Anda di halaman 1dari 8

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Mass Rapid Transit (MRT)


MRT adalah suatu sistem tranportasi perkotaan yang mempunyai 3
kriteria utama, mass (daya angkut besar), rapid (waktu tempuh cepat dan
frekuensi tinggi), dan transit (berhenti di banyak stasiun di titik utama
perkotaan). MRT secara harfiah dapat diartikan sebagai moda angkutan
yang mampu mengangkut penumpang dalam jumlah yang banyak (massal)
dengan frekuensi dan kecepatan yang sangat tinggi (rapid).

2.2 Jenis Mass Rapid Transit (MRT)


Berdasarkan modanya, MRT dibedakan menjadi 4 jenis, yaitu :
- Bus (buslane / busway)
Bus MRT dapat dibedakan dengan bus angkutan biasa dan kendaraan
lain karena biasanya merupakan shuttle bus yang memiliki rute
perjalanan tertentu dan beroperasi pada lajur khusus, sehingga sering
disebut buslane/busway. Pemisahan lajur ini dilakukan agar penumpang
tidak mengalami penundaan waktu perjalanan dan tidak terganggu oleh
aktivitas moda angkutan lain yang melintasi rute perjalanan yang sama.
Busway sendiri biasanya bervariasi ada yang berbentuk ganda (bus
gandeng), bus tunggal, dan bus bertingkat. MRT jenis busway biasanya
lebih banyak dipilih oleh kota-kota di negara berkembang karena
pengembangannya membutuhkan biaya yang lebih murah dibandingkan
dengan subway, monorel, ataupun tram. Kota Bogota di Kolombia
merupakan salah satu contoh sukses penerapan sistem busway.

- Subway (Heavy Rail Transit)


MRT dalam bentuk subway pada prinsipnya memiliki kesamaan
sistem operasi dengan kereta api. Namun, konstruksi teknisnya terdapat
perbedaan karena subway terletak di bawah tanah (underground) tetapi
stasiun-stasiunnya langsung terhubung ke lokasi pusat kegiatan. Di

3
Eropa Barat, subway merupakan salah satu moda angkutan yang sangat
populer dan seringkali dikenal dengan istilah metro system. Kota London
merupakan kota pertama yang menerapkan sistem subway sebagai moda
angkutan massal berkecepatan tinggi pada tahun 1863.

- Tram
Tram merupakan bentuk MRT dengan moda angkutan mirip dengan
kereta api, tetapi jalur operasinya dapat terintegrasi dengan jalan raya.
Tram dapat ditemukan di hampir semua kota menengah dan besar di
Eropa dan di beberapa kota besar di Amerika. Tram pertama kali
diperkenalkan pada tahun 1807 di Inggris dan merupakan bentuk awal
MRT di dunia. Dalam operasionalnya, dikenal dua jenis tram: (1) tram
yang jalur operasinya menyatu dengan jalur lalu-lintas kendaraan; dan
(2) tram yang memiliki jalur operasional tersendiri yang dikenal dengan
istilah light rail.

- Monorail
Monorail merupakan MRT yang memiliki jalur tertentu dan biasanya
tidak mengambil ruang kota yang luas. MRT jenis ini biasanya memiliki
jalur di atas jalan raya dan yang ditopang dengan tiang - tiang yang
sekaligus berfungsi untuk membentuk lintasan monorail. Berbeda
dengan MRT lainnya, monorail biasanya hanya terdiri atas satu rute
dengan sistem lintasan loop dengan beberapa stasiun pemberhentian
yang menghubungkan dengan MRT lainnya maupun langsung ke lokasi
kegiatan tertentu. Penggunaan monorail sudah banyak dikembangkan di
kota-kota metropolitan di dunia antara lain Moskow, Tokyo, dan
Sydney.

3
Gambar 1. Bogota yang berhasil mengembangkan Busway

Gambar 2. Penggunaan Subway di London

Gambar 3. Penggunaan Monorail yang berhasil di Singapura

3
2.3 Pembangunan MRT sebagi solusi untuk mengatasi Kemacetan di
Jakarta
2.3.2 Latar Belakang Pembangunan
Perkiraan Jakarta macet total : saat ini pertumbuhan jalan di Jakarta
kurang dari 1 % per tahun dan setiap hari setidaknya ada 1000 lebih
kendaraan bermotor baru turun ke jalan di Jakarta (Data Dinas
Perhubungan DKI Jakarta). Studi Japan International Corporation
Agency (JICA) 2004 menyatakan bahwa bila tidak dilakukan perbaikan
pada sistem transportasi, diperkirakan lalu lintas Jakarta akan macet
total pada 2020 (Study on Integrated Transportation Master Plan
(SITRAMP II)
Kerugian ekonomi akibat kemacetan lalu lintas di Jakarta berdasarkan
hasil penelitian Yayasan Pelangi pada 2005 ditaksir Rp 12,8 triliun/tahun
yang meliputi nilai waktu, biaya bahan bakar dan biaya kesehatan.
Sementara berdasarkan SITRAMP II tahun 2004 menunjukan bahwa
bila sampai 2020 tidak ada perbaikan yang dilakukan pada sistem
transportasi maka perkiraan kerugian ekonomi mencapai Rp 65
triliun/tahun.
Polusi udara akibat kendaraan bermotor memberi kontribusi 80 persen
dari polusi di Jakarta. MRT Jakarta digerakan oleh tenaga listrik
sehingga tidak menimbulkan emisi CO2 diperkotaan. Berdasarkan studi
tersebut, maka jelas DKI Jakarta sangat membutuhkan angkutan massal
yang lebih andal seperti MRT yang dapat menjadi alternatif solusi
transportasi bagi masyarakat yang juga ramah lingkungan.

Membangun sistem jaringan MRT bukanlah semata-mata urusan


kelayakan ekonomi dan finansial saja, tetapi lebih dari itu membangun
MRT mencerminkan visi sebuah kota. Kehidupan dan aktivitas ekonomi
sebuah kota, antara lain tergantung dari seberapa mudah warga kota
melakukan perjalanan/ mobilitas dan seberapa sering mereka dapat
melakukannya ke berbagai tujuan dalam kota. Tujuan Utama
dibangunnya sistem MRT adalah memberikan kesempatan kepada warga

3
kota untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas perjalanan/ mobilitasnya
menjadi lebih andal, terpercaya, aman, nyaman, terjangkau dan lebih
ekonomis.

2.3.2 Manfaat Pembangunan MRT


Manfaat langsung dioperasikannya sistem MRT ini adalah mampu
mengurangi kepadatan kendaraan di jalan karena dengan adanya MRT
diharapkan dapat mengalihkan masyarakat yang menggunakan
kendaraan pribadi ke transportasi massal. Selain itu, MRT juga
memberikan kontribusi dalam meningkatan kapasitas transportasi publik.
Kapasitas angkut MRT (Lebak Bulus ke Bundaran HI) diharapkan
mencapai sekitar 412 ribu penumpang per hari (tahun ketiga operasi
dengan TOD dan TDM).
Pembangunan MRT Jakarta juga diharapkan mampu memberi
dampak positif lainnya bagi Jakarta dan warganya antara lain :
- Penciptaan lapangan kerja: selama periode konstruksi, proyek MRT
Jakarta diharapkan dapat menciptakan sekitar 48.000 pekerjaan baru.
- Penurunan waktu tempuh & meningkatkan mobilitas: Waktu tempuh
antara Lebak Bulus sampai Bundaran HI diharapkan turun dari 1-2 jam
pada jam-jam sibuk menjadi 30 menit, sedangkan dari Lebak Bulus
sampai Kampung Bandan target waktu tempuh sekitar 52.5 menit.
Penurunan waktu tempuh ini akan meningkatkan mobilitas warga
Jakarta. Meningkatnya mobilitas warga kota ini memberikan dampak
kepada peningkatan dan pertumbuhan ekonomi kota, dan meningkatkan
kualitas hidup warga kota
- Dampak lingkungan : 0.7% dari total emisi CO2, yaitu sekitar 93.663 ton
per tahun akan dikurangi oleh MRT (Data Revised Implementation
Program for Jakarta MRT System 2005)
- Transit - Urban Integration yang menjadikan sistem MRT sebagai
pendorong untuk merestorasi tata ruang kota. Integrasi transit-urban
diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi pada area sekitar

3
stasiun, sehingga dapat berdampak langsung kepada peningkatan jumlah
penumpang MRT Jakarta.
Pengembangan MRT dapat menjadi alternatif solusi untuk mengatasi
persoalan perangkutan di kota-kota besar tersebut. Keunggulan sistem
ini ialah kemampuannya mengangkut penumpang dalam jumlah besar,
cepat, dan dapat diandalkan dalam berbagai situasi. Dengan
mempergunakan MRT, ruang jalan akan jauh lebih efisien karena
penggunaan kendaraan pribadi dapat diminimalisasi. Kereta rel listrik
(KRL), kereta rel diesel (KRD), dan busway yang sudah dikembangkan
di kota-kota metropolitan di Indonesia sebenarnya sudah dapat
dikategorikan sebagai sarana transportasi massal. Namun, di berbagai
kota, ketiganya belum dapat sepenuhnya dikategorikan sebagai MRT
karena belum memenuhi kriteria sebagai sarana transportasi yang benar-
benar cepat dan handal dalam segala situasi.

2.3.3 Infrastruktur yang harus dipersiapkan untuk mendukung MRT


MRT bukanlah solusi yang berdiri sendiri untuk mengatasi
kemacetan di Jakarta. Sejumlah instrumen diperlukan untuk mengurai
kepadatan lalu lintas, antara lain :

1. Integrasi produk hukum dan kebijakan, seperti : peningkatan disiplin


lalu lintas, pembatasan volume kendaraan melalui kebijakan pembatasan
intensitas penggunaan kendaraan pribadi seperti ERP (electronic road
pricing) serta upaya-upaya teknik lalu lintas seperti
implementasi intelligent traffic system, perbaikan manajemen lalu lintas,
pembangunan fly over, under pass, dan lain-lain. Cara lainnya yakni
dengan memberlakukan harga tiket MRT Jakarta yang terjangkau, atau
penerapan berbagai kebijakan baik yang menggunakan instrument
financial seperti peningkatan pajak kendaraan pribadi, dan bentuk-
bentuk pricing (road pricing, fuel pricing,parking pricing), maupun
yang tidak menggunakan instrument financial seperti kebijakan ganjil
genap, 3 in 1, dan sebagainya.

3
2. Integrasi dengan moda transport lain : Untuk memudahkan calon
penumpang MRT Jakarta sampai ke stasiun MRT Jakarta sekaligus
menambah jumlah penumpang maka integrasi sistem MRT dengan
sistem angkutan massal lainnya ataupun feeder seperti bus
umum, TransJakarta, kereta Jabodetabek menjadi hal yang penting.
Selain membangun jaringan baru untuk sistem MRT ini, Pemerintah
Provinsi DKI Jakarta bersama dengan Pemerintah Pusat juga sedang
mengembangkan konsep optimasi jalur kereta api lingkar (loopline) yang
saat ini telah beroperasi sebagai bagian sistem kereta urban Jabodetabek.
Dalam rencana tata ruang dan wilayah Pemprov DKI Jakarta,
jalur loopline akan diintegrasikan dengan jaringan MRT.
Optimasi loopline ini ditargetkan Pemprov DKI Jakarta dapat
dituntaskan sebelum sistem MRT Jakarta tahap I dioperasikan.

3. Penyediaan fasilitas pendukung, seperti : tempat parkir (park and ride),


jalur pejalan kaki, trotoar, dan taman yang memadai. Warga yang tinggal
atau beraktivitas di sekitar jalur MRT dapat merasakan manfaat
langsungnya. Warga yang tinggal agak jauh juga dapat meninggalkan
kendaraan pribadi dan mengakses MRT dengan angkutan umum
pendukung (feeder). Dengan demikian warga terutama pengguna
kendaran pribadi bisa didorong beralih ke MRT dengan memudahkan
akses untuk menuju dan meninggalkan stasiun.Selain itu stasiun MRT
Jakarta akan dihubungkan dengan pusat-pusat aktivitas publik, baik
perkantoran, komersial dan non-komersial. Koneksi yang nyaman antara
stasiun MRT dengan pusat perbelanjaan atau perkantoran akan menjadi
unsur kompetitif pembeda dengan usaha sejenis lainnya. Dengan laju
manusia yang lebih baik, pusat perbelanjaan menjadi ramai dan
perkantoran terjamin tingkat huniannya.

3
2.3.4

Anda mungkin juga menyukai