Anda di halaman 1dari 10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kaidah Desain Terminal Terintegrasi


2.1.1. Fungsi Terminal Bus
Menurut SGA Architects Shakti Sustainable Energy Foundation, Terminal Bus
mempunyai fungsi sebagai tempat menaik dan turunkan penumpang sehingga
terjadi keteraturan. Terminal juga menjadi penghubung sehingga terjadi
keteraturan. Terminal juga menjadi penghubung antara PO (operator penyedia jasa
otobus) dengan calon penumpang (SGA Architects, 2016).
Menurut Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 132
Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Terminal Penumpang Angkutan Jalan:
Fungsi Terminal Bus; Pelayanan Terminal Penumpang, dibagi menjadi tiga tipe,
yang terdiri dari:
 Tipe A: melayani kendaraan umum yang angkutan lintas batas negara dan/atau
angkutan antar kota antar provinsi (AKAP) yang dipadukan dengan pelayanan
angkutan antar kota dalam provinsi (AKDP), angkutan perkotaan, dan/atau
angkutan pedesaan.
 Tipe B: melayani kendaraan umum untuk angkutan antar kota dalam provinsi
(AKDP) dipadukan dengan pelayanan angkutan perkotaan dan/atau angkutan
pedesaan.
 Tipe C: melayani kendaraan umum untuk angkutan perkotaan. Dan/atau
angkutan pedesaan.

Gambar 2.1. Tipe dan Kelas pada Terminal di Indonesia


Sumber: Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 132
Tahun 2015

Untuk pembagian kelas hanya ada pada Terminal Tipe A dan B, memiliki tiga
kelas. Yang terklasifikasi melalui kajian teknis terhadap intensitas kendaraan yang
dilayani berdasarkan kriteria sebagai berikut:
Tabel 2.1. Klasifikasi Kelas pada Terminal Bus
No. Kriteria
1. Tingkat permintaan angkutan
2. Keterpaduan pelayanan angkutan
3. Jumlah trayek
4. Jenis pelayanan angkutan
5. Fasilitas utama dan fasilitas penunjang
6. Simpul asal dan tujuan angkutan
(Sumber: Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 132
Tahun 2015)

Menurut SGA Architects bersama Shakti Sustainable Energy Foundation,


tipologi terminal bus antara lain adalah sebagai berikut:
 Local Bus Terminal; Layanan bus yang melayani hanya kebutuhan untuk
menaikkan dan menurunkan penumpang saja. Jaraknya pendek, berkisar 0.5 km
saja.
 Interstate Bus Terminal (ISBT); Layanan bus yang melayani hubungan antar
kota yang berbeda (regional kota) yang jaraknya lebih 10 km.

2.1.1. Ukuran Terminal Bus


Menurut SGA Architects bersama Shakti Sustainable Energy Foundation,
ukuran terminal bus dibagi lewat skala banyaknya bus yang lewat per jam antara
lain adalah sebagai berikut:
 Tipe Besar ; lebih dari 300 bus per jam
 Tipe Sedang ; lebih 60, hingga 300 bus per jam
 Tipe Kecil ; kurang dari 60 bus per jam

2.1.2. Operasional dalam Terminal Bus


Menurut SGA Architects bersama Shakti Sustainable Energy Foundation, tipe
operasional di dalam terminal bus dibagi menjadi dua, diantaranya adalah sebagai
berikut:
 Fixed Route Bay Allocation; Biasanya digolongkan pada terminal bus yang
berukuran sedang hingga besar. Untuk rutenya biasanya sudah tetap, sehingga
mempunyai peran tetap untuk rute atau tujuan tertentu. Beberapa rute juga dapat
diletakkan di tempat yang sama.
 Dynamic Bay Allocation; Tipe ini biasanya diatur oleh petugas dalam pengisian
pada peron sehingga sangat beragam untuk penempatannya, sehingga fitur PIS
(Passanger Information System) sangat penting digunakan sehingga para
penumpang dapat mengetahui informasi terbarunya. Terminal ukuran kecil
biasanya menggunakan sistem operasional seperti ini (different bay).

2.1.3. Prinsip Perencanaan Terminal Bus


Menurut SGA Architects bersama Shakti Sustainable Energy Foundation,
prinsip dalam perencanaan dan perancangan terminal bus ada sembilan,
diantaranya adalah sebagai berikut:
Gambar 2.2. Kaidah Perancangan Terminal Bus
Sumber: Bus Terminal Design & Guidelines, 2015

1. Access & Aooroarch; Menjadi sangat penting karena terminal tradisional dinilai
gagal karena tidak memiliki fasilitas yang memadai sehingga pada akhirnya
menyulitkan calon penumpang dalam penggunaan jasa transportasi publik.
Maka dari itu, sangat penting untuk menyediakan fasilitas akses yang baik dan
juga sirkulasi internal yang baik sehingga tidak terjadi penumpukan ataupun
persilangan “crossing” yang dapat menimbulkan konflik pada terminal.
Kemudian, penting juga memiliki akses keluar dan masuk alternatif yang baik
dengan mengintegrasikan fasilitas antar-moda juga sehingga kenyamanan dan
keefisienan penumpang menjadi lebih baik.
2. Location; Lokasi menjadi sangat penting karena hal tersebut menjadi kunci bagi
calon penumpang. Terletak di tempat yan terbaik, misalnya di tengah kota.
Maka dari itu, peningkatan performa operasional, integrsi antarmoda dan
kenyamanan penumpang.
3. Operational Parameters; Perhitungan operasional juga menjadi penting karena
hal tersebut akan terjadi hari ke harinya sehingga persyaratan dasar harus sekali
diterapkan dalam terminal bus. Misalnya, pelayanan rute, jumlah tunggu
penumpang, untuk parkir bus, tumpukan antraean bus (idle bus), layanan
penumpang, sirkukasi penumpang, dan banyak lainnya.
4. Existing Capacity & Future Demand Estimation; Estimasi pada awal
perencanaan dan perancangan juga harus memperhitungkan hingga beberapa
masa ke depan, sehingga jika nanti ada pengembangan tempat lebih lanjut
karena kebutuhan layanan meningkat, dapat langsung di implementasikan oleh
timnya.
5. Enhanced Level of Service; Tingkat pelayanan juga menjadi aspek penting,
sehingga saat penumpang terjadi penumpukan, maka artinya kualitas servis juga
berkurang pada beberapa aspek. Maka dari itu, sangat penting untuk
meningkatkan kualitas ruang, fasilitas, dan pelayanan penumpang sehingga
seluruh kebutuhan penumpang terpenuhi.
6. Integrating Multi-Modal Accessibility and Feeder Infrastructure; Semua moda
harus terintegrasi dengan baik, sehingga pencapaian pada tapak dapat
dimaksimalkan secara baik (misal: sistem freeder atau pengumpan (objek
konvensional, objek daring, bajaj, bemo, TransJakarta freeder, mobil pribadi,
motor pribadi, taksi, dll), bus sistem antarmoda (bus AKAP, bus AKDP,
angkutan kota), kereta (MTR, LRT, KRL, dll.), bandar udara dan juga secara
infrastruktur (jalan tol, jalam utama, jalur pejalan kaki).
7. Crime Prevention Through Environmental Design (CPTED); Kenyamanan dan
keselamatan penumpang adalah yang terutama harus ditingkatkan dalam
fasilitas layanan publik, kapan pun, dimana pun. Maka dari itu, secara
rancangan juga sangat perlu untuk diperhatikan aspek, tata kota yang sesuai,
sirkulasi yang aman dan nyaman (barrier-free), visibilitas yang mudah, penanda
jalan yang baik (signage), aktivitas sosial dan komersial yang diwadahi dan
terpantau dengan baik, mencegah adanya ruang gelap, mencegah ruang-ruang
mubazir dan banyak lainnya.
8. Intergrating Universal Design; Perancangan juga harus menerapkan konsep
desain untuk semua (universal) agar semua orang di dalam terminal bus dalam
melakukan kegiatannya dengan efisien (effort) sehingga kaum difabel dapat
melakukan kegiatannya tanpa terbatasi oleh anak-anak, orang yang membawa
banyak barang, Wanita hamil, serta orang yang membawa troli anak, sehingga
dapat menjunjung tinggi hak asasi manusia.
9. Integrating Sustainable Development Practices; Infrastruktur Terminal Bus
sekarang harus dikembangkan dengan konsep Sustainable Development
sehingga dapat mengurangi jejak emisi kerbon pada bumi juga dapat
menciptakan keharmonisan dan lestari pada lingkungan. Misalnya dengan
menggunakan konstruksi yang low-energy, dan energi efisien yang tepat,
efisiensi penggunaan lampu dengan LED, passive cooling/heating, penggunaan
natutal lighting, manajemen air yang tepat, menajemen sampah yang bedar
(recycle) dan lainnya.

Gambar 2.3 Diagram Penentu Keputusan Perencanaan Terminal Bus


Sumber: Bus Terminal Design & Guidelines, 2015

2.2. Struktur Bentang Lebar


2.2.1. Pengertian Struktur Bentang Lebar
Definisi struktur bangunan bentang lebar adalah ruangan yang bebas tanpa
batasan kolom sehingga memiliki ukuran panjang dan seluas mungkin. Atau
pengertian yang lebih mudahnya, struktur bangunan bentang lebar adalah suatu
bangunan yang sangat luas secara panjang dan lebar, namun tidak memiliki tiang
atau sangat sedikit sekali.
2.2.2. Jenis Sistem Struktur
1. Sistem Struktur Kubah (Dome) dan Cangkang (Shell)

Gambar 2.4. Sistem Struktur Cangkang dan Kubah


Sumber: https://ihategreenjello.com/struktur-bentang-lebar/

Kedua sistem ini sebenernya mirip, yaitu memanfaatkan bentuk


melengkung seperti kubah atau cangkang untuk menyelimuti bangunan.
Bedanya, sistem kubah biasanya hanya berbentuk setengah lingkaran,
sedangkan sistem cangkang bisa mengambil bentuk parabolik.
2. Sistem Struktur Busur (Arch)

Gambar 2.5. Sistem Struktur Busur


Sumber: https://ihategreenjello.com/struktur-bentang-lebar/

Struktur bangunan bentang lebar ini termasuk dalam Form Active Structure
System dan sering dipadukan dengan struktur kabel. Sistem struktur busur
berupa elemen garis berbentuk busur dengan lenting tertentu. Kekuatan lenting
inilah yang bertugas menahan beban bangunan.
3. Sistem Struktur Pneumatik
Sistem pneumatik adalah sistem atap bangunan yang termasuk dalam soft
shell. Struktur ini sangat mudah dan cepat dibangun, dan sangat ringan. Material
utamanya adalah lembaran kain dengan ketebalan tidak lebih dari 0.5 mm yang
tidak memberatkan bangunan. Meski demikian, karena strukturnya yang
cenderung tipis, sistem pneumatik cenderung rentan terhadap sobek, kebocoran,
dan tidak kuat menahan beban vertikal.

4. Sistem Struktur Membran


Gambar 2.6. Sistem Struktur Membran
Sumber: https://ihategreenjello.com/struktur-bentang-lebar/
Sistem struktur membran biasanya digunakan sebagai penutup atap
bangunan. Penggunaan sistem membran pada atap bangunan cenderung
diminati karena kualitas yang transparansi, ringan, dan mudah diterapkan pada
ruang berskala besar.
5. Sistem Struktur Space Frame
Sistem space frame merupakan struktur ringan namun kaku yang
dikonstruksikan dari elemen tiang yang mengikuti pola geometris tertentu. Di
kalangan arsitek dan kontraktor, sistem struktur spaceframe dinilai sangat ringan
sehingga mudah diangkut, dirakit, dirangkai, hingga menghemat waktu
pembangunan.

2.2.3. Jenis Struktur Bangunan Bentang Lebar


Dilihat dari bentuk dan kerumitannya dalam proses pembangunan, struktur
bangunan bentang lebar dibagi jadi dua jenis, yaitu sebagai berikut:
1. Bangunan Bentang Lebar Sederhana

Gambar 2.4. Contoh Bangunan Bentang Lebar Sederhana


Sumber: https://blkp.co.id/blogs/detail/struktur-bangunan-bentang-lebar

Bangunan bentang lebar sederhana adalah jenis bangunan dengan


bentangan yang luas dan berorientasi pada fungsinya. Umumnya, bangunan ini
memang terlihat sangat sederhana. Namun, tentu jauh lebih cepat dari sisi
proses pembangunannya. Bangunan bentang lebar sederhana umumnya dapat
ditemui di sarana olahraga yang memang tidak membutuhkan ornamen atau
tampilan yang khusus.

2. Bangunan Bentang Lebar Kompleks


Gambar 2.5. Contoh Bangunan Bentang Lebar Kompleks
Sumber: https://blkp.co.id/blogs/detail/struktur-bangunan-bentang-lebar

Bangunan bentang lebar kompleks berkompromi dengan fungsi sekaligus


penampilannya. Biasanya, bangunan dengan konsep ini digunakan pada gedung
pertunjukan, pameran, atau opera. Karena merupakan tempat seni, maka
tampilannya perlu memiliki sisi estetika. Tentunya pembuatan bangunan
bentang lebar kompleks akan jauh lebih rumit dan memerlukan waktu lama
dalam proses pembangunannya.

2.2.4. Struktur Bangunan Bentang Lebar


Dalam membuat struktur bangunan bentang lebar, ada empat kategori besar
dari sistem struktur yang umum digunakan, yaitu:
1. Form Active Structure System
Form active structure system adalah sistem pembangunan bentang lebar
yang keseluruhan bebannya ditanggung oleh bentuk struktur tersebut. Sistem ini
dikenal mampu berubah secara mekanis sebagai respons adaptasi terhadap
perubahan lingkungan. Form active structure system terdiri dari beberapa
teknik, yaitu: cable system, tent system, pneumatic system, dan arch system.
2. Bulk Active Structure System
Bulk active structure system adalah sistem penyusun yang bersifat kaku dan
padat. Beban bangunan akan ditransmisikan langsung kepada materialnya
melalui kolom atau balok. Bulk active structure system ini terdiri dari beam
system, frame system sampai dengan beam grid maupun slab system.
3. Vector Active Structure System
Vector active structure system adalah bentangan dengan sistem batang lurus
pendek, padat, lurus, yang mampu mengalihkan atau menyalurkan gaya
eksternal terutama dari susunan unsur tekan dan unsur tarik. Teknik dalam
struktur ini terdiri dari flat truss system, curved truss system, dan space truss
system.
4. Surface Active Structure System
Surface active structure system adalah struktur bentangan yang fleksibel namun
tahan dari tekanan dan perubahan gaya. Ciri struktur ini umumnya
menggunakan lengkungan atau lipatan bangun ruang. Teknik dalam struktur ini
terdiri dari prismatic folded structure system, pyramidal folded structure system,
rotational shell system, dan anticlastic shell system.
2.5 Kriteria Desain Monumental, Kontektual, dan Harmonis
2.3.1 Desain Monumental
Pengertian monumental menurut kamus besar Bahasa Indonesia
berasal dari kata monumen, yang berarti bangunan dan tempat yang
mempunyai nilai sejarah yang penting, sedangkan pengertian monumental
adalah sesuatu yang bersifat menimbulkan kesan peringatan kepada sesuatu
yang agung, Maka Arsitektur monumental yaitu suatu bangunan yang bersifat
menimbulkan kesan peringatan kepada sesuatu yang agung, yang terwujud
dari perjalanan sejarah, dimensi dan skala yang besar, status, kedudukan serta
posisi yang sangat penting dalam lingkungan kota.

Gambar 2.6. Contoh Bangunan Monumental


Sumber: https://www.frameweb.com/article/architecture/hok-designs-monumental-
new-airport-for-doha
Dalam aliran Arsitektur Monumentalisme bentuk tidak hanya
ditentukan oleh fungsi, tetapi ditentukan oleh semua aspek arsitektural, tata
letak, lingkungan, teknologi, bahan dan elemen-elemen lainnya yang tidak
selalu fungsional. Selain itu, konsep konsep lama diterapkan sesuai dengan
konsep dan pola pikir yang sejalan dengan perkembangan teknologi, bahan
dan dimensi. Sehingga penerapan baru ini menghasilkan bentuk-bentuk baru
dengan ciri monumental.
Kriteria Arsitektur Monumentalisme sebagai berikut :
(1). Bangunan fungsional yang dianggap penting karena usia, dan ukuran.
(2). Terkesan kokoh, agung dan megah.
(3). Bersifat sederhana, bersih dan polos.
(4). Berfungsi sebagai ruang yang terpusat.
2.3.2 Desain Kontektual
Arsitektur kontekstual secara terminologi dapat diartikan sebagai
sebuah metode perancangan yang mengkaitkan dan menyelaraskan bangunan
baru dengan karakteristik lingkungan sekitar. Secara garis besar pengertian
dari arsitektur kontekstual adalah sebuah metode pendekatan perancangan
arsitektur, dimana rancangan akan diwujudkan dengan adanya kesinambungan
dengan lingkungan sekitarnya.
Gambar 2.7. Contoh Bangunan Monumental
Sumber: https://arsitekturbicara.wordpress.com/2012/05/19/studi-literatur-
mengenai-arsitektur-kontekstual/
Kriteria Arsitektur Kontekstual :
- Motif dari desain bangunan di sekitarnya yang diulang.
- Adanya penyesuaian dan pendekatan bentuk, pola, irama, ornamen, tatanan
ruang terhadap arsitektur setempat yang sudah ada.
- Adanya desain baru sebagai penunjang kualitas desain di sekitarnya yang
sudah ada.
2.3.3 Desain Harmonis
Prinsip harmoni atau keselarasan penting untuk dipahami karena
berkaitan dengan keteraturan tatanan antara unsur satu dengan unsur lain
dalam suatu karya. Dalam prinsip ini, antara unsur satu dengan yang lain harus
terlihat saling mengisi dan melengkapi hingga akhirnya dihasilkan suatu karya
dalam satu kesatuan desain yang indah. .

Gambar 2.7. Contoh Bangunan Monumental


Sumber:https://www.google.com/url?sa=i&url=http%3A%2F%2Fedupaint.com
%2Fwarna%2Fragam-warna%2F7223-desain-organik-keselarasan-dengan-alam
Dalam sebuah bentuk, keselarasan dapat dicapai melalui kecukupan
setiap elemen yang membentuknya. Chodijah dalam Yusmerita (2007)
berpendapat bahwa harmoni adalah prinsip dalam seni yang menciptakan
kesan kesatuan melalui pemilihan dan penataan objek dan ide.

Anda mungkin juga menyukai