Oleh :
Ade Nehemia. S
F1G221074
Dosen :
1
Perluasan jaringan jalan dan peningkatan layanan transportasi umum
juga dapat menjadi bagian dari pengembangan infrastruktur yang
diperlukan.
Dari studi kasus ini, dapat dilihat bahwa perubahan pada sistem kegiatan
(pengembangan kawasan perumahan baru) memiliki dampak yang signifikan pada
sistem jaringan (jalan dan transportasi umum) di sekitarnya. Setiap perubahan pada
sistem tertentu, seperti peningkatan jumlah penduduk, akan mempengaruhi sistem
lainnya, seperti meningkatnya lalu lintas dan perubahan dalam permintaan terhadap
transportasi umum. Oleh karena itu, penting untuk mempertimbangkan interaksi
antara kedua sistem ini dalam perencanaan dan pengembangan kawasan perumahan
baru.
2
Dorongan untuk Pertumbuhan Bisnis: Peningkatan jalan raya juga dapat
menjadi dorongan bagi perusahaan untuk berinvestasi lebih lanjut di
kawasan perkantoran. Meningkatnya aksesibilitas dan efisiensi
transportasi dapat menjadikan kawasan ini lebih menarik bagi investor
baru dan dapat mendukung pertumbuhan ekonomi yang lebih lanjut.
Perubahan Pola Perjalanan: Peningkatan jalan raya mungkin juga
mempengaruhi pola perjalanan masyarakat. Mungkin akan ada
peningkatan penggunaan kendaraan pribadi daripada transportasi umum,
terutama jika kemacetan lalu lintas berkurang dan parkir lebih tersedia
di kawasan perkantoran.
Dari studi kasus ini, kita dapat melihat bahwa perubahan pada sistem jaringan
(peningkatan jalan raya) memiliki dampak yang signifikan pada sistem kegiatan
(kawasan perkantoran). Ini menunjukkan bagaimana setiap perubahan pada salah
satu sistem akan mempengaruhi sistem lainnya, yang dalam hal ini adalah
peningkatan efisiensi operasional, dorongan untuk pertumbuhan bisnis, dan
perubahan pola perjalanan. Oleh karena itu, penting untuk mempertimbangkan
interaksi antara kedua sistem ini dalam perencanaan dan pelaksanaan proyek
peningkatan infrastruktur.
3
jalur kereta tambahan, pembangunan stasiun, dan penyediaan jalur khusus untuk
kereta.
4
sistem lainnya, seperti peningkatan mobilitas dan penggunaan transportasi umum
yang lebih luas yang mempengaruhi beban jalan di sekitar stasiun kereta api. Oleh
karena itu, penting untuk mempertimbangkan interaksi antara kedua sistem ini
dalam perencanaan dan pelaksanaan proyek transportasi.
5
lancar dan waktu perjalanan yang lebih singkat bagi penduduk dan
pengguna jalan lainnya.
Perubahan Pola Perjalanan: Dengan peningkatan ketersediaan
transportasi umum yang nyaman dan terjangkau, beberapa penduduk
mungkin akan beralih dari menggunakan kendaraan pribadi ke
transportasi umum. Ini dapat mengubah pola perjalanan penduduk dan
menyebabkan penurunan volume kendaraan pribadi di jalan-jalan.
Peningkatan Penggunaan Transportasi Umum: Melalui perbaikan dan
peningkatan pada transportasi umum, pemerintah berharap untuk
meningkatkan penggunaan transportasi umum secara keseluruhan.
Dengan layanan yang lebih handal dan efisien, diharapkan akan ada
peningkatan signifikan dalam jumlah penduduk yang memilih
menggunakan transportasi umum sebagai pilihan utama mereka.
Dari studi kasus ini, kita dapat melihat bagaimana perubahan pada sistem
jaringan (perluasan jalan raya) dan sistem pergerakan (peningkatan transportasi
umum) saling mempengaruhi. Ini menciptakan dampak yang luas termasuk
peningkatan aksesibilitas, reduksi kemacetan lalu lintas, perubahan pola perjalanan,
dan peningkatan penggunaan transportasi umum. Oleh karena itu, penting untuk
mempertimbangkan dampak interaksi antara kedua sistem ini dalam merencanakan
dan melaksanakan proyek transportasi.
6
aksesibilitas. Ini termasuk peningkatan frekuensi layanan transportasi umum seperti
bus dan kereta api, pembangunan jalur sepeda yang terhubung dengan kawasan
tersebut, serta peningkatan jalur pejalan kaki.
7
pengembangan kawasan tersebut dapat memberikan manfaat ekonomi dan sosial
bagi kota tersebut. Oleh karena itu, penting untuk mempertimbangkan dampak
interaksi antara kedua sistem ini dalam merencanakan dan mengimplementasikan
proyek pengembangan kawasan.
8
mungkin lebih tertarik untuk membuka cabang atau kantor di kawasan
tersebut karena kemudahan akses bagi karyawan dan pelanggan mereka.
Perubahan Pola Perjalanan: Pengenalan sistem transportasi massal dapat
mengubah pola perjalanan penduduk kota dan pengunjung. Mereka
mungkin akan mengatur ulang rutinitas perjalanan mereka dan memilih
untuk menggunakan transportasi publik daripada kendaraan pribadi,
terutama jika sistem transportasi massal menawarkan kenyamanan dan
efisiensi yang lebih baik.
Dari studi kasus ini, kita dapat melihat bagaimana interaksi antara sistem
pergerakan (sistem transportasi massal) dan sistem kegiatan (kawasan pusat bisnis)
dapat saling mempengaruhi. Implementasi sistem transportasi massal dapat
membawa manfaat dalam hal peningkatan aksesibilitas, pengurangan kemacetan
lalu lintas, dorongan untuk pertumbuhan bisnis, dan perubahan pola perjalanan. Ini
menunjukkan pentingnya mempertimbangkan dampak interaksi antara kedua
sistem ini dalam perencanaan dan implementasi proyek transportasi.
9
PERENCANAAN DAN PEMODELAN TRANSPORTASI
PTS165
“ANALISA AKSEBILITAS DARI SETIAP KECAMATAN DIKOTA
JAMBI KE LOKASI FASILITAS UMUM YANG ADA DI PUSAT KOTA
JAMBI.”
Oleh :
Ade Nehemia. S
F1G221074
Dosen :
1
pada masa yang akan datang. Penerapan jaringan jalan raya yang tidak sesuai
dengan tata guna lahan, karakteristik permintaan, kondisi daerah setempat, serta
tidak melalui suatu perencanaan yang baik sering menimbulkan masalah yang sulit
ditanggulangi terutama jika permintaan akan jasa transportasi sudah melampaui
kapasitas sistem yang ada.
sistem transportasi (makro) sebenarnya terdiri dari beberapa sistem
transportasi mikro yang saling terkait dan saling mempengaruhi adalah:
a. Sistem Kegiatan
b. Sistem Jaringan Prasarana Transportasi
c. Sistem Pergerakan Lalulintas di Sistem Kelembagaan
Aksesibilitas adalah suatu ukuran kenyamanan atau kemudahan mengenai
cara lokasi atau tata guna lahan berinteraksi satu sama lain dan “mudah” atau
“susah” nya lokasi tersebut dicapai melalui sistem jaringan transportasi.
Transportasi merupakan mobilitas atau perpindahan yang dilakukan oleh manusia
dengan menggunakan alat bantu yang berupa kendaraan seperti mobil untuk
mencapai tempat yang dituju. Aksesibilitas merupakan ukuran kemudahan lokasi
untuk dijangkau dari lokasi lainnya melalui sistem transportasi. Ukuran
keterjangkauan atau aksesibilitas meliputi kemudahan waktu, biaya, dan usaha
dalam melakukan perpindahan antar tempat-tempat atau kawasan. Berikut tabel
aksebilitasnya.
Tabel 1.1 Klasifikasi Tingkat Stabilitas
Jauh Aksebilitas Rendah Aksebilitas Menengah
Jarak
Dekat Aksebilitas Menengah Aksebilitas Rendah
Kondisi Prasarana Sangat Jelek Sangat Baik
2
Tabel 1.3 Parameter Nilai Aksebilitas Berdasarkan Waktu Kendaraan
Aksebilitas Waktu (Menit) Nilai Aksebilitas
Tinggi < 9,6 3
Menengah 9,6 - 14,4 2
Rendah > 14,4 1
3
1.4 Manfaat
1. Mengetahui fasilitas umum dan titik awal lokasi keberangkatan menuju
lokasi tujuan yang digunakan untuk analisis aksesbilitas di pusat kota
Jambi.
2. Mengetahui kendaraan pribadi dan kendaaraan umum yang digunakan
untuk analisis aksesbilitas di pusat kota Jambi.
3. Mengetahui nilai aksesbilitas dari kendaraan umum dan kendaraan
pribadi bedasarkan jarak, waktu, kecepatan dan biaya yang dibutuhkan.
4
BAB II
PEMBAHASAN
Telanaipura Swiss-Belhotel
5
2. Kantor Kecamatan Jambi Selatan
Asal Kantor Camat Tujuan Peta
6
6. Kantor Kecamatan Pelayangan
Asal Kantor Camat Tujuan Peta
Pelayangan Swiss-Belhotel
Jelutung Swiss-Belhotel
7
10. Kantor Kecamatan Paal Merah
Asal Kantor Camat Tujuan Peta
8
2.3.1 Kendaraan Pribadi
Berikut ialah hasil penelitian aksebilitas dari berbagai kecamatan menuju
Swiss-Belhotel Jambi dengan menggunakan kendaraan pribadi:
1. Nilai aksebilitas berdasarkan jarak tempuh (km/jam)
Parameter nilai aksebilitas berdasarkan jarak ini dapat ditentukan dengan
menentukan berapa jarak tempuh dari lokasi titik awal keberangkatan ke lokasi
tujuan menggunakan google map lalu tentukan nilai aksebilitasnya dengan cara
melihat ketentuan pada Tabel 1.2 pada bab 1.
Tabel 2.1 Nilai Aksebilitas Berdasarkan Jarak tempuh
Rute Jarak
Nilai
No. Asal Kantor Tempuh Aksesibilitas
Tujuan Aksesibilitas
Camat (km)
1 Telanaipura Swiss-Belhotel 3 3 Tinggi
2 Jambi Selatan Swiss-Belhotel 5,5 2 Menengah
3 Jambi Timur Swiss-Belhotel 4,6 2 Menengah
4 Pasar Jambi Swiss-Belhotel 3,6 3 Tinggi
5 Danau Teluk Swiss-Belhotel 12 1 Rendah
6 Pelayangan Swiss-Belhotel 13 1 Rendah
7 Jelutung Swiss-Belhotel 3,5 3 Tinggi
8 Kota Baru Swiss-Belhotel 4,5 2 Menengah
9 Alam Barajo Swiss-Belhotel 6,4 1 Rendah
10 Paal Merah Swiss-Belhotel 8,9 1 Rendah
11 Danau Sipin Swiss-Belhotel 2,3 3 Tinggi
9
2. Nilai aksebilitas berdasarkan waktu (menit)
Parameter nilai aksebilitas berdasarkan waktu ini dapat ditentukan dengan
menentukan berapa lama waktu dari lokasi titik awal keberangkatan ke lokasi
tujuan menggunakan google map lalu tentukan nilai aksebilitasnya dengan cara
melihat ketentuan pada Tabel 1.3 pada bab 1.
Tabel 2.2 Nilai Aksebilitas Berdasarkan Waktu
Rute Waktu
Nilai
No. Asal Kantor Tempuh Aksesibilitas
Tujuan Aksesibilitas
Camat (mnt)
1 Telanaipura Swiss-Belhotel 8 3 Tinggi
2 Jambi Selatan Swiss-Belhotel 16 1 Rendah
3 Jambi Timur Swiss-Belhotel 15 1 Rendah
4 Pasar Jambi Swiss-Belhotel 11 2 Menengah
5 Danau Teluk Swiss-Belhotel 27 1 Rendah
6 Pelayangan Swiss-Belhotel 29 1 Rendah
7 Jelutung Swiss-Belhotel 9 3 Tinggi
8 Kota Baru Swiss-Belhotel 11 2 Menengah
9 Alam Barajo Swiss-Belhotel 17 1 Rendah
10 Paal Merah Swiss-Belhotel 21 1 Rendah
11 Danau Sipin Swiss-Belhotel 7 3 Tinggi
10
Tabel 2.3 Nilai Aksebilitas Berdasarkan kecepatan
Rute Kecepatan
Nilai
No. Asal Kantor Tempuh Aksesibilitas
Tujuan Aksesibilitas
Camat (km/jam)
1 Telanaipura Swiss-Belhotel 22,50 1 Rendah
2 Jambi Selatan Swiss-Belhotel 20,63 1 Rendah
3 Jambi Timur Swiss-Belhotel 18,40 1 Rendah
4 Pasar Jambi Swiss-Belhotel 19,64 1 Rendah
5 Danau Teluk Swiss-Belhotel 26,67 2 Menengah
6 Pelayangan Swiss-Belhotel 26,90 2 Menengah
7 Jelutung Swiss-Belhotel 23,33 1 Rendah
8 Kota Baru Swiss-Belhotel 24,55 2 Menengah
9 Alam Barajo Swiss-Belhotel 22,59 1 Rendah
10 Paal Merah Swiss-Belhotel 25,43 2 Menengah
11 Danau Sipin Swiss-Belhotel 19,71 1 Rendah
11
3 Jambi Timur Swiss-Belhotel 805 3 Tinggi
4 Pasar Jambi Swiss-Belhotel 630 3 Tinggi
5 Danau Teluk Swiss-Belhotel 2.100 3 Tinggi
6 Pelayangan Swiss-Belhotel 2.275 3 Tinggi
7 Jelutung Swiss-Belhotel 612,5 3 Tinggi
8 Kota Baru Swiss-Belhotel 787,5 3 Tinggi
9 Alam Barajo Swiss-Belhotel 1.120 3 Tinggi
10 Paal Merah Swiss-Belhotel 1.557,5 3 Tinggi
11 Danau Sipin Swiss-Belhotel 402,5 3 Tinggi
12
4 Pasar Jambi Swiss-Belhotel 3,6 3 Tinggi
5 Danau Teluk Swiss-Belhotel 12 1 Rendah
6 Pelayangan Swiss-Belhotel 13 1 Rendah
7 Jelutung Swiss-Belhotel 3,5 3 Tinggi
8 Kota Baru Swiss-Belhotel 4,5 2 Menengah
9 Alam Barajo Swiss-Belhotel 6,4 1 Rendah
10 Paal Merah Swiss-Belhotel 8,9 1 Rendah
11 Danau Sipin Swiss-Belhotel 2,3 3 Tinggi
13
7 Jelutung Swiss-Belhotel 9 3 Tinggi
8 Kota Baru Swiss-Belhotel 11 2 Menengah
9 Alam Barajo Swiss-Belhotel 17 1 Rendah
10 Paal Merah Swiss-Belhotel 21 1 Rendah
11 Danau Sipin Swiss-Belhotel 7 3 Tinggi
14
Nilai Aksebilitas Berdasarkan
Kecepatan
Danau Sipin
Paal Merah
Alam Barajo
Kota Baru
Jelutung
Pelayangan
Danau Teluk
Pasar Jambi
Jambi Timur
Jambi Selatan
Telanaipura
0 0,5 1 1,5 2 2,5
15
Nilai Aksebilitas Berdasarkan Biaya
Danau Sipin
Paal Merah
Alam Barajo
Kota Baru
Jelutung
Pelayangan
Danau Teluk
Pasar Jambi
Jambi Timur
Jambi Selatan
Telanaipura
16
Perbandingan nilai aksebilitas berdasarkan
waktu
Danau Sipin
Paal Merah
Alam Barajo
Kota Baru
Jelutung
Pelayangan
Danau Teluk
Pasar Jambi
Jambi Timur
Jambi Selatan
Telanaipura
17
Perbandingan Nilai Aksebilitas Berdasarkan
Biaya
Danau Sipin
Paal Merah
Alam Barajo
Kota Baru
Jelutung
Pelayangan
Danau Teluk
Pasar Jambi
Jambi Timur
Jambi Selatan
Telanaipura
0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5
18
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari hasil grafik bar diatas, dapat disimpulkan bahwa nilai aksebilitas
penggunaan kendaraan umum lebih rendah daripada penggunaan kendaraan
pribadi.
19