jalan arteri primer adalah sebagai berikut :


 Didesain paling rendah dengan kecepatan 60 km/jam.
 Lebar badan jalan tidak kurang dari 8 meter.
 Kapasitas lebih besar dari pada volume lalulintas rata-rata.
 Lalulintas jarak jauh tidak boleh terganggu oleh lalulintas ulang alik, lalulintas lokal dan kegiatan lokal.
 Jumlah jalan masuk ke jalan arteri primer dibatasi secara efisien sehingga kecepatan 60 km/jam dan kpasitas besar tetap
terpenuhi.
 Persimpangan pada jalan arteri primer harus dapat memenuhi ketentuan kecepatan dan volume lalulintas.
2. Adapun ciri jalan kolektor primer adalah sebagai berikut :
 Didesain untuk kecepatan rencana paling rendah 40 km/jam.
 Lebar badan jalan tidak kurang dari 7 meter.
 Kapasitas sama atau lebih besar dari volume lalulintas rata-rata. 6
 Jumlah jalan masuk dibatasi, dan direncanakan sehingga dapat dipenuhi kecepatan paling rendah 40 km/jam.
 Jalan kolektor primer tidak terputus walaupun memasuki kota.
3. Adapun ciri jalan lokal primer adalah sebagai berikut :
 Didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 20 km/jam.
 Lebar badan jalan tidak kurang dari 6 meter.
 Jalan lokal primer tidak terputus walaupun memasuki desa.
2. Sistem Jaringan Jalan Sekunder, adalah jalan yang menghubungkan kawasankawasan fungsi
primer, fungsi sekunder kesatu, fungsi sekunder kedua, sekunder ketiga dan seterusnya sampai
perumahan dalam satu wilayah perkotaan.
Sistem jaringan jalan sekunder terbagi menjadi tiga bagian yaitu :

Jalan Arteri Jalan Kolektor Jalan Lokal


Sekunder Sekunder Sekunder

Jalan
Lingkungan
Jalan Arteri Sekunder
Yaitu yang Menghubungkan kawasan primer dengan kawasan sekunder kesatu, atau
menghubungkan kawasan sekunder kesatu dengan kawasan sekunder kedua.
Adapun ciri jalan arteri sekunder adalah sebagai berikut :
 Didesain berdasarkan kecepatan paling rendah 30 km/jam.
 Kapasitas sama atau lebih besar dari volume lalulintas rata-rata.
 Lebar badan jalan tidak kurang dari 8 meter.
 Pada jalan arteri sekunder, lalulintas cepat tidak boleh terganggu oleh lalulintas lambat.
 Persimpangan jalan dengan peraturan tertentu harus memenuhi kecepatan tidak kurang
dari 30 km/jam.
Jalan Kolektor Sekunder

Yang Menghubungkan kawasan sekunder kedua dengan kawasan sekunder kedua, atau
menghubungkan kawasan sekunder kedua dengan kawasan sekunder ketiga.
Adapun ciri jalan kolektor sekunder adalah sebagai berikut :
 Didesain berdasarkan kecepatan paling rendah 20 km/jam.
 Lebar badan jalan tidak kurang dari 7 meter.
Jalan Lokal Sekunder
Menghubungkan kawasan sekunder kesatu dengan perumahan, atau menghubungkan
kawasan sekunder kedua dengan perumahan.
Adapun ciri jalan lokal sekunder adalah sebagai berikut :
 Didesain berdasarkan kecepatan paling rendah 10 km/jam.
 Lebar badan jalan tidak kurang dari 5 meter.
 Dengan kecepatan paling rendah 10 km/jam, bukan diperuntukkan untuk roda tiga atau
lebih.
 Yang tidak diperuntukkan kendaraan roda tiga atau lebih harus mempunyai lebar jalan
tidak kurang dari 3,5 meter.
Jalan Lingkungan

Jalan Lingkungan adalah merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
lingkungan dengan ciri-ciri pada table dibawah ini sebagai berikut :

Jalan Ciri-ciri
Lingkungan 1. Perjalanan Jarak Dekat
2. Kecepatan Rata-Rata Rendah
Klasifikasi Jalan Menurut Kelas Jalan
Klasifikasi jalan menurut kelas jalan dapat dikelompokkan menjadi beberapa bagian, antara
lain :

KLASIFIKA
SI JALAN
ANTAR
KOTA
KLASIFIKA
SI JALAN
PERKOTAA
N KLASIFIKA
SI JALAN
KABUPATE
N
Klasifikasi Jalan Menurut Medan Jalan
Klasifikasi perhitungan rata-rata dari ketinggian muka tanah lokasi rencana, maka dapat
diketahui lereng melintang yang digunakan untuk menentukan golongan medan klasifikasi
jalan berdasarkan medan jalan dapat dilihat pada table yang ada di bawah ini :

No Jenis Medan Notasi Kemiringan Medan


(%)
1 Datar D <3
2 Perbukitan B 3-25
3 Pegunungan G >25
Klasifikasi Jalan Menurut Wewenang
Pembinaan
 Jalan Provinsi
 Jalan Nasional Jalan provinsi dibagi menjadi empat bagian,
Jalan nasional dapat dikelompokkan menjadi diantaranya adalah sebagai berikut :
tiga bagian, diantaranya adalah sebagai a) Jalan kolektor primer, yang menghubungkan
ibukota provinsi dengan ibukota
berikut :
kabupaten/kotamadya.
a) Jalan arteri primer b) Jalan kolektor primer, yang menghubungkan
b) Jalan kolektor primer, yang antar ibukota kabupaten/kotamadya.
menghubungkan antar ibukota provinsi. c) Jalan selain yang disebutkan diatas, yang
c) Jalan selain dari yang termasuk mempunyai nilai strategis terhadap
arteri/kolektor primer, yang mempunyai kepentingan provinsi, yakni jalan yang biarpun
nilai strategis terhadap kepentingan tidak dominan terhadap perkembangan
ekonomi, tidak mempunyai peranan tertentu
nasional, yakni jalan yang tidak dominan
dalam menjamin terselenggaranya
terhadap pengembangan ekonomi, tetapi pemerintahan yang baik dalam Pemerintahan
mempunyai peranan menjamin kesatuan Daerah Tingkat I dan terpenuhinya kebutuhan-
dan keutuhan nasional, melayani daerah- kebutuhan sosial.
daerah rawan dan lain-lain. d) Jalan dalam Daerah Khusus Ibukota Jakarta,
kecuali jalan yang termasuk jalan nasional.
 Jalan Kabupaten
Jalan kabupaten dapat dikelompokkan menjadi
empat bagian, diantaranya adalah sebagai  Jalan Kotamadya
berikut : Jalan kotamadya merupakan jaringan jalan
a) Jalan kolektor primer, yang tidak termasuk sekunder yang berada di dalam kotamadya.
dalam kelompok jalan nasional dan kelompok
jalan provinsi.
b) Jalan lokal primer.
c) Jalan sekunder lain, selain yang dimaksud
sebagai jalan nasional dan jalan provinsi.
d) Jalan selain dari yang disebutkan di atas, yang
mempunyai nilai strategis terhadap
kepentingan kabupaten, yakni jalan yang  Jalan Desa
walaupun tidak dominan terhadap Jaringan jalan sekunder di dalam desa,
pengembangan ekonomi, tapi mempunyai yang merupakan hasil swadaya
peranan tertentu dalam menjamin masyarakat, baik yang ada di desa
terselenggaranya pemerintahan dalam
maupun di kelurahan.
Pemerintahan Daerah.
Kriteria Perencanaan Jalan

Dalam perencanaan jalan, bentuk geometric jalan harus ditetapkan sedemikian rupa sehingga jalan
yang bersangkutan dapat memberikan pelayanaan yang optimal kepada arus lalu lintas sesuai
dengan fungsinya. Dalam perencanaan geometric jalan terdapat 3 tujuan utama, yaitu :

1. Memberikan Keamanan dan kenyamanan, seperti


jarak pandang, ruang yang cukup bagi maneuver
kendaraan dan koefisien gesek permukaan jalan yang
cukup.
2. Menjamin suatu perencanaan yang ekonomis.
3. Memberikan suatu keseragaman geometri jalan
sehubung dengan jenis medan.
Ruang Rencana
Kendaraan rencana merupakan kendaraan yang dipakai dimension dan radius putarnya sebagai acuan
dalam perencanaan geometrik.
Pengelompokan kendaraan rencana untuk perencanaan geometric jalan kota adalah sebagai berikut :
1. Kendaraan Ringan / Kecil Kendaraan ringan / kecil adalah kendaraan bermotor ber as dua
dengan empat roda dan dengan jarak as 2,0 – 3,0 m (meliputi : mobil penumpang, oplet, mikro
bus, pick up, dan truk kecil sesuai sistem klasifikasi Bina Marga). 2. Kendaraan Sedang
Kendaraan bermotor dengan dua gandar, dengan jarak 3,5 – 5,0 m (termasuk bus kecil, truk dua
as dengan enam roda, sesuai sistem klasifikasi Bina Marga). 3. Kendaraan Berat / Besar
2. Bus Besar Bus dengan dua atau tiga gandar dengan jarak as 5,0 – 6,0 m.
3. Truk Besar Truk tiga gandar dan kombinasi tiga, jarak gandar (gandar pertama kedua) < 3,5 m
(sesuai sistem klasifikasi Bina Marga).
4. Sepeda Motor Kendaraan bermotor dengan 2 atau 3 roda (meliputi : sepeda motor dan
kendaraan roda 3 sesuai sistem klasifikasi Bina Marga).
5. Kendaraan Tak Bermotor (UM) Kendaraan dengan roda yang digerakkan oleh orang atau hewan
(meliputi : sepeda, becak, kereta kuda, dan kereta dorong sesuai sistem klasifikasi Bina Marga).
Kecepatan Rencana
Kecepatan Rencana adalah kecepatan yang dipilih untuk keperluan perencanaan setiap
bagian jalan raya seperti : tikungan, kemiringan jalan, jarak pandang, kelandaian jalan, dan
lain-lain. Kecepatan rencana tersebut merupakan kecepatan tertinggi menerus di mana
kendaraan dapat berjalan dengan aman dan keaman itu sepenuhnya tergantung dari bentuk
jalan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya kecepatan rencana antara lain :
1. Kondisi pengemudi dan kendaraan yang bersangkutan
2. Sifat fisik jalan dan keadaan medan sekitarnya
3. Sifat dan tingkat penggunaan daerah
4. Cuaca
5. Adanya gangguan dari kendaraan lain f. Batasan kecepaatan yang diizinkan.
Penentuan Trase Jalan
Dalam pembuatan jalan harus ditentukan trase jalan yang harus diterapkan sedemikian rupa, agar
dapat memberikan pelayanan yang baik sesuai dengan fungsinya, serta mendapatkan keamanan
dan kenyamanan bagi pemakainya.
Untuk membuat trase jalan yang baik dan ideal, maka harus memperhatikan syarat-syarat sebagai
berikut :
a. Syarat Ekonomis
 Penentuan trase jalan yang tidak terlalu banyak memotong kontur, sehingga dapat
menghemat biaya dalam pelaksanaan pekerjaan galian timbunan nantinya.
 Penyediaan material dan tenaga kerja yang tidak terlalu jauh dari lokasi proyek
sehingga dapat menekan biaya pemindahan material tersebut.
b. Syarat Teknis
 Tujuan dari syarat teknis ini adalah untuk mendapatkan jalan yang memberikan rasa
keamanan (keselamatan) dan kenyamanan bagi pemakai jalan tersebut, oleh karena itu
perlu diperhatikan keadaan topografi tersebut, sehingga dapat dicapai perencanaan
yang baik sesuai dengan keadaan daerah tersebut.
Tipe Jalan
Tipe jalan menentukan jumlah lajur dan arah pada suatu segmen jalan, untuk jalan-jalan luar kota
sebagai berikut :
 1 jalur, 2 lajur, 1 arah, tak terbagi (2/1 TB)

 1 jalur, 4 lajur, 2 arah, tak terbagi (4/2 TB)


 1 jalur, 4 lajur, 2 arah, tak terbagi (4/2 TB)

 2 jalur, 4 lajur, 2 arah, terbagi (4/2 B)


 2 jalur, 6 lajur, 2 arah, terbagi (6/2 B)
Bagian-Bagian Jalan

a. Lebar Jalur (Wc) Lebar jalur jalan yang dilewati lalu lintas, tidak termasuk bahu jalan.
b. Lebar Bahu (Ws) Lebar bahu disamping jalur lalu lintas direncanakan sebagai ruang
untuk kendaraan yang sekali-sekali berhenti, pejalan kaki dan kendaraan lambat.
c. Median (M) Daerah yang memisahkan arah lalu lintas pada suatu segmen jalan, terletak
pada bagian tengah (direndahkan / Ditinggikan)
Perencanaan Transportasi, meliputi :

■ Studi transportasi regional


■ Perencanaan jangka panjang mengenai jaringan jalan, sistem transportasi umum,
terminal dan parkir
■ Perencanaan khusus pembangunan, peningkatan atau penyebaran kembali lalu lintas
■ Studi tentang dampak lingkungan
■ Penelitian faktor-faktor sistem transportasi dan perilaku pemakai jalan pada suatu sistem
lalu lintas
Operasi lalu lintas, operasi lalu lintas dilaksanakan oleh pejabat yang
berwenang dengan cara menerapkan alat-alat kontrol lalu lintas agar sesuai
dengan standar dan ketentuan lainnya. Penerapan dapat dilakukan melalui :

■ Peraturan perundang-undangan
■ Alat-alat kontrol
■ Standar dan kebutuhan
Volume Lalu Lintas
Volume lalu lintas adalah jumlah kendaraan yang melewati suatu titik atau pada suatu ruas jalan
dalam waktu yang lama (minimal 24 jam) tanpa membedakan arah dan lajur. Segmen jalan selama
selang waktu tertentu yang dapat diekspresikan dalam tahunan, harian (LHR), jam, dan sub jam.
Volume lalu lintas yang diekspresikan dibawah 1 jam seperti 15 menit dikenal dengan istilah Rate
Of Flow atau nilai arus. Volume lalu lintas dapat dihitung dengan menggunakan rumus (Morlok,
E.K. 1991) berikut :

n
q
t
Dimana :

q = volume lalu lintas yang melalui suatu titik

n = jumlah kendaraan yang melalui titik itu dalam interval waktu pengamatan

t = interval waktu pengamatan


JENIS-JENIS VOLUME LALU
LINTAS
a. Volume Harian (Daily Volumes) dibedakan menjadi :
 Average Annual Daily Traffic (AADT)
 Average Annual Weekday Traffic (AAWT)
 Average Daily Traffic (ADT)
 Average Weekday Traffic (AWT)
b. Volume perjam, dirumuskan menjadi :
DDHV = AADT x K x D
dimana :
 AADT : Average Manual Daily Traffic
 K : Proporsi dari Lalu lintas harian yang terjadi selama jam puncak
 D : Proporsi dari lalu lintas tiap jurusan pada jam puncak

Volume persub jam


PENGAMBILAN DATA VOLUME
LALU LINTAS
Untuk mendapatkan informasi mengenai karakteristik lalu lintas maka Diperlukan survey
untuk mendapatkan berbagai informasi mengenai Prasarana yang bergerak diatasnya serta
perilaku pengguna. Berikut akan diuraikan jenis-jenis survey yang diperlukan, informasi
yang dikumpulkan serta pengolahan dan penyajian hasil survey yang dilakukan dalam
rangka memperbaiki lajur kerja lalu lintas :
 Survei volume kendaraan
 Survei kapasitas ruang jalan
 Survei inventarisasi prasarana jalan
 Survei arus lalu lintas
 Survei Persimpangan
 Survei Bundaran
SURVEI VOLUME KENDARAAN
Dikenal beberapa istilah mengenai volume kendaraan :
 PHV : Peak Hour Volume yaitu volume jam puncak yang tersusun dari volume 15 menitan tersibuk berurutan
selama 1 jam.
 PHF : Peak Hour Factor yaitu faktor jam puncak yang diperoleh dari PHV dibagi dg 4x volume maks pada
volume 15 menitan di PHV
 LHR : Lalu lintas harian rata-rata selama 24 jam
 AADT : Annual average daily traffic yaitu LHR yang pengukurannya minimal 365 hari( 1 tahun)
 ADT : Average daily traffic . Yaitu LHR yang pengukurannya kurang dari satu tahun

Metode pengumpulan data (yang sering dilakukan):


 Pengamatan  dilakukan dengan interval waktu 15 menit
 Pengamatan dilakukan 2 arah
 jenis kendaraan dikelompokan semakin rinci (LV=light vehicle, HV=heavy vehicle, MC=motorcycle,
UM=unmotorizhed)
 Lama pengamatan : 2 jam (minimal), 16 jam, 24 jam, 48 jam.
SURVEY KAPASITAS RUANG
JALAN
Faktor yang mempengaruhi survey:
 Umumnya pencacahan diklasifikasikan berdasarkan jenis kendaraan, arah arus dan terkadang posisi lajur.
 Pencacahan dikelompokkan per periode waktu tertentu (mis: 5’, 15’ dll).
 Jumlah dan posisi surveyor dipengaruhi konfigurasi lajur, detail klasifikasi, periode pencacahan, perlatan dll.

Data-data yang dipersiapkan untuk survey:


 Kota, lokasi, nama surveyor, hari, tanggal, cuaca, waktu.
 Sketsa lokasi ruas.
 Penampang melintang ruas, beserta ukuran lebar jalur lalu-lintas, jarak kerb ke penghalang atau lebar bahu
efektif (luar/dalam).
 Kesinambungan median.
 Pengendalian lalu-lintas: batas kecepatan, larangan melintas bagi kendaraan tertentu, larangan parkir,
larangan berhenti dll.

Metode Survey:
o Dapat menggunakan metode yang dikembangkan IHCM 1997
o Untuk jalan kota, informasi yang dibutuhkan adalah konfigurasi lajur, lebar jalan, lebar bahu/kerb, kelas
hambatan samping, directional split dan jumlah penduduk.
SURVEI INVENTARISASI
PRASARANA JALAN
Merupakan survei untuk mengumpulkan data mengenai dimensi dan geometrik jalan, terdiri
dari antara lain :
• Panjang ruas jalan
• Lebar jalan
• Jumlah lajur lalu lintas
• Lebar bahu jalan
• Lebar median
• Lebar trotoar
• Lebar drainase
• Alinyemen horizontal
• Alinyemen vertikal
SURVEI ARUS LALU LINTAS
Menurut Direktorat Jenderal Bina marga (1997), arus lalu lintas adalah jumlah kendaraan
bermotor yang melalui titik tertentu persatuan waktu, dinyatakan dalam kendaraan perjam atau
smp/jam. Untuk mengetahui informasi yang representatif mengenai besaran lalu lintas
dikumpulkan beberapa data yang meliputi :

 Arus pada ruas


 Pergerakan di pesimpangan
 Arus lalu lintas
 Komposisi kendaraan
 Volume jam puncak
 Lalu lintas harian rata-rata
TERIMA KASIH 

Anda mungkin juga menyukai