KRITERIA PERENCANAAN
dipertahankan.
4.Penentuan alinyemen horizontal dan vertickal akan memperhitungkan aspek
berikut ini:
SATUA DAERAH
URAIAN
No N Dataran Perbukitan Pegunungan
Laporan Pendahuluan I V- 1
1. Kecepatan Rencana Km/jam 60 40 20
2. Jarak Pandang henti m 75 40 16
minimum
3. Jarak pandang m 350 200 100
mendahului
ALINYEMEN HORISONTAL
1 Jari-jari minimum m 115 50 15
superelevasi
3 Jari-jari minimum tanpa m 500 250 60
lengkung peralihan
4 Panjang maksimum m 2000 1750 1500
bagian lurus
5 Panjang lengkung m 40 25 15
minimum
6 Kemiringan Run Off 1/160 1/120 1/1000
7 Superelavasi % 10
8 Maksimum
Lebar Daerah Milik m
Akan ditentukan dilapangan
Jalan
PERKERASAN
9 BAHU
Lebar m 2.0 (*)
10 Kelandaian Maksimum % 9 11 13
Laporan Pendahuluan I V- 2
pasar, sekolah tempat ibadah dsb.
2. Sedapat mungkin menghindari kawasan terlarang seperti hutan
sebagai berikut:
1.Jumlah lajur
2.Lebar lajur
3.Lebar bahu jalan
4.Lebar median (jika ada)
5.Kemiringan melintang perkiraan normal
6.Super elevasi maximum
Laporan Pendahuluan I V- 3
7.Kemiringan samping.
Kemiringan samping pada bagian timbunan adalah
tanahnya.
Kemiringan samping pada bagian galian untuk
perawatan.
Air hujan yang jatuh diatas perkiraan akan mengalir
limpahkan yang diatasnya terhadap lapisan tanah dasar. Pada perkerasan beton semen
yang didistribusikan keatas permukaan subgrade akan relatif lebih luas dibandingkan
dengan perkerasan lentur. Hal ini terjadi disebabkan karena beton semen mempunyai
perencanaan tebal perkerasan lentur jalan raya SKB I 2.3.26.1987 UDC : 625.73 (02),
yang merupakan penyempurnaan dari buku pedoman penentuan tebal perkerasan lentur
jalan raya No. 01/PD/B/1983. Sedangkan untuk mendisain tebal perkerasan kaku
Laporan Pendahuluan I V- 4
dilakukan berdasarkan petunjuk perencanaan perkerasan kaku (rigid pavement), 1988.
Untuk perencanaan teknis pemeliharaan Jalan Bilai – Magataga – Wandae,
cenderung memakai flexible pavement mengingat tipe perkerasan ini biasa dilakukan
secara bertahap.
1.1 Perkerasan Lentur
Perkerasan lentur (flexible pavement) mempunyai struktur yang berlapis-
lapis, maka konsep yang digunakan pada perkerasan ini adalah konsep multi layar
elastic system.
Setiap lapisan mempunyai kualitas yang berbeda-beda, dimana kualitas
material yang lebih tinggi ditempatkan pada atau dekat lapisan permukaan.
Susunan lapisan perkerasan lentur antara lain meliputi lapis permukaan (surface
course),lapis pondasi (base course),serta lapis pondasi bawah (sub base) dan
semua lapis ini disusun diatas tanah dasar (sub grade) yang terlebih duhulu
dipadatkan. Karena modulus elastisitas yang tidak terlalu tinggi, penyebaran gaya
ke tanah dasar relative tidak begitu luas. Sehingga dalam hal ini kekuatan tanah
batuan atau agregat seperti batu pecah,pasir,sirtu serta aspal minyak sebagai
bahan pengikat.
Lapisan yang umumnya cukup bervariasi dari perkerasan lentur adalah
dibawahnya seperti lapis pondasi serta lapis pondasi bawah akan menghasilkan
suatu nilai Index Tebal Perkerasan (ITP) tertentu yang di sesuaikan dengan
Laporan Pendahuluan I V- 5
Kekuatan Tanah Dasar
Daya Dukung Tanah Input parameter
(DDT) Perencanaan
Faktor Regional
- Intensitas Curah Hujan
- Kelandaian Jalan
- % Kendaraan Berat Kontruksi
- Pertimbangan Teknis bertahap
Ya Tidak
Tentukan ITP1+ 2
Kontruksi bertahap atau tidak Untuk Tahap I
dan pentahapannya & Tahap II
Indeks permukaan
Awal – Ipo
Akhir – Lpt
FINISH
Gambar 4.1. Bagan alir Desain tebal lapisan perkerasan lentur untuk jalan baru
Laporan Pendahuluan I V- 6
4.3 PROSES PERENCANAAN DRAINASE
4.3.1 Data Hujan
Analisa hidrologi dimaksudkan untuk menentukan debit banjir rencana yang
drainase. Besarnya debit rencana dihitung berdasarkan data curah hujan harian
maksimum.
Pada stasiun hujan kadang –kadang mengalami suatu kekosongan data
pencatatan . Data yang tidak lengkap diperlukan penaksiran data yang hilang
dengan metode Rasio Normal.Syarat untuk menggunakan cara ini adalah tinggi
hujan rata-rata tahunan stasiun yang datanya hilang harus diketahui disamping
RX RX RX
Rx = ra + rb + rn
RA RB RN
Dimana:
Rx = hujan pada stasiun yang dicari
N = jumlah stasiun hujan
RX = tinggi hujan rata – rata tahunan pada stasiun X (stasiun yang
datanya hilang)
RN = tinggi hujan rata – rata tahunan pada stasiun N
Rn = hujan pada saat yang sama dengan hujan yang dipertanyakan
Laporan Pendahuluan I V- 7
Input (limpahan)
Areal tangkapan
(A)
Koef.Run off (c)
Mulai Max.curah hujan
(R24)
Tc = to + td
11 = (2/3 3.28 Lo nd/S)o.167
t2 = 72 (H/L)o.6
No
Input (kapasitas)
Lebar dasar (b)
Minimum tinggi basah
(hw)
Koefisien Manning (c)
Perhitungan Kapasitas
Area basah (A) = b X hw
Keliling basah (P) = b + 2.hw
Radius hidrolik (R) = A/P
Velocity (V) = 1/n R2//3 S1/2
Kapasitas (Qc) = V.A
Yes
Yes
If Qc>
Qd
Dimensi saluran
Lebar dasar saluran (b)
Tinggi saluran (h) = hw + 0.1 hw
selesai
Laporan Pendahuluan I V- 8
4.4 PERKIRAAN BIAYA DAN KUANTITAS
Perkiraan biaya pembangunan jalan dihitung berdasarkan kuantitas dari
masing-masing item pekerjaan, harga satuan dasar dan biaya borongan (lumpsum).
Perkiraan kuantitas pekerjaan dihitung dari gambar detail desain, analisa harga satuan
pekerjaan berdasarkan komponen harga material, peralatan dan upah tenaga kerja .
Harga tersebut akan mengacu kepada harga patokan setempat yang berlaku, sedangkan
analisa harga satuan dihitung dengan mengacu pada analisa Standar Bina Marga.
Laporan Pendahuluan I V- 9