TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Aspek Lalu Lintas
1. Jalan Arteri
Jalan arteri merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan utama
dengan ciri perjalanannya jarak jauh, dengan kecepatan rata-rata tinggi dan
jumlah jalan masuk ke jalan ini sangat dibatasi secara berdaya guna
2. Jalan Kolektor
Jalan kolektor merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
dengan ciri-ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang dan
jumlah jalan masuk dibatasi.
3. Jalan Lokal
Jalan lokal merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
setempat dengan ciri-ciri perjalanan jarak pendek, kecepatan rata-rata rendah
dan masuk tidak dibatasi.
4. Jalan Lingkungan
Jalan lingkungan merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
setempat dengan ciri-ciri perjalanan jarak pendek, kecepatan rata-rata rendah
dan jalan masuk dibatasi.
4
5
Berbagai tipe jalan akan memberikan kinerja yang berbeda pada pembebanan
lalu lintas. Pada tabel dapat dilihat kondisi dasar dari masing-masing tipe jalan
berdasarkan Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997, yang dapat digunakan sebagai
acuan untuk menentukan tipe jalan.
V = L / TT
dimana :
Pada Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) 1997 disebutkan bahwa batas
kecepatan, jika secara tepat dilaksanakan, dapat mengurangi tingkat kecelakaan
sesuai dengan factor (Vsesudah / Vsebelum)2. Di dalam Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan pada pasal
21 ayat 1 dan 2 disebutkan bahwa setiap jalan memiliki batas kecepatan paling tinggi
yang ditetapkan secara nasional dan ditentukan bedasarkan kawasan permukiman,
kawasan perkotaan, jalan antar kota, dan jalan bebas hambatan. Selanjutnya
11
a. paling rendah 60 (enam puluh) kilometer per jam dalam kondisi arus bebas dan
pling tinggi 100 (seratus) kilometer per jam untuk jalan bebas hambatan;
b. paling tinggi 80 (delapan puluh) kilometer per jam untuk jalan antar kota;
c. paling tinggi 50 (lima puluh) kilometer per jam untuk kawasan perkotaan; dan
d. paling tinggi 30 (tiga puluh) kilometer per jam untuk kawasan permukiman.
2.4. Sampel
Dalam ilmu statistika sering ditemui istilah populasi dan sampel, dimana
keduanya merupakan aspek penting dalam analisa statistika. Populasi adalah
kumpulan seluruh elemen / objek yag diteliti, sedangkan sampel adalah bagian dari
populasi. Karena penelitian terhadap seluruh populasi kadang-kadang tidak mungkin
dilakukan karena populasi tidak terbatas, maka diperlukan sampel. Adapun penentuan
jumlah sampel yang dapat mewakili suatu penelitian adalah dengan melalui tahapan-
tahapan sebagai berikut (Effendy Judi Arianto, 2005) :
1. Melakukan survey pendahuluan untuk mengumpulkan besaran parameter data
yang dibutuhkan
2. Berdasarkan besaran parameter data, dihitung :
➢ Nilai rata-rata sampel (mean)
➢ Deviasi standar (S)
➢ Varians (S2)
4. Pada tingkat ketelitian 95% besarnya acceptable sampling error (Se) adalah
sebesar 5 % dari sampel – mean, sehingga :
Se (x) = Se / 1.96
Keterangan :
n = jumlah sampel yang representative
S2 = varians atau standard error yang dikuadratkan
[Se(x)]2 = acceptable standard error yang dikuadratkan
k = 1 + 3,322 log n
n = banyaknya data
Xn X1
c=
k
k = banyaknya kelas
Setelah diketahui jumlah kelas dan lebar /interval kelas maka dapat dihitung
nilai rata-rata kecepatan dengan persamaan berikut :
x‾ =
f .x
i i
f i
Penempatan dilakukan pada posisi melintang tegak lurus dengan jalur lalu
lintas. Apabila dilakukan pengulangan penempatan alat pembatas kecepatan ini harus
disesuaikan dengan kajian manajemen dan rekayasa lalu lintas.
marka yang jelas terlihat dari kejauhan dan pengemudi sempat untuk menurunkan
kecepatan sebagaimana tujuan dari penempatan perangkat ini. penempatan alat
pembatas kecepatan pada jalur lalu lintas dapat didahului dengan pemberian tanda
dan pemasangan rambu pada gambar 2.1 berikut, yaitu peringatan tentang jalan tidak
datar, bila diperlukan rambu dapat dilengkapi dengan papan tambahan yang memuat
dimana alat pembatas kecepatan ini ditempatkan.
Penempatan alat pembatas kecepatan pada jalur lalu lintas harus dilengkapi
marka berupa garis serong dengan cat berwarna putih atau kuning untuk mempertegas
dimana letak dari alat pembatas kecepatan tersebut. Di samping itu, untuk lebih
memperjelas pada malam hari dapat digunakan marka standar yang dilengkapi
dengan glass bead agar memantulkan cahaya.
16
Gambar 2.2 Marka pada Speed Bump dengan Garis Serong Berwarna Putih
Gambar 2.3 Garis Serong Berwarna Kuning – Hitam pada Speed Bump
3. Lebar mendatar bagian atas sebagaimana dimaksud pada nomor (1), proporsional
dengan bagian menonjol di atas badan jalan dan minimum 15 cm.
Gambar 2.4 Desain Standar Alat Pembatas Kecepatan (Polisi Tidur) berdasarkan KM Menhub No. 3
Tahun 1990