PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Tujuan dari Tugas Besar Perancangan Geometrik Jalan adalah :
1. Dapat mendesain geometrik jalan sesuai dengan aturan standar yang berlaku
di Indonesia.
2. Dapat merencanakan jalan yang didasarkan kepada kebutuhan dan analisa
pengaruh jalan terhadap perkembangan wilayah sekitar.
3. Dapat merencanakan jalan yang berorientasi pada efisiensi tingkat
pelayanan jalan dengan mengutamakan faktor kenyamanan dan keselamatan
pengguna jalan.
4. Dapat menghasilkan desain geometrik jalan yang memaksimalkan rasio
tingkat penggunaan biaya pelaksanaan.
1.3 Ruang lingkup
Perencanaan geometrik jalan raya dalam perencanaan geometrik yang kami
laksanakandalam tugas ini, pelaksanaannya adalah sebagai berikut :
1. perencanaan trase dan penentuan medan
2. bentuk dan panjang kurva
3. penggambaran kurva
4. penentuan kemiringan melintang tiap tikungan dan penggambaran elevasi,
superelevasi badan jalan.
5. menghitung jarak pandang
6. menghitung elinyemen vertikal
7. perhitungan volume galian dan timbunan
Jalan dapat dibedakan atas jalan umum dan jalan khusus.Jalan umum adalah
jalan yang dibuat dan dipelihara oleh pemerintah dan dipakai untuk umum.Jalan
khusus adalah jalan yang dibuat dan dipelihara oleh perusahaan – perusahaan
swasta atau perorangan dan tidak untuk umum.Misalnya jalan perkebunan, jalan –
jalan dalam suatu kompleks perusahaan dan sebagainya.
Muatan Sumbu
Fungsi Kelas
Terberat (ton)
I
>10
Arteri II 10
III A 8
III A
Kolektor 8
III B
ΔB =180˚ (α BA - α BC)
α CB = arctg 𝑋𝐶−𝑋𝐵
𝑌𝐶−𝑌𝐵
α CD = arctg 𝑋𝐶−𝑋𝐷
𝑌𝐶−𝑌𝐷
ΔC = ( α CB - α CD) - 180˚
Yc − Ya Yb − Yc
arctg arctg
ABC = Xc − Xa Xb − Xc
ABC = Sudut Putar
Dimana:
X1, Y1 = korrdinat dari titik 1
X2, Y2 = koordinat dari titik 2
X3, Y3 = koordinat dari titik 3
Tc = Rc tg ½ ß …………………………………….. (2.1)
Ls²
Xs = Ls (1 - ) …………………………………………... (2.4)
40 Rc²
Ls²
Ys = ………………………………………………. …….. (2.5)
6 Rc
90 Ls
θs = …………………………………………………… (2.6)
π Rc
Ls²
p = - Rc (1 – Cos θs) …………………………………... (2.7)
6 Rc
Ls³
k = Ls - - Rc Sin θs …………………………………. (2.8)
40 Rc²
Ts = (Rc + p) tan ½ Δ + k ……………………………………. (2.9)
Es = (Rc + p) sec ½ Δ – Rc …………………………………… (2.10)
( Δ−2 θs)
Lc = × π × Rc ……………………………………… (2.11)
180
Ltot = Lc + 2 Ls ………………………………………………… (2.12)
θs = Δ½
θs .π .Rc
Ls =
90
𝐿𝑠2
P = 6.𝑅𝑐
𝐿𝑆
K = Ls - 40.𝑅𝐶2 − Rc. Sin ∅s
Ts = (Rc+P) Tan ∅𝑠 + 𝐾
Es = (Rc+P). sec∅𝑠 − 𝑅𝑐
Lt = 2.Ls
Dimana :
VR = Kecepatan rencana (km/jam)
T = waktu tanggap, ditetapkan 2,5 detik
Fp = koefisien gesekan memanjang antara ban kendaraan dengan
semakin tinggi dan sebaliknya, ditetapkan fp = 0,35 – 0,55
(menurut Bina Marga).
L = kelandaianjalan
VR, km/jam 120 100 80 60 50 40 30 20
Dimana :
d1 = Jarak yang ditempuh selama waktu tanggap (m)
d2 = Jarak yang ditempuh selama mendahului sampai dengan kembali ke
lajur semula (m)
d3 = Jarak antara kendaraan yang mendahului dengan kendaraan yang
datang dari arah berlawanan setelah proses mendahului selesai (m)
d4 = Jarak yang ditempuh oleh kendaraan yang datang dari arah
berlawanan.
d3 (m) 30 55 75 90
Jd minimum (m) 800 670 550 350 250 200 150 100
Tabel 2.4 Panjang Jarak pandang mendahului berdasarkan VR
Sumber : ( TPGJAK) No. 038/TBM/1997
2.7 Pelebaran Perkerasan Pada Tikungan
Kendaraan yang bergerak dari jalan lurus menuju ke tikungan, seringkali tak
dapat mempertahankan lintasannya pada lajur yang disediakan. Hal ini disebabkan
karena :
1. Pada waktu membelok yang diberi belokan pertama kali hanya roda
depan, sehingga lintasan roda belakang agak keluar lajur (off tracking).
2. Jejak lintasan kendaraan tidak lagi berimpit, karena bemper depan dan
belakang kendaraan akan mempunyai lintasan yang berbeda dengan
lintasan roda depan dan roda belakang kendaraan.
3. Pengemudi akan mengalami kesukaran dalam mempertahankan
lintasannya tetap pada lajur jalannya terutama pada tikungan-tikungan
yang tajam atau pada kecepatan-kecepatan yang tinggi.
1 1
Rc = 𝑅 + 𝑏− 𝑙𝑒𝑏𝑎𝑟 𝑝𝑒𝑟𝑘𝑒𝑠𝑎𝑛
2 2
1 1
B = √{√𝑅𝑐 2 − 64 + 2 b}2 + 64 - √𝑅𝑐 2 − 64 + 2 b
0,105 𝑉𝑟
Z =
√𝑅𝑐
Bt = n ( B + C ) + Z
∆𝑏 = Bt – Bn
∆𝑏
Pelebaran pada tikungan = 2
Dimana :
b = lebar kendaraan rencana
B = lebar perkerasan yang ditempati satu kendaraan di tikungan pada
lajur sebelah dalam
U = B–b
C = lebar kebebasan samping di kiri dan kanan kendaraan
Z = lebar tambahan akibat kesukaran mengemudi di tikungan
Bn = Lebar total perkerasan pada bagian lurus
Bt = lebar total perkerasan di tikungan
N = jumlah lajur
Bt = n(B + C) + Z
Δb = tambahan lebar perkerasan di tikungan
Δb = Bt - Bn
Keterangan :
R’ = jari-jari sumbu jarur dalam ( Rd – ½ W)
Rd = jari-jari rencana
W = lebar jalan ( 2 x 3,5)
L total = panjang lengkung total (Lc + ( 2 x Ls ))
Lc = panjang busur lingkaran
Jh = jarak pandang henti
Jd = jarak pandang menyiap
2.9 Stasioning
Penomoran (stationing) panjang jalan pada tahap perencanaan adalah
memberikan nomor pada interval-interval tertentu dari awal pekerjaan.Nomor
jalan (STA Jalan) dibutuhkan sebagai saran komunikasi untuk dengan cepat
mengenali lokasi yang sedang dibicarakan, selanjutnya menjadi panduan untuk
lokasi suatu tempat.
Nomor jalan (STA Jalan) ini sama fungsinya dengan patok-patok km disepanjang
jalan, namun juga terdapat perbedaannya antara lain :
Landai maksimum
3 3 4 5 8 9 10 10
%
2. Kelandaian Minimum
Pada jalan yang menggunakan kerb pada tepi perkerasannya, perlu dibuat
kelandaian minimum 0,5% untuk keperluan kemiringan saluran samping, karena
kemiringan jalan dengan kerb hanya cukup untuk mengalirkan air
kesamping.Panjang kritis ini diperlukan sebagai batasan panjang kelandaian
maksimum agar pengurangan kecepatan kendaraan tidak lebih dari separuh Vr.
tanjakan (Km/Jam) 4 5 6 7 8 9 10
2.12 Kubikasi
Kubikasi Cut dan Fill yaitu pemotongan dan penimbunan pada keadaan
tanah/muka tanah yang telah ditentukan. Pada keadaan cut, tanah digunakan untuk
mengisi ke daerah fill, dan apabila tidak cukup/kurang maka dapat diambil dari
borrow pit, seandainya kelebihan dapat dibuang ke disposal place, seperti hal nya
tanah stripping.
B. Menghitung Volume
PERHITUNGAN
Titik A : XA = 53.3
: YA = 1095
Titik P1 : X1 = 371.6
: Y1 = 436.9
Titik P2 : X2 = 1048.7
: Y2 = 727.9
Titik P3 : X3 = 1490.7
: Y3 = 276.6
Titik B : XB = 1796.7
: YB = 365.1
: 731.03 m
: 736.98 m
d P2– P3 : √(𝑋3 − 𝑋2)2 + (𝑌3 − 𝑌2)2
: 631.48 m
: 309.23 m
= 2,408 Km
Δ p1 : 180 – 87.456
: 92.544
Mencari sudut putar P2 (Spiral - Spiral)
𝑌2−𝑌1 𝑌3−𝑌2
Δ p2 : Arc tan ± Arc tan
𝑋2−𝑋1 𝑋3−𝑋2
(727.9)−(436.9) (276.6)−(727.9)
: Arc tan ± Arc tan
(1048.7)−(371.6) (1490.7)−(1048.7)
: 111.147°
Mencari sudut putar P3 (Spiral-Spiral)
𝑌3−𝑌2 𝑌𝐵−𝑌3
Δ p3 : Arc tan ± Arc tan
𝑋3−𝑋2 𝑋𝐵−𝑋3
(276.6)−(727.9) (365.1)−(276.6)
: Arc tan ± Arc tan
(1490.7)−(1048.7) (1796.7)−(1390.7)
Δ p3 : 180 – 59.63
: 120,368 °
3.4 Perhitungan Alinyemen Horizontal
3.4.1 Tikungan P1 Spiral Circle Spiral (S-C-S)
Klasifikasi jalan : kelas II
Lebar jalan : 2 x 3,5 m
Kecepatan rencana (Vr) : 60 km/jam
Sudut putar (β) : 92,544
Kelandaian jalan (e) : 6 % = 0,06
Faktor gesek (f) : 0,192 – (0,00065 x vr)
: 0,192 – (0,00065 x 60)
: 0,153
Ls : 25 (Tabel 11.17, Buku Tata Cara
Perencanaan Geometrik Jalan Antar
Kota,1997)
Lc :40 (Tabel 11.17, Buku Tata Cara
Perencanaan Geometrik Jalan Antar
Kota,1997)
𝑉𝑟 2
R min :
127 (𝑒𝑚𝑎𝑘𝑠 +𝑓 )
602
:
127 (0,06 +0,153 )
: 133,08
R design (Rc) : 140 m
Maka menurut data- data diatas, dapat dihitung:
𝑙𝑆.90
𝜃s :
𝜋.𝑅𝑐
(25) 𝑥 (90)
: = 5,118o
(3,14) 𝑥 (140)
𝜃c : β – 2 𝜃s
: 92,544– (2) (5,118o)
: 82,308o
𝐿𝑠 2
P : – Rc(1-cos 𝜃s)
6 𝑥 𝑅𝑐
252
: - 140 (1- cos 5,118o)
(6) 𝑥 (140)
: 0,186 m
Es : (𝑅𝑐 + 𝑃) 𝑥 𝑠𝑒𝑐 12 𝑥 𝛽 − 𝑅𝑐
: (140 + 0,186) 𝑥 𝑠𝑒𝑐21 𝑥 92,544 − 140
: 62,805 m
𝐿𝑠3
K : 𝐿𝑠 − − 𝑅𝑐 𝑥 sin θs
40 𝑋 𝑅𝑐 2
253
: 25 - - 140 𝑥 sin 5,118
40 𝑋 1402
: 12,491 m
𝛽
Ts : (𝑅𝑐 + 𝑃)𝑥 𝑡𝑔 +𝐾
2
92,544
: (140 + 0,186)𝑥 𝑡𝑎𝑛 + 12,491
2
: 159,044m
Lt : 2 Ls + Lc
: 2(25) + 40s
: 90 m
Control : Lt < 2Ts
: 90 < (2) (219,218)
: 90 <438,436 (ok)
𝐿𝑠2
Xs : 𝐿𝑠 (1 − 40 𝑋 𝑅𝑐 2)
252
: 25 (1 − 40 𝑋 1402 )
: 24,98
𝐿𝑠 2
Ys :
6 𝑥 𝑅𝑐
252
:
6 𝑥 140
: 0,744
3.4.1 Tikungan P2 Spiral Circle Spiral (S-C-S)
Klasifikasi jalan : kelas II
Lebar jalan : 2 x 3,5 m
Kecepatan rencana (Vr) : 60 km/jam
Sudut putar (β) : 111,716
Kelandaian jalan (e) : 6 % = 0,06
Faktor gesek (f) : 0,192 – (0,00065 x vr)
: 0,192 – (0,00065 x 60)
: 0,153
Ls : 25 (Tabel 11.17, Buku Tata Cara
Perencanaan Geometrik Jalan Antar
Kota,1997)
Lc :40 (Tabel 11.17, Buku Tata Cara
Perencanaan Geometrik Jalan Antar
Kota,1997)
𝑉𝑟 2
R min :
127 (𝑒𝑚𝑎𝑘𝑠 +𝑓 )
602
:
127 (0,06 +0,153 )
: 133,08
R design (Rc) : 140 m
Maka menurut data- data diatas, dapat dihitung:
𝑙𝑆.90
𝜃s :
𝜋.𝑅𝑐
(25) 𝑥 (90)
: = 5,118o
(3,14) 𝑥 (140)
𝜃c : β – 2 𝜃s
: 111,147– (2) (5,118o)
: 100,911o
𝐿𝑠 2
P : – Rc(1-cos 𝜃s)
6 𝑥 𝑅𝑐
252
: - 140 (1- cos 5,118o)
(6) 𝑥 (140)
: 0,186 m
Es : (𝑅𝑐 + 𝑃) 𝑥 𝑠𝑒𝑐 12 𝑥 𝛽 − 𝑅𝑐
: (140 + 0,186) 𝑥 𝑠𝑒𝑐21 𝑥 111,147 − 140
: 107,964 m
𝐿𝑠3
K : 𝐿𝑠 − − 𝑅𝑐 𝑥 sin θs
40 𝑋 𝑅𝑐 2
253
: 25 - - 140 𝑥 sin 5,118
40 𝑋 1402
: 12,491 m
𝛽
Ts : (𝑅𝑐 + 𝑃)𝑥 𝑡𝑔 +𝐾
2
111,147
: (140 + 0,186)𝑥 𝑡𝑎𝑛 + 12,491
2
: 217,024 m
Lt : 2 Ls + Lc
: 2(25) + 40
: 90 m
Control : Lt < 2Ts
: 90 < (2) (219,218)
: 90 <438,436 (ok)
𝐿𝑠2
Xs : 𝐿𝑠 (1 − 40 𝑋 𝑅𝑐 2)
252
: 25 (1 − 40 𝑋 1402 )
: 24,98
𝐿𝑠 2
Ys :
6 𝑥 𝑅𝑐
252
:
6 𝑥 140
: 0,744
3.4.2 Tikungan P3 Full Circle (F - C)
Klasifikasi Jalan : Kelas II
Lebar jalan : 2 x 3,5 m
Kecepatan Rencana (Vr) : 70 km/jam
Faktor gesek(f) : 0,192 - (0,00065× Vr)
: 0,192 - (0,00065× 70)
: 0,14
Sudut putar (Δ) : 120,368
Kemiringan :2%
e maks : 10% = 0,10
𝑉𝑟 2
Rmin :
127 (𝑒𝑚𝑎𝑘𝑠 +𝑓𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑔𝑒𝑠𝑒𝑘 )
702
:
127 (0,02+0,14 )
: 241,141
Rdesign (Rc) : 220
Ls : 20 (Tabel 11.17, Buku Tata Cara
Perencanaan Geometrik Jalan Antar
Kota,1997)
Lc : 35 (Tabel 11.17, Buku Tata Cara
Perencanaan Geometrik Jalan Antar
Kota,1997)
Tc : Rc x tg 1⁄2 x Δ
: 220 x tg1⁄2x 120,368
: 211,847
1
Ec : Tc x Tg4 x Δ
1
: 211,847x tg4x 120,368
: 109,649
3.5 Pelebaran Perkerasan Pada Tikungan (Departemen PU 1997)
3.5.1 Pelebaran pekerasan pada tikungan P2 Spiral – Circle - spiral (S-C-S)
Klasifikasi jalan =Kelas II (kendaraan rencana adalah Kendaraan
berat).
Lebar lajur = 3,5 m
Vr = 60 km/jam (lihat di halaman27)
Rc = 140 m (lihat di halaman 27)
n = 2 (jumlah jalur lalu lintas)
C = 1 m (kebebasan samping kiri dan kanan jalan)
b = 2,6 m (lebar lintasan kendaraan berat pada jalan
lurus)
P = 7,6 m (jarak as roda kendaraan depan dan belakang)
a = 1,2 m (tonjolan depan sampai bumper kendaraan
besar)
Bn = lebar lajur x jumlah jalur (n)
= 3,5 x 2 = 7
Penyelesaian:
1 1
RC = R + 2 𝑥 𝑏 − 2x lebar perkerasan
1 1
= 140 + x 2,6 - 2 x 3.5
2
= 139,55 m
1 1
B = √{√𝑅𝑐 2 − 64 + 2 b}2 + 64 - √𝑅𝑐 2 − 64 + 2 b
1 1
= √{√139,552 − 64 + 2 2,6}2 + 64 - √139,552 − 64 + 2 2,6
U = B –b
= 2,82 – 2,6
= 0,22
0,105.𝑉𝑟
Z =
√𝑅
0,105 x 60
=
√140
= 0,53 m
Bt = n (B + c) + Z
= 2 (2,82+1)+ 0,53
= 8,17 m
Δb = Bt – Bn
= 8,17 – 7
=1,17 m
Δb 1,17
=
2 2
= 0,585 m
Bt = n (B + c) + Z
= 8,17 m
Δb = Bt – Bn
= 8,17 – 7
= 1,17 m
Δb 1,17
=
2 2
= 0,585 m
Penyelesaian :
1 1
RC = R + 2 𝑥 𝑏 − 2 x lebar perkerasan
1 1
= 220 + x 2,6 - x 3.5
2 2
= 219,55 m
1 1
B = √{ √𝑅𝑐 2 − 64 + 2 𝑏 }2 + 64-√𝑅𝑐 2 − 64 + 2 𝑏
1 1
= √{√219,552 − 64 + 2 2,6}2 + 64 - √219,552 − 64 + 2,6
2
= 2.74 m
U =B-b
= 2,74 – 2,6
= 0,14
0,105.𝑉𝑟
Z =
√𝑅
0,105 x 70
=
√220
= 0,495 m
Bt = n (B + c) + Z
= 7,995 m
Δb = Bt - Bn
= 7,995 – 7
= 0,995 m
Δb 0,995
=
2 2
= 0,497 m
602
= (0,278) 60×2,5 +
254(0,35 + 0,06)
= 76,27 m
802
= (0,278) 70 ×2,5 +
254(0,35 + 0,02)
= 100,78m
➢ Jarak yang di tempuh oleh kendaraan yang datang dari arah yang
berlawanan (d4).
2
d4 = 3×d2
2
=3× 157,46 m
= 105 m
➢ Jarak yang ditempuh oleh kendaraan yang dating dari arah yang
berlawanan (d4).
2
d4 = × d2
3
2
= × 193,04 m
3
= 128,69 m
= 5,29 m
Maka kebebasan samping untuk Jh = 76,26 didapat 5,29 m.
= 224,85 m
Maka kebebasan samping untuk Jd = 348 didapat 224,85 m.
Penyelesaian :
➢ Pada persamaan jarak pandang henti di dapat Jh > L total , maka :
E = 9,38 m
E = 267,77 m
Maka kebebasan samping untuk Jd = 447,42 didapat 262,77 m.
Penyelesaian :
➢ Pada persamaan jarak pandang henti di dapat Jh > L total , maka :
28,65 𝐽ℎ 𝐽ℎ−𝐿𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 28,65 𝐽ℎ
E = R’ ( 1 − cos )+( 𝑠𝑖𝑛 )
𝑅′ 2 𝑅′
28,65 𝑥 100,78 100,78 −70 28,65 𝑥 100,78
E = 216,5 ( 1 − cos )+( 𝑠𝑖𝑛 )
216,5 2 216,5
E = 9,38 m
E = 267,77 m
Maka kebebasan samping untuk Jd = 447,42 didapat 262,77 m.
3.8 Stationing
3.8.1 Perhitungan Stationing
➢ Tikungan F-C
Sta A = 0+000
Sta PI 1 = Sta A +d A - I1
= 0+ 000 + 731.03
= 731.03 = 0 +138.46
Sta Tc1 = Sta PI 1 - Tc1
= 731.03 - 57.3
= 673.73
Sta ST1 = d A - PI1 + Tc1
= 731.03 + 673.73
= 1404.77
➢ Tikungan S-C-S
Sta PI 2 = Sta PI 1 + d PI1 - PI2
= 731.03+736.984
= 1468.018
Sta Ts2 = d PI1- PI2- 39.45
= 1468.018- 39.45
= 1428.568
Sta St2 = d PI1 - PI2 + 39.45
= 1468.018 + 39.45
= 1507.468
➢ Tikungan F-C
Sta PI3 = Sta PI 2+d PI2-PI3
= 1468.018+ 631.693
= 2099.711
Sta Ts3 = Sta PI3- Tc3
= 2099.711- 385.3696
= 1714.341
Sta St3 = Sta Ts3 + Lc3
= 1714.341 + 55
= 1769.341
3.9 Kubikasi
Menurut Cart F. Mayer David W. Gibson (1981) untuk menghitung
besarnya galian dan timbunan dapat digunakan persamaan sebagai berikut :
➢ Sta 0 + 000
Galian : 0 m2
Timbunan : 0 m2
➢ Sta 0 + 200
Galian : ½ alas x tinggi
: ½ 200 x ( 82 – 80 )
: 200 m2
Timbunan : 0 m2
➢ Sta 0 + 400
Galian : panjang x lebar
: ( 82 – 80 ) x 200
: 400 m2
Timbunan : 0 m2
➢ Sta 0 + 600
( 𝑎𝑙𝑎𝑠 𝑎 + 𝑎𝑙𝑎𝑠 𝑏 )𝑥 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖
Galian : 2
( 102+ 200 )𝑥 (82−82 )
: 2
2
: 302 m
Timbunan : 0 m2
➢ Sta 0 + 800
Galian : 0 m2
Timbunan : ½ alas x tinggi
: ½ 200 x ( 80 – 78 )
: 200 m2
➢ Sta 1 + 000
Galian : 0 m2
Timbunan : panjang x lebar
: ( 80 – 78 ) x 200
: 400 m2
➢ Sta 1 + 200
Galian : 0 m2
Timbunan : ½ alas x tinggi
: ½ 200 x ( 80 – 78 )
: 200 m2
➢ Sta 1 + 400
Galian : 0 m2
Timbunan : 0 m2
➢ Sta 1 + 600
Galian : 0 m2
Timbunan : 0 m2
➢ Sta 1 + 800
Galian : 0 m2
Timbunan : 0 m2
➢ Sta 2 + 000
Galian : 0 m2
Timbunan : 0 m2
➢ Sta 2 + 200
Galian : ½ alas x tinggi
: ½ 200 x ( 83 – 80 )
: 300 m2
Timbunan : 0 m2
➢ Sta 2 + 400
Galian : panjang x lebar
: ( 83 – 80 ) x 200
: 600 m2
Timbunan : 0 m2
➢ Sta 2 + 600
Galian : panjang x lebar
: (83 – 80 ) x 200
: 600 m2
Timbunan : 0 m2
➢ Sta 2 + 800
Galian : 0 m2
Timbunan : 0 m2
➢ Sta 3 + 000
Galian : 0 m2
Timbunan : ½ alas x tinggi
: ½ 200 x (80 -78 )
: 200 m2
➢ Sta 3 + 200
Galian : 0 m2
Timbunan : panjang x lebar
: ( 80 – 78 ) x 200
: 400 m2
➢ Sta 3 + 400
Galian : 0 m2
Timbunan : panjang x lebar
: ( 80 – 78 ) x 200
: 400 m2
➢ Sta 3 + 600
Galian : 0 m2
Timbunan : ½ alas x tinggi
: ½ 200 x (80 -78 )
: 200 m2
➢ Sta 3 + 800
Galian : 0 m2
Timbunan : 0 m2
➢ Sta 4 + 000
Galian : 0 m2
Timbunan : 0 m2
BAB IV
4.1 Kesimpulan
Jalan yang direncanakan merupakan jalan Arteri kelas IIA merupakan
kendaraan berat dengan lebar perkerasan 2 x 3,5m dan dengan kecepatan rencana
(VR) = 80 - 15 km/jam.
a. Pada PI1 direncanakan jenis tikungan Full Circle dengan jari-jari lengkung
rencana 260 m, sudut putar sebesar Δ = 108,43º.
b. Pada PI2 direncanakan jenis tikungan Spiral-Circle-Spiral dengan jari-jari
lengkung rencana 160 m, sudut putar sebesar Δ = 71,57º..
c. Pada PI3 direncanakan jenis tikungan Spiral-Spiral dengan jari-jari
lengkung rencana 15 m, sudut putar sebesar Δ =53,13º.
1.2 Saran
Perencanaan geometrik jalan raya sebaiknya berdasarkan data hasil survey
langsung dari lapangan agar diperoleh perencanaan yang optimal.
Lebih kurang dari laporan ini dapat dikonsultasikan juga kepada dosen
pembimbing untuk memperbaiki laporan perencanaan geometrik jalan dan
ketelitian dalam perhitungan diharapkan lebih baik agar hasil gambar sesuai
dengan syarat-syarat ketentuan perencanaan jalan yang telah ditentukan dari
referensi.
DAFTAR PUSTAKA