• Hilangnya waktu dan jam kerja produktif • Pemborosan biaya operasional kendaraan (Rp 17 Trilyun/ tahun?) • Pemborosan BBM ( Rp 10 Trilyun/ tahun?) • Mengakibatkan stress masyarakat • Masyarakat menjadi sensitif dan individualistis Penyebab Kemacetan di Jakarta • Pertama, ruas jalan jauh di bawah kebutuhan normal yang seharusnya 20 persen dari total luas kota. Saat ini, lahan jalan Jakarta hanya 6,2 persen saja dari total lahan. • Kedua, moda angkutan umum belum sesuai dengan kebutuhan di kota besar. Menurut Andrinof, angkutan umum utama di Jakarta harusnya berupa bus dan kereta yang bisa mengangkut penumpang dalam jumlah besar. • Ketiga yaitu minimnya jembatan penyeberangan orang atau terowongan penyeberangan orang. Sehingga orang kerap kali menyeberang beramai-ramai saat arus lalu lintas sedang tinggi. Ini tentu menghambat laju kendaraan. • Keempat, karena kebijakan perumahan perkotaan yang salah. Rumah susun di Jakarta jumlahnya amat kecil. Akibatnya, orang menyebar ke daerah pinggir. • Kelima karena banyaknya persimpangan jalan yang belum memiliki bangunan fly over maupun underpass. • Keenam, angka urbanisasi dan pertumbuhan penduduk di pinggir Jakarta amat tinggi. Jumlahnya di atas 4,5 persen per tahun. Sementara, mayoritas dari mereka bekerja di Jakarta. • Ketujuh, yaitu karena banyaknya titik bottleneck, seperti di pintu-pintu masuk jalan tol. • Kedelapan, kurangnya angkutan massal seperti bus dan kereta. • Penyebab terakhir yaitu karena buruknya tata ruang dan kesalahan pemberian ijin bangunan seperti mall dan ruko. Permasalahan Seputar Kemacetan
• Peningkatan mobil pribadi
• Peningkatan Emisi Bahan Bakar • Meningkatnya konsumsi BBM • Pemborosan Energi • Pemborosan Biaya Beberapa Alternatif Mengatasi Kemacetan • Membuat kebijakan parkir • Kebijakan pemberlakuan one way • Pembangunan jalan baru • Pembuatan persimpangan tidak sebidang • Rekayasa dan Manajemen Lalu Lintas • Pelebaran dan perbaikan geometrik persimpangan • Pemberlakuan Three in One • Pemberlakuan nomor kendaraan ganjil-Genap • Pengaturan 4 fase simpang menjadi 3 fase Transportasi Makro sebagai Solusi Kemacetan
Pola Transportasi Makro (PTM) adalah pola yang
terintegrasi secara komprehensif dalam mengatasi kemacetan lalu lintas di Jakarta. Dalam PTM tersebut, ada tiga strategi yang dikembangkan oleh Pemerintah yaitu: Pembangunan Infrastruktur, Pembangunan Angkutan Massal Umum, dan Pengaturan – Pengaturan. Pola Transportasi Makro
• Bus priority (antara lain busway),
• Light Rail Transit (LRT), • Mass Rapid Transit (MRT) dan • Angkutan Sungai. Tujuan Transportasi Makro
Mengurangi Kemacetan di Jalan
MengurangiJumlah Penggunaan Kendaraan Pribadi Menekan Konsumsi BBM Busway TransJakarta atau yang biasa dipanggil Busway (kadang juga Tije) adalah sebuah sistem transportasi bus cepat di Jakarta, Indonesia. Sistem ini dimodelkan berdasarkan sistem Transmilenio yang sukses di Bogota, Kolombia Pengaruh Bus Way Bila busway mampu menarik penumpang kendaraan pribadi (motor dan mobil) untuk pindah ke busway, maka jelas bahwa busway dapat mengurangi atau bahkan mengatasi kemacetan atau sama dengan membuat mobil – mobil pribadi tidak bertebaran di jalan raya.
Ketika kemacetan dijalan bisa
dikurangi itu sama saja dengan mengurangi konsumsi BBM secara sia – sia (ketika kendaraan hidup dalam keadaan macet) dan mengurangi pencemaran udara dari sektor transportasi. Monorel (Mass Rapid Transit ) Pembangunan monorel diharapkan dapat menjadi solusi untuk mengurangi kemacetan dalam jangka panjang. MRT (Mass Rapid Transport) bisa mengakomodasi atau mengangkut sekitar 10 ribu penumpang per jam, sehingga jauh lebih efektif dibanding Bus Tije yang hanya mampu mengangkut 2.500 penumpang/jam. Peta Pola Transportasi Makro DKI Jakarta Peta Transportasi Makro di Singaore Angkutan Sungai Pengembangan angkutan umum massal berbasis air atau Waterways Transport, akan memanfaatkan sungai-sungai yang sudah ada. Di Jakarta terdapat minimal 13 aliran air memiliki lebar antara 100-300 meter yang dapat dimanfaatkan menjadi waterways transport, sekaligus menjadi angkutan wisata dan waterfront city. Kesimpulan Permasalahan kemacetan yang sering terjadi di kota besar biasanya timbul karena kebutuhan akan transportasi lebih besar daripada prasaranan transportasi yang tersedia, atau prasarana tersebut tidak dapat berfungsi sebagai mana mestinya. Busway ternyata mengurangi kemacetan lalu lintas yang terjadi di sepanjang jalur busway, dimana peningkatan pengguna busway akan menyebabkan pengguna kendaraan lain menurun. Pengaruh penggunaan busway Transjakarta terhadap moda transportasi lainnya dapat mengurangi penggunaan kendaraan pribadi. Minimnya rambu-rambu di tempat-tempat strategis yang akan memasuki kawasan busway membuat pemakai jalan merasa seolah-olah terjebak masuk ke jalur macet. TransJakarta masih bermasalah dalam penyediaan bus-bus pengumpan (feeder) yang membantu melayani TransJakarta. Kesimpulan Walau secara gamblang dari Program Pola Transportasi makro tidak terlihat berhubungan dengan masalah energi, akan tetapi salah satu tujuan dari Program Pola Transportasi adalah mengurangi jumlah kendaraan pribadi yang sering lalu lalang di jalan dan dengan itu maka dapat menekan Konsumsi BBM di bidang Transportasi yang selama ini menjadi masalah utama. Selain dari segi BBM juga diharapkan adanya pengurangan energi yang terbuang sia – sia ketika kendaraan pribadi terkena macet di jalan raya. MRT (Mass Rapid Transport) bisa mengakomodasi atau mengangkut sekitar 10 ribu penumpang per jam,jauh lebih efektif dibanding Bus TJ yang hanya mampu mengangkut 2.500 penumpang/jam. Dokumen Amdal dari pembangunan monorel belum selesai, berarti pada saat proyek ini dikerjakan di lapangan, dampak lingkungan hidup bagi masyarakat yang ditimbulkan belum diperhitungkan. Pengembangan angkutan umum massal berbasis air atau Waterways Transport sekaligus menjadi angkutan wisata dan waterfront city dan pengendalian banjir. Saran Ketika suatu proyek akan dijalankan analisis dampak lingkungan harus sudah benar-benar diperhitungkan secara matang.
Setiap kebijakan dari pemerintah hendaknya diberitahukan secara
terbuka kepada masyarakat supaya nantinya masyarakat sudah siap menerima akibat dari kebijakan itu.
Pemerintah lebih memperhatikan kesejahteraan rakyat yang secara
langsung terkena dampak kebijakan, misalnya sopir busway hendaknya yang dipekerjakan adalah sopir-sopir bis kota yang kehilangan pekerjaan.
Undang undang tentang produksi dan penyaluran kendaraan
hendaknya lebih tegas sehingga bisa dikontrol untuk mendukung setiap kebijakan-kebijakan
Pelayanan-pelayanan kendaraan umum lebih ditingkatkan lagi.