Anda di halaman 1dari 8

A.

Issue Kawasan

Issue Ekonomi :

Issue Kerajinan Logam Pada Kawasan Kota gede

Sejak masa Pemerintahan Hindia Belanda, kerajinan perak Kotagede sudah terkenal.
Pamornya bahkan sampai ke Belanda. Namun, kejayaan kerajinan logam Kotagede kian
memudar pasca Perang Dunia II. Sekarang ini, tinggal ada segelintir pengrajin logam di
Kotagede yang mampu bertahan memasarkan kerajinan-kerajinan logamnya. Dan faktor
faktor lain yang menyebabkan sulitnya bertahan pada usaha kerajinan logam adalah ;

 Pandemi telah membawa kemarau yang cukup panjang di pasar kerajinan logam,
 Banyak anak muda yang enggan menekuni profesi sebagai pengrajin logam karena
dinilai sebagai sesuatu yang rumit dan tidak menarik
 Tidak adanya dukungan pemerintah daerah maupun swasta, dalam pelestarian
kerajinan logam sehingga mereka tetap bertahan seadanya. 
 Beberapa toko kerajinan yang beralih fungsi. Toko-toko yang tadinya menjual
kerajinan perak, tembaga, dan kuningan, kini mulai menjual barang-barang lain,
seperti sembako, baju, hingga madu.karena pandemi covid

Issue Perlunya Revitalisasi Kawasan Pasar Kota Gede

Pasar Kotagede merupakan pasar tradisional tertua di Yogyakarta ini mampu menunjukan
bahwa pada era modern saat ini pasar tradisional masih diminati oleh masyarakat. Dalam hal
ini terlihat dari tingginya aktivitas perekonomian Pasar Kotagede yang menyebabkan
penambahan pedagang hingga melebihi kapasitas ruang pasar bahkan hingga ke pinggir-
pinggir jalan raya terutama saat pasaran legi. Jumlah pedagang yang membludak ini
seringkali menimbulkan kemacetan lalu lintas Namun, tingginya aktivitas perekonomian di
pasar ini tidak dibarengi dengan perbaikan pasar dari segala aspek. Sehingga masyarakat
seringkali mengeluhkan mengenai ketidaknyamanan saat berada di Pasar Kotagede ini.

Issue Sosial Budaya


1. Membuat komunitas wisata sebagai upaya masyarakat mempertahankan pusaka Kotagede.
2. Kurangnya pengembangan obyek wisata warisan budaya di Kawasan Kotagede.
3. Masyarakat sekitar memburu kawasan Kotagede sebagai tempat pemukiman karena
kondisi lingkungan yang masih kondusif untuk pemukiman. Hal ini memicu terjadinya
perubahan tata ruang kawasan, malah dikawatirkan dapat menghilangkan karakter awal
kawasan ini.
4. Kotagede terus mengalami degradasi budaya, beberapa kesenian tradisional hingga
makanan khas pun semakin menghilang.
Issue Fisik Lingkungan Kotagede
1. Kondisi tata guna lahan di Kotagede mengalami keberagaman fungsi bangunan.
2. Terdapat bangunan-bangunan baru yang memiliki fungsi perdagangan dan jasa
disepanjang jalan hingga menuju pasar Kotagede
3. Pertumbuhan perumahan dengan tingkat kepadatan tinggi, dan beragam bangunan cagar
budaya seperti masjid mataram, makam, dan rumah kalang yang masih terus dijaga
dengan tidak mengubah bentuk Bangunan cagar Budaya dan menghilangkan citra
Kawasan,
4. Jalan/lorong sepanjang kawasan Kotagede saat ini menjadi sempit.
5. Meningkatnya volume kendaraan menjadikan kawasan ini selalu ramai dikunjungi
wisatawan baik dalam maupun luar negeri untuk berwisata arsitektur dan budaya

B. Analisis SWOT

Strategi membangun wisata Islamic Heritage Tourism di kawasan Kotagede


Yogyakarta diarahkan berdasarkan Analiss SWOT. Berikut merupakan uraian
mengenai analisis terhadap kondisi yang dihadapi dalam membangun wisata Islamic
Heritage Tourism di kawasan wisata Kotagede Yogyakarta yang meliputi analisis
kondisi internal dan eksternal:

1. Analisis Faktor Internal

a. Strength (Kekuatan)

1. Fasilitas beribadah umat muslim yang memadai

2. Kebersihan tempat beribadah umat muslim

3. Kebersihan kawasan wisata

4. Mudah dijangkaunya fasilitas beribadah umat muslim

5. Tersedianya kuliner yang halal dikawasan wisata

6. Ketersediaan fasilitas penunjang yang memadai

7. Masih terjaganya budaya dan ciri khas kawasan wisata


8. Terjaganya bangunan bersejarah sebagai bangunan cagar budaya

9. Kenyamanan wisatawan disekitar kawasan wisata


10. Adanya pertunjukkan wisata sebagai bentuk kebanggaan terhadap budaya

11. Mudahnya akses transportasi untuk wisatawan

b. Weakness (Kelemahan)

1. Kurangnya komitmen pengelola dan masyarakat untuk

memajukan wisata islamic heritage tourism

2. Keterbatasan lahan parkir dan toilet yang bersih serta memadai

3. Kurangnya ketersediaan homestay berbasis islam

4. Rendahnya pemahaman masyarakat mengenai wisata islamic heritage

tourism

5. Akses jalan yang sempit

6. Adanya parkir liar

2. Analisis Faktor Eksternal

a. Opportunities (Peluang)

1. Adanya mitra kerjasama

2. Belum banyak wisata yang mengembangkan wisata islamic heritage

tourism

3. Letaknya berada di kota

4. Adanya dukungan dari Dinas Pariwisata

5. Adanya pergeseran paradigma wisata mess tourism menjadi wisata minat

khusus

6. Implementasi nilai-nilai islam masyarakat tinggi


7. Keberpihakan pemeritah mengembangkan wisata islam

8. Adanya Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)


Kota
Yogyakarta yang menjadikan Kotagede sebagai kawasan wisata heritage
tourism
9. Adanya MEA menjadikan wisatawan mudah masuk ke

Indonesia

b. Ancaman (Threats)

1. Modernisasi berpengaruh terhadap budaya dan kearifan lokal

2. Mulai munculnya daerah lain yang mengembangkan konsep

wisata islamic heritage tourism

3. Munculnya tempat wisata modern

C. Strategi dan Rekomendasi

a. Strategi Pengembangan Kawasan – Sub Kawasan Prioritas Penataan

Strategi pengembangan sistem perkotaan dikembangkan melalui rencana struktur


ruang kota yang meliputi sistem pusat pelayanan kota, fungsi permukiman kota, rencana
jaringan transportasi, rencana sistem jaringan energi, rencana sistem jaringan air minum,
rencana sistem jaringan telekomunikasi, rencana sistem jaringan drainase, rencana sistem
persampahan, dan pengelolaan air limbah. Rencana pola tata ruang kota yang tercantum
dalam peta RTRW,

 Strategi Pengembangan Kawasan Wisata Warisan Budaya Kotagede, Yogyakarta

Prioritas pengembangan daya tarik wisata warisan budaya dihasilkan dari


jumlah skor potensi dan analisis dari potensi internal serta eksternal, juga berdasarkan
pengamatan secara langsung dengan didukung data dari instansi terkait dan pihak
pengelola obyek warisan budaya. Hasil klasifikasi potensi internal, eksternal dan
gabungan memiliki 3 kelas, yaitu tinggi, sedang dan rendah. Berdasarkan hasil dari
klasifikasi yang telah dilakukan maka dapat disusun urutan prioritas pengembangan
daya tarik wisata.

Penyusunan urutan prioritas pengembangan dapat dilihat dari skor gabungan


antara potensi internal dan eksternal obyek. Berdasarkan pada 10 obyek wisata
warisan budaya di Kawasan Kotagede tersebut, Prioritas pertama ditempati oleh
Kompleks Makam Kotagede dan Omah Dhuwur Restauran dengan skor tertinggi
yaitu 34 dan 33, prioritas kedua yaitu dengan kategori sedang ditempati oleh ke 7
obyek antara lain, Perajin Perak Basen dngan skor 29, Perpustakaan Heritage dengan
Gambar 4 Peta Potensi Gabungan Obyek 10 skor 28, Omah Joglo UGM dan Watu
Gilang dan Betheng dengan skor 27, Between Two Gates, Masjid Kotagede dan Pasar
Kotagede dengan skor 26, dan prioritas ketiga dengan kategori rendah yaitu Benteng
Cepuri dengan skor 19.

Penyusunan arahan pengembangan daya tarik wisata warisan budaya ini


menggunakan analisis potensi dan analisis SWOT yaitu dengan menggunakan
Matriks SWOT untuk perumusan strategi dengan mendasarkan pada logika yang
dapat memaksimalkan kekuatan dan peluang namun seara bersamaan dapat
meminimalkan kelemahan dan hambatan, serta berpedoman pada Peraturan Daerah
Kota Yogyakarta Nomor 1 tahun 2015 tentang Rencana Detail Tata Ruang (RDTR)
dan peraturan zonasi mengenai Sub Bagian Wilayah Perkotaan bahwa Kawasan
Kotagede merupakan kawasan yang diprioritaskan untuk dikembangkan dan Rencana
Induk Pembangunan Kepariwisataan Daerah Kota Yogyakarta Tahun 2015- 2025 Bab
II mengenai Arah Kebijakan dan Strategi Pembangunan Destinasi Pariwisata Pasal
10.

Arahan pengembangan yang dapat dilakukan sesuai dengan presepsi peneliti


berdasarkan analisis Potensi dan SWOT serta Perda RDTR Rencana Induk
Pembangunan Daerah Kota Yogyakarta di kawasan daya tarik wisata warisan budaya
di Kotagede secara keseluruhan sebagai berikut, (1) Pengoptimalan area kantung
parkir yang telah tersedia di Desa Singosaren sehingga memudahkan kendaraan besar
untuk memparkir kendaraanya dengan baik. (2) Pengoptimalan kendaraan khusus
khas Kotagede antara lain becak, andong dan kereta kelinci dari area kantung parkir
ke lokasi obyek tujuan untuk memudahkan pengunjung memasuki kawasan obyek. (3)
Menjadikan Kawasan Kotagede ini sebagai A Walk City sehingga pengunjung dapat
menikmati suasana Kotagede dengan berjalan kaki. (4) Mengemas paket kunjungan
wisata sesuai dengan minat wisata warisan budaya. (5) Melakukan kerjasama antara
pemerintah dan masyarakat sekitar untuk lebih mengoptimalkan pengembangan
sarana dan prasana di sekitar obyek guna menjaga kelestarian obyek wisata warisan
budaya.
 Strategi Pengembangan Kawasan Perekonomian di Pasar Kotagede, Yogyakarta
Kemacetan di sekitar Pasar Kotagede yang disebabkan keberadaan kegiatan
Pasar Legi sudah menjadi peristiwa rutin di setiap hari pasaran. Itu berarti Kawasan
Kotagede setiap lima hari sekali rutin terjadi kepadatan dan penumpukan lalu lintas
baik oleh pengguna jalan atau pengunjung pasar. Langkah penanganan telah
dilakukan mulai dari manajemen lalu lintas, studi penataan kawasan, penataan RTBL
hingga rencana rehabilitasi pasar. Berdasarkan analisis dari sisi transportasi Dinas
Perhubungan Kota Yogyakarta, kemacetan baru bisa diurai jika telah dilakukan
penataan Pasar Kotagede. Permasalahan utamanya adalah kondisi jalan yang relatif
sempit dan adanya parkir di badan jalan khususnya di Jalan Mondorakan. Kuncinya
pasar perlu dibangun dan disediakan ruang parkir baru, kemudian bisa dilakukan
penataan.
Studi terkait penataan dan rencana rehabilitasi pasar merupakan salah satu
awal untuk mengurai permasalahan di Kawasan Kotagede. Penyelesaian
permasalahan ini tidak bisa dilakukan secara parsial mengingat banyak aspek terkait.
Kotagede sudah ditetapkan sebagai KCB, dan menjadi salah satu Kawasan Strategis
Keistimewaan DIY selain Kawasan Malioboro. Rencana penataan Kawasan
Malioboro oleh DIY akan selesai di 2018. Selanjutnya DIY akan beralih ke penataan
KCB lain yang bisa dimungkinkan Kawasan Kotagede. Kabupaten Bantul dan Kota
Yogyakarta diharapkan dapat menyiapkan social engineering di tahun 2018. Hal ini
dimaksudkan agar pada saat pembangunan fisik pasar dikerjakan pada tahun 2019
oleh DIY dapat dilakukan secara optimal. DED Pasar Kotagede sudah disusun oleh
Cipta Karya PU pada tahun 2015.
Penyusunan DED Pasar Kotagede memuat nilai budaya dengan menerapkan
aturan sesuai RDTRK dan pengelolaan lalu lintas sekitar pasar. Nantinya perlu ada
pembatasan kapasitas baik orang, barang, dan lalu lintas yang masuk dalam kurun
waktu tertentu. Selain itu perlu ada pemindahan aktivitas pasar selama revitalisasi
pasar. Bangunan bernilai sejarah nantinya dipertahankan dengan berbagai ketentuan.
Permasalahan parkir dan kemacetan akan diselesaikan dengan dibangun basement
seluas 4.150 m² yang dapat menampung kendaraan, sehingga tidak lagi ada parkir
pada badan jalan. Hal yang perlu diperhatikan yakni Kotagede mempunyai masalah
terkait genangan jika akan dilakukan pembangunan pasar dengan basement perlu juga
dilakukan penanganan drainase pada kawasan tersebut. Perlu dilakukan identifikasi
kegiatan apa saja dan siapa yang melakukan. Dokumen-dokumen yang berkaitan
dengan penataan Kotagede perlu dilakukan pengecekan kembali. Sementara pihak
Pemerintah Kota Yogyakarta juga perlu mulai menyiapkan tahapan sosialisasi.
b. Gagasan Desain per Sub Kawasan

D. Pemilihan Sub – Kawasan Prioritas


E. Pemilihan prioritas sub Kawasan pada Kotagede dihasilkan dari jumlah skor potensi
dan analisis dari potensi internal serta eksternal, juga berdasarkan pengamatan secara
langsung dengan didukung data dari instansi terkait dan pihak pengelola. Hasil
klasifikasi potensi internal, eksternal dan gabungan memiliki 3 kelas, yaitu tinggi,
sedang dan rendah. Berdasarkan hasil dari klasifikasi yang telah dilakukan maka
dapat disusun urutan prioritas pengembangan daya tarik wisata.
F. Tabel Penilaian Klasifikasi Potensi Internal, Eksternal dan Gabungan.

Potensi Internal Potensi Eksternal Potensi


Daya tarik Gabungan
wisata Total
Skor Kelas Skor Kelas Kelas
Skor

Pasar Kotagede 10 Sedang 18 Sedang 26 Sedang

Komplek Makam
13 Tinggi 21 Tinggi 34 Tinggi
Kotagede

Masjid Kotagede 9 Rendah 17 Sedang 26 Sedang

Watu Gilang dan


9 Rendah 18 Sedang 27 Sedang
Gatheng

Between Two
11 Sedang 15 Rendah 26 Sedang
Gates

Benteng Cepuri 7 Rendah 12 Rendah 19 Rendah

Omah Joglo UGM 11 Sedang 16 Sedang 27 Sedang


Perajin Perak Basen 12 Sedang 17 Sedang 29 Sedang

Perpustakan
11 Sedang 17 Sedang 28 Sedang
Herritage

Omah Dhuwur 12 Sedang 21 Tinggi 33 Tinggi


Restaurant
G.
H. Penyusunan urutan prioritas pengembangan dapat dilihat dari skor gabungan antara
potensi internal dan eksternal obyek. Berdasarkan pada 10 obyek wisata warisan
budaya di Kawasan Kotagede tersebut, Prioritas pertama ditempati oleh Kompleks
Makam Kotagede dan Omah Dhuwur Restauran dengan skor tertinggi yaitu 34 dan
33, prioritas kedua yaitu dengan kategori sedang ditempati oleh ke 7 obyek antara
lain, Perajin Perak Basen dngan skor 29, Perpustakaan Heritage dengan Gambar 4
Peta Potensi Gabungan Obyek 10 skor 28, Omah Joglo UGM dan Watu Gilang dan
Betheng dengan skor 27, Between Two Gates, Masjid Kotagede dan Pasar Kotagede
dengan skor 26, dan prioritas ketiga dengan kategori rendah yaitu Benteng Cepuri
dengan skor 19.
I. Penyusunan arahan pengembangan daya tarik wisata warisan budaya ini
menggunakan analisis potensi dan analisis SWOT yaitu dengan menggunakan
Matriks SWOT untuk perumusan strategi dengan mendasarkan pada logika yang
dapat memaksimalkan kekuatan dan peluang namun seara bersamaan dapat
meminimalkan kelemahan dan hambatan, serta berpedoman pada Peraturan Daerah
Kota Yogyakarta Nomor 1 tahun 2015 tentang Rencana Detail Tata Ruang (RDTR)
dan peraturan zonasi mengenai Sub Bagian Wilayah Perkotaan bahwa Kawasan
Kotagede merupakan kawasan yang diprioritaskan untuk dikembangkan dan Rencana
Induk Pembangunan Kepariwisataan Daerah Kota Yogyakarta Tahun 2015- 2025 Bab
II mengenai Arah Kebijakan dan Strategi Pembangunan Destinasi Pariwisata Pasal
10.

Anda mungkin juga menyukai