PENDAHULUAN
BAB II
ISI
- Pembangunan yang mendukung berjalan kaki serta gaya hidup sehat dan aktif
CP103 oleh Obayashi – Shimizu – Jaya Konstruksi (OSJ) untuk area Haji Nawi, Blok A,
Blok M, dan Sisingamangaraja.
CP104 – CP105 oleh Shimizu – Obayashi – Wijaya Karya – Jaya Konstruksi Joint Venture
(SOWJ JV) untuk area transisi, Senayan, Istora, Bendungan Hilir, dan Setiabudi.
CP106 oleh Sumitomo – Mitsui – Hutama Karya Join Operation (SMCC – HK JO) untuk
area Dukuh Atas dan Bundaran Hotel Indonesia.
Sedangkan untuk pengerjaan CP107 untuk sistem perkeretaapian (railway system) dan
pekerjaan rel (trackwork) oleh Metro One Consortium (MOC) yaitu Mitsui & Co. – Tokyo
Engineering Corporation – Kobe Steel, Ltd – Inti Karya Persada Tehnik) dan CP108 untuk
rolling stock oleh Sumitomo Corporation.
Konstruksi Layang (Elevated Section)
Sebagian dari konstruksi jalur MRT Jakarta merupakan struktur layang (Elevated) yang
membentang ±10 km; dari wilayah Lebak Bulus hingga Sisingamangaraja. Tujuh Stasiun
Layang konstruksi ini adalah Lebak Bulus, Fatmawati, Cipete Raya, Haji Nawi, Blok A, Blok
M dan Sisingamangaraja. Depo kereta api dibangun di area Lebak Bulus, berdekatan dengan
stasiun awal/akhir Lebak Bulus. Seluruh stasiun penumpang dan lintasan dibangun dengan
struktur layang yang berada di atas permukaan tanah, sementara Depo kereta api dibangun di
permukaan tanah (on ground).
Tipe struktur layang yang akan digunakan adalah Tiang Tunggal (Single Pier) pada bagian
bawah serta Gelagar Persegi Beton Pracetak (Precast Concrete Box Girder) pada bagian atas.
Ketinggian gelagar dari permukaan jalan telah memperhitungkan persyaratan minimal jarak
bebas vertikal (vertical clearance) 5,0 meter sesuai peraturan yang berlaku untuk jalan
perkotaan. Pekerjaan Konstruksi Layang MRT Jakarta terdiri dari tiga paket, yaitu Contract
Package (CP) 101, CP 102 dan CP 103.
Konstruksi Bawah Tanah (Underground)
Konstruksi bawah tanah (Underground) MRT Jakarta membentang ± 6 km, yang terdiri
dari terowongan MRT bawah tanah dan enam stasiun MRT bawah tanah. Stasiun bawah tanah
ini adalah Senayan, Istora, Bendungan Hilir, Setiabudi, Dukuh Atas, dan Bundaran Hotel
Indonesia. Metode pengerjaan konstruksi bawah tanah menggunakan TBM (Tunnel Boring
Machine) tipe EPB (Earth Pressure Balance Machine), dengan pembagian koridor paket
pengerjaan terbagi menjadi tiga: CP 104, CP 105 dan CP 106.
2.7 Sistem Persinyalan MRT
Sistem persinyalan adalah salah satu faktor penting dalam operasionalisasi kereta.
Meskipun tidak terlihat oleh penumpang, sistem tersebut mempengaruhi tingkat kenyamanan
dan keamanan pengguna kereta. Oleh karena itu, PT MRT Jakarta akan menggunakan sistem
persinyalan Communication-Based Train Control (CBTC) dalam pengoperasian 16 set
keretanya.
Communication-Based Train Control (CBTC) atau Sistem Kendali Kereta Berbasis Komunikasi
merupakan sistem persinyalan kereta dengan frekuensi radio (RF) sebagai komunikasi data
antarberbagai subsistem yang terintegrasi, sesuai dengan standar IEEE 1474.1 hingga 1474.4.
Sistem ini menggunakan moving block dengan aspek sinyal yang berada pada kabin masinis
(cabin driver).
Pada kabin masinis, terdapat Driver Machine Interface (DMI) yang berfungsi untuk
memunculkan indikasi terkait sinyal yang ditampilkan oleh sistem CBTC. Dengan
menggunakan moving block dimungkinkan blok kereta yang fleksibel, berubah-ubah, dan
bergerak sesuai dengan pergerakan kereta dan parameternya sehingga operator dapat mengetahui
lokasi kereta dengan lebih akurat dan mengatur jumlah kereta yang beroperasi.
Hasilnya, headway atau jarak antarkereta dapat diatur lebih dekat namun tetap dalam jarak aman.
Dengan kata lain, CBTC memungkinkan untuk memendekkan ruang antarsatu set kereta tanpa
menimbulkan risiko tabrakan. Bagi pengguna, jarak singkat antarkereta, ketepatan jadwal kereta,
dan kapasitas angkut yang besar adalah hal utama dalam menggunakan transportasi massal.
Sistem ini berbeda dengan sistem Fixed Block (konvensional) yang digunakan oleh
kereta di Indonesia saat ini di mana track dibagi per section/block yang tidak memberikan
informasi akurat tentang posisi atau lokasi kereta yang sedang bergerak. Dalam satu blok hanya
boleh terdapat satu kereta, jarak antarblok umumnya adalah satu kilometer, sehingga kapasitas
lintas menjadi terbatas.
Sistem persinyalan CBTC dibagi menjadi empat bagian penting, yaitu peralatan Automatic Train
Supervisory (ATS)yang berada di Operation Control Center (OCC), peralatan Wayside di
sepanjang jalur kereta, peralatan On-board yang berada di dalam kereta, dan jaringan data
komunikasi yang menghubungkan antara peralatan Waysidedan On-board. CBTC menggunakan
tiga fungsi filter (TDMA, FDMA, CDMA) untuk menjamin keandalan dan keamanan
komunikasi CBTC dari komunikasi luar yang dapat mengganggu persinyalan kereta. Di sistem
persinyalan MRT Jakarta, Wayside Signal hanya akan digunakan di area workshop di dalam
Depo kereta berupa sinyal langsir. Pada Main Line, Wayside Radio Set (WRS) berada di
sepanjang jalur kereta untuk menjaga agar komunikasi antara Operation Control Center (OCC)
dan kereta selalu terhubung.
Peralatan CBTC yang ada di rel juga tahan air dan mudah untuk dipindahkan bila sedang
dalam perawatan/maintenance atau dalam kondisi darurat. CBTC juga menyediakan
informasi real time posisi kereta bagi penumpang. Sistem persinyalan ini juga akan menghemat
biaya pemeliharaan karena perlengkapan sistem yang ada di sepanjang jalur tidak sebanyak fixed
block. Berdasarkan komunikasi data nirkabel, CBTC cocok untuk sistem persinyalan kereta di
area urban yang membutuhkan sistem angkutan massal yang cepat dan tepat waktu. Dilansir dari
“UITP Report: Statistic Brief – World Report on Metro Automation” pada Juli 2016 lalu, 68
persen jalur kereta metro dioperasikan dengan sistem CBTC.
Penggunaan sistem persinyalan CBTC akan mendukung upaya perusahaan untuk memberikan
pelayanan yang aman, nyaman, dan dapat diandalkan kepada masyarakat pengguna kereta MRT
Jakarta.
BAB III
KESIMPULAN
MRT merupakan suatu harapan baru bagi Ibu Kota Jakarta yang membutuhkan sistem
transportasi massal dan juga menjadi gaya baru dalam bertranportasi, dimana warganya
mendapatkan fasilitasi yang aman, nyaman, effisien waktu dan bebas polusi. Yang kemudian
mendorong warganya berbondong – bondong beralih ke MRT ini. Dengan kebijakan pemprov
DKI yang membutuhkan moda transportasi untuk menanggulangi kemacetan yang menjadi
momok persoalan pemprov DKI, MRT hadir sebagai solusi persoalan kemacetan ditengah
masyaratkan DKI Jakarta.