Kepada Yth.
(Daftar Undangan Terlampir)
di Tempat
Tembusan Yth.:
Deputi Bidang Kependudukan dan Ketenagakerjaan (sebagai laporan)
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA
Kepada Yth.:
1. Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Tasikmalaya
2. Kepala Dinas Sosial Kota Tasikmalaya
3. Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa Kota Tasikmalaya
4. Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Tasikmalaya
5. Kepala Dinas Sosial Kabupaten Tasikmalaya
6. Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa Kabupaten Tasikmalaya
7. Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Garut
8. Kepala Dinas Sosial Kabupaten Garut
9. Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa Kabupaten Garut
2
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA
3
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA
I. Latar Belakang
Pembangunan desa memainkan peran strategis dan penting bagi Pemerintah
Indonesia dalam menyediakan layanan publik yang lebih baik dan meningkatkan
kesejahteraan rakyat. Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)
2020-2024, disebutkan bahwa praktik dan inisiatif yang baik tentang pembangunan desa
akan dilanjutkan dan dikembangkan lebih lanjut untuk mencapai target mengentaskan
10.000 desa tertinggal menjadi berkembang, meningkatkan 5.000 desa berkembang
menjadi mandiri, dan menurunkan angka kemiskinan perdesaan menjadi satu digit (9,9%)
dalam lima tahun ke depan.
Dalam mencapai target pembangunan desa, RPJMN 2020 - 2024 telah menyiapkan
strategi Pembangunan Desa Terpadu yang terdiri dari peningkatan kapasitas aparatur
desa, penataan desa, pengembangan ekonomi, pelayanan dasar, pendampingan, serta
pembinaan dan pengawasan. Pembangunan Desa juga tertuang dalam Tema Rencana Kerja
Pemerintah (RKP) tahun 2021, yaitu Mempercepat Pemulihan Ekonomi dan Reformasi
Sosial, Pemulihan Industri, Pariwisata dan Investasi dengan tiga fokus pembangunan yang
terdiri dari Reformasi Sistem Kesehatan Nasional, Reformasi Sistem Perlindungan Sosial,
Reformasi Sistem Ketahanan Bencana.
Amanat Presiden untuk mengupayakan perbaikan sistem data dilakukan dalam
rangka reformasi sistem perlindungan sosial. Upaya dalam reformasi sistem perlindungan
sosial sejalan dengan meningkatkan pelayanan dasar dan upaya peningkatan
kesejahteraan, termasuk di desa. Upaya yang terangkum dalam reformasi sistem
perlindungan sosial seperti perluasan cakupan data untuk memperkuat integrasi antara
penurunan kemiskinan ekstrim dan perluasan kesempatan kerja, melalui peningkatan
keterampilan dan kewirausahaan.
Sistem Monograf Desa hadir sebagai suatu platform sistem informasi terintegrasi
yang dikembangkan di tingkat daerah dan dikelola oleh desa sebagai wujud upaya dari
fokus pembangunan reformasi perlindungan sosial. Sistem Monograf Desa Digital dibangun
untuk mewujudkan kegiatan pembangunan sistem manajemen data dan informasi
terintegrasi yang menaungi pembangunan desa. Aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan di
desa menjadi informasi utama yang terkandung dalam sistem Monograf Desa Digital.
Sistem Monograf Desa Digital ini nantinya dapat dimanfaatkan untuk berbagai
kepentingan di berbagai tingkat pemerintahan mulai dari pusat, daerah, kecamatan, hingga
desa. Pemerintah pusat dapat melihat kondisi desa untuk melakukan pembinaan dan
pengawasan pembangunan di desa, selain itu, informasi yang terkandung di dalam Sistem
Monograf Desa juga dapat memberikan masukan kepada pemerintah pusat terkait
reformasi sistem perlindungan sosial. Pada tingkat pemerintah kabupaten, Sistem
Monograf Desa dapat dimanfaatkan untuk pembinaan dan pengawasan pembangunan desa,
meningkatkan efektivitas perencanaan, efisiensi anggaran, dan pelayanan, serta sinergi
perencanaan antara tingkat kabupaten dan desa. Pada tingkat kecamatan, Sistem Monograf
4
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA
Desa dapat dimanfaatkan untuk pembinaan dan pengawasan pembangunan desa, serta
untuk memfasilitasi koordinasi, sinergi perencanaan, dan kerjasama antar desa, dan
menjembatani kerjasama antara desa dan kabupaten. Terutama, untuk tingkat desa, desa
dapat merencanakan pembangunan sesuai dengan data/bukti, percepatan dan perluasan
layanan administrasi, pemantauan oleh BPD dan masyarakat desa, serta melakukan
verifikasi dan validasi data kemiskinan dan kependudukan.
Demi terwujudnya Sistem Monograf Desa Digital yang memiliki berbagai manfaat bagi
pemerintah di tingkat pusat, daerah, kecamatan, dan desa dalam hal perencanaan dan
pembangunan desa, maka kolaborasi dari berbagai Kementerian dan Lembaga pemangku
kepentingan pembangunan desa yang utama menjadi sangat penting. Kolaborasi ini
khususnya penting untuk melibatkan pengampu utama pembangunan desa yaitu
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi, pengampu
administrasi pemerintahan di berbagai tingkat yaitu Kementerian Dalam Negeri, dan untuk
pengampu berbagai data statistik yang berasal dari desa yaitu Badan Pusat Statistik
Berdasarkan hal tersebut diatas, Kementerian PPN/Bappenas melalui Direktorat
Penanggulangan Kemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat akan melakukan
pendampingan kebijakan penyelenggaraan Digitalisasi Monografi Desa-Kelurahan di
berbagai jenjang.
6
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA
8
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA
b. Koordinator Wilayah:
• Memastikan bisnis proses berjalan sesuai dengan ketentuan di tingkat daerah
provinsi;
• Memastikan aplikasi DMD dapat diakses dan dimutakhirkan di tingkat daerah
provinsi;
• Membangun jaringan kerja dengan pemangku kepentingan di tingkat daerah
provinsi;
• Pengelolaan penanganan Pengaduan di tingkat daerah provinsi;
10
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA
c. Koordinator Kabupaten/Kota
• Melakukan komunikasi dan koordinasi dengan pemangku kepentingan di tingkat
kabupaten/kota terkait implementasi DMD dan sinkronisasi dengan sistem
informasi dan program lainnya.
• Mengkoordinasikan, mengelola data dan melaporkan implementasi DMD di
Kabupaten/Kota sesuai penugasan.
• Bersama dengan TA pendamping mengoordinasikan perencanaan dan pelaporan
kegiatan yang terkait DMD.
• Mengkoordinasikan penanganan pengaduan dan permasalahan pelaksanaan DMD di
seluruh desa/kelurahan lokasi tugasnya.
• Mengkoordinasikan proses mediasi, fasilitasi dan advokasi kepada penduduk dan
stakeholder lainnya terkait penyelenggaraan DMD.
• Membuat rencana kerja implementasi DMD di tingkat kabupaten/kota dan
disampaikan kepada Koordinator Wilayah;
• Memastikan seluruh TA Pendamping Lapangan dan TA Pendamping Sistem
Informasi DMD memiliki tingkat kapabilitas yang memadai melalui kegiatan
pelatihan dan pengembangan;
• Memastikan kehandalan Sistem Informasi DMD di tingkat Kabupaten/Kota, melalui
pengawasan pada penggunaan aplikasi DMD di setiap Desa/Kelurahan, memastikan
pemutakhiran data secara berkala, kehandalan perangkat keras dan perangkat
lunak, serta koordinasi dengan pihak terkait untuk pemeliharaan dan perbaikan;
• Memastikan penyelesaian seluruh isu, keluhan dan kasus dan melakukan mediasi,
fasilitasi dan advokasi terkait penyelenggaraan DMD di tingkat Kabupaten/Kota.
• Mengikuti kegiatan pendidikan dan pelatihan, bimbingan teknis dan/atau
pemantapan yang diselengarakan oleh Kementerian PPN/Bappenas maupun oleh
Dinas/Instansi Sosial Pelaksana DMD.
• Melaksanakan seluruh ketentuan dan kebijakan program sesuai Pedoman
Operasional DMD dan ketentuan lain yang ditetapkan oleh Kementerian
PPN/Bappenas.
• Bertanggung jawab dan melaporkan pelaksanaan DMD kepada Koordinator Wilayah
secara bertahap.
12
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA
13
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA
X. Penutup
Demikian kerangka acuan ini dibuat untuk dipergunakan sebagai panduan pengadaan
dan pembiayaan Pendamping DMD. Apabila dalam pelaksanaannya terdapat perubahan
kebijakan atau terdapat hal-hal yang belum diatur terkait dengan kerangka acuan kerja
Pendamping DMD, maka kerangka acuan ini akan dilakukan revisi sesuai peraturan yang
berlaku.
14