Anda di halaman 1dari 24

KENDARAAN

ANGKUTAN UMUM

Oleh : C. TRISNO SUSANTO, MT


Peranan Angkutan Umum
Angkutan umum masal atau masstransit adalah layanan jasa
angkutan yang memiliki trayek dan jadwal tetap. Contohnya
adalah bus dan kereta api. Jenis angkutan ini bukan melayani
permintaan melainkan menyediakan layanan tetap, baik
jadwal, tariff maupun lintasannya.
Peranan utama AU adalah melayani kepentingan mobilitas
masyarakat dalam melakukan kegiatannya, baik kegiatan
sehari-hari yang berjarak pendek atau menengah berupa
angkutan perkotaan/perdesaan dan angkutan antar kota dalam
propinsi, maupun kegiatan sewaktu-waktu antar propinsi
Aspek lain pelayanan AU adalah peranannya dalam
pengendalian lalu lintas, penghematan energi dan
pengembangan wilayah
Peranan Angkutan Umum (2)
Pengelolaan AU juga berkaitan dengan penghematan
penggunaan BBM. Jika layanan AU sudah sedemikian baik
dan mampu menggangtikan peranan angkutan pribadi bagi
mobilitas masyarakat, maka ribuan kendaraan dapat
‘dikandangkan’ selama waktu tertentu, misalnya selama
hari Senin sampai Jumat. Akibat lanjutannya adalah
penghematan konsumsi BBM bagi operasi angkutan.
Dalam pengembangan wilayah, AU juga sangat berperan
dalam menunjang interaksi social budaya masyarakat.
Pemanfaatan SDA maupun mobilisasi SDM serta
permerataan pembangunan daerah beserta hasil-hasilnya,
didukung oleh system transportasi yang memadai dan
seseuai dengan tuntutan kondisi setempat
Pelayanan Angkutan Umum
Di Indonesia, pelayanan AU dapat dibedakan
dalam tiga kategori utama, yaitu:
 Angkutan antar kota
 Angkutan Perkotaan
 Angkutan Perdesaan

Angkutan antar kota terbagi dua yaitu:


 Antar Kota Antar Propinsi, yakni angkutan antar kota yang
melampaui batas administrasi propinsi
 Antar Kota Dalam Propinsi, yakni pelayanan jasa angkutan
antar kota dalam satu wilayah administrasi propinsi.
Angkutan Antar Kota
Adalah angkutan yang menghubungkan suatu kota dengan kota
lainnya baik yang berada dalam suatu wilayah administrasi
propinsi (antar kota dalam propinsi), maupun yang berada di
propinsi lain (antar kota antar propinsi) yang berarti angkutan
antar daerah. Sistem AKAP dan AKDP dapat mengandung arti:
Angkutan antar kota dalam suatu wilayah administrasi
propinsi dan angkutan daerah kota raya (metropolitan) atau
Angkutan perkotaan yang tidak sama dengan angkutan kota.
Angkutan perkotaan membentuk jaringan pelayanan antar kota
yang berada dalam daerah kota raya (metropolis) dan tidak
terikat pada batas wilayah administrasi kota atau daerah
sedangkan angkutan kota adalah angkutan dalam wilayah
administrasi kota.
Contoh angkutan antar kota
• Bus akap
yaitu bus yang melayani angkutan penumpang
dengan rute perjalanan antar kota dan antar
propinsi
Angkutan Perkotaan
1. Angkutan Umum Masal
Angkutan umum masal di Indonesia pada umumnya dilayani
dengan bus sedang dan kecil, sedangkan bus besar hanya melayani
angkutan kota di beberapa kota besar; selebihnya bus besar
melayani angkutan antar kota antar propinsi.
Pengembangan jaringan pelayanan jasa angkutan di wilayah
perkotaan di Indonesia, di masa depan, di arahkan pada pelayanan
angkutan masal; dan jaringan angkutan jalan rel diarahkan
menjadi tulang punggung angkutan perkotaan khususnya di kota-
kota Medan, Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surakarta, dan
Surabaya, sehingga kapasitasnya mampu menjawab tuntutan
kebutuhan. Di samping itu, pengoperasian system angkutan masal
dengan angkutan jalan rel sedikit banyak dapat mengatasi
kemacetan dan kesemrawutan lalu lintas di wilayah perkotaan.
Angkutan Perkotaan
1. Angkutan Umum Masal (2)
Dalam upaya meningkatkan jasa angkutan jalan rel,
Pemerintah menempuh kebijakan sebagai berikut:
 Mengarahkan pengembangan perkeretaapian sebagai angkutan
masal dan jarak jauh untuk mengurangi kepadatan dan kerusakan
jalan, antara lain dengan kereta api berteknologi tinggi;
 Mengembangkan kapasitas jaringan kereta api secara bertahap
menuju rel ganda dan mengaktifkan kembali fungsi lintas cabang
yang potensial;
 Meningkatkan kemudahan dan kenyamanan dalam pelayanan bagi
penumpang, penjualan karcis dan penambahan fasilitas umum
pada kereta api dan stasiun.
 Meningkatkan efisiensi dan perbaikan pelayanan angkutan
penumpang antar kota.
Angkutan Perkotaan
1. Angkutan Umum Masal (3)
Hampir serupa dengan angkutan jalan rel adalah pelayanan bus terpandu ( guided bus
lane atau O-Bahn) yakni bus yang bergerak pada jalur khusus yang dibangun untuk itu.
Kelebihannya adalah:
Pertama bus terpandu tersebut tetap dapat keluar dari jalur khususnya dan beroperasi
seperti bus biasa. Apabila ia bergerak di jalurnya, maka sifat pengoperasiannya separti
kereta rel; jadi bus terpandu dapat dianggap sebagai kombinasi bus dengan trem.
Kedua bahwa lebar perkerasan jalur khusus bus terpandu yang selebar badan bus ± 200
cm, sedangkan lebar jalur lalu lintas di jalan berkisar antara 300-350 cm.
Ketiga sarananya (moda angkutannya) berupa bus biasa hanya diberi tambahan roda
horizontal yang dapat dilipat pada saat bus beroperasi di jalan umum. Roda horizontal
berfungsi sebagai pemandu pada saat bus beroperasi di jalur khusus sehingga kemudi
bus tidak sifungsikan. Pengemudi hanya mengatur kecepatan kendaraan saja.
Keempat selain dapat menggunakan bus gandeng, moda angkutan ini dapat
menggandeng dua atau tiga bus biasa atau dua bus gandeng menjadi satu rangkaian
sehingga tidak ada lagi jarak (headway); dua atau tiga bus berfungsi seperti trem.
Kelebihan ini memberi keuntungan tambahan karena penyediaan jasa – pada jam sibuk
– hanya perlu menambahkan bus sehingga tidak perlu menambah pengemudi.
Angkutan Perkotaan
1. Angkutan Umum Masal (4)
Angkutan masal dengan bus mempunyai beberapa
keuntungan antara lain:
mengurangi beroperasinya kendaraan pribadi di
jalan;
dapat melayani penumpang cukup dekat ke asal dan
tujuan perjalanan;
mudah menambah atau mengurangi kapasitas
sediaan layanan;
mudah menambah atau mengurangi atau mengubah
lintas pelayanan untuk memenuhi permintaan.
Angkutan Perkotaan
2. Paratransit
Paratransit adalah layanan angkutan umum dari pintu ke pintu dengan
kendaraan penumpang berkapasitas 5-12 orang, meskipun tujuan setiap
penumpang berbeda-beda.
Paratransit tidak memiliki trayek dan atau jadwal tetap, dapat dimanfaatkan
oleh setiap orang berdasarkan suatu ketentuan tertentu (misalnya tarif, rute,
pola pelayanan) dan dapat disesuaikan dengan keinginan penumpang,
contohnya taksi
Pelayanan taksi kota sebenarnya juga dapat menganut pola seperti di atas,
seperti di Seoul Korea Selatan, Batam di Indonesia. Taksi dapat mengangkut
penumpang lain yang kurang lebih searah tujuannya. Dengan demikian
ongkos penumpang per orang menjadi lebih murah. Pola semacam ini di
Indonesia kebanyakan diterapkan pada angkutan kota (bukan angkutan
masal), tetapi juga bukan taksi berargometer
Di beberapa kota yang masih mengoperasikan delman (kereta kuda) sebagai
AU penumpang juga menganut pola angkot ini. Delman yang belum penuh
dapat saja menaikkan penumpang yang searah tujuannya. Tarif ditentukan
berdasarkan kesepakatan (tawar menawar).
Angkutan Perdesaan
Angkutan perdesaan adalah pelayanan angkutan penumpang
yang ditetapkan melayani trayek dari dan ke terminal tipe C
Ciri utama lain yang membedakan angkutan perdesaaan
dengan yang lainnya adalah pelayanan lambat, tetapi jarak
pelayanan tidak ditentukan. Ciri pelayanan lambat juga
dimiliki pula oleh trayek ranting di kota, di samping
pelayanan jarak pendek dalam kawasan permukiman. Ciri
terakhir ini tidak dimiliki oleh trayek perdesaan
Dengan ciri-ciri tersebut, maka yang disebut Angkutan
Perdesaan adalah angkutan penumpang dengan kendaraan
umum – selain angkutan perkotaan – yang melayani terminal
tipe C. Definisi ini agak berbeda dengan pengertian rural
transport yaitu angkutan yang melayani daerah pinggiran
(desa/remote rural areas) yang menduduknya sangat sedikit
Trayek dan Lintasan
Trayek Pelayanan
Trayek adalah lintasan kendaraan umum untuk pelayanan jasa angkutan orang
dengan mobil bus yang mempunyai asal dan tujuan tetap maupun tidak berjadwal
Dari definisi ini terungkap perbedaan pengertian antara trayek dengan lintasan
Titik berat trayek adalah pada asal dan tujuan, sedangkan lintasan menunjukkan
pada ruas jalan yang dilalui kendaraan umum yang melayani trayek yang
bersangkutan; lintasan adalah rute. Jadi satu trayek dapat menawarkan lebih dari
satu rute
Jaringan trayek adalah kumpulan trayek yang menjadi satu kesatuan jaringan
pelayanan angkutan orang. Trayek tetap dan teratur adalah pelayanan angkutan
yang dilakukan dalam jaringan trayek secara tetap dan teratur, dengan jadwal
tetap atau tidak terjadwal
Pemahaman tentang sebaran asal dan tujuan, penguasaan atas teknik perkiraan
banyaknya orang (calon penumpang) dan barang (muatan), serta pemahaman
tentang perkembangan dan pengembangan wilayah dapat dijadikan landasan
pertimbangan dalam menentukan trayek dan lintasan pelayanan AU. Pemahaman
ini digunakan dalam menentukan jenis moda yang akan digunakan beserta
dimensinya, banyak armada yang akan disediakan dan dioperasikan, lintasan
yang akan dilayani, dan pengendalian operasi pelayanan.
Trayek dan Lintasan (2)
Trayek Pelayanan (2)
Berdasarkan PP No. 41 Th 1993 tentang Angkutan Jalan, trayek
pelayanan jasa angkutan umum dibagi dalam 4 kelompok yaitu:
Trayek antar kota antar propinsi, dengan ciri-ciri pelayanan:
 Mempunyai jadwal tetap
 Pelayanan cepat
 Dilayani oleh mobil bus umum
 Tersedianya terminal tipe A pada awal pemberangkatan, persinggahan,
dan terminal tujuan;
Trayek antar kota dalam propinsi, dengan ciri-ciri pelayanan:
 Mempunyai jadwal tetap
 Pelayanan cepat dan/atau lambat
 Dilayani oleh mobil bus umum
 Tersedianya terminal penumpang sekurang-kurangnya tipe B pada awal
pemberangkatan, persinggahan, dan terminal tujuan
Trayek dan Lintasan (3)
Trayek Pelayanan (3)
Trayek kota, terdiri dari:
 Trayek umum yang diselenggarakan dengan ciri-ciri:
Mempunyai jadwal tetap
Melayani angkutan antar kawasan utama, antara kawasan utama dan
kawasan pendukung dengan ciri melakukan perjalanan ulang alik secara
tetap dengan penggunaan tetap dengan pengangkutan yang bersifat masal
Dilayani oleh mobil bus umum
Pelayanan cepat dan/atau lambat
Jarak pendek
Melalui tempat-tempat yang ditetapkan hanya untuk menaikkan dan
menurunkan penumpang
 Trayek cabang yang diselenggarakan dengan ciri-ciri:
Mempunyai jadwal tetap
Melayani angkutan antar kawasan pendukung, antara kawasan pendukung
dan kawasan permukiman
Dilayani oleh mobil bus umum
Pelayanan cepat dan/atau lambat
Jarak pendek
 Trayek ranting yang diselenggarakan dengan ciri-ciri:
Melayani angkutan dalam kawasan permukiman
Dilayani dengan mobil bus dan/atau mobil penumpang umum
Pelayanan lambat
Jarak pendek
Melalui tempat-tempat yang telah ditetapkan untuk menaikkan dan
menurunkan penumpang
 Trayek langsung yang diselenggarakan dengan ciri-ciri:
Mempunyai jadwal tetap
Melayani angkutan antar kawasan secara tetap yang bersifat masal
dan langsung
Dilayani oleh bus umum
Pelayanan cepat
Jarak pendek
Melalui tempat-tempat yang ditetapkan untuk menaikkan dan
menurunkan penumpang
Trayek dan Lintasan (4)
Trayek Pelayanan (4)
Trayek perdesaan, dengan ciri-ciri pelayanan:
 Mempunyai jadwal tetap dan/atau tidak terjadwal
 Pelayanan lambat
 Dilayani oleh mobil bus umum dan/atau mobil
penumpang umum
 Tersedianya terminal penumpang sekurang-
kurangnya tipe C pada pemberangkatan dan
terminal tujuan
 Prasarana jalan yang dilalui memenuhi ketentuan
kelas jalan.
Trayek dan Lintasan (5)
Lintasan Pelayanan
• Suatu trayek dapat memiliki lebih dari satu kemungkinan
lintasan tergantung pada jaringan prasarana atau jalan yang
menghubungkan asal dan tujuan trayek tersebut. Artinya
bahwa beban lalu lintas dapat dibagi dalam beberapa lintasan
• Apabila lintasannya hanya satu, maka semua lalu lintas
menjadi beban lintasan tunggal tersebut
• Pembebanan lintasan sangat penting artinya dalam menyusun
jaringan trayek untuk mencapai keseimbangan atau
mempertemukan sediaan pelayanan (dala hal ini kapasitas
jaringan jalan) dengan permintaan atau tuntuan layanan AU
Trayek dan Lintasan (6)
Lintasan Pelayanan (2)
• Selain pemahaman akan volume lalu lintas dari asal ke tujuan,
sebaran permintaan berdasarkan waktu perlu pula
mendapatkan perhatian yang seksama.
• Pada masa sibuk (peak period) jumlah armada yang
dikerahkan akan lebih banyak (mungkin sampai pada batas
maksimum) dengan tenggang waktu (headway) yang singkat,
sedangkan pada masa sepi (offpeak period) jumlah armada
yang dioperasikan perlu dikurangi dengan tenggang waktu
yang lebih lama. Oleh karena itu, sediaan jumlah armada
tidak dapat ditentukan semata-mata berdasarkan atas
kebutuhan pada masa puncak. Kelebihan kapasitas armada
akan menjadi beban financial yang tidak ringan.
Moda Angkutan Umum
Tugas pengelola system transportasi adalah
mempertemukan keinginan pengguna jasa dengan
sediaan moda angkutan – dengan segala atribut
pelayanannya – agar tercapai system transportasi
yang efektif dan efisien dan dalam batas biaya yang
wajar agar mampu berperan secara andal sebagai
urat andi kehidupan perekonomian, social budaya,
politik dan hankam.
Moda Angkutan Umum (2)
Efektif mengandung pengertian:
• Kapasitas mencukupi, prasarana dan sarana cukup tersedia untuk
memenuhi kebutuhan pengguna jasa;
• Terpadu, antar moda dan intra moda dalam jaringan pelayanan;
• Tertib, menyelenggarakan angkutna yang sesuai dengan peraturan
perundang-undangan dan norma yang berlaku di masyarakat;
• Tepat dan teratur, terwujudnya penyelenggaraan angkutan yang
andal, sesuai dengan jadwal dan ada kepastian;
• Cepat dan lancar, menyelenggarakan layanan angkutan dalam waktu
singkat, indikatornya antara lain kecepatan arus per satuan waktu;
• Aman dan nyaman, dalam arti selamat terhindar dari kecelakaan,
bebas dari gangguan eksternal, terwujud ketenangan dan kenikmatan
dalam perjalanan.
Moda Angkutan Umum (3)
Efisien mengandung arti:
• Biaya terjangkau, penyediaan layanan angkutan sesuai dengan
tingkat daya beli masyarakat pada umumnya dengan tetap
memperhatikan kelangsungan hidup pengusaha pelayanan jasa
angkutan;
• Beban public rendah, pengorbanan yang harus ditanggung oleh
masyarakat sebagai konsekuensi pengoperasian system transportasi
harus minimal, misalnya tingkat pencemaran minimal;
• Kemanfaatan tinggi, merupakan tingkat penggunaan kapasitas
system transportasi yang dapat dinyatakan dalam indicator tingkat
muatan penumpang maupun barang, tingkat penggunaan prasarana
dan sarana.
Moda Angkutan Umum (4)
Beberapa cara dapat ditempuh dalam meningkatkan kapasitas
layanan angkutan, yakni:
• Memperbesar kapasitas pelayanan dengan menambah
armada;
• Menawarkan pilihan moda (modal split), dengan sendirinya
menyangkut alternatif lintasan;
• Mengatur pembagian waktu pelayanan;
• Mengurangi permintaan, misalnya dengan biaya tinggi;
• Menyesuaikan biaya pelayanan sesuai dengan watak
permintaan, termasuk mendorong permintaan ke jenis
pelayanan tertentu dengan menurunkan biayannya, dan
upaya mengurangi permintaan yang sulit dilayani dengan
meningkatkan biaya.

Anda mungkin juga menyukai