Anda di halaman 1dari 45

KARAKTERISTIK PELAYANAN

ANGKUTAN UMUM DALAM TRAYEK

1
D Materi Pokok dan Sub Materi Pokok
Jenis Pelayanan Trayek dan Lintasan Kualitas Pelayanan
Angkutan Umum Angkutan Umum Angkutan Umum

Pengertian Pelayanan Trayek Pelayanan Tugas Pengelola System


Angkutan Umum Transportasi

Trayek Antar Kota Antar


Angkutan Antar Kota
Propinsi Pelayanan Angkutan Umum
yang Efektif
Angkutan Perkotaan Trayek Antar Kota Dalam
Propinsi Pelayanan Angkutan Umum
yang Efisien

Angkutan Perdesaan Trayek Perkotaan Peningkatan kapasitas


Layanan

Trayek Perdesaan

2
2 Sekolah Tinggi Transprtasi Darat
II. Jenis Pelayanan Angkutan Umum
A Pengertian Pelayanan
Angkutan Umum

B Angkutan Antar Kota

C Angkutan Perkotaan

D Angkutan Perdesaan

3
3 Sekolah Tinggi Transprtasi Darat
A Pengertian Pelayanan Angkutan Umum

Angkutan adalah perpindahan orang dan/atau barang


dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan
Kendaraan di Ruang Lalu Lintas Jalan.

Di Indonesia, pelayanan
AU dapat dibedakan
dalam tiga kategori
utama, yaitu:
 Angkutan Antar Kota
 Angkutan Perkotaan
 Angkutan Perdesaan
4
4 Sekolah Tinggi Transprtasi Darat
B Angkutan Antar Kota
Angkutan antar kota terbagi Angkutan Antar Kota
dua yaitu: Adalah angkutan yang
menghubungkan suatu
 Antar Kota Antar Propinsi, kota dengan kota lainnya
yakni angkutan antar kota baik yang berada dalam
yang melampaui batas suatu wilayah
administrasi propinsi administrasi propinsi
(antar kota dalam
 Antar Kota Dalam Propinsi, propinsi), maupun yang
yakni pelayanan jasa berada di propinsi lain
angkutan antar kota dalam (antar kota antar propinsi)
satu wilayah administrasi yang berarti angkutan
antar daerah.
propinsi.
5
5 Sekolah Tinggi Transprtasi Darat
C Angkutan Perkotaan
Angkutan perkotaan membentuk jaringan pelayanan
antar kota yang berada dalam daerah kota raya
(metropolis) dan tidak terikat pada batas wilayah
administrasi kota atau daerah sedangkan angkutan kota
adalah angkutan dalam wilayah administrasi kota.

Angkutan Umum
1 Masal
2 Paratransit
6
6 Sekolah Tinggi Transprtasi Darat
1 Angkutan Umum Masal
 Angkutan umum masal di Indonesia
pada umumnya dilayani dengan bus
sedang dan kecil, sedangkan bus
besar hanya melayani angkutan
kota di beberapa kota besar;
selebihnya bus besar melayani
angkutan antar kota antar propinsi.
 Pengembangan jaringan pelayanan jasa angkutan di wilayah
perkotaan di Indonesia, di masa depan, di arahkan pada
pelayanan angkutan masal; dan jaringan angkutan jalan rel
diarahkan menjadi tulang punggung angkutan perkotaan
khususnya di kota-kota Medan, Jakarta, Bandung, Yogyakarta,
Surakarta, dan Surabaya, sehingga kapasitasnya mampu
menjawab tuntutan kebutuhan.
7
7 Sekolah Tinggi Transprtasi Darat
a. Angkutan Jalan Rel
Dalam upaya meningkatkan jasa angkutan jalan rel, Pemerintah
menempuh kebijakan sebagai berikut:
 Mengarahkan pengembangan perkeretaapian sebagai angkutan
masal dan jarak jauh untuk mengurangi kepadatan dan
kerusakan jalan, antara lain dengan kereta api berteknologi
tinggi;
 Mengembangkan kapasitas jaringan kereta api secara bertahap
menuju rel ganda dan mengaktifkan kembali fungsi lintas
cabang yang potensial;
 Meningkatkan kemudahan dan kenyamanan dalam pelayanan
bagi penumpang, penjualan karcis dan penambahan fasilitas
umum pada kereta api dan stasiun.
 Meningkatkan efisiensi dan perbaikan pelayanan angkutan
penumpang antar kota.
8
8 Sekolah Tinggi Transprtasi Darat
b. Angkutan Bus Terpandu
Hampir serupa dengan angkutan jalan rel adalah pelayanan bus terpandu
( guided bus lane atau O-Bahn) yakni bus yang bergerak pada jalur khusus yang
dibangun untuk itu. Kelebihannya adalah:
 Pertama bus terpandu tersebut tetap dapat keluar dari jalur khususnya dan
beroperasi seperti bus biasa. Apabila ia bergerak di jalurnya, maka sifat
pengoperasiannya separti kereta rel; jadi bus terpandu dapat dianggap sebagai
kombinasi bus dengan trem.
 Kedua bahwa lebar perkerasan jalur khusus bus terpandu yang selebar badan bus ±
200 cm, sedangkan lebar jalur lalu lintas di jalan berkisar antara 300-350 cm.
 Ketiga sarananya (moda angkutannya) berupa bus biasa hanya diberi tambahan roda
horizontal yang dapat dilipat pada saat bus beroperasi di jalan umum. Roda
horizontal berfungsi sebagai pemandu pada saat bus beroperasi di jalur khusus
sehingga kemudi bus tidak sifungsikan. Pengemudi hanya mengatur kecepatan
kendaraan saja.
 Keempat selain dapat menggunakan bus gandeng, moda angkutan ini dapat
menggandeng dua atau tiga bus biasa atau dua bus gandeng menjadi satu rangkaian
sehingga tidak ada lagi jarak (headway); dua atau tiga bus berfungsi seperti trem.
Kelebihan ini memberi keuntungan tambahan karena penyediaan jasa – pada jam
sibuk 9
–9hanya perlu menambahkan bus sehingga tidak perlu menambah pengemudi.
Sekolah Tinggi Transprtasi Darat
c. Angkutan Masal dengan Bus
Angkutan masal dengan bus mempunyai beberapa keuntungan
antara lain::
 mengurangi beroperasinya
kendaraan pribadi di jalan;
 dapat melayani penumpang cukup
dekat ke asal dan tujuan
perjalanan;
 mudah menambah atau
mengurangi kapasitas sediaan
layanan;
 mudah menambah atau
mengurangi atau mengubah lintas
pelayanan untuk memenuhi
permintaan.
10
10 Sekolah Tinggi Transprtasi Darat
2 Angkutan Paratransit
 Paratransit adalah layanan angkutan umum dari pintu ke pintu dengan
kendaraan penumpang berkapasitas 5-12 orang, meskipun tujuan setiap
penumpang berbeda-beda.
 Paratransit tidak memiliki trayek dan atau jadwal tetap, dapat
dimanfaatkan oleh setiap orang berdasarkan suatu ketentuan tertentu
(misalnya tarif, rute, pola pelayanan) dan dapat disesuaikan dengan
keinginan penumpang, contohnya taksi
 Pelayanan taksi kota sebenarnya juga dapat menganut pola seperti di atas,
seperti di Seoul Korea Selatan, Batam di Indonesia. Taksi dapat mengangkut
penumpang lain yang kurang lebih searah tujuannya. Dengan demikian
ongkos penumpang per orang menjadi lebih murah. Pola semacam ini di
Indonesia kebanyakan diterapkan pada angkutan kota (bukan angkutan
masal), tetapi juga bukan taksi berargometer
 Di beberapa kota yang masih mengoperasikan delman (kereta kuda) sebagai
AU penumpang juga menganut pola angkot ini.
11
11 Sekolah Tinggi Transprtasi Darat
D Angkutan Perdesaan
 Angkutan perdesaan adalah pelayanan angkutan penumpang
yang ditetapkan melayani trayek dari dan ke terminal tipe C
 Ciri utama lain yang membedakan angkutan perdesaaan
dengan yang lainnya adalah pelayanan lambat, tetapi jarak
pelayanan tidak ditentukan. Ciri pelayanan lambat juga dimiliki
pula oleh trayek ranting di kota, di samping pelayanan jarak
pendek dalam kawasan permukiman. Ciri terakhir ini tidak
dimiliki oleh trayek perdesaan
 Dengan ciri-ciri tersebut, maka yang disebut Angkutan
Perdesaan adalah angkutan penumpang dengan kendaraan
umum – selain angkutan perkotaan – yang melayani terminal
tipe C. Definisi ini agak berbeda dengan pengertian rural
transport yaitu angkutan yang melayani daerah pinggiran
(desa/remote
12
12
rural areas) yang menduduknya
Sekolah Tinggisangat sedikit
Transprtasi Darat
III. Trayek dan Lintasan Angkutan Umum

A Trayek Pelayanan

B Trayek Antar Kota


Antar Propinsi

C Trayek Antar Kota


Dalam Propinsi

D Trayek Perkotaan

E Trayek Perdesaan
13
13 Sekolah Tinggi Transprtasi Darat
A Trayek Pelayanan
 Trayek adalah lintasan kendaraan umum untuk pelayanan jasa angkutan
orang dengan mobil bus yang mempunyai asal dan tujuan tetap maupun tidak
berjadwal
 Dari definisi ini terungkap perbedaan pengertian antara trayek dengan
lintasan
 Titik berat trayek adalah pada asal dan tujuan, sedangkan lintasan
menunjukkan pada ruas jalan yang dilalui kendaraan umum yang melayani
trayek yang bersangkutan; lintasan adalah rute. Jadi satu trayek dapat
menawarkan lebih dari satu rute

 Pemahaman tentang sebaran asal dan tujuan, penguasaan atas teknik


perkiraan banyaknya orang (calon penumpang) dan barang (muatan), serta
pemahaman tentang perkembangan dan pengembangan wilayah dapat
dijadikan landasan pertimbangan dalam menentukan trayek dan lintasan
pelayanan AU. Pemahaman ini digunakan dalam menentukan jenis moda
yang akan digunakan beserta dimensinya, banyak armada yang akan
disediakan dan dioperasikan, lintasan yang akan dilayani, dan pengendalian
operasi pelayanan
14
14 Sekolah Tinggi Transprtasi Darat
B Trayek Antar Kota Antar Propinsi

Ciri-ciri pelayanan Trayek antar kota antar propinsi Adalah


Sebagai berikut :

 Mempunyai jadwal tetap


 Pelayanan cepat
 Dilayani oleh mobil bus umum
 Tersedianya terminal tipe A pada awal
pemberangkatan, persinggahan, dan terminal tujuan;

15
15 Sekolah Tinggi Transprtasi Darat
C Trayek Antar Kota Dalam Propinsi

Ciri-ciri pelayanan Trayek Antar Kota Dalam Propinsi


Adalah Sebagai berikut :
 Mempunyai jadwal tetap
 Pelayanan cepat dan/atau lambat
 Dilayani oleh mobil bus umum
 Tersedianya terminal penumpang sekurang-kurangnya
tipe B pada awal pemberangkatan, persinggahan, dan
terminal tujuan

16
16 Sekolah Tinggi Transprtasi Darat
D Trayek Perkotaan
Angkutan perkotaan membentuk jaringan pelayanan
antar kota yang berada dalam daerah kota raya
(metropolis) dan tidak terikat pada batas wilayah
administrasi kota.

1 Trayek umum

2 Trayek cabang

3 Trayek ranting

4 Trayek langsung
17
17 Sekolah Tinggi Transprtasi Darat
1 Trayek Umum
Trayek umum yang diselenggarakan dengan ciri-ciri:
 Mempunyai jadwal tetap
 Melayani angkutan antar kawasan utama, antara
kawasan utama dan kawasan pendukung dengan ciri
melakukan perjalanan ulang alik secara tetap dengan
penggunaan tetap dengan pengangkutan yang bersifat
masal
 Dilayani oleh mobil bus umum
 Pelayanan cepat dan/atau lambat
 Jarak pendek
 Melalui tempat-tempat yang ditetapkan hanya untuk
menaikkan dan menurunkan penumpang
18
18 Sekolah Tinggi Transprtasi Darat
2 Trayek Cabang

Trayek cabang yang diselenggarakan dengan ciri-


ciri:

 Mempunyai jadwal tetap


 Melayani angkutan antar kawasan pendukung,
antara kawasan pendukung dan kawasan
permukiman
 Dilayani oleh mobil bus umum
 Pelayanan cepat dan/atau lambat
 Jarak pendek
19
19 Sekolah Tinggi Transprtasi Darat
3 Trayek Ranting
Trayek ranting yang diselenggarakan dengan ciri-
ciri:
 Melayani angkutan dalam kawasan
permukiman
 Dilayani dengan mobil bus dan/atau mobil
penumpang umum
 Pelayanan lambat
 Jarak pendek
 Melalui tempat-tempat yang telah ditetapkan
untuk menaikkan dan menurunkan penumpang
20
20 Sekolah Tinggi Transprtasi Darat
4 Trayek Langsung
Trayek langsung yang diselenggarakan dengan ciri-
ciri:
 Mempunyai jadwal tetap
 Melayani angkutan antar kawasan secara tetap
yang bersifat masal dan langsung
 Dilayani oleh bus umum
 Pelayanan cepat
 Jarak pendek
 Melalui tempat-tempat yang ditetapkan untuk
menaikkan dan menurunkan penumpang
21
21 Sekolah Tinggi Transprtasi Darat
2 Angkutan Paratransit
 Paratransit adalah layanan angkutan umum dari pintu ke pintu dengan
kendaraan penumpang berkapasitas 5-12 orang, meskipun tujuan setiap
penumpang berbeda-beda.
 Paratransit tidak memiliki trayek dan atau jadwal tetap, dapat
dimanfaatkan oleh setiap orang berdasarkan suatu ketentuan tertentu
(misalnya tarif, rute, pola pelayanan) dan dapat disesuaikan dengan
keinginan penumpang, contohnya taksi
 Pelayanan taksi kota sebenarnya juga dapat menganut pola seperti di atas,
seperti di Seoul Korea Selatan, Batam di Indonesia. Taksi dapat mengangkut
penumpang lain yang kurang lebih searah tujuannya. Dengan demikian
ongkos penumpang per orang menjadi lebih murah. Pola semacam ini di
Indonesia kebanyakan diterapkan pada angkutan kota (bukan angkutan
masal), tetapi juga bukan taksi berargometer
 Di beberapa kota yang masih mengoperasikan delman (kereta kuda) sebagai
AU penumpang juga menganut pola angkot ini.
22
22 Sekolah Tinggi Transprtasi Darat
D Trayek Perdesaan

Trayek perdesaan, dengan ciri-ciri pelayanan:


 Mempunyai jadwal tetap dan/atau tidak
terjadwal
 Pelayanan lambat
 Dilayani oleh mobil bus umum dan/atau mobil
penumpang umum
 Tersedianya terminal penumpang sekurang-
kurangnya tipe C pada pemberangkatan dan
terminal tujuan
 Prasarana jalan yang dilalui memenuhi
ketentuan
23
kelas jalan.
23 Sekolah Tinggi Transprtasi Darat
IV. Kualitas Pelayanan Angkutan Umum

A Tugas Pengelola
System Transportasi

B Pelayanan Angkutan
Umum yang Efektif

C Pelayanan Angkutan
Umum yang Efisien

D Peningkatan kapasitas
Layanan
24
24 Sekolah Tinggi Transprtasi Darat
A Tugas Pengelola System Transportasi

Tugas pengelola system transportasi adalah


mempertemukan keinginan pengguna jasa dengan
sediaan moda angkutan – dengan segala atribut
pelayanannya – agar tercapai system transportasi
yang efektif dan efisien dan dalam batas biaya
yang wajar agar mampu berperan secara andal
sebagai urat andi kehidupan perekonomian, social
budaya, politik dan hankam.

25
25 Sekolah Tinggi Transprtasi Darat
B Pelayanan Angkutan Umum yang Efektif

Pelayanan Angkutan Umum yang Efektif mengandung pengertian:


 Kapasitas mencukupi, prasarana dan sarana cukup tersedia
untuk memenuhi kebutuhan pengguna jasa;
 Terpadu, antar moda dan intra moda dalam jaringan pelayanan;
 Tertib, menyelenggarakan angkutna yang sesuai dengan
peraturan perundang-undangan dan norma yang berlaku di
masyarakat;
 Tepat dan teratur, terwujudnya penyelenggaraan angkutan yang
andal, sesuai dengan jadwal dan ada kepastian;
 Cepat dan lancar, menyelenggarakan layanan angkutan dalam
waktu singkat, indikatornya antara lain kecepatan arus per
satuan waktu;
 Aman dan nyaman, dalam arti selamat terhindar dari
kecelakaan, bebas dari gangguan eksternal, terwujud
ketenangan
26
26 dan kenikmatan dalam perjalanan.
Sekolah Tinggi Transprtasi Darat
C Pelayanan Angkutan Umum yang Efisien

Pelayanan Angkutan Umum yang Efisien mengandung arti:


 Biaya terjangkau, penyediaan layanan angkutan sesuai dengan
tingkat daya beli masyarakat pada umumnya dengan tetap
memperhatikan kelangsungan hidup pengusaha pelayanan jasa
angkutan;

 Beban public rendah, pengorbanan yang harus ditanggung oleh


masyarakat sebagai konsekuensi pengoperasian system
transportasi harus minimal, misalnya tingkat pencemaran
minimal;

 Kemanfaatan tinggi, merupakan tingkat penggunaan kapasitas


system transportasi yang dapat dinyatakan dalam indicator
tingkat muatan penumpang maupun barang, tingkat penggunaan
27
27
prasarana dan sarana. Sekolah Tinggi Transprtasi Darat
D Peningkatan kapasitas Layanan

Beberapa cara dapat ditempuh dalam meningkatkan kapasitas


layanan angkutan, yakni:
 Memperbesar kapasitas pelayanan dengan menambah armada;
 Menawarkan pilihan moda (modal split), dengan sendirinya
menyangkut alternatif lintasan;
 Mengatur pembagian waktu pelayanan;
 Mengurangi permintaan, misalnya dengan biaya tinggi;
 Menyesuaikan biaya pelayanan sesuai dengan watak
permintaan, termasuk mendorong permintaan ke jenis
pelayanan tertentu dengan menurunkan biayannya, dan upaya
mengurangi permintaan yang sulit dilayani dengan
meningkatkan biaya.
28
28 Sekolah Tinggi Transprtasi Darat
VI. Rangkuman
Jenis Pelayanan Trayek dan Lintasan Kualitas Pelayanan
Angkutan Umum Angkutan Umum Angkutan Umum

Pengertian Pelayanan Trayek Pelayanan Tugas Pengelola System


Angkutan Umum Transportasi

Trayek Antar Kota Antar


Angkutan Antar Kota
Propinsi Pelayanan Angkutan Umum
yang Efektif
Angkutan Perkotaan Trayek Antar Kota Dalam
Propinsi Pelayanan Angkutan Umum
yang Efisien

Angkutan Perdesaan Trayek Perkotaan Peningkatan kapasitas


Layanan

Trayek Perdesaan

29
29 Sekolah Tinggi Transprtasi Darat
Penyebab utama buruknya
pelayanan angkutan:

Alat Angkut

Pengoperasian
Angkutan yang
Buruk

Kemacetan Arus
Lalu Lintas
Alat Angkut
» Masalah utama buruknya alat angkut adalah tidak cukupnya atau
buruknya kondisi alat angkut itu sendiri. Sehingga alat angkut tidak
dapat mengankut penumpang yang membutuhkannya.

» Untuk menyediakan alat angkut dapat dilakukan dengan bbrp


kebijaksanan:
 Deregulasi perizinan dengan maksud untuk mengarahkan operator
swasta uang antara lain dapat dilakukan dengan penyederhanaan
prosedur perizinan
 Meniadakan pajak-pajak untuk penanaman modal maupun pungutan-
pungutan untuk pengoperasian angkutan
 Melakukan pendekatan terhadap BUMN untuk melakukan efisiensi
Pengoperasian angkutan yang
buruk
» Walaupun jumlah alat angkut memadai, pengoperasiannya mungkin saja tidak baik bila pelayanannya
tidak memadai. Dapat terlihat jika rata-rata kilometer perjalanan setiap bus dalam wilayah
pelayanannya berada di bawah dari yg diharapkan.
» Pengoperasian angkutan yang buruk mungkin disebabkan organiasi atau manajemen yg kurang
memadai, kelemahan sumber daya manusia atau keterbatasan operator.
» Untuk meningkatkan unjuk kerja pelayanan angkutan dapat dilakukan dg cara sbb:
 Pemberian insentif untuk mendapatkan produktivitas yang lebih tinggi dalam semua aspek pelayanan
angkutan, termasuk pengoperasiannya, pengumpulan karcis, pemeliharaan, administrasi dsb
 Menjamin bahwa operator dan manajemen dapat lebih fleksibel dalam menseleksi staf maupun dalam
memberhentikannya
 Berikan kebebasan kepada operator untuk memilih rute, ukuran kendaraan, dan frekuensi pelayanan
 Izinkan kompetisi diantara operator angkutan dan antara moda angkutan dalam hal menentukan tariff
 Gunakan kompetisi untuk menjamin pengoperasian angkutan yang tidak untung (pelayanan sosial,
untuk diberikan subsidi)
Kemacetan arus lalu
lintas
» Kepadatan arus lalu lintas adlah salah satu penyebab buruknya pelayanan angkutan.
Jal ini dapat diperbaiki di beberapa kota yang sangat sibuk dengan menggunakan
metode manajemen lalulintas berbiaya rendah antara lain:
 Pembatasan parkir pada badan jalan
 Dilarang berhenti pada jalan yang sibuk pada waktu tertentu
 Melakukan pengawasan pada pedagang kaki lima
 Mengurangi titik konflik dari pergerakan lalu lintas dengan pengendalian
persimpangan system satu arah, larangan belok kanan dll
 Melakukan prioritas bagi angkutan umum seperti lajur khusus bus, jalan khusus
bus, prioritas dipersimpangan dsb
 Melakukan pembatasan bagi angkutan atau kendaraan pribadi
 Menambah fasilitas prasarana seperti jembatan layang, jembatan penyebrangan
untuk memisahkan pergerakan kendaraan dengan pergerakan pejalan kaki
Pelaksanaan
pelayanan
angkutan
penjadwalan
» Bis mempunyai nilai modal yang tinggi dan biaya gabungan. Agar
pengoperasian bs dapat dilaksanakan secara efisien, maka operator
harus berusaha memperkecil jumlah bis yang dioperasikan namun tetap
memenuhi kebutuhan.
» Penjadwalan adalah tugas untuk memastikan bahwa bis yang
dijadwalkan telah tersedia dengan cara yang paling efisien. Dua hal yang
diatur dalam penjadwalan adalah bis dan awak bis.
» Awak bis merupakan komponen biaya yang besar dalam perhitungan
biaya operasi bis. Pengoperasian bis sering dilaksanakan secara padat
karya, namun tetap untuk mencapai tingkat efisiensi yang tinggi,
operator harus berusaha memperkecil jumlah awak bis yang diperlukan.
» Penjadwalan bis adalah proses perencanaan operasi pelayanan bis
secara keseluruhan untuk memperkecil jumlah bis yang dipergunakan
dan awak bis yang dipekerjakan.
Tahapan yang dilakukan
dalam penyusunan
jadwal
Pembuatan daftar perjalanan

Kompilasi jadwal bis

Kompilasi penjadwalan awak bis

Pembuatan daftar nama awak bis


Pembuatan daftar
perjalanan
» Daftar perjalanan adalah bagian yang penting dari apa yang
disebut pengoperasian secara berjadwal.
» Daftar perjalanan harus memuat semua informasi yang diperlukan
tentang pelayanan bis khush, yaitu tentang:
a. Pelayanan yang dioperasikan secara terinci
b. Headways
c. Waktu yang memperlihatkan bilaman frekuensi itu berubah
d. Waktu keberangkatan dan waktu tiba di terminal, shelter dan rute
utama
e. Waktu perjalanan
Isi informasi daftar
perjalanan yang baik
» Ada beberpa hal yang dapat kita pergunakan
dalam daftar perjalanan yang baik, yaitu:
A. Clock-face Headways
B. Inter timing
C. Interworking
A. Clock-Face headways
» C-FH adalah suatu waktu yang dapat dibagi secar atepat dg periode 60 menit, yg selalu
diulangi pada sat yang sama setiap jam. C-FH merupakan alat bantu yang sangat berguna
bagi penumpang dan bagi mereka yang tugasnya mengontrol pelayanan bis untuk
mengerti suatu daftar perjalanan.
» Contoh:
» Jika jadwal perjalanan dinyatakan jam 7.30 dan tiap 10 menit, maka kita dapat mengetahui
bahwa keberangkatan adalah pada waktu yang sama setiap jam, dengan demikian kita
dapat dengan mudah mengetahui kapan bis akan tiba apabila melihat jadwal perjalnan
berikut:
»
Pusat Kota 07.00 Dan tiap 10 menit 23.00
Boundary 07.15 sampai 23.15
Sekolah 07.18 23.18
Pabrik 07.22 23.22
Lanjutan…
» Dengan demikian akan mudah bagi kita untuk
mengetahui bis paling dekat waktunya yang akan
berangkat dari sekolah setelah jam 10.30, yaitu pada jam:
» 10.18 - 10.28 - 10.38 - 10.48
» Apabila headway yang ditetapkan adalah 8 menit dengan
awal keberamgkatan yang sama yakni jam 7.18 maka
jadwal setiap keberangkatan adalah
» 7.18 - 7.27 - 7.36 - 7.45 - 7.54 - 8.03 - 8.12 - 8.21- 8.30 dst
» Dengan demikian headway 9 menit bukan clock-face
karena tidak dapat dibagi dalam 60 menit dan tdak dapat
diulang setiap jam.
B. intertiming
» Adalah suatu keadaan dimana kita berada di
suatu tempat perhentian bis dan 2 bis dengan
tujuan yang sama dating secara bersamaan.
» Untuk menghindari terjadinya hal tersebut,
maka dalam penyusunan jadwal bis dari tempat
yang berbeda dengan tujuan yang sama dan
pada suatu lintasan tertentu terjadi overlapping
sehingga memperpendek headway pada
lintasan tsb, perlu dilakukan secara ekstra hati-
hati.
» Adalah proses menghubungkan dua atau lebih
pelayanan angkutan bis secara operasional berama,
sehingga dua atau beberapa pelaynan yang telah
dihubungkan dapat melakukan perjalanan pengganti
satu dengan yang lainnya pada jalur-jalur pelayanan
yang dihubungkan.
» Agar pelayanan interworking dapat dilaksanakan,
beberapa persyaratan harus ditetapkan, yaitu:
» Pelayanan harus beroperasi bersama sama paling
tidak pada satu terminal dan dengan headway yang
sesuai.

C. interworking
Kompilasi jadwal bis
» Setelah menentukan tipe pelayanan yang diperlukan
merupakan tugas penyusun jadwal untuk memastikan bahwa
semua perjalanan yang direncanakan akan terlaksana secara
baik dengan pengaturan waktu yang efisien, yang berarti
memperkecil jumlah bis yang dioperasikan dalam pelayanan
dengan menjaga kelebihan waktu singgah pada angka yang
paling rendah.
» Ada dua hal penting yang dipertimbangkan yaitu:
A. Running time
B. Layover (stand) time
a. Running time
» Terdapat 2 jenis running time:
 Service running time
Service running time adalah suatu kelonggaran waktu pada
pengoperasian angkutan dalam pelayanan untuk angkutan penumpang
yang telah membayar untuk asal dan tujan tertentu. Walaupun running
time biasanya memiliki standar pada suatu rute sepanjang hari, prinsip
running time yang berbeda juga telah diberlakukan yaitu kelonggaran
waktu yang berbeda sesuai dengan keadaan dan kondisi sepanjang hari.
 Dead running time
Dead running time adalah waktu pelayanan bis antara dua terminal
yang dilaksanakan secara ketat. Dead running time biasanya jarang
digunakan dalam operasional pelayanan bis, ia hanya bermanfaat untuk
menjalankan bis secara cepat dengan tujuan yang telah ditentukan.
B. Layover (stand)
time
» Layover time adalah suatu perioede waktu dapat ditambahkan pada akhir
perjalanan atau juga ditengah perjalanan yang panjang, yang dipergunakan
untuk mengatur operasi bis serta memberi kesempatan kepada awak bis
untuk mengaso.
» Adakalanya layover meliputi dua unsur yakni: minimum dan kelebihan.
» Layover yang kelebihann adalah suatu produk proses penjadwalan yang jika
terjadi dapat dihilangkan oleh produsennya. Jika kita gagal untuk
mengidentifikasikan kedua unsur tsb secara terpisah, maka hal tersebut dapat
berakibat pada penyusunan jadwal yang yang tidak tepat dan kurang efektif.
» Minimum layover adalah waktu singgah minimum yang diperlukan sesuai
dengan dana yang tersedia.
» Excess layover (layover yang kelebihan adalah suatu hasil dari proses
penjadwalan dan hanya terjadi karena adanya hubungan antara round trip
time dan headway.
» Penghapusan excess layover bertujuan untuk efisiensi penggunaan bis.

Anda mungkin juga menyukai