Anda di halaman 1dari 14

KETERPADUAN PELAYANAN ANGKUTAN UMUM

DI KOTA CIREBON

THE INTEGRATION PUBLIC TRANSPORT SERVICES


IN CIREBON

Yessi Gusleni
Pusat Penelitian dan Pengembangan Transportasi Antarmoda
Jl. Medan Merdeka Timur No. 5 Jakarta Pusat 10110, Indonesia
email: yessi_gusleni@dephub.go.id
Diterima: 19 September 2016; Direvisi: 30 September 2016; disetujui: 26 Oktober 2016

ABSTRAK
Kota Cirebon merupakan kota yang memiliki tingkat pertumbuhan ruang yang cukup tinggi.
Perkembangan yang terjadi sebagai konsekuensi logis dengan ditetapkannya Kota Cirebon dan
sekitarnya telah menjadi bagian Pusat Kegiatan Nasional (PKN) dan juga sebagai pusat koleksi dan
distribusi skala internasional. Dengan perkembangan yang ada menyebabkan kebutuhan akan
pelayanan transportasi untuk menunjang kebutuhan pergerakan dan perjalanan masyarakat Kota
Cirebon pun menjadi sangat tinggi. Di Kota Cirebon, konektifitas angkutan umum dalam memberikan
layanan kepada pengguna relatif belum sepenuhnya optimal. Hal ini terlihat dari masih terdapat antar
simpul transportasi yang belum secara langsung terhubung. Metode penelitian ini menggunakan
metode deskriptif yang bersifat eksploratif bertujuan untuk menggambarkan keadaan atau status
fenomena, atau dengan kata lain bisa dimaknai bahwa metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan
intepretasi yang tepat. Hasil penelitian ini memberi gambaran layanan angkutan umum dengan tipe
layanan trunk dan feeder akan mengefisiensikan pengoperasian angkutan umum sehingga dapat
meningkatkan kualitas layanan angkutan umum. Layanan trunk yang dihasilkan terdiri dari 3 (tiga)
rute yaitu rute trunk utara selatan dan 2 (dua) rute trunk barat-timur. Layanan trunk utara selatan
mengkoneksikan antar simpul transportasi di Kota Cirebon yaitu Terminal Harjamukti, Stasiun Kejaksan
dan Stasiun Prujakan. Sehingga keterpaduan moda dapat terwujud. Layanan feeder dengan
memanfaatkan jaringan trayek angkutan umum yang telah ada dengan melakukan pengaturan berupa
pengurangan rute yang tumpang tindih pada beberapa ruas jalan.
Kata kunci: angkutan umum, jaringan pelayanan angkutan umum, keterpaduan moda

ABSTRACT
Cirebon city is a city that has a quite high space growth rate. Developments that occurred as a logical
consequence of the enactment of the Cirebon city and surrounding areas have become a part of the
National Activity Centre (PKN) and also as a center for the collection and distribution of international
scale. The development generate the need for transportation services to support the demand of the
higher community movement and travel in Cirebon. In the city of Cirebon, public transport connectivity
to provide services to users is relatively not optimum. It is seen from there are still no direct connection
between transport nodes. This research using explorative descriptive method aims to describe the state
or the status of the phenomenon, or in other words could be interpreted that the descriptive method is
a fact-finding with proper interpretation. The results of this study provide an overview of public transport
services with the type of trunk and feeder service will streamline the operation of public transport so as
to improve the quality of public transport services. Trunk services produced consists of three (3) trunk
routes, namely the north to the south and two (2) east-west trunk routes. North-south trunk services
connecting inter-node ground transportation in the city of Cirebon that is Harjamukti Terminal, Kejaksan
Station and Prujakan Station. So the integration of modes can be realized. Feeder services by utilizing
existing public transportation route network by doing arrangements in the form of a reduction of overlap
in routes on some streets.
Keywords: public transport, public transport service network, integration mode

PENDAHULUAN penyeberangan, transportasi laut, transportasi udara


Sistranas pada Tatranas dipahami sebagai sebuah dan transportasi pipa, yang masing-masing terdiri dari
tatanan transportasi yang terorganisasi secara sarana dan prasarana kecuali pipa, yang saling
kesisteman, terdiri dari transportasi jalan, transportasi berinteraksi dengan dukungan perangkat lunak dan
kereta api, transportasi sungai dan danau, transportasi perangkat pikir membentuk suatu sistem pelayanan

Keterpaduan Pelayanan Angkutan Umum di Kota Cirebon -


Yessi Gusleni | 193
transportasi yang efektif dan efisien, yang berfungsi yang kompleks karena tidak hanya berfungsi
melayani perpindahan orang dan atau barang antar memindahkan orang atau barang dari suatu tempat
simpul atau kota nasional, dan dari simpul atau kota ke tempat lain, tetapi juga menyangkut kebutuhan
nasional ke luar negeri atau sebaliknya. lainnya, seperti kebutuhan ekonomi, sosial dan
Kota Cirebon merupakan salah satu kota yang politik. Oleh karena itu kebutuhan transportasi
berada di pesisir utara Pulau Jawa dan titik bertemunya disebut juga sebagai kebutuhan turunan (derived
jalur tiga kota besar di Indonesia, yakni Jakarta, demand).
Bandung, dan Semarang. Semua jenis transportasi, Tamin (1997) dalam Andrian (2008)
baik darat, laut, dan udara, saling berintegrasi mengemukakan bahwa 3 faktor tipologi untuk
mendukung pembangunan di kota Cirebon. Kota menjabarkan perpindahan atau interaksi antar
Cirebon dapat ditempuh melalui jalan darat sejauh 130 wilayah, yaitu: 1) Complementarity yaitu interaksi
km dari arah Kota Bandung, dan 258 km dari arah antar wilayah kaitannya dengan pemenuhan
Kota Jakarta. Wilayah administrasi Pemerintah Kota antara supply dan demand; 2) Intervening
Cirebon seluas 38,10 km2, pada tahun 2014 terdiri Opportunity; dan 3) Transferability.
dari 5 wilayah kecamatan dan 22 kelurahan. Kota Sistem transportasi dalam arti luas (makro) terdiri
Cirebon memiliki dua stasiun kereta api, yakni Stasiun dari beberapa komponen sistem yang lebih kecil
Cirebon Kejaksan dan Stasiun Prujakan. Stasiun (mikro) yang masing-masing saling terkait dan
Kejaksan untuk melayani oleh kereta api bisnis, saling mempengaruhi. Menurut Tamin (2000),
sedangkan Stasiun Prujakan untuk melayani kereta sistem transportasi mikro terdiri dari sistem
api ekonomi. Sedangkan terminal angkutan jalan, di kegiatan, sistem jaringan prasarana transportasi,
Kota Cirebon terdapat terminal besar Harjamukti yang sistem pergerakan lalu lintas dan sistem
merupakan terminal tipe A. Di sisi lain, Pelabuhan kelembagaan. Setiap sistem kegiatan atau tata
Cirebon saat ini hanya digunakan untuk pengangkutan guna lahan mempunyai jenis kegiatan tertentu
batu bara dan kebutuhan pokok dari pulau-pulau lain yang akan membangkitkan pergerakan dan akan
di Indonesia dan Bandar Udara Cakrabuana menarik pergerakan dalam proses pemenuhan
merupakan bandar udara di Kota Cirebon yang saat kebutuhan. Kegiatan yang timbul dalam sistem
ini hanya dijadikan sebagai bandar udara khusus ini membutuhkan pergerakan sebagai alat
sekolah penerbangan dan militer. pemenuhan kebutuhan yang tidak dapat dipenuhi
Angkutan kota di Kota Cirebon terdiri dari oleh tata guna lahan tersebut.
beberapa trayek, yaitu 10 trayek angkutan perkotaan
dan 5 trayek angkutan antar kota dalam propinsi B. Struktur Ruang Kota
(AKDP). Simpul transportasi di Kota Cirebon yang Chapin (1979) menggambarkan tiga model klasik
melayani angkutan penumpang adalah Terminal struktur kota yaitu teori zona konsentris, sektoral,
Harjamukti, Stasiun Kereta Api Kejaksan, dan Stasiun dan multiple nuclei. Secara umum ketiga model
Kereta Api Prujakan. Saat ini, ketiga simpul tersebut memberikan penjelasan bagaimana
transportasi tersebut belum dihubungkan oleh kemungkinan terbentuknya tata guna lahan serta
pelayanan angkutan jalan. Oleh karena itu, perlu kaitannya dengan pola pergerakan yang terjadi di
dilakukan kajian tentang peningkatan keterpaduan dalam perkembangan suatu kota. Teori sektoral
moda kereta api dan angkutan jalan di Kota Cirebon. dirumuskan oleh Homer Hoyt (dalam Hadi Sabari
Permasalahan yang timbul dikarenakan belum Yunus, 2000) yang mengemukakan bahwa
tersedianya pelayanan angkutan jalan yang perkembangan suatu kawasan tidak selalu
mengintegrasikan terminal Harjamukti dengan Stasiun membentuk lingkaran konsentris tetapi
Kereta Api Kejaksan dan Prujakan. Tujuan kajian terdistribusi sesuai dengan perbedaan potensi
adalah menyusun konsep keterpaduan jaringan pengembangannya. Hal ini akhirnya akan
pelayanan angkutan jalan antar simpul terminal membentuk struktur sektoral mengingat
Harjamukti dan Stasiun Kereta Api Kejaksan serta perkembangan suatu kawasan tidak terjadi secara
Prujakan di Kota Cirebon. merata ke segala arah. Sedangkan Model
Multiple-Nuclei dirumuskan oleh C. Harris dan
TINJAUAN PUSTAKA E. Ullman. Pola ini merupakan kombinasi dari
A. Sistem Transportasi dua model sebelumnya, dimana kota tidak selalu
Sistem transportasi merupakan suatu sistem yang terbentuk dari satu pusat akan tetapi dari beberapa
memiliki fungsi untuk memindahkan orang pusat lainnya dalam suatu kawasan. Pola
maupun barang dari suatu tempat ke tempat lain pergerakan dalam model multiple-nuclei beragam
dalam upaya mengatasi hambatan jarak geografis sesuai pola guna lahan yang terbentuk, namun
maupun topografis. Transportasi memiliki dimensi akan dipengaruhi oleh jarak ke setiap pusat. Setiap

194 | Jurnal Transportasi Multimoda | Volume 14/No. 04/Desember/2016 | 193 - 206


kawasan akan cenderung memilih lokasi pusat transportasi lain yang berada di stasiun (Puslitbang
yang lebih dekat dengan kawasannya. Manajemen Transportasi Multimoda, 2012).
Perkembangan kota dapat dilihat dari aspek zone-
zone yang berada di dalam wilayah perkotaan. D. Keterpaduan Transportasi
Perkembangan kota tersebut terlihat dari Pengembangan transportasi terpadu harus
penggunaan lahan yang membentuk zone-zone mengacu kepada ketersedian fasilitas yang ada di
tertentu di dalam ruang perkotaan (Bintarto, masing-masing daerah. Sistem manajemen,
1989). Proses berekspansinya kota dan dimana informasi untuk aspek-aspek tertentu dari
berubahnya struktur tata guna lahan, menurut sistem transportasi. Selain itu juga harus
Daldjoeni (1998) sebagian besar disebabkan oleh mempertimbangkan kondisi lingkungan agar
adanya daya sentrifugal dan daya sentripetal pada rencana pengembangan transportasi yang akan
kota. Pergerakan manusia dan barang di suatu dilaksanakan tidak menimbulkan dampak yang
kota, merupakan konsekuensi gabungan dari dapat mengurangi kualitas lingkungan (Puslitbang
aktivitas lahan dan kemampuan sistem Manajemen Transporasi Multimoda, 2013).
transportasi dalam mengatasi masalah arus lalu Tujuan diterapkannya transportasi antarmoda
lintas. Biasanya terdapat interaksi langsung antara adalah membuat optimalisasi penggunaan dari
jenis dan intensitas tata guna lahan dengan moda yang bervariasi dan meningkatkan
penawaran fasilitas fasilitas transportasi yang keterhubungan diantara moda tersebut.
tersedia. Beberapa definisi intermodal transportation yang
disampaikan oleh beberapa pakar dan lembaga
C. Pelayanan Angkutan Umum transportasi, diantaranya: 1) Brad Jones, et. al
Angkutan umum penumpang adalah angkutan (2000) dalam Transportation Law Journal, Vol.
penumpang yang dilakukan dengan sistem sewa 27, tahun 2000 mendefinisikan transportasi
atau membayar. Termasuk dalam pengertian intermoda sebagai perpindahan orang dan barang
angkutan umum penumpang adalah angkutan kota menggunakan lebih dari satu jenis moda
(bus, minibus, dsb), kereta api, angkutan air dan transportasi dalam satu perjalanan, tanpa
angkutan udara (Warpani, 1990). Acuan utama hambatan; 2) Transport for London Integration
dalam penyelenggaraan angkutan umum Department (2001) dalam Intermodal Transport
perkotaan di Indonesia, sebagai bagian dari sistem Interchange for London mendefinisikan
transportasi jalan, adalah UU No. 22 Tahun 2009 ’intermodal interchange’ sebagai perpindahan
tentang Lalulintas dan Angkutan Jalan berikut orang/penumpang dari satu moda ke moda lain
dengan peraturan pelaksanaannya baik melalui PP yang berbeda jenisnya, misalnya dari bis ke kereta.
dan Kepmenhub dan keputusan pelaksanaan Sedangkan seseorang yang melakukan perjalanan
lainnya di daerah. Pelayanan angkutan umum dan berpindah diantara 2 (dua) moda yang sama
perkotaan dalam trayek harus dilakukan dalam adalah bukan perpindahan antar moda, misalnya
suatu jaringan trayek yang tetap dan teratur berpindah dari bis ke bis lainnya.; dan 3) Dewey,
sehingga mampu menghasilkan pelayanan J.F, at. Al. (2003) dalam Summary of Final Report
angkutan umum yang handal sesuai dengan BC-354-44, Part A , July 2003 “Transportation
karakteristik tujuan penyelenggaraan transportasi Intermodal” mendefinisikan transportasi
jalan yang diharapkan. Penyelenggaraan terminal intermodal sebagai pergerakan transportasi yang
transportasi jalan, dalam hal ini adalah terminal menggunakan lebih dari satu moda (misal: kereta-
penumpang, diatur di dalam KM 31/1995 tentang motor, motor-pesawat, atau kereta-kapal).
Terminal Transportasi Jalan. Menurut KM 31/ Digambarkan sebagai suatu proses hubungan,
1995, Terminal Penumpang adalah prasarana interaksi dan pergerakan antar moda-moda
transportasi jalan untuk keperluan menurunkan transportasi.
dan menaikkan penumpang, perpindahan intra
dan/atau antar moda transportasi serta mengatur E. Penelitian Terdahulu
kedatangan dan pemberangkatan kendaraan Penelitian terkait yang pernah dilakukan
umum. Sedangkan stasiun kereta api adalah sebelumnya, antara lain:
tempat pemberangkatan dan pemberhentian Integrasi Pelayanan Penumpang di Simpul
kereta api. Keberadaan stasiun sebagai simpul Transportasi Merak (Suci Susanti, 2015), hasil
jaringan transportasi harus dapat memberikan penelitian menunjukkan bahwa terdapat dua
pelayanan kepada setiap warga pengguna strategi rekomendasi yaitu strategi quick win dan
transportasi kereta api sampai ketujuannya melalui strategi restrukturisasi. Strategi quick win terdiri
persambungan pelayanan dengan moda atas perbaikan fasilitas integrasi pelabuhan

Keterpaduan Pelayanan Angkutan Umum di Kota Cirebon -


Yessi Gusleni | 195
penyeberangan dengan stasiun kereta api dan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-
dengan terminal bus antar kota; pengadaan fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang
signage. Strategi restrukturisasi meliputi strategi diselidiki. Pendekatan penelitian yang digunakan dalam
kebijakan yaitu integrasi lokasi terminal penulisan ini adalah pendekatan rasionalistik.
penyeberangan, stasiun kereta api dan terminal Pendekatan rasionalistik menekankan pada pemaknaan
bus, penataan sistem sirkulasi lalu lintas dengan empirik, pemahaman intelektual dan kemampuan
pertimbangan kelancaran distribusi orang dan berargumentasi secara logik dengan didukung data
barang untuk bus dan truk antar lintas Jawa empirik yang relevan. Menurut filsafat rasionalisme,
Sumatera, serta pengembangan kawasan simpul ilmu yang valid merupakan abstraksi, simplikasi atau
transportasi Merak dengan sistem zoning. idealisme dari realitas dan terbukti koheren dengan
Pengembangan Jaringan Transportasi Jalan dan sistem logikanya.
Simpul Transportasi di Kabupaten Gunungkidul Keterkaitan dengan empirik menjadi penting,
(Yessi Gusleni, 2015), menyatakan bahwa namun yang lebih penting adalah tertangkapnya makna
pengembangan jaringan transportasi jalan dan yang ada dibalik empirik. Desain penelitian rasionalistik
simpul transportasi di Kabupaten Gunungkidul bertolak dari kerangka teoritik yang dibangun. Kegiatan
sebaiknya diarahkan pada penataan kawasan penyusunan Peningkatan Keterpaduan Moda Kereta
perencanaan Kota Wonosari dan memperhatikan Api dan Angkutan Jalan Di Kota Cirebon dilakukan
Kota Wonosari sebagai kawasan strategis melalui 2 tahap yaitu tahap pendataan dan identifikasi
kabupaten dan pusat aktifitas dan pergerakan dan tahap analisa dan rekomendasi.
lalulintas; dan perlu adanya perombakan rute
layanan angkutan umum yang ada, baik angkutan A. Tahap Pendataan dan Identifikasi
umum pedesaan maupun angkutan kota, sehingga Tahap pendataan dan identifikasi merupakan
akan tersedia layanan angkutan umum yang lebih tahapan awal dari penelitian, beberapa kegiatan
baik dan terintegrasi satu sama lain. yang dilakukan meliputi: a) Pendataan dan
Pengembangan Angkutan Pemadu Moda identifikasi studi-studi yang sudah pernah
Terminal Dhaksinarga Wonosari-Bandara Adi dihasilkan oleh Pemerintah Kota Cirebon terkait
Sutjipto-Stasiun Tugu (Anzy Indrashanty, 2015), penataan angkutan umum kota, dan penataan
hasil analisis diperoleh bahwa konsep angkutan umum  bus kota reguler, serta
pengembangan pemadu moda untuk outlet naik manajemen dan rekayasa lalu lintas, serta Transit
turun penumpang dapat dilakukan di Pasar Oriented Development (TOD); b) Identifikasi
Piyungan, Pasar Prambanan, Eks Terminal pihak-pihak yang terlibat dalam implementasi
Rejowinangun dan Terminal Dhaksinarga. penataan angkutan umum Kota Cirebon; c)
Sedangkan, jenis kendaraan yang diinginkan oleh Identifikasi hubungan antar stakeholder dalam
penumpang untuk melayani adalah minibus kerangka peraturan yang ada; dan d) Identifikasi
kapasitas 11-16 orang yang dilengkapi penyejuk undang-undang dan peraturan yang relevan.
udara dengan tarif yang ditawarkan, berada pada Data merupakan gambaran tentang suatu keadaan
kisaran Rp. 35.000,00, serta waktu tempuh rata- atau persoalan dalam bentuk matematis maupun
rata adalah 2 jam perjalanan dan waktu tunggu simbol-simbol tertentu. Dalam perencanaan data
penumpang adalah 1 jam kecuali waktu tunggu berfungsi sebagai masukan yang akan diolah
dari jam 05.00 WIB sampai dengan jam 07.00 menjadi informasi. Ada 2 jenis data yaitu data
WIB yang berkisar selama 2 jam. Hal ini karena primer dan data sekunder. Data primer adalah
menunggu penumpang yang datang penerbangan data yang diperoleh melalui sumber-sumber
pagi. langsung di lokasi penelitian baik yang diperoleh
melalui observasi, kuisioner, maupun wawancara.
METODE PENELITIAN Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui
Metode penelitian merupakan suatu sistem untuk lembaga pengumpul data dan dipublikasikan
memecahkan suatu persoalan yang terdapat dalam kepada pengguna data antara lain berupa majalah
suatu kegiatan penelitian. Metode penelitian yang dan jurnal.
digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif. Penelitian deskriptif yang bersifat eksploratif B. Tahap Analisa dan Rekomendasi
bertujuan untuk menggambarkan keadaan atau status Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini yaitu
fenomena, atau dengan kata lain bisa dimaknai bahwa analisa terhadap hasil pendataan dan identifikasi
metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan yang diperoleh pada tahap sebelumnya dan
intepretasi yang tepat. Tujuan dari penelitian deskriptif penyusunan rekomendasi terkait kebijakan
adalah membuat deskripsi, gambaran atau lukisan jaringan layanan angkutan umum Kota Cirebon.

196 | Jurnal Transportasi Multimoda | Volume 14/No. 04/Desember/2016 | 193 - 206


Hasil-hasil analisa dan rekomendasi mengenai menggunakan kendaraan pribadi. Pertumbuhan
kebijakan penataan jaringan layanan angkutan jumlah sepeda motor di Kota Cirebon mencapai
umum dalam rangka peningkatan keterpaduan lebih dari 3% per tahun. Sementara itu,
moda kereta api dan angkutan jalan di Kota pertumbuhan mobil pribadi yang menapai 7% per
Cirebon. tahun. Pada tahun 2015, jumlah kendaraan
bermotor pribadi di Kota Cirebon mencapai
HASIL DAN PEMBAHASAN 181.210 unit, sedangkan jumlah penduduk pada
Moda angkutan umum merupakan sarana tahun 2015 berdasarkan BPS, penduduk Kota
transportasi perkotaan yang tidak dapat dipisahkan dari Cirebon berjumlah 305,899 jiwa. Artinya, setiap
sistem kegiatan perkotaan, khususnya bagi masyarakat 2 orang penduduk di Kota Cirebon memiliki 1
yang tidak mempunyai pilihan moda lain (captive) unit kendaraan bermotor.
untuk melakukan aktifitasnya. Penyediaan sarana 2. Penurunan Layanan Angkutan Umum
angkutan umum harus mempertimbangkan Di tengah semakin tergantungnya masyarakat
kepentingan masing-masing stakeholder (penumpang, untuk menggunakan kendaraan pribadi, kualitas
operator/pengelola dan regulator) dalam sistem, baik layanan angkutan umum di Kota Cirebon terus
dari segi kuantitas maupun kualitas kinerjanya. Kinerja mengalami penurunan. Minat penggunaan
sistem angkutan perkotaan juga dipengaruhi oleh angkutan umum rendah sehingga perlu
prasarana dan sarana yang tersedia serta kebijakan peningkatan kualitas sebagai salah satu solusi
atau manajemen yang diterapkan. mengatasi permasalahan transportasi dan
Pengoperasian angkutan umum perkotaan atau memberikan pilihan bagi pengguna jalan dalam
angkot di Kota Cirebon secara umum tidak lepas dari melakukan aktivitasnya. Penurunan angkutan
permasalahan, yaitu terjadinya tumpang tindih trayek umum terlihat dari kendaraan angkutan umum
dan belum tersedianya rute atau trayek yang yang beroperasi dan kendaraan yang telah
menghubungkan secara langsung antar simpul mendapat izin operasi. Tingkat operasi kendaraan
transportasi darat (Terminal Harjamukti, Stasiun angkutan umum terlihat pada tabel 1.
Kejaksan dan Stasiun Prujakan). 3. Belum Seluruh Wilayah Kota Terlayani oleh
Sistem Angkutan Umum.
A. Kondisi Eksisting Kota Cirebon Ada wilayah-wilayah permukiman baru terutama
1. Ketergantungan Masyarakat Atas Penggunaan di wilayah bagian selatan di Kota Cirebon yang
Kendaraan Pribadi belum dilayani oleh angkutan umum. Hal ini
Sebagaimana kota-kota besar lain di Indonesia, terlihat dari rute angkutan umum yang saat ini
Kota Cirebon juga menghadapi permasalahan beroperasi di Kota Cirebon.
berupa ketergantungan masyarakat untuk

Gambar 1. Permasalahan Layanan Angkutan Umum di Kota Cirebon.

Keterpaduan Pelayanan Angkutan Umum di Kota Cirebon -


Yessi Gusleni | 197
4. Masih adanya rute angkutan umum yang saling 5. Antar simpul transportasi darat, yaitu Terminal
berhimpit. Harjamukti-Stasiun Prujakan-Stasiun Kejaksan
Banyak rute-rute yang ada saat ini saling belum ada layanan angkutan umum berdampak
berhimpit. Pada beberapa ruas jalan utama seperti terhadap penggunaan kendaraan pribadi pada saat
Jl. Wahidin, Jl. Dr. Cipto Mangunkusumo, Jl. menuju simpul transportasi tersebut.
Siliwangi yang dapat menyebabkan jumlah Berbagai permasalahan layanan angkutan umum
penumpang pada satu kendaraan tidak banyak. di atas diilustrasikan pada diagram tulang ikan
Jumlah penumpang tiap trayek dapat dilihat pada pada gambar 3.
gambar 2.

Tabel 1 Tingkat Operasi Kendaraan Angkutan Umum


Kode Kendaraan Kendaraan Tingkat Operasi
No Trayek Beroperasi Sesuai Izin Kendaraan
1 D1 110 113 97%
2 D2 130 142 92%
3 D3 65 71 92%
4 D4 112 128 88%
5 D5 134 146 92%
6 D6 181 204 89%
7 D7 36 40 90%
8 D8 72 95 76%
9 D9 40 0%
10 D10 36 60 60%
Sumber: Pola Umum Transportasi Darat dan Identifikasi Permasalahannya.
 

Gambar 2. Jumlah Penumpang Tiap Trayek.

Gambar 3. Analisis Permasalahan Layanan Angkutan Umum di Kota Cirebon.

198 | Jurnal Transportasi Multimoda | Volume 14/No. 04/Desember/2016 | 193 - 206


B. Karakteristik Pengguna Angkutan Umum Stasiun Kejaksan dan dari Terminal Harjamukti
Pada Simpul Transportasi di Kota Cirebon ke Stastiun Prujakan serta dari Stasiun Kejaksan
Penggunaan angkutan umum yang memanfaatkan ke Stasiun Prujakan sebagian besar ditempuh
simpul transportasi darat di Kota Cirebon yaitu dalam waktu sekitar 10 menit. Hal ini berarti
di Terminal Harjamukti, Stasiun Kejaksan dan waktu yang diperlukan untuk menempuh
Stasiun Prujakan relatif tidak terlalu besar. Seperti perjalanan antar simpul transportasi darat di Kota
di kota-kota lainnya di Indonesia, penggunaan Cirebon relatif cukup singkat. Gambaran waktu
kendaraan pribadi masih mendominasi tempuh antar simpul transportasi darat di Kota
penggunaannya dalam melakukan transportasi. Cirebon disajikan dalam gambar 5.
Dilihat dari daerah asal penumpang yang menuju Ketersambungan layanan angkutan umum dalam
simpul-simpul transportasi darat di Kota Cirebon, konteks perpindahan angkutan umum antar
penumpang dari Kabupaten Cirebon merupakan simpul transportasi di Kota Cirebon secara umum
pengguna terbanyak dibandingkan wilayah lain relatif tidak banyak. Berdasarkan hasil survey
baik dari dalam wilayah Kota Cirebon maupun yang dilakukan, perpindahan paling banyak
wilayah disekitar Kota Cirebon. Sedangkan asal dilakukan adalah 2 kali yaitu dari Terminal
penumpang dari dalam Kota Cirebon, Kecamatan Harjamukti ke Stasiun Prujakan dan dari Stasiun
Kejaksan dan Kecamatan Kesambi merupakan Kejaksan ke Stasiun Prujakan. Hal ini
pengguna terbanyak pada Terminal Harjamukti menunjukkan tingkat ketersambungan layanan
dan Stasiun Prujakan, sedangkan pengguna angkutan umum antar simpul transportasi darat
Stasiun Kejaksan pengguna terbanyak dari di Kota Cirebon relatif baik. Artinya rute angkutan
Kecamatan Kejaksan dan Kecamatan Kesambi. umum yang ada saat ini mampu mengakomodasi
Ditinjau dari waktu tempuh menuju lokasi simpul- pergerakan orang antar simpul transportasi.
simpul transportasi darat yaitu Terminal Namun demikian, untuk meningkatkan layanan
Harjamukti dan Stasiun Kejaksan dari tempat angkutan umum kepada masyarakat seyogyanya
tinggal responden sebagian besar ditempuh dalam antar simpul transportasi tidak terjadi perpindahan
waktu kisaran 20 menit, sedangkan untuk menuju atau transfer, sehingga dapat meningkatkan
Stasiun Prujakan sebagian besar ditempuh dalam penggunaan angkutan umum oleh masyarakat.
waktu kisaran 30 menit. Gambaran waktu tempuh Gambar 6 menyajikan jumlah transfer yang
responden menuju simpul-simpul transportasi dilakukan responden saat melakukan perjalanan
darat di Kota Cirebon disajikan dalam gambar 4. dengan angkutan umum antar simpul transportasi
Waktu tempuh antar simpul transportasi darat di darat di Kota Cirebon.
Kota Cirebon yaitu dari Terminal Harjamukti ke

Gambar 4. Waktu Tempuh dari Tempat Tinggal ke Simpul-Simpul Transportasi


di Kota Cirebon.

 
Gambar 5. Waktu Tempuh Antar Simpul Transportasi.
 
Keterpaduan Pelayanan Angkutan Umum di Kota Cirebon -
Yessi Gusleni | 199
 
 

Gambar 6. Jumlah Transfer Angkutan Umum Antar Simpul Transportasi.

C. Rencana Pengembangan Layanan Angkutan Utara-Selatan dan dua rute Barat-Timur. Rute
Umum Utara-Selatan dengan kode US diberi warna
Konsep penyusunan rute angkutan jalan yang merah, untuk rute Barat-Timur dengan kode BT-
mengintegrasikan Terminal Harjamukti dengan 1 diberi warna kuning dan BT-2 diberi warna biru.
Stasiun Kereta Api Kejaksan dan Prujakan Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar
digunakan beberapa indikator kinerja, sebagai 7. Rute layanan trunk tersebut adalah sebagai
kerangka untuk menganalisis rencana-rencana berikut:
yang sudah ada meliputi: a) Struktur jaringan 1. Rute US melintasi Jl. Siliwangi-Jl. Surya Negara-
layanan transportasi makro dibangun dengan dasar Jl. Kembar-Jl. Kesambi Raya-Jl. Pangeran Drajat-
layanan trunk bus besar dengan didukung oleh Jl. Elang-Jl. Dukuh Semar-Jl. A. Yani-Jl.
bus kecil atau mobil penumpang feeder pada sub Kanggraksan-Jl. Jenderal Sudirman;
kawasan perkotaan; b) Jumlah ganti moda 2. Rute BT-1 melintasi Jl. Pilang Raya - Jl. Slamet
maksimum 3 untuk semua wilayah Kota Cirebon; Riyadi - Jl. Diponegoro - Jl. Benteng-Jl. Yos
c) Ada maksimum waktu untuk pergantian moda; Sudars-Jl. Kesunean-Jl. Kalijaga;
d) Ada jarak antar halte maksimum; e) Tiket 3. Rute BT-2 melintasi Jl.Brigjen Dharsono-Jl. A.
tunggal untuk seluruh moda dalam system Yani.
transportasi perkotaan; f) Sistem mampu Jarak rute trunk tidak terlalu jauh dengan rute
menurunkan biaya perjalanan; dan g) Kualitas terjauh 9,6 km, sebagaimana disajikan pada tabel
layanan setara untuk keseluruhan moda dalam 2.
sistem transportasi perkotaan. Rencana jalur utama atau rute trunk ini dapat
diperpanjang sejalan dengan rencana
D. Layanan Trunk and Feeder pengembangan Metropolitan Cirebon Raya yang
Layanan trunk didesain untuk memberikan meliputi tiga Kabupaten/Kota (Kota Cirebon,
layanan pada kawasan permukiman, perdagangan Kabupaten Cirebon, dan Kabupaten Kuningan).
dan pusat-pusat kegiatan serta simpul-simpul Rute US bisa diperpanjang hingga mampu
transportasi di Kota Cirebon. Layanan yang melayani pergerakan dari Kabupaten Indramayu
direncanakan ini pada koridor-koridor utama maupun Kabupaten Kuningan. Sedangkan Rute
untuk menjamin kecepatan tempuh dan keandalan BT-1 dan BT-2 dapat diperpanjang hingga mampu
operasi yang tinggi. Untuk melayani ke kawasan- melayani pergerakan dari Majalengka maupun
kawasan pembangkit perjalanan yang lebih kecil pergerakan Kabupaten Cirebon (sampai
menggunakan layanan pengumpan (feeder), perbatasan dengan Provinsi Jawa Tengah).
sehingga rute layanan menjadi sederhana dan Layanan pengumpan atau feeder dalam penelitian
mudah dipahami oleh pengguna serta tidak perlu ini dengan menata ulang atau memodifikasi
menempuh rute yang melingkar yang berpotensi jaringan trayek angkutan umum yang ada saat
mengurangi kecepatan tempuh total. Selain itu, ini. Penataan yang dimaksud adalah dalam hal
untuk memudahkan pengguna setiap jalur diberi operasional diperlukan pengurangan trayek yang
warna yang berbeda, serta dengan pemberian berimpit atau tumpang tindih. Hal ini dilakukan
kode yang mudah diingat. dengan metode superimpose semua jaringan
Rute trunk yang direncanakan untuk layanan trayek angkutan umum yang mendukung layanan
trunk memotong wilayah kota arah utara dan trunk. Gambar 8 memperlihatkan superimpose
selatan serta timur dan barat berupa satu rute layanan trunk dan feeder.

200 | Jurnal Transportasi Multimoda | Volume 14/No. 04/Desember/2016 | 193 - 206


 

   
Gambar 7. Rencana Rute Trunk.

Tabel 2. Karakteristik Rute Trunk Yang Diusulkan


Arah Jarak Rute (km)
Timur - Barat 1 7,89
Timur - Barat 2 9,60
Utara - Selatan 9,65

  

   

Gambar 8. Superimpose Layanan Trunk and Feeder.

E. Analisis Coverage Gambar 9 memperlihatkan area cakupan layanan


Analisis ini dilakukan untuk melihat area layanan dari jalur trunk US (9,65 km), jalur trunk BT-1
angkutan umum terhadap wilayah sekitarnya (9,60 km) dan jalur trunk BT-2 (8 km), total area
dengan jarak perjalanan menggunakan jalan kaki. cakupan adalah 496 hektar atau 16,35 km2.
Dalam rencana ini digunakan jarak asumsi 300 Sebagian besar area ini merupakan area komersial,
meter, sehingga koridor selebar 600 meter perkantoran, kawasan pendidikan dan
sepanjang jalur angkutan umum merupakan permukiman. Pada kawasan-kawasan komersial
wilayah layanan angkutan umum yang dapat dan perkantoran, jarak berjalan kaki bisa
diakses tanpa moda lain, selain jalan kaki dan diperpanjang asal dikembangkan area yang
sepeda. menarik sepanjang jalur tersebut. Dalam konteks

Keterpaduan Pelayanan Angkutan Umum di Kota Cirebon -


Yessi Gusleni | 201
pengembangan kawasan padat seperti, area F. Perpindahan Moda atau Transfer
layanan tidak lagi dilihat sebagai area sepanjang Analisis ini digunakan untuk melihat tingkat
koridor jalur angkutan umumnya, tapi juga area ketersambungan antara layanan trunk dan feeder.
dalam wilayah yang lebih luas dikarenakan Metode yang digunakan adalah menggunakan
pengembangan yang berorientasi pada transit. user-based indicator yaitu jumlah transfer antar
Dengan area cakupan total ketiga layanan jaringan moda angkutan umum yang harus dilakukan oleh
sebesar 15 m2 disepanjang jalur tersebut bisa pengguna pada saat melakukan perjalanan ke
dikatakan cukup luas, mencapai 40% dari luas suatu tujuan dalam Kota Cirebon.
Kota Cirebon. Perhitungan ini belum Semakin jauh perjalanan, terkadang
memperhitungkan tata guna lahan di area layanan, membutuhkan semakin banyak transfer ke moda
posisi halte atau shelter, tipologi desain jalur dan lain dalam satu sistem angkutan umum. Semakin
aspek lain yang menyebabkan area layanan ini sering transfer dilakukan, maka semakin tidak
tidak semata-mata dapat langsung diakses oleh disukai bagi pengguna karena mengurangi
pengguna. Sebagai ilustrasi, di kawasan yang kenyamanan layanan. Pengguna secara natural
didominasi industri atau pergudangan, tingkat menginginkan sesedikit mungkin transfer ke moda
penggunaan akan lebih rendah sehingga meskipun lain, sehingga dalam pengembangan angkutan
area layanan di daerah ini cukup luas, efektifitas umum di Cirebon ini diperlukan sistem yang
penggunaan angkutan umum akan lebih rendah. menjamin terjadinya minimum transfer bagi
Sebaliknya di kawasan padat permukiman/ pengguna.
komersial/ pendidikan, area layanan ini akan Gambar 10 memperlihatkan pembagian area/
sangat berguna. zoning layanan berdasarkan posisi jalur trunk,

   

  Gambar 9. Coverage Layanan Trunk dengan Jarak Berjalan Kaki Ideal.

 
 
 
Gambar 10. Zoning 7 Zona Layanan Trunk.
 
202 | Jurnal Transportasi Multimoda | Volume 14/No. 04/Desember/2016 | 193 - 206
sehingga area yang dibatasi oleh jalur trunk 6. Zona 6, luas 5,96 km2, penggunaan lahan saat ini
merupakan area layanan angkutan umum. Perlu sebagian besar berupa kawasan perumahan dan
dicatat, batas ini bukanlah batas administrasi. permukiman serta pertanian, penggunaan lahan
Dapat dilihat pula bahwa wilayah di sisi selatan, sebagai RTH relatif cukup luas;
ukuran zona dikembangkan lebih besar, hal ini 7. Zona 7, luas 16,2 km2, penggunaan lahan saat ini
disebabkan kawasan sisi selatan belum semaju sebagian besar berupa kawasan pertanian dan
perkembangannya dibandingkan dengan kawasan RTH, penggunaan lahan untuk perumahan dan
lainnya. permukiman lebih banyak disisi timur zona ini.
Karakteristik masing-masing zona secara umum Untuk pengembangan halte angkutan umum
dijabarkan sebagai berikut : dalam mendukung layanan trunk-feeder, sebagai
1. Zona 1, luas 2,1 km2, penggunaan lahan saat ini tempat alih moda dapat dilihat pada gambar 11.
didominasi permukiman, terdapat kawasan sedikit
kawasan perdagangan dan jasa; G. Integrasi Layanan Angkutan Umum Pada
2. Zona 2, luas 3,16 km2, penggunaan lahan saat ini Stasiun
sebagian besar kawasan pelabuhan dan Integrasi layanan angkutan umum pada simpul
permukiman, terdapat kawasan industri serta transportasi darat di Kota Cirebon yaitu di Stasiun
kawasan pertanian dan RTH; Kejaksan, Stasiun Prujakan dan Terminal
3. Zona 3, luas 1,69 km2, penggunaan lahan saat ini Harjamukti selain keterhubungan layanan atau
sebagian besar kawasan permukiman, namun rute juga harus didukung dengan prasarana yang
terdapat juga kawasan perdagangan jasa dan memadai, dalam hal ini tempat pemberhentian bus
industri; di areal stasiun. Prasarana pemberhentian bus di
4. Zona 4, luas 4,5 km2, penggunaan lahan saat ini areal Stasiun Kejaksan dan Stasiun Prujakan akan
sebagian besar perumahan dan permukiman, juga memudahkan perpindahan pengguna, sehingga
penggunaan lahan sebagai kawasan perkantoran pada akhirnya dapat mendorong penggunaan
relatif cukup besar; angkutan umum oleh masyarakat.
5. Zona 5, luas 6,69 km2, penggunaan lahan saat ini Prasarana pemberhentian angkutan umum atau
sebagian besar sebagai kawasan perdagangan dan bus di Stasiun Kejaksan dan Stasiun Prujakan
jasa serta perumahan dan permukiman; disajikan dalam gambar 12.

   
 

Gambar 11. Pengembangan Halte Angkutan Umum.

Keterpaduan Pelayanan Angkutan Umum di Kota Cirebon -


Yessi Gusleni | 203
 

Gambar 12. Fasilitas Tempat Pemberhentian Angkutan Umum Di Stasiun Kejaksan.

Gambar 13. Fasilitas Tempat Pemberhentian Angkutan Umum di Stasiun Prujakan.

Untuk memudahkan pengguna jasa kereta api dekat dengan pintu masuk stasiun. Rambu
yang menggunakan angkutan umum dalam petunjuk perlu di letakkan di tempat-tempat yang
menuju dan meninggalkan Stasiun Kejaksan, perlu dilalui penumpang kereta api. Sedangkan papan
difasilitasi tempat pemberhentian kendaraan informasi trayek dipasang di tempat
penumpang umum di lingkungan stasiun, seperti pemberhentian angkutan umum.
terlihat pada gambar 13. Selain itu, perlu di
tambahkan rambu petunjuk di tempat-tempat KESIMPULAN
yang dilalui penumpang di sekitar stasiun dan Pengembangan transportasi perkotaan di Kota
papan informasi trayek di tempat pemberhentian Cirebon dengan layanan trunk dan feeder potensial
kendaraan penumpang umum. dikembangkan. Rencana pengembangan layanan trunk
Fasilitas alih moda yang perlu disediakan di di Kota Cirebon direncanakan memotong wilayah kota
Stasiun Pujakan diantaranya tempat arah utara dan selatan serta timur dan barat berupa
pemberhentian angkutan umum, rambu petunjuk satu rute Utara-Selatan dan dua rute Barat-Timur. Rute
dan papan informasi trayek. Untuk tempat Utara-Selatan diberi kode UT, dan rute Barat-Timur
pemberhentian angkutan umum, posisinya diberi kode BT. Rute layanan trunk tersebut adalah
diusulkan seperti pada gambar di atas, dengan sebagai berikut: a) Rute US melintasi Jl. Siliwangi-Jl.
pertimbangan tidak mengganggu kelancaran lalu Surya Negara-Jl. Kembar-Jl. Kesambi Raya-Jl.
lintas jalan dan dekat fasilitas pejalan kaki serta Pangeran Drajat-Jl. Elang-Jl. Dukuh Semar-Jl. A. Yani-

204 | Jurnal Transportasi Multimoda | Volume 14/No. 04/Desember/2016 | 193 - 206


Jl. Kanggraksan-Jl. Jenderal Sudirman. Panjang rute Pada kawasan-kawasan daerah yang belum
9,65 km; b) Rute BT-1 melintasi Jl. Pilang Raya - Jl. terjangkau oleh rute trayek angkutan umum, perlu
Slamet Riyadi - Jl. Diponegoro - Jl. Benteng - Jl. Yos dilakukan peningkatan area coverage dari rute trayek
Sudarso - Jl. Kesunean - Jl. Kalijaga. Panjang rute dengan menata ulang rute terutama pada rute-rute
9,60 km; c) Rute BT-2 melintasi Jl.Brigjen Dharsono- tumpang tindih trayek, yaitu dengan melakukan
Jl. A. Yani. Panjang rute 8,00 km. Layanan feeder modifikasi terhadap rute trayek yang sudah ada secara
yang mendukung trunk dengan menata ulang atau proporsional sesuai kebutuhan pelayanan penumpang
memodifikasi jaringan trayek angkutan umum yang sehingga dapat meningkatkan aksesibilitas masyarakat
ada saat ini. dalam pencapaian lintasan angkutan umum.
Area layanan angkutan umum terhadap wilayah Perlu perencanaan komprehensi terkait angkutan
sekitarnya dengan jarak perjalanan menggunakan jalan umum di Kota Cirebon, agar pelayanan angkutan
kaki dan sepeda yaitu digunakan jarak asumsi 300 umum dapat saling terintegrasi, baik terintegrasi secara
meter, sehingga koridor selebar 600 meter sepanjang spasial maupun terintegrasi antar moda angkutan.
jalur angkutan umum merupakan wilayah layanan
angkutan umum yang dapat diakses tanpa moda lain, UCAPAN TERIMA KASIH
selain jalan kaki dan sepeda. Area cakupan total ketiga Ucapan terimakasih disampaikan kepada Dinas
layanan jaringan sebesar 16,35 m2 disepanjang jalur Perhubungan Kota Cirebon dan Pihak Pengelola Jurnal
tersebut bisa dikatakan cukup luas, mencapai 40% Penelitian Puslitbang Transportasi Antarmoda, Badan
dari luas Kota Cirebon. Perpindahan moda atau Litbang Perhubungan.
transfer dengan rencana layanan trunk dengan
pembagian area/zoning layanan berdasarkan posisi DAFTAR PUSTAKA
jalur trunk, sehingga area yang dibatasi oleh jalur trunk Andrian, T. “Evaluasi Kinerja Angkutan Umum Kota Medan
merupakan area layanan angkutan umum. Integrasi Jenis Mobil Penumpang (MPU), Studi Kasus:
layanan angkutan umum pada simpul-simpul Koperasi Pengangkutan Medan (KPUM) Trayek 64.”
transportasi di Kota Cirebon dilakukan dengan cara: Tesis, Sekolah Pascasarjana, Universitas Sumatera
Utara, 2008.
a) Membuat jaringan layanan atau rute yang
Bintarto, R. Interaksi Desa-Kota. Jakarta: Ghalia, 1989.
menghubungkan secara langsung simpul-simpul Chapin, F. Stuart Jr., and E. Keiser. Urban Land Use
transportasi tersebut, yaitu Stasiun Kereta Api Planning, Third Edition. Chicago: University of
Kejaksan, Stasiun Kereta Api Prujakan dan Terminal Illinois Press, 1979.
Harjamukti; dan b) Membuat fasilitas di tempat Daldjoeni. N. Geografi Kota dan Desa. Bandung: Alumni
pemberhentian bus atau angkutan umum di area lokasi ITB, 1998.
Stasiun Kereta Api Kejaksan dan Prujakan. Dewey, J.F, at. al. Transportation Intermodal. Summary
of Final Report BC-354-44, Part A , July 2003.
SARAN Harris, C.D. and Ullman, E.L. “The Naturs Of Cities.” In
Layanan trunk-feeder dalam mendukung the Ann. Am. Acad. Sci. 7 (1945): 242.
Indrashanty, Anzy. Pengembangan Angkutan Pemadu
keterpaduan moda kereta api dan angkutan jalan di
Moda Terminal Dhaksinarga Wonosari-Bandara
Kota Cirebon membutuhkan prasyarat dalam Adi Sutjipto-Stasiun Tugu”. Laporan Penelitian.
pelaksanaannya, antara lain: a) Pengembangan sistem Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan
transportasi perkotaan Kota Cirebon harus menjadi Manajemen Transportasi Multimoda, 2015.
visi kolektif seluruh pemangku kepentingan dan Jones, Brad et. al. “Developing a Standard Definition of
masyarakat untuk bersama-sama menjalankan, Intermodal Transportation.” Transportation Law
mendukung dan mengawasi keberlanjutan program Journal, Vol. 27 (2000): 345-350.
pengembangan tersebut; b) Keberhasilan Kepmenhub KM 31/1995 tentang Terminal Transportasi
pengembangan sistem transportasi perkotaan Kota Jalan.
Cirebon dipengaruhi oleh pengembangan tata guna Pusat Penelitian dan Pengembangan Manajemen
Transportasi Multimoda. Studi Evaluasi
lahan yang mendukung sistem transportasi kota
Keterpaduan dan Desain Stasiun Kereta Api
menuju compact city, penerapan push and pull dengan Shelter Bus Rapid Transit (BRT). Jakarta:
strategy, khususnya untuk memaksa pengguna Puslitbang Manajemen Transportasi Multimoda,
kendaraan pribadi berpindah menggunakan angkutan 2013.
umum, partisipasi aktif masyarakat sebagai penerima Pusat Penelitian dan Pengembangan Manajemen
manfaat langsung dari pembangunan ini dan yang tidak Transportasi Multimoda. Studi Keterpaduan
kalah penting adalah keberhasilan pengembangan jaringan Transportasi Pada Kota Metropolitan
sistem ini harus didukung oleh political will Dalam Rangka Perwujudan Kelancaran Mobilitas
Pemerintah Kota Cirebon; Orang di Perkotaan.Jakarta: Puslitbang Manajemen
Transportasi Multimoda, 2012.

Keterpaduan Pelayanan Angkutan Umum di Kota Cirebon -


Yessi Gusleni | 205
Suci Susanti. Integrasi Pelayanan Penumpang di Simpul Warpani, S. Merencanakan Sistem Pengangkutan.
Transportasi Merak.” Laporan Penelitian. Jakarta: Bandung: ITB, 1990.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Manajemen Yessi Gusleni. Pengembangan Jaringan Transportasi
Transportasi Multimoda, 2015. Jalan dan Simpul Transportasi di Kabupaten
Tamin, Ofyar Z. Perencanaan dan Permodelan Gunungkidul. Laporan Penelitian. Jakarta: Pusat
Transportasi. Edisi ke-2. Bandung: ITB, 2000. Penelitian dan Pengembangan Manajemen
TFL. Intermodal Transport Interchange for London. Transportasi Multimoda, 2015.
Best Practice Guidelines, 2001. Yunus, Hadi Sabari. Struktur Tata Ruang Kota.
Undang-Undang Pemerintah Indonesia Nomor 22 Tahun Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2000.
2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

206 | Jurnal Transportasi Multimoda | Volume 14/No. 04/Desember/2016 | 193 - 206

Anda mungkin juga menyukai