Anda di halaman 1dari 30

TUGAS

PERENCANAAN DAN PEMODELAN TRANSPORTASI


PTS165
“INTERAKSI KOMPONEN SISTEM TRANSPORTASI MAKRO”

Oleh :

Ade Nehemia. S

F1G221074

Dosen :

Ir. Purnawan, MT., Ph.D.

KELOMPOK BIDANG KEAHLIAN TRANSPORTASI


JURUSAN TEKNIK SIPIL, KIMIA DAN LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
JURUSAN TEKNIK SIPIL, KIMIA DAN LINGKUNGAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JAMBI
2024
Beri contoh studi kasus interaksi antara :

1. Sistem Kegiatan - Sistem Jaringan


Studi Kasus: Pengembangan Kawasan Perumahan Baru di Pinggiran Kota

a.) Sistem Kegiatan (Perumahan Baru): Sebuah pengembang properti


merencanakan pembangunan kawasan perumahan baru di pinggiran kota. Kawasan
ini akan menawarkan berbagai macam rumah tinggal dan fasilitas pendukung,
seperti taman, area rekreasi, dan fasilitas komunitas.

b.) Sistem Jaringan (Jalan dan Transportasi Umum): Jalan-jalan di sekitar


lokasi pengembangan perumahan saat ini mungkin memiliki lalu lintas yang relatif
ringan karena merupakan daerah pinggiran kota. Meskipun demikian, terdapat
jaringan jalan utama yang menghubungkan perumahan ini dengan pusat kota dan
daerah lainnya. Transportasi umum seperti bus mungkin juga beroperasi di sekitar
wilayah tersebut, meskipun mungkin dengan frekuensi yang lebih rendah
dibandingkan dengan daerah yang lebih padat.

Interaksi dan Dampak:


 Peningkatan Lalu Lintas dan Kebutuhan Akses Jalan: Pembangunan
kawasan perumahan baru akan meningkatkan jumlah kendaraan yang
menggunakan jalan-jalan di sekitarnya, terutama ketika penduduk baru
mulai pindah ke area tersebut. Hal ini dapat memengaruhi tingkat lalu
lintas di jalan-jalan lokal dan meningkatkan kebutuhan akan akses jalan
yang lebih baik, termasuk peningkatan kapasitas atau perluasan jalan.
 Perubahan Permintaan Transportasi Umum: Dengan adanya
peningkatan jumlah penduduk di kawasan tersebut, mungkin juga ada
peningkatan permintaan terhadap transportasi umum. Penduduk yang
bekerja atau bersekolah di pusat kota mungkin mulai menggunakan
transportasi umum sebagai alternatif untuk mengurangi kemacetan lalu
lintas atau kesulitan parkir.
 Pengembangan Infrastruktur Pendukung: Peningkatan populasi di
kawasan tersebut juga akan menimbulkan kebutuhan akan infrastruktur
pendukung, seperti sekolah, pusat perbelanjaan, atau fasilitas kesehatan.

1
Perluasan jaringan jalan dan peningkatan layanan transportasi umum
juga dapat menjadi bagian dari pengembangan infrastruktur yang
diperlukan.
Dari studi kasus ini, dapat dilihat bahwa perubahan pada sistem kegiatan
(pengembangan kawasan perumahan baru) memiliki dampak yang signifikan pada
sistem jaringan (jalan dan transportasi umum) di sekitarnya. Setiap perubahan pada
sistem tertentu, seperti peningkatan jumlah penduduk, akan mempengaruhi sistem
lainnya, seperti meningkatnya lalu lintas dan perubahan dalam permintaan terhadap
transportasi umum. Oleh karena itu, penting untuk mempertimbangkan interaksi
antara kedua sistem ini dalam perencanaan dan pengembangan kawasan perumahan
baru.

2. Sistem Jaringan – Sistem Kegiatan


Studi Kasus: Peningkatan Jalan Raya di Kawasan Perkantoran
a.) Sistem Jaringan (Jalan Raya): Sebuah kota besar, Kota A, memiliki
kawasan perkantoran yang padat di pusat kota. Jalan-jalan di sekitar kawasan ini
sering mengalami kemacetan lalu lintas pada jam sibuk, menyebabkan peningkatan
waktu tempuh dan frustrasi bagi para pekerja dan pengunjung.
b.) Sistem Kegiatan (Kawasan Perkantoran): Kawasan perkantoran ini
adalah pusat kegiatan ekonomi di Kota A, dengan banyak perusahaan besar, kantor
pemerintah, dan pusat perbelanjaan. Ribuan orang datang setiap hari untuk bekerja,
melakukan bisnis, atau berbelanja di kawasan ini.
Interaksi dan Dampak:
 Peningkatan Aksesibilitas: Dengan peningkatan jalan raya yang
direncanakan, aksesibilitas ke kawasan perkantoran akan meningkat. Ini
akan mengurangi kemacetan lalu lintas dan memungkinkan arus lalu
lintas yang lebih lancar, mempercepat waktu tempuh bagi pekerja dan
pengunjung.
 Peningkatan Efisiensi Operasional: Dengan kondisi lalu lintas yang lebih
baik, perusahaan di kawasan perkantoran dapat mengalami peningkatan
efisiensi operasional. Waktu tempuh yang lebih singkat bagi karyawan
dan pengiriman barang yang lebih cepat dapat meningkatkan
produktivitas dan mengurangi biaya operasional.

2
 Dorongan untuk Pertumbuhan Bisnis: Peningkatan jalan raya juga dapat
menjadi dorongan bagi perusahaan untuk berinvestasi lebih lanjut di
kawasan perkantoran. Meningkatnya aksesibilitas dan efisiensi
transportasi dapat menjadikan kawasan ini lebih menarik bagi investor
baru dan dapat mendukung pertumbuhan ekonomi yang lebih lanjut.
 Perubahan Pola Perjalanan: Peningkatan jalan raya mungkin juga
mempengaruhi pola perjalanan masyarakat. Mungkin akan ada
peningkatan penggunaan kendaraan pribadi daripada transportasi umum,
terutama jika kemacetan lalu lintas berkurang dan parkir lebih tersedia
di kawasan perkantoran.
Dari studi kasus ini, kita dapat melihat bahwa perubahan pada sistem jaringan
(peningkatan jalan raya) memiliki dampak yang signifikan pada sistem kegiatan
(kawasan perkantoran). Ini menunjukkan bagaimana setiap perubahan pada salah
satu sistem akan mempengaruhi sistem lainnya, yang dalam hal ini adalah
peningkatan efisiensi operasional, dorongan untuk pertumbuhan bisnis, dan
perubahan pola perjalanan. Oleh karena itu, penting untuk mempertimbangkan
interaksi antara kedua sistem ini dalam perencanaan dan pelaksanaan proyek
peningkatan infrastruktur.

3. Sistem Pergerakan – Sistem Jaringan


Studi Kasus: Pengenalan Layanan Kereta Api Cepat di Kota Metropolitan
a.) Sistem Pergerakan (Layanan Kereta Api Cepat):
Pemerintah kota metropolitan X memutuskan untuk mengimplementasikan
layanan kereta api cepat yang menghubungkan berbagai distrik dalam kota,
termasuk pusat kota, pusat perbelanjaan, kawasan perumahan utama, dan pusat
bisnis. Layanan ini dirancang untuk menyediakan alternatif transportasi yang cepat,
nyaman, dan ramah lingkungan bagi penduduk kota.
b.) Sistem Jaringan (Jalan dan Infrastruktur Transportasi):
Jaringan jalan di kota metropolitan X mungkin telah mapan, tetapi
pemerintah perlu memperhitungkan dampak implementasi layanan kereta api cepat
terhadap infrastruktur transportasi yang ada. Ini mungkin melibatkan pembangunan

3
jalur kereta tambahan, pembangunan stasiun, dan penyediaan jalur khusus untuk
kereta.

Interaksi dan Dampak:


 Peningkatan Aksesibilitas dan Mobilitas: Dengan adanya layanan kereta
api cepat, aksesibilitas ke berbagai distrik dalam kota akan meningkat
secara signifikan. Penduduk dapat dengan mudah bepergian dari satu
distrik ke distrik lain tanpa harus bergantung pada kendaraan pribadi
atau transportasi umum konvensional. Hal ini akan meningkatkan
mobilitas penduduk dan memfasilitasi aktivitas sehari-hari seperti
bekerja, berbelanja, dan rekreasi.
 Reduksi Penggunaan Kendaraan Pribadi: Dengan tersedianya layanan
kereta api cepat yang efisien dan nyaman, beberapa penduduk kota
mungkin akan beralih dari menggunakan kendaraan pribadi ke kereta
api. Ini dapat mengurangi kemacetan lalu lintas di jalan-jalan kota,
mengurangi polusi udara, dan mengurangi tekanan terhadap parkir di
pusat kota.
 Peningkatan Beban Jalan di Sekitar Stasiun Kereta: Meskipun demikian,
implementasi layanan kereta api cepat dapat meningkatkan beban lalu
lintas di sekitar stasiun kereta api. Ini terutama terjadi pada jam sibuk
saat penduduk menggunakan kendaraan pribadi atau transportasi umum
lokal untuk mencapai stasiun kereta api. Oleh karena itu, perlu ada
perencanaan yang tepat untuk mengelola lalu lintas di sekitar stasiun.
 Investasi dalam Infrastruktur Tambahan: Untuk mendukung layanan
kereta api cepat, pemerintah perlu berinvestasi dalam pengembangan
infrastruktur tambahan seperti peningkatan jaringan jalan di sekitar
stasiun, pembangunan jalur khusus untuk kereta, dan peningkatan
fasilitas stasiun untuk menampung peningkatan jumlah penumpang.
Dari studi kasus ini, kita dapat melihat bahwa perubahan pada sistem
pergerakan (implementasi layanan kereta api cepat) memiliki dampak yang
signifikan pada sistem jaringan (jalan dan infrastruktur transportasi) di kota
metropolitan X. Setiap perubahan pada salah satu sistem akan mempengaruhi

4
sistem lainnya, seperti peningkatan mobilitas dan penggunaan transportasi umum
yang lebih luas yang mempengaruhi beban jalan di sekitar stasiun kereta api. Oleh
karena itu, penting untuk mempertimbangkan interaksi antara kedua sistem ini
dalam perencanaan dan pelaksanaan proyek transportasi.

4. Sistem Jaringan – Sistem Pergerakan


Studi Kasus: Peningkatan Jaringan Jalan dan Penggunaan Transportasi Umum
di Kota Metropolitan
a.) Sistem Jaringan (Jalan Raya):Pemerintah kota metropolitan Alpha
memutuskan untuk melakukan proyek perluasan jaringan jalan raya dengan
membangun jalan baru, memperluas jalan yang sudah ada, dan meningkatkan
kapasitas jalan di beberapa titik rawan kemacetan. Tujuannya adalah untuk
mengurangi kemacetan lalu lintas dan meningkatkan aliran kendaraan di seluruh
kota.
b.) Sistem Pergerakan (Transportasi Umum): Pada saat yang sama,
pemerintah juga berusaha meningkatkan penggunaan transportasi umum di kota
dengan memperkenalkan beberapa perbaikan dan peningkatan. Ini termasuk
penambahan armada bus, peningkatan frekuensi layanan, pengoptimalan jalur bus,
dan perbaikan stasiun kereta bawah tanah. Tujuannya adalah untuk mendorong
lebih banyak penduduk menggunakan transportasi umum daripada kendaraan
pribadi.

Interaksi dan Dampak:


 Peningkatan Aksesibilitas dan Pilihan Transportasi: Melalui perluasan
jaringan jalan raya dan peningkatan transportasi umum, aksesibilitas ke
berbagai bagian kota meningkat. Penduduk kota memiliki lebih banyak
pilihan transportasi, memungkinkan mereka untuk memilih antara
menggunakan kendaraan pribadi atau transportasi umum tergantung
pada kebutuhan mereka.
 Reduksi Kemacetan Lalu Lintas: Perluasan jaringan jalan raya
diharapkan dapat mengurangi kemacetan lalu lintas di titik-titik yang
paling rawan di kota. Ini memungkinkan aliran kendaraan yang lebih

5
lancar dan waktu perjalanan yang lebih singkat bagi penduduk dan
pengguna jalan lainnya.
 Perubahan Pola Perjalanan: Dengan peningkatan ketersediaan
transportasi umum yang nyaman dan terjangkau, beberapa penduduk
mungkin akan beralih dari menggunakan kendaraan pribadi ke
transportasi umum. Ini dapat mengubah pola perjalanan penduduk dan
menyebabkan penurunan volume kendaraan pribadi di jalan-jalan.
 Peningkatan Penggunaan Transportasi Umum: Melalui perbaikan dan
peningkatan pada transportasi umum, pemerintah berharap untuk
meningkatkan penggunaan transportasi umum secara keseluruhan.
Dengan layanan yang lebih handal dan efisien, diharapkan akan ada
peningkatan signifikan dalam jumlah penduduk yang memilih
menggunakan transportasi umum sebagai pilihan utama mereka.
Dari studi kasus ini, kita dapat melihat bagaimana perubahan pada sistem
jaringan (perluasan jalan raya) dan sistem pergerakan (peningkatan transportasi
umum) saling mempengaruhi. Ini menciptakan dampak yang luas termasuk
peningkatan aksesibilitas, reduksi kemacetan lalu lintas, perubahan pola perjalanan,
dan peningkatan penggunaan transportasi umum. Oleh karena itu, penting untuk
mempertimbangkan dampak interaksi antara kedua sistem ini dalam merencanakan
dan melaksanakan proyek transportasi.

5. Sistem Kegiatan – Sistem Pergerakan


Studi Kasus: Pengembangan Kawasan Pusat Bisnis Baru di Kota Tertentu
a.) Sistem Kegiatan (Kawasan Pusat Bisnis Baru):
Pemerintah kota memutuskan untuk mengembangkan kawasan pusat bisnis
baru yang akan menjadi pusat kegiatan ekonomi dan bisnis di kota tersebut.
Kawasan ini akan mencakup perkantoran modern, pusat perbelanjaan, hotel,
restoran, dan fasilitas lainnya untuk mendukung kegiatan bisnis dan aktivitas
perkantoran.
b.) Sistem Pergerakan (Transportasi Umum dan Aksesibilitas):
Dalam rangka mendukung pengembangan kawasan pusat bisnis baru,
pemerintah juga melakukan perubahan pada sistem transportasi umum dan

6
aksesibilitas. Ini termasuk peningkatan frekuensi layanan transportasi umum seperti
bus dan kereta api, pembangunan jalur sepeda yang terhubung dengan kawasan
tersebut, serta peningkatan jalur pejalan kaki.

Interaksi dan Dampak:


 Peningkatan Aksesibilitas: Pengembangan kawasan pusat bisnis baru
meningkatkan aksesibilitas bagi para pekerja, pengunjung, dan penghuni
kota. Dengan peningkatan layanan transportasi umum dan fasilitas
aksesibilitas seperti jalur sepeda dan jalur pejalan kaki, orang dapat
dengan mudah mencapai kawasan tersebut tanpa bergantung pada
kendaraan pribadi.
 Dorongan untuk Penggunaan Transportasi Umum: Dengan adanya opsi
transportasi umum yang lebih nyaman dan efisien, beberapa orang
mungkin akan lebih memilih menggunakan transportasi umum daripada
kendaraan pribadi saat pergi ke kawasan pusat bisnis baru. Ini dapat
mengurangi tekanan pada parkir di kawasan tersebut dan mengurangi
kemacetan lalu lintas di sekitarnya.
 Peningkatan Aktivitas Ekonomi: Pengembangan kawasan pusat bisnis
baru dapat memberikan dorongan bagi aktivitas ekonomi di kota.
Perusahaan-perusahaan yang berlokasi di kawasan tersebut dapat
menarik lebih banyak karyawan dan pelanggan, meningkatkan
penjualan, dan meningkatkan pendapatan di sektor bisnis.
 Peningkatan Kualitas Hidup: Dengan peningkatan aksesibilitas dan
pilihan transportasi umum, penduduk kota dapat mengalami peningkatan
kualitas hidup. Mereka dapat mengakses berbagai fasilitas dan layanan
di kawasan pusat bisnis baru tanpa harus menghadapi kemacetan lalu
lintas atau masalah parkir.
Dari studi kasus ini, kita dapat melihat bagaimana interaksi antara sistem
kegiatan (pengembangan kawasan pusat bisnis baru) dan sistem pergerakan
(peningkatan transportasi umum dan aksesibilitas) saling mempengaruhi.
Peningkatan aksesibilitas dan peningkatan penggunaan transportasi umum dapat
mendukung pertumbuhan dan keberhasilan kawasan pusat bisnis baru, sementara

7
pengembangan kawasan tersebut dapat memberikan manfaat ekonomi dan sosial
bagi kota tersebut. Oleh karena itu, penting untuk mempertimbangkan dampak
interaksi antara kedua sistem ini dalam merencanakan dan mengimplementasikan
proyek pengembangan kawasan.

6. Sistem Pergerakan – Sistem Kegiatan


Studi Kasus: Penerapan Sistem Transportasi Massal di Kawasan Pusat Bisnis
a.) Sistem Pergerakan (Sistem Transportasi Massal): Pemerintah kota
memutuskan untuk mengimplementasikan sistem transportasi massal seperti kereta
api atau bus cepat di sekitar kawasan pusat bisnis yang padat penduduknya.
Tujuannya adalah untuk mengurangi kemacetan lalu lintas, meningkatkan
mobilitas, dan mengurangi polusi udara.
b.) Sistem Kegiatan (Kawasan Pusat Bisnis): Kawasan pusat bisnis adalah
pusat aktivitas ekonomi dan bisnis di kota, di mana terdapat kantor-kantor
perusahaan, pusat perbelanjaan, hotel, restoran, dan berbagai fasilitas lainnya.
Ribuan orang datang setiap hari untuk bekerja, berbelanja, atau melakukan
pertemuan bisnis di kawasan ini.

Interaksi dan Dampak:


 Peningkatan Aksesibilitas: Implementasi sistem transportasi massal
memungkinkan aksesibilitas yang lebih baik ke kawasan pusat bisnis
bagi pekerja, pengunjung, dan penghuni kota. Dengan adanya pilihan
transportasi massal yang efisien, orang dapat dengan mudah mencapai
tujuan mereka tanpa harus bergantung pada kendaraan pribadi.
 Pengurangan Kemacetan Lalu Lintas: Dengan adanya alternatif
transportasi massal, sebagian penduduk kota dan pengunjung mungkin
akan beralih dari kendaraan pribadi ke transportasi publik, yang dapat
mengurangi tekanan pada jalan-jalan di sekitar kawasan pusat bisnis dan
mengurangi kemacetan.
 Dorongan untuk Pertumbuhan Bisnis: Kemudahan aksesibilitas yang
ditawarkan oleh sistem transportasi massal dapat menjadi dorongan bagi
pertumbuhan bisnis di kawasan pusat bisnis. Perusahaan-perusahaan

8
mungkin lebih tertarik untuk membuka cabang atau kantor di kawasan
tersebut karena kemudahan akses bagi karyawan dan pelanggan mereka.
 Perubahan Pola Perjalanan: Pengenalan sistem transportasi massal dapat
mengubah pola perjalanan penduduk kota dan pengunjung. Mereka
mungkin akan mengatur ulang rutinitas perjalanan mereka dan memilih
untuk menggunakan transportasi publik daripada kendaraan pribadi,
terutama jika sistem transportasi massal menawarkan kenyamanan dan
efisiensi yang lebih baik.
Dari studi kasus ini, kita dapat melihat bagaimana interaksi antara sistem
pergerakan (sistem transportasi massal) dan sistem kegiatan (kawasan pusat bisnis)
dapat saling mempengaruhi. Implementasi sistem transportasi massal dapat
membawa manfaat dalam hal peningkatan aksesibilitas, pengurangan kemacetan
lalu lintas, dorongan untuk pertumbuhan bisnis, dan perubahan pola perjalanan. Ini
menunjukkan pentingnya mempertimbangkan dampak interaksi antara kedua
sistem ini dalam perencanaan dan implementasi proyek transportasi.

9
PERENCANAAN DAN PEMODELAN TRANSPORTASI
PTS165
“ANALISA AKSEBILITAS DARI SETIAP KECAMATAN DIKOTA
JAMBI KE LOKASI FASILITAS UMUM YANG ADA DI PUSAT KOTA
JAMBI.”

Oleh :

Ade Nehemia. S

F1G221074

Dosen :

Ir. Purnawan, MT., Ph.D.

KELOMPOK BIDANG KEAHLIAN TRANSPORTASI


JURUSAN TEKNIK SIPIL, KIMIA DAN LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
JURUSAN TEKNIK SIPIL, KIMIA DAN LINGKUNGAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JAMBI
2024
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masalah transportasi atau perhubungan merupakan masalah yang selalu
dihadapi oleh negara-negara yang telah maju (developed) dan juga oleh negara-
negara yang sedang berkembang (developing) seperti Indonesia baik di bidang
transportasi perkotaan (urban) maupun transportasi antar kota (regional).
Terciptanya suatu sistem transportasi atau perhubungan yang menjamin pergerakan
manusia dan/atau barang secara lancar, aman, cepat, murah dan nyaman merupakan
tujuan pembangunan di sektor perhubungan (transportasi). Di negara Republik
Indonesia yang berbentuk kepulauan dengan daerah yang sangat luas, sangat
dirasakan kebutuhan adanya suatu sistem transportasi (perhubungan) yang efektif
dalam arti murah, lancar, cepat, mudah teratur dan nyaman baik untuk pergerakan
manusia dan/atau barang. Setiap tahap pembangunan sangat memerlukan sistem
transportasi yang efisien sebagai salah satu prasyarat guna kelangsungan dan
terjaminnya pelaksanaan pembangunan tersebut.
Salah satu komponen penting untuk menunjang pertumbuhan ekonomi
adalah jaringan prasarana dasar, dalam hal ini prasarana sistem jaringan
transportasi. Sejak Pembangunan Jangka Panjang I (PJP I) sampai sekarang
pembangunan prasarana jalan raya mendapat prioritas utama, karena dengan
memadai maka kegiatan ekonomi akan dapat bertumbuh kembang sesuai dengan
yang diharapkan. Sistem transportasi mana yang sesuai untuk diterapkan pada suatu
daerah tergantung kondisi fisik/alami wilayah yang bersangkutan maupun kondisi
sosial-ekonomi, sektor pembangunan yang ada serta potensi lainnya yang dimiliki
oleh daerah tersebut.
Dalam membuat perencanaan suatu sistem jaringan transportasi hendaknya
dipertimbangkan faktor yang sangat mempengaruhi sistem antara lain karakteristik
permintaan, tata guna lahan serta kondisi yang ada di suatu daerah. Faktor yang
tidak kurang pentingnya adalah sistem jaringan transportasi pada umumnya dan
sistem jaringan jalan raya dan jalan kereta api pada khususnya yang akan diterapkan
harus mampu dikembangkan untuk memenuhi permintaan akan jasa transportasi

1
pada masa yang akan datang. Penerapan jaringan jalan raya yang tidak sesuai
dengan tata guna lahan, karakteristik permintaan, kondisi daerah setempat, serta
tidak melalui suatu perencanaan yang baik sering menimbulkan masalah yang sulit
ditanggulangi terutama jika permintaan akan jasa transportasi sudah melampaui
kapasitas sistem yang ada.
sistem transportasi (makro) sebenarnya terdiri dari beberapa sistem
transportasi mikro yang saling terkait dan saling mempengaruhi adalah:
a. Sistem Kegiatan
b. Sistem Jaringan Prasarana Transportasi
c. Sistem Pergerakan Lalulintas di Sistem Kelembagaan
Aksesibilitas adalah suatu ukuran kenyamanan atau kemudahan mengenai
cara lokasi atau tata guna lahan berinteraksi satu sama lain dan “mudah” atau
“susah” nya lokasi tersebut dicapai melalui sistem jaringan transportasi.
Transportasi merupakan mobilitas atau perpindahan yang dilakukan oleh manusia
dengan menggunakan alat bantu yang berupa kendaraan seperti mobil untuk
mencapai tempat yang dituju. Aksesibilitas merupakan ukuran kemudahan lokasi
untuk dijangkau dari lokasi lainnya melalui sistem transportasi. Ukuran
keterjangkauan atau aksesibilitas meliputi kemudahan waktu, biaya, dan usaha
dalam melakukan perpindahan antar tempat-tempat atau kawasan. Berikut tabel
aksebilitasnya.
Tabel 1.1 Klasifikasi Tingkat Stabilitas
Jauh Aksebilitas Rendah Aksebilitas Menengah
Jarak
Dekat Aksebilitas Menengah Aksebilitas Rendah
Kondisi Prasarana Sangat Jelek Sangat Baik

Tabel 1.2 Parameter Nilai Aksebilitas Berdasarkan Jarak Kendaraan


Aksebilitas Jarak (Km) Nilai Aksebilitas
Tinggi < 4,3 3
Menengah 4,3 - 5,9 2
Rendah > 5,9 1

2
Tabel 1.3 Parameter Nilai Aksebilitas Berdasarkan Waktu Kendaraan
Aksebilitas Waktu (Menit) Nilai Aksebilitas
Tinggi < 9,6 3
Menengah 9,6 - 14,4 2
Rendah > 14,4 1

Tabel 1.4 Parameter Nilai Aksebilitas Berdasarkan Kecepatan Kendaraan


Aksebilitas Kecepatan (km/Jam) Nilai Aksebilitas
Rendah < 24,3 1
Menengah 24,3- 32,3 2
Tinggi > 32,3 3

Tabel 1.5 Parameter Nilai Aksebilitas Berdasarkan Biaya Kendaraan


Aksebilitas Biaya (Rp) Nilai Aksebilitas
Tinggi < Rp. 3.364 3
Menengah Rp. 3.364 - Rp. 4.667 2
Rendah > 4,667 1

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa Fasilitas umum dan titik lokasi awal keberangkatan menuju lokasi
tujuan yang digunakan untuk analisis aksebilitas di pusat kota jambi ?
2. Apa kendaraan pribadi dan kendaraan umum yang digunakan untuk
analisis aksebilitas di pusat kota jambi?
3. Berapa nilai aksebilitas dari kendaraan umum dan kendaraan pribadi
berdasarkan jarak, waktu, kecepatan dan biaya yang dibutuhkan ?
1.3 Tujuan
Tujuannya untuk mengetahui Perbandingan nilai Aksebilitas dari setiap
kecamatan dikota Jambi ke sebuah lokasi fasilitas umum yang ada di pusat kota
jambi dengan menggunakan 2 moda yaitu dengan kendaraan pribadi dan kendaran
umum.

3
1.4 Manfaat
1. Mengetahui fasilitas umum dan titik awal lokasi keberangkatan menuju
lokasi tujuan yang digunakan untuk analisis aksesbilitas di pusat kota
Jambi.
2. Mengetahui kendaraan pribadi dan kendaaraan umum yang digunakan
untuk analisis aksesbilitas di pusat kota Jambi.
3. Mengetahui nilai aksesbilitas dari kendaraan umum dan kendaraan
pribadi bedasarkan jarak, waktu, kecepatan dan biaya yang dibutuhkan.

1.5 Metode Penelitian


Metode yang dilakukan adalah dengan pengukuran waktu perjalanan
menggunakan kendaraan pribadi dan kendaraan umum. digunakan juga google map
untuk mengetahui berapa jarak dan waktu yang dibutuhkan serta untuk
menampilkan peta lokasi yang dituju. Digunakan juga google earth untuk
menggambarkan jalan dari lokasi awal ke lokasi yang dituju.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Fasilitas Umum Yang Digunakan Untuk Analisis Aksebilitas Di Pusat


Kota Jambi
Fasilitas umum yang digunakan untuk analisis aksebilitas dipusat kota
jambi yaitu Tugu Keris Siginjay yang berlokasi di Kota baru, kota jambi. Tugu keris
merupakan salah satu tempat wisata yang cukup sering dikunjungi masyarakat
jambi, selain ikonik, disekitar lokasi ini juga terdapat banyak penjual makanan
untuk penikmat kuliner.

Gambar 2.1 Swiss-Belhotel Jambi


Ada 11 titik awal lokasi keberangkatan gambar peta menuju lokasi tujuan
yang digunakan untuk analisis aksesbilitas di pusat kota jambi, diantaranya yaitu:
1. Kantor Kecamatan Telanaipura
Asal Kantor Camat Tujuan Peta

Telanaipura Swiss-Belhotel

5
2. Kantor Kecamatan Jambi Selatan
Asal Kantor Camat Tujuan Peta

Jambi Selatan Swiss-Belhotel

3. Kantor Kecamatan Jambi Timur


Asal Kantor Camat Tujuan Peta

Jambi Timur Swiss-Belhotel

4. Kantor Kecamatan Pasar Jambi


Asal Kantor Camat Tujuan Peta

Pasar Jambi Swiss-Belhotel

5. Kantor Kecamatan Danau Teluk


Asal Kantor Camat Tujuan Peta

Danau Teluk Swiss-Belhotel

6
6. Kantor Kecamatan Pelayangan
Asal Kantor Camat Tujuan Peta

Pelayangan Swiss-Belhotel

7. Kantor Kecamatan Jelutung


Asal Kantor Camat Tujuan Peta

Jelutung Swiss-Belhotel

8. Kantor Kecamatan Kota Baru


Asal Kantor Camat Tujuan Peta

Kota Baru Swiss-Belhotel

9. Kantor Kecamatan Alam Barajo


Asal Kantor Camat Tujuan Peta

Alam Barajo Swiss-Belhotel

7
10. Kantor Kecamatan Paal Merah
Asal Kantor Camat Tujuan Peta

Paal Merah Swiss-Belhotel

11. Kantor Kecamatan Danau Sipin


Asal Kantor Camat Tujuan Peta

Danau Sipin Swiss-Belhotel

2.2 Kendaraan Pribadi Dan Kendaraan Umum Yang Digunakan Untuk


Analisis Aksebilitas Di Pusat Kota Jambi
Kendaraan pribadi yang digunakan yaitu sebuah motor Honda Supra dengan
pemakaian bahan bakar Pertalite. Sepeda motor bertipe bebek ini mampu melaju
membawa bahan bakar hingga 57,2 km/liter. Selain memiliki tubuh serbatajam, ia
juga telah dibekali beragam fitur praktis yang dapat mendukung para
pengendaranya dalam berkegiatan. sedangkan kendaraan umum yang digunakan
yaitu ojek online (maxim) berupa motor berbeda beda dengan biaya pemesanan
yang telah diatur aplikasi tersebut. fasilitas umum ini dipilih karena lebih mudah
diakses dikota jambi.

2.3 Nilai Aksebilitas Dari Kendaraan Umum Dan Kendaraan Pribadi


Berdasarkan Jarak, Waktu, Kecepatan Dan Biaya Yang Dibutuhkan
Berikut merupakan nilai aksebilitas dari kendaraan umum dan kendaraan
pribadi berdasarkan jarak, waktu, kecepatan dan biaya yang dibutuhkan.

8
2.3.1 Kendaraan Pribadi
Berikut ialah hasil penelitian aksebilitas dari berbagai kecamatan menuju
Swiss-Belhotel Jambi dengan menggunakan kendaraan pribadi:
1. Nilai aksebilitas berdasarkan jarak tempuh (km/jam)
Parameter nilai aksebilitas berdasarkan jarak ini dapat ditentukan dengan
menentukan berapa jarak tempuh dari lokasi titik awal keberangkatan ke lokasi
tujuan menggunakan google map lalu tentukan nilai aksebilitasnya dengan cara
melihat ketentuan pada Tabel 1.2 pada bab 1.
Tabel 2.1 Nilai Aksebilitas Berdasarkan Jarak tempuh
Rute Jarak
Nilai
No. Asal Kantor Tempuh Aksesibilitas
Tujuan Aksesibilitas
Camat (km)
1 Telanaipura Swiss-Belhotel 3 3 Tinggi
2 Jambi Selatan Swiss-Belhotel 5,5 2 Menengah
3 Jambi Timur Swiss-Belhotel 4,6 2 Menengah
4 Pasar Jambi Swiss-Belhotel 3,6 3 Tinggi
5 Danau Teluk Swiss-Belhotel 12 1 Rendah
6 Pelayangan Swiss-Belhotel 13 1 Rendah
7 Jelutung Swiss-Belhotel 3,5 3 Tinggi
8 Kota Baru Swiss-Belhotel 4,5 2 Menengah
9 Alam Barajo Swiss-Belhotel 6,4 1 Rendah
10 Paal Merah Swiss-Belhotel 8,9 1 Rendah
11 Danau Sipin Swiss-Belhotel 2,3 3 Tinggi

Nilai Aksebilitas Berdasarkan Jarak


Danau Sipin
Paal Merah
Alam Barajo
Kota Baru
Jelutung
Pelayangan
Danau Teluk
Pasar Jambi
Jambi Timur
Jambi Selatan
Telanaipura

0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5

9
2. Nilai aksebilitas berdasarkan waktu (menit)
Parameter nilai aksebilitas berdasarkan waktu ini dapat ditentukan dengan
menentukan berapa lama waktu dari lokasi titik awal keberangkatan ke lokasi
tujuan menggunakan google map lalu tentukan nilai aksebilitasnya dengan cara
melihat ketentuan pada Tabel 1.3 pada bab 1.
Tabel 2.2 Nilai Aksebilitas Berdasarkan Waktu
Rute Waktu
Nilai
No. Asal Kantor Tempuh Aksesibilitas
Tujuan Aksesibilitas
Camat (mnt)
1 Telanaipura Swiss-Belhotel 8 3 Tinggi
2 Jambi Selatan Swiss-Belhotel 16 1 Rendah
3 Jambi Timur Swiss-Belhotel 15 1 Rendah
4 Pasar Jambi Swiss-Belhotel 11 2 Menengah
5 Danau Teluk Swiss-Belhotel 27 1 Rendah
6 Pelayangan Swiss-Belhotel 29 1 Rendah
7 Jelutung Swiss-Belhotel 9 3 Tinggi
8 Kota Baru Swiss-Belhotel 11 2 Menengah
9 Alam Barajo Swiss-Belhotel 17 1 Rendah
10 Paal Merah Swiss-Belhotel 21 1 Rendah
11 Danau Sipin Swiss-Belhotel 7 3 Tinggi

Nilai Aksebilitas Berdasarkan Waktu


Danau Sipin
Paal Merah
Alam Barajo
Kota Baru
Jelutung
Pelayangan
Danau Teluk
Pasar Jambi
Jambi Timur
Jambi Selatan
Telanaipura

0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5

3. Nilai aksebilitas berdasarkan kecepatan


Parameter nilai aksebilitas berdasarkan Kecepatan ini dapat ditentukan dengan
cara membagi jarak dengan waktu masing-masing lokasi lalu tentukan nilai
aksebilitasnya dengan cara melihat ketentuan pada Tabel 1.4 pada bab 1.

10
Tabel 2.3 Nilai Aksebilitas Berdasarkan kecepatan
Rute Kecepatan
Nilai
No. Asal Kantor Tempuh Aksesibilitas
Tujuan Aksesibilitas
Camat (km/jam)
1 Telanaipura Swiss-Belhotel 22,50 1 Rendah
2 Jambi Selatan Swiss-Belhotel 20,63 1 Rendah
3 Jambi Timur Swiss-Belhotel 18,40 1 Rendah
4 Pasar Jambi Swiss-Belhotel 19,64 1 Rendah
5 Danau Teluk Swiss-Belhotel 26,67 2 Menengah
6 Pelayangan Swiss-Belhotel 26,90 2 Menengah
7 Jelutung Swiss-Belhotel 23,33 1 Rendah
8 Kota Baru Swiss-Belhotel 24,55 2 Menengah
9 Alam Barajo Swiss-Belhotel 22,59 1 Rendah
10 Paal Merah Swiss-Belhotel 25,43 2 Menengah
11 Danau Sipin Swiss-Belhotel 19,71 1 Rendah

Nilai Aksebilitas Berdasarkan


Kecepatan
Danau Sipin
Paal Merah
Alam Barajo
Kota Baru
Jelutung
Pelayangan
Danau Teluk
Pasar Jambi
Jambi Timur
Jambi Selatan
Telanaipura
0 0,5 1 1,5 2 2,5

4. Nilai aksebilitas berdasarkan biaya


Parameter nilai aksebilitas berdasarkan biaya ini dapat ditentukan dengan cara
mencari tahu seberapa jauh jarak yang dapat ditempuh kendaraan kemudian
perhatikan berapa banyak bahan bakar yang dibutuhkan lalu tentukan nilai
aksebilitasnya dengan cara melihat ketentuan pada Tabel 1.5 pada bab 1.
Tabel 2.4 Nilai Aksebilitas Berdasarkan biaya
Rute
Nilai
No. Asal Kantor Biaya (Rp) Aksesibilitas
Tujuan Aksesibilitas
Camat
1 Telanaipura Swiss-Belhotel 525 3 Tinggi
2 Jambi Selatan Swiss-Belhotel 962,5 3 Tinggi

11
3 Jambi Timur Swiss-Belhotel 805 3 Tinggi
4 Pasar Jambi Swiss-Belhotel 630 3 Tinggi
5 Danau Teluk Swiss-Belhotel 2.100 3 Tinggi
6 Pelayangan Swiss-Belhotel 2.275 3 Tinggi
7 Jelutung Swiss-Belhotel 612,5 3 Tinggi
8 Kota Baru Swiss-Belhotel 787,5 3 Tinggi
9 Alam Barajo Swiss-Belhotel 1.120 3 Tinggi
10 Paal Merah Swiss-Belhotel 1.557,5 3 Tinggi
11 Danau Sipin Swiss-Belhotel 402,5 3 Tinggi

Nilai Aksebilitas Berdasarkan Biaya


Danau Sipin
Paal Merah
Alam Barajo
Kota Baru
Jelutung
Pelayangan
Danau Teluk
Pasar Jambi
Jambi Timur
Jambi Selatan
Telanaipura

0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5

2.3.2 Kendaraan Umum


Berikut ialah hasil penelitian aksebilitas dari berbagai kecamatan menuju
Swiss-Belhotel Jambi dengan menggunakan kendaraan umum:
1. Nilai aksebilitas berdasarkan jarak tempuh (km/jam)
Parameter nilai aksebilitas berdasarkan jarak ini dapat ditentukan dengan
menentukan berapa jarak tempuh dari lokasi titik awal keberangkatan ke lokasi
tujuan menggunakan google map lalu tentukan nilai aksebilitasnya dengan cara
melihat ketentuan pada Tabel 1.2 pada bab 1.
Tabel 2.5 Nilai Aksebilitas Berdasarkan jarak
Rute Jarak
Nilai
No. Asal Kantor Tempuh Aksesibilitas
Tujuan Aksesibilitas
Camat (km)
1 Telanaipura Swiss-Belhotel 3 3 Tinggi
2 Jambi Selatan Swiss-Belhotel 5,5 2 Menengah
3 Jambi Timur Swiss-Belhotel 4,6 2 Menengah

12
4 Pasar Jambi Swiss-Belhotel 3,6 3 Tinggi
5 Danau Teluk Swiss-Belhotel 12 1 Rendah
6 Pelayangan Swiss-Belhotel 13 1 Rendah
7 Jelutung Swiss-Belhotel 3,5 3 Tinggi
8 Kota Baru Swiss-Belhotel 4,5 2 Menengah
9 Alam Barajo Swiss-Belhotel 6,4 1 Rendah
10 Paal Merah Swiss-Belhotel 8,9 1 Rendah
11 Danau Sipin Swiss-Belhotel 2,3 3 Tinggi

Nilai Aksebilitas Berdasarkan Jarak


Danau Sipin
Paal Merah
Alam Barajo
Kota Baru
Jelutung
Pelayangan
Danau Teluk
Pasar Jambi
Jambi Timur
Jambi Selatan
Telanaipura

0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5

2. Nilai aksebilitas berdasarkan waktu (menit)


Parameter nilai aksebilitas berdasarkan waktu ini dapat ditentukan dengan
menentukan berapa lama waktu dari lokasi titik awal keberangkatan ke lokasi
tujuan menggunakan google map kemudian ditambah dengan waktu tunggu
yang telah tersedia pada aplikasi ojek online lalu tentukan nilai aksebilitasnya
dengan cara melihat ketentuan pada Tabel 1.3 pada bab 1.
Tabel 2.6 Nilai Aksebilitas Berdasarkan Waktu
Rute Waktu
Nilai
No. Asal Kantor Tempuh Aksesibilitas
Tujuan Aksesibilitas
Camat (mnt)
1 Telanaipura Swiss-Belhotel 8 3 Tinggi
2 Jambi Selatan Swiss-Belhotel 16 1 Rendah
3 Jambi Timur Swiss-Belhotel 15 1 Rendah
4 Pasar Jambi Swiss-Belhotel 11 2 Menengah
5 Danau Teluk Swiss-Belhotel 27 1 Rendah
6 Pelayangan Swiss-Belhotel 29 1 Rendah

13
7 Jelutung Swiss-Belhotel 9 3 Tinggi
8 Kota Baru Swiss-Belhotel 11 2 Menengah
9 Alam Barajo Swiss-Belhotel 17 1 Rendah
10 Paal Merah Swiss-Belhotel 21 1 Rendah
11 Danau Sipin Swiss-Belhotel 7 3 Tinggi

Nilai Aksebilitas Berdasarkan Waktu


Danau Sipin
Paal Merah
Alam Barajo
Kota Baru
Jelutung
Pelayangan
Danau Teluk
Pasar Jambi
Jambi Timur
Jambi Selatan
Telanaipura

0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5

3. Nilai aksebilitas berdasarkan kecepatan


Parameter nilai aksebilitas berdasarkan waktu ini dapat ditentukan dengan cara
membagi jarak dengan waktu masing-masing lokasi lalu tentukan nilai
aksebilitasnya dengan cara melihat ketentuan pada Tabel 1.4 pada bab 1.
Tabel 2.7 Nilai Aksebilitas Berdasarkan kecepatan
Rute Kecepatan
Nilai
No. Asal Kantor Tempuh Aksesibilitas
Tujuan Aksesibilitas
Camat (km/jam)
1 Telanaipura Swiss-Belhotel 22,50 1 Rendah
2 Jambi Selatan Swiss-Belhotel 20,63 1 Rendah
3 Jambi Timur Swiss-Belhotel 18,40 1 Rendah
4 Pasar Jambi Swiss-Belhotel 19,64 1 Rendah
5 Danau Teluk Swiss-Belhotel 26,67 2 Menengah
6 Pelayangan Swiss-Belhotel 26,90 2 Menengah
7 Jelutung Swiss-Belhotel 23,33 1 Rendah
8 Kota Baru Swiss-Belhotel 24,55 2 Menengah
9 Alam Barajo Swiss-Belhotel 22,59 1 Rendah
10 Paal Merah Swiss-Belhotel 25,43 2 Menengah
11 Danau Sipin Swiss-Belhotel 19,71 1 Rendah

14
Nilai Aksebilitas Berdasarkan
Kecepatan
Danau Sipin
Paal Merah
Alam Barajo
Kota Baru
Jelutung
Pelayangan
Danau Teluk
Pasar Jambi
Jambi Timur
Jambi Selatan
Telanaipura
0 0,5 1 1,5 2 2,5

4. Nilai aksebilitas berdasarkan biaya


Parameter nilai aksebilitas berdasarkan Biaya ini dapat ditentukan dengan cara
lihat pada aplikasi ojek online lalu tentukan nilai aksebilitasnya dengan cara
melihat ketentuan pada Tabel 1.5 pada bab 1.
Tabel 2.8 Nilai Aksebilitas Berdasarkan biaya
Rute
Nilai
No. Asal Kantor Biaya (Rp) Aksesibilitas
Tujuan Aksesibilitas
Camat
1 Telanaipura Swiss-Belhotel 8.900 1 Rendah
2 Jambi Selatan Swiss-Belhotel 10.800 1 Rendah
3 Jambi Timur Swiss-Belhotel 8.900 1 Rendah
4 Pasar Jambi Swiss-Belhotel 8.900 1 Rendah
5 Danau Teluk Swiss-Belhotel 28.100 1 Rendah
6 Pelayangan Swiss-Belhotel 32.200 1 Rendah
7 Jelutung Swiss-Belhotel 8.900 1 Rendah
8 Kota Baru Swiss-Belhotel 8.900 1 Rendah
9 Alam Barajo Swiss-Belhotel 13.900 1 Rendah
10 Paal Merah Swiss-Belhotel 19.900 1 Rendah
11 Danau Sipin Swiss-Belhotel 8.900 1 Rendah

15
Nilai Aksebilitas Berdasarkan Biaya
Danau Sipin
Paal Merah
Alam Barajo
Kota Baru
Jelutung
Pelayangan
Danau Teluk
Pasar Jambi
Jambi Timur
Jambi Selatan
Telanaipura

0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2

2.4 Perbandingan Nilai Aksebilitas Dari Kendaraan Umum Dan


Kendaraan Pribadi Berdasarkan Jarak, Waktu, Kecepatan Dan Biaya
Yang Dibutuhkan

Setelah didapatkan nilai aksebilitas berdasarkan jarak, waktu, kecepatan dan


biaya, didapatkan perbandingan sebagai berikut:

Perbandingan nilai aksebilitas berdasarkan


jarak
Danau Sipin
Paal Merah
Alam Barajo
Kota Baru
Jelutung
Pelayangan
Danau Teluk
Pasar Jambi
Jambi Timur
Jambi Selatan
Telanaipura

0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5

Nilai aksesibilitas dengan menggunakan kendaraan umum berdasarkan jarak


Nilai aksesibilitas dengan menggunakan kendaraan pribadi berdasarkan jarak

16
Perbandingan nilai aksebilitas berdasarkan
waktu
Danau Sipin
Paal Merah
Alam Barajo
Kota Baru
Jelutung
Pelayangan
Danau Teluk
Pasar Jambi
Jambi Timur
Jambi Selatan
Telanaipura

0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5

Nilai aksesibilitas dengan menggunakan kendaraan umum berdasarkan waktu


Nilai aksesibilitas dengan menggunakan kendaraan pribadi berdasarkan waktu

Perbandingan Nilai Aksebilitas berdasarkan


kecepatan
Danau Sipin
Paal Merah
Alam Barajo
Kota Baru
Jelutung
Pelayangan
Danau Teluk
Pasar Jambi
Jambi Timur
Jambi Selatan
Telanaipura
0 0,5 1 1,5 2 2,5

Nilai aksesibilitas dengan menggunakan kendaraan umum berdasarkan kecepatan


Nilai aksesibilitas dengan menggunakan kendaraan pribadi berdasarkan kecepatan

17
Perbandingan Nilai Aksebilitas Berdasarkan
Biaya
Danau Sipin
Paal Merah
Alam Barajo
Kota Baru
Jelutung
Pelayangan
Danau Teluk
Pasar Jambi
Jambi Timur
Jambi Selatan
Telanaipura
0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5

Nilai aksesibilitas dengan menggunakan kendaraan umum berdasarkan biaya


Nilai aksesibilitas dengan menggunakan kendaraan pribadi berdasarkan biaya

18
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari hasil grafik bar diatas, dapat disimpulkan bahwa nilai aksebilitas
penggunaan kendaraan umum lebih rendah daripada penggunaan kendaraan
pribadi.

19

Anda mungkin juga menyukai