Anda di halaman 1dari 2

Apa itu ATO? ATO adalah kependekan dari Automatic Train Operation.

Seperti namanya, ATO berfungsi


untuk otomatisasi operasional kereta. Setelah sebelumnya kita bahas tentang ETCS (Europen Train Control
System) dan CBTC (Communication Base Train Control) sekarang akan kita pelajari aplikasinya pada
operasional kereta. ATO sendiri telah banyak diaplikasikan pada kereta commuter atau metro dimana traffic
kereta sangat tinggi dan cepat. Sedangkan pada kereta kereta jarak jauh masih sedikit yang memakainya,
adapun yang memakainya dengan grade yang lebih rendah dibandingkan metro.

ATO sendiri sebenarnya merupakan anggota dari tiga serangkai Automatic Train Control (ATC). Dimana
suatu sistem ATC yang lengkap terdiri dari: ATP, ATO, dan ATS. Mari kita bahas satu persatu tiga serangkai
AT ini:

1) ATP (Automatic Train Protection). Merupakan komponen utama yang harus ada pada ATC karena
berfungsi sebagai faktor safety operasi seperti tabrakan, over speed dll. Sistem kereta dengan ATP sudah
dilengkapi dengan brake/ pengereman otomatis apabila terjadi kondisi yang berbahaya. Pada konsep
automatic train (AT) ini tentunya pensinyalan dilakukan dengan cara yang sudah cukup modern misalnya
dengan ETCS dimana terjadi komunikasi antara kereta dan pusat kontrol melalui radio frekuensi/ GSM.

2) ATO (Automatic Train Operation). ATO berfungsi mengatur pola operasi kereta sehingga kereta dapat
melakukan powering dan braking otomatis. Sistem ATO mendukung pengoperasian kereta secara
driverless.

3) ATS (Automatic Train Supervising). Berfungsi mensupervisi atau mengawasi operasional kereta melalui
Operational Control Centre (OCC) untuk memberikan arahan rute. Mengantisipasi penambahan jumlah
kereta akibat penambahan traffic dan lain sebagainya.

Berdasarkan tiga serangkai ATC diatas maka UITP (International Association of Public Transport) membagi
tingkat otomatisasi kereta menjadi lima Grade of Automation (GoA) yaitu:
1) GoA 0 : operasi manual tanpa ATP
2) GoA 1 : operasi manual dengan ATP
3) GoA 2 : Semi-automation Train Operation (STO)
4) GoA 3 : Driverless Train Operation (DTO)
5) GoA 4 : Unattended Train Operation (UTO)

Lebih lengkap tentang apa yang ada di masing – masing GoA ada pada gambar berikut (kecuali GoA 0)
Kita bahas untuk lebih jelasnya. Pada GoA 0 dimana kereta dioperasikan manual tanpa ATP, artinya jika
kereta melewati batas kecepatan (taspat) masinislah yang bertugas mengerem (walaupun mungkin akan
ada peringatan overspeed pada seting kereta). Demikian pula jika kereta melanggar semboyan lampu
merah dan lain sebagainya. Sedangkan pada GoA 1 dimana sudah ditambahkan ATP, jika terjadi
overspeed atau melanggar semboyan lampu merah maka sistem akan otomatis melakukan pengereman.
Disinilah sistem proteksi berperan.

Selanjutnya pada GoA 2, seperti ditunjukkan pada gambar diatas, ATP dan ATO sudah dipakai tetapi driver/
masinis tetap dibutuhkan. Dengan adanya ATO, start dan stop kereta sudah dapat dilakukan secara
otomatis. Akan tetapi fungsi buka tutup pintu dan juga pada kondisi emergensi tetap dihandle oleh masinis.
Sedangkan pada grade yang lebih tinggi, GoA 3, peran masinis sudah digantikan oleh attendant (kru
kereta). Pada GoA 4 kereta benar – benar otomatis karena sudah mengaplikasikan ATP, ATO, dan ATS.
Sehingga buka tutup pintu dan juga pada kondisi darurat pun kereta dapat dikendalikan. Hal ini merupakan
salah satu manfaat dari ATS.

Sistem ATP memerlukan peralatan baik di lintas, sarana, maupun pusat kendali sehingga pasti memakan
dana yang tidak sedikit. Akan tetapi, sistem ini banyak diadopsi oleh kereta metro di seluruh dunia. Pasalnya
dengan penerapan ATP maka fleksibilitas operasi akan semakin meningkat. Jumlah kereta dalam lintas
dapat ditingkatkan dengan adanya moving block (CBTC) dan tentunya keamanan terjamin. Berdasarkan
data dari SIEMENS, penerapan ATO bahkan mampu menghemat konsumsi energi sampai dengan 20 %.

Anda mungkin juga menyukai