Anda di halaman 1dari 21

MERANCANG TRASE JALAN

PADA PERANCANGAN GEOMETRIK JALAN

Oleh :
Putu Preantjaya Winaya

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
2019

1
ABSTRAKSI

Trase jalan merupakan garis yang menggambarkan pola alinemen vertikal dan horizontal
jalan pada peta topografi yang selanjutnya dianalisis sesuai dengan standar perancangan
geometrik jalan, fungsi jalan, klas jalan, dan apakah jalan tersebut dibangun di dalam kota
maupun luar kota.
Permasalahan pada penelitian ini adalah ; 1.Apakah trase jalan yang ditetapkan memenuhi
syarat alinemen horizontal, dan vertikal ?, 2. Apakah trase jalan yang ditetapkan memenuhi
syarat tidak bertampalan antara alinemen horizontal, Vertikal ? 3. Apakah Volume galian dan
timbunan tidak melebihi 100 m2 ?
Tujuan penelitian ini adalah; 1. Menganalisis trase jalan yang ditetapkan terhadap alinemen
horizontal, dan vertikal, 2. Menganalisis trase jalan yang ditetapkan terhadap keamanan alinemen
horizontal, dan vertical, 3. Menganalisis selisih Volume galian dan timbunan tidak melebihi 100
m2
Simpulan penelitian ini; 1. Trase Jalan berada di daerah perbukitan dengan kemiringan rata-
rata 15,09 %, oleh karena itu jalan dirancang dengan kecepatan rencana 50 km/jam, dan terdapat
tiga tikungan dimana pada tikungan 1 tipe tikungan adalah SCS, demikian juga pada tikungan 2
dan 3 tipe tikungan SCS. Pada trase ini dirancang dengan alinemen vertikal cembung, pada
alinemen vertical 2 cekung dan tipe alinemen verikal 3 adalah cembung, 2. Tidak terdapat
pertampalan antara alinemen horizontal dan alinemen horizontal juga antara alinemen horizontal
dan vertical, jadi trase aman dari kestabilan alinemen horizontal maupun vertical, 3. Selisih
volume galian dan timbunan masih dibawah 100 m3, yaitu sebesar 98,21 m3, dan kekuranagn
bahan urugan
Kata Kunci : Trase Jalan, Alinemen Jalan, Selisih Volume Galian dan Timbunan

2
3
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Trase jalan merupakan garis yang menggambarkan pola alinemen vertikal dan horizontal
jalan pada peta topografi yang selanjutnya dianalisis sesuai dengan standar perancangan
geometrik jalan, fungsi jalan, klas jalan, dan apakah jalan tersebut dibangun di dalam kota
maupun luar kota.
Dalam perancangan geometrik jalan, prosedur yang dilalui adalah ;
a. Trase jalan ditetapkan terlebih dahulu, sesuai dengan syarat-syarat yang berlaku, jika trase
jalan sudah sesuai dengan persyaratan,
b. Analisis kondisi medan di sisi kiri atau kanan jalan untuk dapat ditentukan standar jalan
yang dibutuhkan, seperti; fungsi jalan, kecepatan rencana, klas jalan,dan lain sebagainya.
c. Analisis Alinement horizontal jalan
d. Analisis Alinemen vertical jalan
e. Koordinasi alinemen horizontal dan vertikal
f. Pembuatan gambar potongan jalan setiap 100 m, atau titik yang diperlukan gambar
potongannya.
g. Analisis galian dan timbunan
Masing –masing prosedur mempunyai persyaratan tertentu dan atau perhitungan tersendiri,
jika semua persyaratan terpenuhi, maka dapat dilanjutkan dengan rancangan dinding penahan
tanahnya, drainasenya dan perkerasannya.
1.2 Permasalahan
1. Apakah trase jalan yang ditetapkan memenuhi syarat alinemen horizontal, dan vertikal ?
2. Apakah trase jalan yang ditetapkan memenuhi syarat tidak bertampalan antara alinemen
horizontal, Vertikal ?
3. Apakah Volume galian dan timbunan tidak melebihi 100 m2 ?
1.3 Tujuan
1. Menganalisis trase jalan yang ditetapkan terhadap alinemen horizontal, dan vertikal
2. Menganalisis trase jalan yang ditetapkan terhadap keamanan alinemen horizontal, dan
vertical.
3. Menganalisis selisih Volume galian dan timbunan tidak melebihi 100 m2
4
1.4 Manfaat
1. Dapat melakukan perancangan Trase Jalan sesuai dengan standar yang berlaku di
Indonesia
2. Mempunyai kompetensi dalam perancangan Trase Jalan sesuai dengan standar yang
berlaku di Indonesia

5
II. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
2.1 Menetapkan Trase Jalan
Sebelum menetapkan Trase jalan, dipersiapkan terlebih dahulu peta topografi daerah
yang akan dirancang untuk pembangunan jalan.
Dalam membuat trase jalan ada ada larangan yang harus diikuti, dan persyaratan yang
harus dipenuhi, yaitu:
a. Trase jalan tidak boleh melalui/memotong tempat suci atau tempat ibadah,
b. Trase jalan tidak boleh melalui/memotong hutan lindung (Suaka marga satwa).
c. Trase jalan tidak boleh melalui/memotong tangsi tentara
d. Trase jalan tidak boleh melalui/memotong situs arkeologi/purbakala
e. Trase jalan Arteri atau jalan tol tidak boleh membelah/memisahkan satu Desa
f. Trase jalan Arteri atau jalan tol, disyaratkan tanjakan/kemiringan memanjang jalan tidak
melebihi 4 % (empat persen)
g. Trase jalan Arteri atau jalan tol, disyaratkan mempunyai klas jalan klas satu.
Peta topografi untuk penetapan trase jalan dapat dilihat pad Gambar 2.1

Gambar 2.1 Peta Topografi

6
Di dalam peta topografi, tercantum skala panjang dan angka-angka pada garis-garis
kontur yang menunjukkan tinggi tanah pada daerah tersebut,
Dalam membuat trase jalan,
a. Sedikit mungkin memotong garis kontur, agar jalan tidak mengalami tanjakan atau turunan
yang curam.
b. Trase jalan hindarkan berada di lembah agar tidak mengalami banjir pada saat musim
hujan.
c. Hindarkan trase jalan mengikuti garis kontur, karean akan banyak tikungan yang
bertampalan.

Gambar 2.1 Penetapan Trase Jalan


Setelah menetapkan trase jalan, dilakukan analisis medan di sebelah kanan dan kiri jalan,
mengklasifikasi medan jalan, digunakan kondisi dari sebagian besar kemiringan medan yang
diukur tegak lurus garis kontur. Di bawah ini merupakan tabel klasifikasi menurut medan jalan
dan besarnya lereng melintang untuk perencanaan geometrik pada Peraturan Pemerintah
Geometrik Jalan Raya No. 13 / 1970.

7
Tabel 2.1 Persyaratan Jenis Medan

,
Sumber: Pemerintah RI, 1970

Analisis medan yang dilakukan berdasarkan Trase jalan dan kemiringan di sebelah kiri
dan kanan jalan sepanjang trase jalan dapat dilihat pada Tabel 2.2

Tabel 2.2 Analisis Medan

8
Tabel 2.2 Analisis Medan (lanjutan)

Jadi Trase Jalan berada di daerah perbukitan.

9
2.2 Standar Perancangan Geometrik Berdasarkan Analisis Medan

Standar Perencanaan Geometrik


1 . Klasifikasi jalan : Kelas III
2 . Klasifikasi medan : Perbukitan
3 . Lalu lintas harian rata-rata (LHR) : 6000 - 20000 smp
4 . Kecepatan rencana (VR) : 50 km/jam
5 . Lebar daerah penguasaan minimum : 20 m
6 . Lebar perkerasan : 2 x 3,50 m
7 . Lebar bahu :2x 3m
8 . Lereng melintang bahu : 4%
9 . Lereng melintang perkerasan : 2%
10 . Jenis lapisan permukaan jalan : Aspal Beton
11 . Miring tikungan maksimum (emax) : 10%
12 . Landai maksimum : 7%
13 . Metode perhitungan : Bina Marga

2.3 Analisis Alinemen Horisontal


Tikungan 1

Gambar 2.1 Gambar Tikungan 1

10
Tabel 2.1 Hasil Perhitungan Tikungan 1

Gambar 2.2 Geometrik Tikungan 1

11
Gambar 2.3 Geometrik Super Elevasi Tikungan 1

Tikungan 2

Gambar 2.4 Gambar Tikungan 2

12
Tabel 2.2 Hasil Perhitungan Tikungan 2

Gambar 2.5 Geometrik Tikungan 2

13
Gambar 2.6 Geometrik Super Elevasi Tikungan 2

Tikungan 3

Gambar 2.7 Gambar Tikungan 3

14
Tabel 2.3 Hasil Perhitungan Tikungan 3

Gambar 2.8 Geometrik Tikungan 3

15
Gambar 2.9 Geometrik Super Elevasi Tikungan 3

Gambar 2.10 Geometrik Trase dan Alinemen Horisontal

2.4 Analisis Alinemen Vertikal


Hasil perhitungan Alinemen Vertikal Cembung 1 dapat dilihat pada Gambar 2.11 .

16
Gambar 2.11 Alinemen Vertikal Cembung 1

Hasil perhitungan Alinemen Vertikal Cekung 2 dapat dilihat pada Gambar 2.12 .

Gambar 2.12 Alinemen Vertikal Cekung 2

Hasil perhitungan Alinemen Vertikal Cembung 3 dapat dilihat pada Gambar 2.13
17
Gambar 2.13 Alinemen Vertikal Cembung 3

2.5 Koordinasi Alinemen Horisontal dan Vertikal


Koordinasi Alinemen Horisontal dan Vertikal digunakan untuk control, apakah terjadi
pertampalan antara Tikungan 1, Tikungan 2, dan Tikungan 3, dan juga control untuk
Alinemen Vertikal Cembung 1, Cekung 2, dan Cembung 3. Jika tidak ada pertampalan maka
dapat dilakukan analisis selanjutnya, yaitu antara volume galian dan timbunan.

Gambar 2.14 Koordinasi Alinemen Vertikal dan Horisontal

18
2.6 Galian dan Timbunan
Selisih volume galian dan timbunan diharapkan seimbang, dan Jumlahnya tidak besar,
hal ini akan berpengaruh pada lingkungan. Jika jumlah volume galiannya lebih besar, maka
akan terjadi permasalahan membuang material galiannya. Jika terjadi lebih besar volume
timbunannya, maka akan terjadi permasalahan dari mana bahan tibunan yang dibutuhkan.

Gambar 2. 15 Gambar Galian dan Timbunan pada jalan

19
III. SIMPULAN DAN SARAN

3.1. Simpulan
1. Trase Jlan berada di daerah perbukitan dengan kemiringan rata-rata 15,09 %, oleh karena
itu jalan dirancang dengan kecepatan rencana 50 km/jam, dan terdapat tiga tikungan
dimana pada tikungan 1 tipe tikungan adalah SCS, demikian juga pada tikungan 2 dan 3
tipe tikungan SCS. Pada trase ini dirancang dengan alinemen vertikal cembung, pada
alinemen vertical 2 cekung dan tipe alinemen verikal 3 adalah cembung.
2. Tidak terdapat pertampalan antara alinemen horizontal dan alinemen horizontal juga antara
alinemen horizontal dan vertical, jadi trase aman dari kestabilan alinemen horizontal
maupun vertical.
3. Selisih volume galian dan timbunan masih dibawah 100 m3, yaitu sebesar 98,21 m3, dan
kekuranagn bahan urugan
3.2 Saran
1 Selisih volume galian dan timbunan mendekati batas sebesar 100 m3, untuk mengatasinya
dapat dilakukan dengan cara menggeser alinemen horizontal secara vertical dan menggeser
alinemen vertical secara horizontal
2. Dalam pelaksanaan, bahan urugan agar dicarikan bahan galian C yang legal

20
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pekerjaan Umum. 1997. Manual Kapasitas Jalan Indonesia. Penerbit Direktorat
Jenderal Bina Marga, Jakarta.
Direktorat Jenderal Bina Marga. 1997. Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota,
No.038/TBM/1997.
Pemerintah RI. 2004. Undang-Undang Republik Indonesia Tentang Jalan, No.38 Tahun 2004.
Tamin, O.Z. 2000. Perencanaan dan Pemodelan Transportasi. Bandung Indonesia: Penerbit
ITB.
Transport Research Board. 1994. United State Highway Capacity Manual, Washington D.C.

21

Anda mungkin juga menyukai