Anda di halaman 1dari 2

Di Indonesia, terdapat beberapa perbedaan antara MRT, LRT, dan

tram dalam konteks transportasi perkotaan. Berikut adalah 4. Konstruksi dan Teknik Bangunan:
perbedaan mendasar ketiganya: - Proyek perkeretaapian skala besar melibatkan konstruksi dan
teknik bangunan yang rumit. Ini meliputi pembangunan rel,
1. MRT (Mass Rapid Transit):
stasiun, jembatan, terowongan, dan fasilitas pendukung lainnya.
• Di Indonesia, saat ini terdapat MRT di Jakarta yang Mengelola proyek konstruksi dengan benar, termasuk
beroperasi sejak 2019. Terdapat dua jalur MRT, yaitu Jalur perencanaan yang matang, manajemen logistik, dan pengawasan
MRT Jakarta Utara-Selatan (Jalur Utara-Selatan) dan Jalur konstruksi yang ketat, sangat penting untuk menjaga kualitas dan
MRT Jakarta Timur-Barat (Jalur Timur-Barat). jadwal proyek.
5. Pengadaan dan Manajemen Sumber Daya:
• MRT Jakarta menggunakan kereta listrik dan beroperasi di - Proyek perkeretaapian skala besar memerlukan pengadaan yang
jalur bawah tanah serta beberapa bagian di atas tanah yang efisien dan manajemen sumber daya yang baik. Hal ini meliputi
terpisah dari lalu lintas jalan raya. pengadaan kereta, sistem sinyal, peralatan lainnya, dan tenaga
kerja yang terampil. Mengelola anggaran dengan tepat, menjaga
• MRT Jakarta memiliki kapasitas angkut yang tinggi dan
rantai pasokan yang stabil, serta melibatkan tenaga kerja yang
beroperasi dengan kecepatan tinggi. Jalur-jalurnya panjang,
terlatih dan berkualitas tinggi menjadi faktor penting untuk
dengan perhentian yang cukup jauh di kawasan perkotaan. keberhasilan proyek.
2. LRT (Light Rail Transit): 6. Koordinasi dengan Pihak Terkait:
• LRT di Indonesia ada di beberapa kota seperti Jakarta, - Proyek perkeretaapian skala besar melibatkan berbagai pihak
Palembang, dan Bandung. terkait, termasuk pemerintah, otoritas transportasi, kontraktor,
konsultan perencana, dan masyarakat setempat. Koordinasi yang
• LRT Jakarta beroperasi di atas permukaan jalan raya dan efektif antara semua pihak ini penting untuk mencapai
memiliki beberapa jalur yang terpisah dari lalu lintas kesepakatan, meminimalkan hambatan, dan menjaga komunikasi
kendaraan lain. yang baik sepanjang proyek.
7. Operasional dan Pemeliharaan:
• LRT menggunakan kereta listrik dan memiliki kapasitas
- Setelah proyek perkeretaapian selesai, tantangan berlanjut
angkut yang lebih rendah daripada MRT. Kecepatan LRT dalam operasional dan pemeliharaan sistem. Memastikan
juga cenderung lebih rendah, dengan jarak antar stasiun keandalan operasional, menjaga infrastruktur tetap terawat
yang lebih pendek. dengan baik, serta menyediakan layanan yang aman dan efisien
3. Tram: menjadi fokus utama. Memiliki rencana pemeliharaan yang baik
dan membangun tim yang kompeten dalam pemeliharaan sistem
• Tram di Indonesia umumnya dikenal dengan sebutan
perkeretaapian adalah penting dalam jangka panjang.
"moda raya terpadu" atau "TransJakarta". Ini adalah sistem Penting untuk dicatat bahwa setiap proyek perkeretaapian skala
transportasi bus rapid transit (BRT) yang beroperasi di jalur besar memiliki konteks dan tantangan yang unik. Oleh karena itu,
khusus. perencanaan yang matang, manajemen proyek yang baik, serta
• Tram di Indonesia tidak beroperasi di rel seperti MRT dan kerjasama yang erat dengan pihak terkait sangat penting untuk
mengatasi permasalahan yang mungkin muncul dan mencapai
LRT. Tram menggunakan kendaraan bus khusus yang
kesuksesan dalam proyek tersebut.
berjalan di jalur terpisah yang dirancang untuk
meningkatkan kecepatan dan efisiensi layanan. Pembangunan transportasi masal berbasis rel di area perkotaan di
• Tram di Indonesia berhenti di halte-halte yang ditentukan Indonesia memiliki berbagai manfaat yang signifikan. Berikut
dan memiliki jarak antarhentian yang pendek di kawasan adalah beberapa manfaat utama pembangunan transportasi
perkotaan. masal berbasis rel:
Perlu dicatat bahwa perkembangan transportasi perkotaan di 1. Meningkatkan Mobilitas Penduduk: Sistem transportasi masal
Indonesia terus berlanjut, dan perbedaan ini dapat berubah berbasis rel, seperti MRT, LRT, dan tram, memberikan solusi
seiring waktu dengan adanya perluasan jaringan dan transportasi yang efisien dan cepat bagi penduduk perkotaan.
pengembangan sistem transportasi yang lebih baik. Dengan adanya jaringan rel yang luas, penduduk dapat dengan
mudah dan cepat berpindah dari satu tempat ke tempat lain
tanpa terjebak kemacetan lalu lintas.
2. Mengurangi Kemacetan Lalu Lintas: Transportasi masal
Proyek perencanaan dan pelaksanaan sistem perkeretaapian skala berbasis rel membantu mengurangi kemacetan lalu lintas di
besar dapat menghadapi beberapa permasalahan yang kompleks perkotaan. Dengan memberikan alternatif transportasi yang cepat
dan memerlukan penanganan yang cermat. Berikut adalah dan andal, masyarakat cenderung beralih dari kendaraan pribadi
beberapa contoh permasalahan umum yang mungkin timbul ke sistem transportasi rel. Hal ini mengurangi jumlah kendaraan di
dalam proyek tersebut: jalan, mengurangi kemacetan, dan memperbaiki aliran lalu lintas
1. Perencanaan Trase dan Rute: secara keseluruhan.
- Menentukan trase dan rute yang optimal dapat menjadi 3. Mengurangi Emisi Gas Rumah Kaca: Transportasi masal
tantangan dalam proyek perkeretaapian skala besar. Hal ini berbasis rel menggunakan tenaga listrik atau energi yang lebih
melibatkan pemetaan lahan, pemilihan koridor yang tepat, serta ramah lingkungan, seperti kereta listrik. Dengan mengurangi
mempertimbangkan faktor topografi, penggunaan lahan, dan penggunaan kendaraan bermesin pembakaran internal, sistem
kebutuhan perkeretaapian yang efisien. transportasi rel dapat membantu mengurangi emisi gas rumah
2. Perizinan dan Regulasi: kaca dan dampak negatif terhadap lingkungan.
- Proyek perkeretaapian skala besar melibatkan perizinan dan 4. Meningkatkan Efisiensi Energi: Sistem transportasi masal
regulasi yang rumit. Hal ini meliputi perolehan izin dari berbasis rel cenderung lebih efisien dalam penggunaan energi
pemerintah, otoritas transportasi, dan pihak terkait lainnya. dibandingkan dengan kendaraan pribadi. Kereta rel memiliki
Proses perizinan ini dapat memakan waktu yang lama dan kapasitas angkut yang besar dan dapat mengangkut banyak
memerlukan koordinasi yang intensif. penumpang sekaligus, sehingga mengoptimalkan penggunaan
3. Pembebasan Lahan: energi secara keseluruhan.
- Proyek perkeretaapian skala besar sering kali memerlukan 5. Mengurangi Biaya Transportasi Individu: Transportasi masal
pembebasan lahan yang luas. Mengamankan lahan yang berbasis rel biasanya lebih terjangkau daripada menggunakan
diperlukan dapat menjadi kompleks, terutama jika melibatkan kendaraan pribadi. Dengan harga tiket yang relatif rendah
pembebasan lahan milik pribadi, pemukiman penduduk, atau dibandingkan biaya bahan bakar dan parkir, sistem transportasi
tanah yang digunakan untuk kegiatan komersial. Pembebasan rel dapat mengurangi beban biaya transportasi individu dan
lahan juga harus dilakukan dengan adil dan mempertimbangkan meningkatkan aksesibilitas bagi masyarakat dengan berbagai
kepentingan pemilik lahan serta dampak sosial ekonomi yang tingkat pendapatan.
mungkin timbul.
6. Meningkatkan Kualitas Hidup dan Kesejahteraan: Dengan
memperbaiki mobilitas penduduk, mengurangi kemacetan, dan
mengurangi tingkat polusi udara, pembangunan transportasi
masal berbasis rel dapat meningkatkan kualitas hidup dan
kesejahteraan masyarakat perkotaan. Masyarakat dapat
menghemat waktu perjalanan, mengurangi stres akibat
kemacetan, dan memiliki akses yang lebih baik ke berbagai
fasilitas dan kesempatan di kota.
7. Mendorong Pembangunan Wilayah: Pembangunan
transportasi masal berbasis rel seringkali diikuti oleh
pengembangan wilayah di sekitarnya. Pembangunan stasiun-
stasiun baru dan jaringan rel dapat menjadi katalisator untuk
pertumbuhan ekonomi dan pengembangan pusat-pusat kegiatan
perkotaan baru, meningkatkan aksesibilitas, dan menarik investasi
ke daerah

Transit Oriented Development (TOD) merupakan konsep


perencanaan perkotaan yang berfokus pada pengembangan dan
pembangunan yang terintegrasi dengan sistem transportasi
publik, seperti transportasi berbasis rel (seperti MRT, LRT, atau
tram) dan bus rapid transit (BRT). Konsep ini didasarkan pada ide
bahwa pengembangan perkotaan yang terkait erat dengan
transportasi publik dapat menciptakan lingkungan yang lebih
berkelanjutan, beragam, dan mudah diakses.

Prinsip utama dari TOD adalah menggabungkan transportasi


publik yang efisien dengan penggunaan lahan yang intensif dan
diversifikasi fungsi di sekitarnya. Beberapa karakteristik umum
dari Transit Oriented Development meliputi:
1. Pusat Kegiatan: TOD mengarah pada pengembangan pusat-
pusat kegiatan yang padat di sekitar stasiun transit. Ini termasuk
pengembangan kawasan bisnis, perkantoran, pusat perbelanjaan,
perumahan, fasilitas pendidikan, dan area rekreasi. Dengan
mendesain pusat-pusat kegiatan ini di sekitar stasiun transit,
masyarakat dapat dengan mudah mengakses berbagai layanan
dan fasilitas tanpa perlu mengandalkan kendaraan pribadi.
2. Kepadatan Populasi: TOD mendorong kepadatan populasi di
sekitar stasiun transit. Dengan memadatkan permukiman, baik
berupa perumahan maupun kawasan komersial, penduduk dapat
tinggal dekat dengan fasilitas transportasi publik. Hal ini
mendorong penggunaan transportasi publik sebagai alternatif
utama daripada kendaraan pribadi.
3. Desain yang Ramah Pejalan Kaki: TOD menekankan desain
perkotaan yang ramah pejalan kaki. Hal ini mencakup
pengembangan trotoar yang luas, jalur sepeda, penyeberangan
yang aman, dan akses yang mudah ke stasiun transit. Tujuannya
adalah mendorong mobilitas non-motor dan meningkatkan
kenyamanan bagi pejalan kaki dan pengguna sepeda.
4. Penggunaan Lahan yang Efisien: TOD memanfaatkan
penggunaan lahan secara efisien dengan memaksimalkan potensi
lahan di sekitar stasiun transit. Pengembangan vertikal, seperti
gedung perkantoran dan apartemen tinggi, dapat meminimalkan
konsumsi lahan dan memungkinkan lebih banyak orang tinggal
dan bekerja di sekitar stasiun transit.

Manfaat dari Transit Oriented Development termasuk mengurangi


kemacetan lalu lintas, mengurangi emisi gas rumah kaca,
menghemat energi, meningkatkan aksesibilitas, dan menciptakan
lingkungan yang lebih berkelanjutan dan inklusif.

Dalam praktiknya, TOD melibatkan kolaborasi antara pemerintah,


pengembang, operator transportasi publik, dan masyarakat.
Penting untuk melakukan perencanaan dan perancangan yang
holistik, mempertimbangkan kebutuhan transportasi publik,
kepadatan yang tepat, serta aspek sosial, ekonomi, dan
lingkungan.

Anda mungkin juga menyukai