Anda di halaman 1dari 7

STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN DARI SUB KAWASAN PRIORITAS

A. Strategi Pengembangan Kawasan Wisata Warisan Budaya Kotagede, Yogyakarta

Prioritas pengembangan daya tarik wisata warisan budaya dihasilkan dari


jumlah skor potensi dan analisis dari potensi internal serta eksternal, juga berdasarkan
pengamatan secara langsung dengan didukung data dari instansi terkait dan pihak
pengelola obyek warisan budaya. Terdapat beberapa kawasan wisata warisan budaya
Kotagede beserta strategi pengambangan kawasannya, sebagai berikut.

1. Makam Raja Mataram

2. Masjid Agung Mataram

Kotagede memiliki Masjid Gedhe Mataram yang merupakan peninggalan


kerajaan Mataram Islam, masjid tersebut merupakan sebagai tempat penyebaran
agama islam. Masjid Gedhe Mataram didrikan oleh Sultan Agung pada tahun
1640 M. Ketika memasuki areal masjid akan didapati sebuah pohon beringin tua
yang berusia ratusan tahun, masyarakat biasanya menyebutnya dengan Wingin
Sepuh. Kotagede memiliki tempat beribadah umat muslim yang tersebar dalam
tiga kelurahan, dengan adanya keberadaan masjid tersebut akan sangat membantu
dalam pembangunan kawasan wisata Koategde sebagai kawasan islamic heritage
tourism hal tersebut sangatlah penting karena dalam membangun kawasan Islamic
heritage tourism perlu memerhatikan kemudahan umat muslim dalam
mengjangkau tempat beribadah. Kawasan Kotagede mempunyai potensi
pariwisata Islamic Heritage Tourism yang sangat besar, hanya tinggal melengkapi
sarana dan prasarananya yang perlu untuk ditingkatkan lagi.

Dalam membangun kawasan wisata Kotagede sebagai kawasan Islamic


Heritage Tourism perlu adanya koitmen dari pengelola maupun masyarakat agar
nantinya kawasan tersebut dapat berkembang dan terjaga dengan baik, namun
sampai saat ini baik pengelola maupun masyarakat kurang berkomitmen untuk
membangun kawasan wisata Kotagede Yogyakarta sebagai kawasan Islamic
Heritage Tourism, mengingat hal tersebut sangatlah penting, sehingga perlu
adanya komitmen dari pengelola dan masyarakatnya, disaat sarana penunjang
sudah tercukupi dengan baik tetapi belum adanya komitmen dari pengelola
maupun masyarakat maka pembangunan tersebut cukup sukar untuk dilakukan.
Untuk membangun kawasan wisata Kotagede Yogyakarta sebagai kawasan
Islamic Heritage Tourism perlu adanya sarana penunjang lainnya yaitu
ketersediaan homestay yang berbasis syariah, mengingat kawasan Kotagede akan
dibangun sebagai kawasan wisata Islamic Heritage Tourism maka perlu adanya
sarana penunjang tersebut, namun pada saat ini sarana penunjang berupa
homestay syariah masih kurang sehingga perlu adanya turun tangan dari
pengelola, pemerintah, dan kerjasama dari masyarakat. Mengingat bahwa banyak
dari pengunjung kawasan wisata Kotagede adalah keluarga jadi, dengan adanya
keberadaan homestay syariah maka mampu meningkatkan kunjungan wisatawan.
Homestay syariah dijadikan sebagai fasilitas penunjang karena hal tersebut dirasa
penting karena mengingat Kotagede merupakan daerah yang dikenal dengan
masyarakatnya yang ramah sehingga dengan hadirnya homestay syariah maka
akan menjadi daya tarik tersendiri.
3. Perpustakaan Herritage
Bermula dari program rehabilitasi dan rekonstruksi pasca gempa tahun 2006
silam, JRF dan Bank Dunia bermitra dengan Kementrian PU dan Forum Joglo
mendirikan Perpustakaan Herritage sebagai upaya pendidikan dan pelestarian
dokumentasi aset pustaka baik dalam bentuk buku maupun berbagai literasi
lainnya. Forum Joglo sendiri adalah lembaga non-pemerintah, yang merupakan
forum musyawarah bersama yang mengelola kawasan pusaka di wilayah kultural
Kotagede yaitu Purbayan, Prenggan, Rejowinangun, Jagalan, dan Singosaren.
Perpustakaan Herritage Kotagede termasuk dalam kategori perpustakaan
khusus karena merupakan perpustakaan yang didirikan untuk mendukung visi
dan misi lembaga-lembaga khusus  dan  berfungsi sebagai pusat informasi khusus
terutama berhubungan dengan penelitian dan  pengembangan. Tujuan
Perpustakaan Heritage Kotagede salah satunya adalah sebagai tempat pengelolaan
dokumentasi pusaka Kotagede yang dapat diakses oleh seluruh lapisan masyarakat
tidak terkecuali, baik masyarakat setempat, peneliti, akademisi, maupun
masyarakat umum.
4. Lawang Petrok Kotagede
5. Roemah Indisch Kotagede

Rumah Indhise merupakan rumah peninggalan yang dibangun pada tahun


1860. Pemilik pertamanya adalah audagar kaya Bernama Atmo Sudigdo. Bangunan
yang terletak di Desa Jagalan ini dibangun semasa kolonial Belanda dengan ciri
khas tersendiri. Saat ini bangunan khas belanda ini masing sering didatangi oleh
masyakarat Indonesia untuk menelusuri sejarah serta cerita-cerita yang ada pada
bangunan tersebut..

Sekitar tahun 2006 rumah ini sempat didatangi sekelompok kru dari salah
satu stasiun TV terkenal, kedatangan stasiun Tv tersebut ternyata membawa
dampak. Kedatangan stasiun TV tersebut awalnya untuk keperluan acara mereka di
Rumah Indhise. Hal ini membuat bangunan ini semakin terkenal dan menarik
banyak orang yang membahas sisi mistisnya saja, namun sejarahnya tak banyak
yang tahu. Namun saat ini pemerintah menjadikan tempat-tempat tersebut menjadi
cagar budaya dan tempat wisata di Desa Jagalan Yogyakarta.

Berdasarkan pemilihan sub Kawasan prioritas bangunan ini berpotensi


rendah maka untuk strategi pengembangan untuk bangunan ini yang dapat

Penyusunan arahan pengembangan daya tarik wisata warisan budaya ini


menggunakan analisis potensi dan analisis SWOT yaitu dengan menggunakan
Matriks SWOT untuk perumusan strategi dengan mendasarkan pada logika yang
dapat memaksimalkan kekuatan dan peluang namun seara bersamaan dapat
meminimalkan kelemahan dan hambatan, serta berpedoman pada Peraturan Daerah
Kota Yogyakarta Nomor 1 tahun 2015 tentang Rencana Detail Tata Ruang (RDTR)
dan peraturan zonasi mengenai Sub Bagian Wilayah Perkotaan bahwa Kawasan
Kotagede merupakan kawasan yang diprioritaskan untuk dikembangkan dan Rencana
Induk Pembangunan Kepariwisataan Daerah Kota Yogyakarta Tahun 2015- 2025 Bab
II mengenai Arah Kebijakan dan Strategi Pembangunan Destinasi Pariwisata Pasal
10.

B. Strategi Pengembangan Ekonomi di Kawasan Kotagede ,Yogyakarta


a. Objek Wisata Gembira Loka Zoo

Kekuatan Gembira Loka Zoo (GLZ) ada pada faktor citra GLZ.
Sedangkan kelemahan Gembira Loka Zoo ada pada faktor harga. Secara
keseluruhan, Gembira Loka Zoo masih memiliki peluang dalam pengembangan
produk karena wisatawan masih memandang Gembira Loka Zoo memiliki daya
tarik tersendiri dibandingkan objek wisata lain di Jawa. Namun ada ancaman
dalam hal harga dan kepribadian konsumen.

b. Pasar Kotagede, Yogyakarta


Kemacetan di sekitar Pasar Legi Kotagede yang disebabkan
keberadaan kegiatan Pasar Legi Kotagede sudah menjadi peristiwa rutin di
setiap hari pasaran. Itu berarti Kawasan Kotagede setiap lima hari sekali rutin
terjadi kepadatan dan penumpukan lalu lintas baik oleh pengguna jalan atau
pengunjung pasar. Langkah penanganan telah dilakukan mulai dari
manajemen lalu lintas, studi penataan kawasan, penataan RTBL hingga
rencana rehabilitasi pasar. Berdasarkan analisis dari sisi transportasi Dinas
Perhubungan Kota Yogyakarta, kemacetan baru bisa diurai jika telah
dilakukan penataan Pasar Kotagede. Permasalahan utamanya adalah kondisi
jalan yang relatif sempit dan adanya parkir di badan jalan khususnya di Jalan
Mondorakan. Kuncinya pasar perlu dibangun dan disediakan ruang parkir
baru, kemudian bisa dilakukan penataan.
Studi terkait penataan dan rencana rehabilitasi pasar merupakan salah
satu awal untuk mengurai permasalahan di Kawasan Kotagede. Penyelesaian
permasalahan ini tidak bisa dilakukan secara parsial mengingat banyak aspek
terkait. Kotagede sudah ditetapkan sebagai KCB, dan menjadi salah satu
Kawasan Strategis Keistimewaan DIY selain Kawasan Malioboro. Rencana
penataan Kawasan Malioboro oleh DIY akan selesai di 2018. Selanjutnya DIY
akan beralih ke penataan KCB lain yang bisa dimungkinkan Kawasan
Kotagede. Kabupaten Bantul dan Kota Yogyakarta diharapkan dapat
menyiapkan social engineering di tahun 2018. Hal ini dimaksudkan agar pada
saat pembangunan fisik pasar dikerjakan pada tahun 2019 oleh DIY dapat
dilakukan secara optimal. DED Pasar Kotagede sudah disusun oleh Cipta
Karya PU pada tahun 2015.
Penyusunan DED Pasar Kotagede memuat nilai budaya dengan
menerapkan aturan sesuai RDTRK dan pengelolaan lalu lintas sekitar pasar.
Nantinya perlu ada pembatasan kapasitas baik orang, barang, dan lalu lintas
yang masuk dalam kurun waktu tertentu. Selain itu perlu ada pemindahan
aktivitas pasar selama revitalisasi pasar. Bangunan bernilai sejarah nantinya
dipertahankan dengan berbagai ketentuan. Permasalahan parkir dan kemacetan
akan diselesaikan dengan dibangun basement seluas 4.150 m² yang dapat
menampung kendaraan, sehingga tidak lagi ada parkir pada badan jalan. Hal
yang perlu diperhatikan yakni Kotagede mempunyai masalah terkait genangan
jika akan dilakukan pembangunan pasar dengan basement perlu juga
dilakukan penanganan drainase pada kawasan tersebut. Perlu dilakukan
identifikasi kegiatan apa saja dan siapa yang melakukan. Dokumen-dokumen
yang berkaitan dengan penataan Kotagede perlu dilakukan pengecekan
kembali. Sementara pihak Pemerintah Kota Yogyakarta juga perlu mulai
menyiapkan tahapan sosialisasi.
C. Strategi Pengembangan Sosial di Kawasan Kotagede
a. Strategi Pengembangan Between Two Gates Kotagede
Between Two Gates’ adalah sebuah gapura kecil yang berada di bagian
selatan Kotagede. Dari balik gapura terlihat samar bangunan-bangunan tua
bercorakkan arsitektur Jawa yang masih sangat terpelihara keberadaannya. Jalan
Rukunan memiliki pengaruh yang besar untuk membentuk kehidupan rukun
masyarakat di Between Two Gates. Meskipun demikian, bukan berarti
dalam Between Two Gates tidak terjadi konflik antar warga masyarakat. Konflik
antar warga masyarakat pasti dapat terjadi, begitupula di Between Two Gates.
Untuk mencegah konflik berkepanjangan, warga segera mengadakan pertemuan
untuk memecahkan masalah yang terjadi. “Konsep hidup rukun yang ada
di Between Two Gates diharapkan dapat diterapkan di tempat lain diseluruh
Indonesia untuk membina kerukunan.”
Di tempat tersebut wisatawan dapat merasakan adanya kemiripan rumah
satu dengan yang lainnya, selain itu juga dapat merasakan langsung suasana dan
atmosfer rumah tradisional tersebut.
Diharapkan bangunan joglo tersebut agar selalu di rawat oleh pemiliknya,
karena selain bisa memperpanjang usia pakai joglo, juga dapat menarik para
wisatawan lokal maupun asing. Salah satu hal yang tidak dapat dilupakan dalam
program penataan lingkungan adalah pemeliharaan. Tanpa adanya pemikiran
tentang pemeliharaan di masa mendatang, dapat dipastikan berbagai fasilitas
maupun prasarana yang dibangun tidak akan berumur panjang.
b. Strategi Pengembangan Puskesmas Kotagede
Sebagai amanat Undang-Undang Nomor 25 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional, Peraturan Pemerintah nomor 8 tentang
Tahapan, Tata Cara, Penyusunan, pengendalian dan evaluasi pelaksanaan
rencana pembangunan daerah, serta mengacu pada rencana pembangunan
jangka menengah daerah kota Yogyakarta tahun 2017-2022, maka dinas
Kesehatan kota Yogyakarta telah menysusun dokumen rencana strategis
(RENSTRA) sebagai acuan pembangunan bidang Kesehatan selama lima
tahun mendatang. Renstra Dinas Kesehatan merupakan satu dokumen
perencanaan indikatif yang menjabarkan visi, misi, tujuan, dan sasaran,
strategis serta program dan kegiatan yang akan dilaksanakan dinas Kesehatan
kota Yogyakarta. Penyusuhan renstra ini sistematis, berkesinambungan
dengan memperhatikan kinerja pembangunan yang sedang berjalan, dinamika
lingkungan strategis, kelemahan dan kekuatannya serta peluang dan kendala
yang ada atau mungkin timbul.
Strategi organisasi dalam pencapaian tujuan dan Sasaram merupakan
rencana menyeluruh dan terpadu mengenai upaya-upaya yang akan
dilaksanakan secara operasional dengan memperhatian ketersediaan sumber
daya organisasi. Dalam mewujudkan tujuan dan sasaran dinas Kesehatan kota
Yogyakarta, strategi yang dilaksanakan adalah:
- Peningkatan pelayanan ksesehatan dasar
- Peningkatan pelayanan Kesehatan rujukan
- Peningkatan upaya pelayanan Kesehatan
- Peningkatan regulasi dan pengembangan sumber daya Kesehatan
- Peningkatan Kesehatan masyarakat
- Peningkatan pencegahan dan pengendalian penyakit

Anda mungkin juga menyukai