Mengacu pada TAP MPR No. IX Tahun 2001 dan Peraturan Presiden Nomor 86 Tahun 2018 bahwa
reforma agraria merupakan upaya penataan kembali struktur penguasaan, kepemilikan, penggunaan,
dan pemanfaatan tanah yang lebih berkeadilan melalui penataan aset dan disertai dengan penataan
akses untuk kemakmuran rakyat Indonesia.
Dalam mendukung penyelenggaraan kegiatan Reforma Agraria di Kabupaten Garut, Gugus Tugas
Reforma Agraria Kabupaten (GTRA) Garut melakukan koordinasi, sinkronisasi dan integrasi program
inter sektor guna mendukung terlaksananya reforma agraria di Kabupaten Garut.
Berdasarkan pada roadmap GTRA Kabupaten Garut 2022 pelaksanaan GTRA Kabupaten garut
memasuki pada tahun ke-2 dimana masih terdapat isu konflik/sengketa agraria yang belum selesai
permasalahnnya, seperti ex HGU milik pemerintah dan potensi TORA pada Kawasan hutan. Selain itu
penataan akses yang belum maksimal menyebabkan pertumbuhan ekonomi yang kurang optimal.
Dengan adanya rangkaian kegiatan GTRA Week yang meliputi GTRA EXPO, Forum Group Discussion
(FGD) dan Rapat Koordinasi terintegrasi oleh GTRA Provinsi Jawa Barat yang berlangsung 18 -21 Juli
2022. GTRA Kabupaten Garut turut melaksanakan Rapat Koordinasi yang akan dilaksanakan pada hari
Kamis 21 Juli 2022.
B. Dasar Hukum
1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 2043);
2. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2020 Nomor 6573)
3. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4385);
4. Peraturan Presiden Nomor 86 Tahun 2018 tentang Reforma Agraria (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 172);
5. Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2021 tentang Percepatan Pembangunan Kawasan
Rebana dan Kawasan Jawa Barat Bagian Selatan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2021 Nomor 215);
6. Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menegah
Nasional Tahun 2020-2024 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 10);
7. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 27
Tahun 2020 tentang Rencana Strategis Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan
Pertanahan Nasional Tahun 2020-2024;
8. Peraturan Daerah Kabupaten Garut Nomor 5 Tahun 2021 tentang Perubahan Atas Peraturan
Daerah Nomor 1 Tahun 2019 tentang Rencana Pembangunan Jangka menengah Daerah
Tahun 2019-2024;
9. Keputusan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor
79/SK-LR.07/1/2019 tentang Pembentukan Tim Gugus Tugas Reforma Agraria Pusat,
Provinsi, dan Kabupaten/Kota;
10. Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor 590.05/Kep.380-Rek2021 tentang Perubahan
Kedua Atas Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor 590.05/Kep.360-Prodi/2018 Tentang
Tim Gugus Reforma Agraria Daerah Provinsi Jawa Barat;
11. Keputusan Bupati Garut Nomor 590/ KEP.160-DISPERKIM/2021 tentang Pembentukan
Gugus Tugas Reforma Agraria.
C. Isu Strategis
Dalam pelaksanaan kegiatan Reforma Agraria di Kabupaten Garut banyak ditemui tantangan seperti
masih terdapat konflik agraria. Okupasi tanah oleh masyarakat di tanah ex HGU terutama ex HGU
milik pemerintah baik pusat maupun daerah, konflik di areal kehutanan, ketimpangan penguasaan
tanah dan lain sebagainya. Maka sebab itu dibutuhkan akselerasi, koordinasi dan sinergitas
penyelesaian konflik agraria antar stakeholder/bidang terkait. Selain isu sengketa/konflik agraria
tersebut, pengembangan akses reform dalam pelaksanaan Reforma Agraria menjadi tantangan
selanjutnya untuk menunjang pertumbuhan ekonomi masyarakat sehingga dapat mendukung
pembangunan Kabupaten Garut. Eksistensi GTRA dalam penyelenggaraan reforma agraria perlu
diperkuat seiring makin dinamisnya persoalan agraria,
D. Tema
1. Dasar Penentuan Tema
Dalam penentuan tema merujuk hal-hal sebagai berikut:
a. Roadmap Kabupaten Garut
Pelaksanaan GTRA Kab Garut mengacu pada roadmap yang dimulai dari tahun 2021
sampai dengan 2024. Tahun lalu telah dilaksanakan GTRA di Kab Garut dengan
menekankan pada penataan asset dan penataan akses. Adapun untuk target yang ingin
dicapai pada tahun 2022 adalah penataan aset, penataan akses dan kampung RA.
Pada tahun ini GTRA Kabupaten Garut menargetkan untuk penyelesaian Potensi Tora ex
HGU dan Potensi Tora pada Kawasan Hutan. Serta penanganan akses dan penetapan
kampung RA.
b. Sustainable Development Goals (SDGs)
Hasil Matching Indikator, Target dan Tujuan, serta Ketersediaannya di Indonesia
Tujuan 1. Menghapus Segala Bentuk Kemiskinan.
Target 1B. Menjamin hak atas lahan dan akses keuangan di daerah perdesaan dan
menjamin sistem pertanian yang tahan terhadap perubahan iklim dan bencana.
Mampu tidaknya masyarakat miskin di pedesaan dalam mengamankan kepemilikan
mereka atas lahan dan sumber daya alam yang mereka bergantung padanya memberi
implikasi penting bagi pembangunan ekonomi dan pengentasan kemiskinan. Namun,
masih banyak rumah tangga miskin di pedesaan yang akses terhadap lahan dan sumber
daya alamnya terus digerogoti. Secara khusus, kontroversi yang melibatkan akuisisi lahan
dalam skala besar oleh investor asing dan domestik telah menempatkan hak atas lahan
dan masalah investasi pertanian yang bertanggung jawab pada agenda pembangunan
global. Indikator baru ini diusulkan dengan dua komponen yaitu (i) persentase penduduk
yang memiliki sertifikat tanah (ii) persentase penduduk yang tidak takut akan terjadinya
perampasan tanah secara sewenang-wenang.
c. Peraturan Presiden Nomor 86 Tahun 2018 tentang Reforma Agraria
Dengan terbitnya Peraturan Presiden Nomor 86 Tahun 2018 ini menjadi dasar dalam
setiap penyelenggaraan Reforma Agraria untuk mencapai tujuan dari Reforma Agraria
dengan Sistem Penataan Agraria Berkelanjutan (SPAB). Urgensi Penguatan Peraturan
Presiden Nomor 86 Tahun 2018 Pasca diterbitkannya Undang-Undang Cipta Kerja,
terdapat beberapa poin penting dalam pelaksanaan Reforma Agraria, Adapun poin
pentingnya dapat dilihat pada gambar berikut:
“ Selaras ”
‘Se/lar/as’ : Sustainable Land Reform Sinergy
Bersinergi mewujudkan Reforma Agraria yang berkelanjutan
Sinergitas Kebijakan dan Strategi Pelaksanaan Program Strategis Nasional Perlu Dilakukan
Kolaborasi Antar Sektor, Antar Daerah, dan Antar Ilmu.
“ JABAR ”
RECONNECTION
Monitoring, Evaluation, Normative,
Acceleration, Network, Gainfu
Penjabaran Tema: Tema GTRA Jawa Barat Tahun 2022 “Jabar Reconnection” ini sebagai upaya tindak
lanjut dari Kegiatan GTRA Provinsi Jawa Barat Tahun sebelumnya yaitu “Jabar Connection” guna
mencapai Roadmap GTRA Provinsi Jawa Barat Tahun 2022 yaitu Evaluasi dan Pemantapan GTRA
Kabupaten. Tema berfokus pada pencapaian Sistem Penataan Agraria Berkelanjutan (SPAB), dengan
itu Tema yang diambil Tahun 2022 ini menitik beratkan pada beberapa Variabel yang terdiri dari
“Monitoring, Evaluation, Normative, Acceleration, Network, dan Gainful” guna tercapainya tujuan
Reforma Agraria di Jawa Barat. Adapun penjabaran dari setiap Variabel yang diambil adalah sebagai
berikut:
a. Monitoring atau pemantauan adalah suatu aktifitas yang ditujukan untuk memberikan informasi
(pengukuran data dasar) tentang sebab-akibat dari suatu kejadian atau kebijakan yang sedang
dilaksanakan untuk menjawab permasalahan. Perlunya Monitoring adalah untuk mengetahui adanya
suatu kesalahan dan dapat segera diketahui untuk dapat dilakukan tindakan perbaikan untuk
mengurangi risiko yang lebih besar.
b. Evaluation atau Evaluasi adalah suatu kegiatan untuk menilai tingkat kinerja suatu
kejadian/kebijakan. Evaluasi baru dapat dilaksanakan bila suatu kegiatan/kebijakan sudah terlaksana.
Tujuan dari Evaluasi adalah untuk kegiatan sudah berjalan sesuai dengan mestinya.
c. Normative atau Normatif adalah mengikuti suatu norma atau kaidah yang berlaku atau sesuai
standar. Pelaksanaan kegiatan secara normative yang dimaksud salah satunya adalah pelaksanaan
kegiatan RA dalam penataan aset termasuk penyelesaian konflik sesuai dengan kaidah yang berlaku
dan memberikan standar kemudahan dalam memberikan akses informasi terkait Penataan Aset dan
Akses.
e. Network atau Jejaring adalah suatu jaringan/penghubung anatar dua pihak atau lebih sehingga
membentuk suatu ikatan Kerjasama pada suatu bidang tertentu baik sosial, ekonomi, dll dengan
berbagi ide, informasi, sumber daya untuk meraih keberhasilan/kesuksesan bersama.
f. Gainful atau yang disebut dengan bermanfaat/menguntungkan. Makna Gainful dalam pelaksanaan
RA diharapkan dapat memberikan manfaat bagi Subyek Reforma Agraria (orang perseorang,
kelompok dan Lembaga (berbadan hukum)) yang memenuhi syarat sesuai dengan yang tercantum
pada Peraturan Presiden Nomor 86 Tahun 2018 tentang Reforma Agraria.
Dilihat pada Mindmap GTRA Provinsi Jawa Barat diatas terdapat Sistem Penataan Agraria
Berkelanjutan (SPAB) yang menjadi tiang dalam pelaksanaan Reforma Agraria. Lebih jelasnya
pengertiannya adalah sebagai berikut:
a. Penataan Aset merujuk pada Peraturan Presiden Nomor 86 Tahun 2018 tentang Refoma
Agraria, pengertian dari Penataan Aset adalah penataan kembali, penguasaan, pemilikan,
penggunaan dan pemanfaatan tanah dalam rangka menciptkan keadilan di bidang
penguasaan dan pemilikan tanah (termuat dalam Pasal 1).
b. Penataan Penggunaan Tanah merujuk pada Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004
tentang Penatagunaan Tanah, pengertian dari Penatagunaan tanah adalah sama dengan
pola pengelolaan tata guna tanah yang meliputi penguasaan, penggunaan dan
pemanfaatan tanah yang berwujud konsolidasi pemanfaatan tanah melalui pengaturan
kelembagaan yang terkait dengan pemanfaatan tanah sebagai satu kesatuan sistem
untuk kepentingan masyarakat secara adil (termuat dalam Pasal 1).
c. Penataan Aset merujuk pada Peraturan Presiden Nomor 86 Tahun 2018 tentang Refoma
Agraria, pengertian dari Penataan Akses adalah pemberian kesempatan akses
permodalan maupun bantuan lain kepada subjek Reforma Agraria dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan yang berbasis pada pemanfaat tanah, yang disebut juga
pemberdayaan masyarakat (termuat dalam Pasal 1).
Dari penjabaran diatas maka dibuat fokus dari setiap variable dengan memasukan indikator-
indikator pendukung pelaksanaan kegiatan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Dari
ketiga sistem diatas maka penentuan indikator untuk setiap variabelnya adalah sebagai
berikut:
a. Penatan Aset : Indikator Acceleration dan Normative Acceleration dalam kesesuaian dan
efisiensi penataan ruang berkelanjutan, akselerasi dan inovasi percepatan penyelesaian
ketimpangan penguasaan hak atas tanah/ penyelesaian konflik agrarian. Normative
dalam penataan Aset (Pendataan TORA), kemudahan akses data/informasi, penyelesaian
kasus/konflik sesuai prinsip RA.
b. Penataan Penggunaan Tanah : Indikator Monitoring dan Evaluation Dalam pelaksanaan
Penata Penggunaan Tanah dibutuhkan suatu Lembaga dalam penjalanannya sesuai
dengan yang termuat dalam pengertian Penatagunaan Tanah. Lembaga yang dimaksud
adalah Tim GTRA yang terdiri dari Tim GTRA Provinsi dan Tim Pelaksana Harian. Demi
terwujudnya hal tersebut maka dibutuhkan suatu penguatan kelembagaan GTRA
sehingga dapat melaksanakan Indikator Monitoring dan Evaluasi guna mencapai
Roadmap GTRA Provinsi Jawa Barat Tahun 2022. Menitik beratkan pada Penguatan
Kelembagaan
c. Penataan Akses : Indikator Network dan Gainful Penguatan dan pengembangan jaringan
akses (kolaorasi dan integrasi) bagi Objek RA sehingga memberikan Manfaat (Gainful)
bagi Subjek RA. Pengembangan skill, pembangunan infrastruktur.
E. Fokus Pembahasan
Berdasarkan isu yang ada di Kabupaten Garut khususnya dengan mengacu pada roadmap GTRA Kab
Garut 2022 beserta peraturan yang ada, dari hal tersebut focus kegiatan ini adalah sebagai berikut:
Penataan Aset
1. Kesesuaian pelaksanaan kegiatan Reforma Agraria Kabupaten garut terhadap Rencana Tata
Ruang Kabupaten Garut;
2. Percepatan penyelesaian Kasus/Konflik Agraria dalam pelaksanaan Reforma Agraria di
Kabupaten garut;
Penataan Akses
1. GTRA Kabupaten Garut diharapkan dapat menjadi pemicu bagi seluruh pemangku kepentingan
untuk bersinergi dalam penyelesaian konflik dan pemanfaatan tanah berkelanjutan dan
optimaliasi dalam pemulihan ekonomi.
2. Menyepakati kebijakan dalam penyelenggaraan Penataan Aset, Akses dan Penyelesaian Konflik
serta percepatan pembangunan di Kabupaten Garut.
G. Pelaksanaan RAKOR Terintegrasi
Pelaksanaan rapat koordinasi berlangsung terintegrasi dengan rangkaian GTRA Week 2022 Provinsi
Jawa Barat Tahun 2022 yang dilaksanakan pada 18 Juli 2022 – 21 Juli 2022. Sedangkan Rapat
Koordinasi dilakukan pada tanggal 21 Juli 2022 bersamaan dengan GTRA Provinsi Jawa Barat yang
merupakan puncak dari Rangkaian Kegiatan GTRA Week.
Jadwal Acara
3 13.15 – 14.00 Laporan Ketua Pelaksana Tim Harian Kepala Kantor Pertanahan BPN
GTRA Kabupaten Garut Kabupaten Garut,
Nurus Sholichin, A.Ptnh., M.M
14.00 – 15.30 Diskusi dengan Materi Tindak lanjut dari Moderator,
hasil perumusan Rapat Koordinasi Panitia
Provinsi Jawa Barat
Kepala Kantor Pertanahan Kab Garut
• GTRA Kab. Garut Kepala BAPPEDA Kab. Garut
• Arah Pembangunan dan Isu Strategis
Kab Garut. Kepala Dinas PUPR Kab. Garut
• Lahan Sawah Dilindungi
4 15.30 – 15.45 Penutupan Bupati Kabupaten Garut
Closing Statement Bupati Garut H. Rudy Gunawan, SH., MH., MP