Anda di halaman 1dari 28

Muatan sumbu adalah jumlah tekanan roda dari satu

sumbu kendaraan terhadap jalan.


Jalan kelas I : jalan arteri dan kolektor, dapat dilalui
kendaraan bermotor dengan ukuran lebar tidak
melebihi 2.500 mm, ukuran panjang tidak melebihi
18.000 mm, ukuran paling tinggi 4.200 mm, dan
muatan sumbu terberat 10 ton.
Jalan kelas II : yaitu jalan arteri, kolektor, lokal, dan
lingkungan, lebar tidak melebihi 2.500 mm, ukuran
panjang tidak melebihi 12.000 mm, ukuran paling
tinggi 4.200 mm, dan muatan sumbu terberat 8 ton
Jalan kelas III : yaitu jalan arteri, kolektor, lokal, dan
lingkungan yang dapat dilalui kendaraan bermotor
dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.100 mm, ukuran
panjang tidak melebihi 9.000 mm, ukuran paling tinggi
3.500 mm, dan muatan sumbu terberat 8 ton.
Jalan kelas khusus, yaitu jalan arteri yang dapat dilalui
kendaraan bermotor dengan ukuran lebar melebihi 2.500
mm, ukuran panjang melebihi 18.000 mm, ukuran paling
tinggi 4.200 mm, dan muatan sumbu terberat lebih dari
10 ton.
Konstruksi perkerasan jalan direncanakan dengan sejumlah repetisi beban
kendaraan dalam satuan standard axle load (SAL) sebesar 18.000 lbs atau
8,16ton untuk as tunggal roda ganda (singel axle dualwheel).
Di lapangan berat dan konfigurasi sumbu kendaraan di dalam perhitungan
perkerasan perluterlebih dahulu ditransformasikan ke dalam equivalent
standard axle load (ESAL).
Angka ekuivalen bebansumbu kendaraan (E) adalah angka yang menyatakan
perbandingan tingkat kerusakan yang ditimbulkan oleh suatu lintas beban
sumbu tunggal/ganda kendaraan terhadap tingkat kerusakan yang ditimbulkan
oleh suatu lintasan beban standar sumbu tunggal seberat 8,16ton (18000 lb).
Lebar max. 2.500 mm
Tinggi max. 4.200 mm atau tidak melebihi 1,7 x
lebar kendaraan (Pengangkut Peti Kemas),
Tinggi max. 3.750 mm atau tidak melebihi 1,5 x
lebar kendaraan (selain pengangkut peti kemas)
Panjang max. 12.000 mm (kend. Tunggal)
Panjang max. rangkaian kendaraan bermotor dan
kereta tempelan atau kereta gandengan 18.000
mm.
Rear over hang (ROH) 62,5 % x jarak sumbu
Front over hang (FOH) 47,5% x jarak sumbu
Sudut pergi (departure angle) bagian belakang
bawah kendaraan min. 8 dari permukaan jalan.
LAMPU DAN PERLENGKAPAN TAMBAHAN
KENDARAAN BERMOTOR

Keterangan :
a. Tambahan peralatan (kaca spion, dll) tidak boleh menonjol keluar lebih dari 250 mm
dari body terluar
b. Lampu-lampu dipasangkan setangkup dan sama tinggi dan tidak lebih dari 1,25 m
diatas tanah
c. Lampu dipasang tidak melebihi 400 m dari sisi terluar kendaraan.
d. Untuk kendaraan yang mempunyai lebar lebih dari 2100 mm harus dipasang 2 buah
lampu putih atau kuning di sisi kiri atas dan kanan atas.
REAR OVER HANG DAN DEPARTURE ANGLE
KENDARAAN BERMOTOR

Keterangan :
a. Rear over hang harus lebih kecil atau sama dengan 62,5 % x jarak sumbu (b)
b. Jarak Sumbu
c. Departure Angle diatas 8 diukur dari atas permukaan jalan
PENETAPAN DAYA ANGKUT

JBB
Dari manufaktur
JBI
Dephub

Jalan

MST (kapasitas
daya dukung jalan)
Departemen PU
PENETAPAN DAYA ANGKUT
(Lanjutan)

DAYA ANGKUT (kg)

JBI (kg) - {BERAT KOSONG (kg) + BERAT ORANG (kg)}

VOLUME TANGKI (liter)

DAYA ANGKUT (kg) / BERAT JENIS MUATAN (kg/liter)


KELAS JALAN MST PANJANG LEBAR (mm)
(mm)
I (ARTERI) > 10 TON MAX 18.000 MAX 2.500
II (ARTERI) 10 TON MAX 18.000 MAX 2.500
III A (ARTERI atau 8 TON MAX 18.000 MAX 2.500
KOLEKTOR)
III B (KOLEKTOR) 8 TON MAX 12.000 MAX 2.500
III C (JALAN LOKAL) 8 TON MAX 9.000 MAX 2.100
KELAS JALAN KONFIGURASI GAMBAR JBI
SUMBU

12 TON
II 1.1
10 TON

II 16 TON
1.2
III 13 TON

II 22 TON
1.1.2
III 18 TON
HUBUNGAN KELAS JALAN, KONFIGURASI SUMBU,
dan JBI (JUMLAH BERAT YANG DIIZINKAN)

KELAS JALAN KONFIGURASI GAMBAR JBI


SUMBU

24 TON
II 1.2.2
21 TON

II 30 TON
1.1.2.2
III 25 TON
HUBUNGAN KELAS JALAN, KONFIGURASI SUMBU, dan
JBKI (JUMLAH BERAT KOMBINASI YANG DIIZINKAN)
- Untuk Kereta Tempelan -

KELAS JALAN KONFIGURASI GAMBAR JBKI


SUMBU

26 TON
II 1.2 - 2
21 TON

II 42 TON
1.22 22
III 35 TON

II 45 TON
1.22 - 222
III 38 TON
HUBUNGAN KELAS JALAN, KONFIGURASI SUMBU, dan
JBKI (JUMLAH BERAT KOMBINASI YANG DIIZINKAN)
- Untuk Kereta Gandengan -

KELAS JALAN KONFIGURASI GAMBAR JBKI


SUMBU

II 36 TON
1.2 + 2.2
III 28 TON
Hot-Mix Asphalt Surface
Progressively stronger layers

Base Course (Minimum CBR=80)


(May Require Stabilization)

Subbase (Minimum CBR=20)


(May Require Stabilization)

Frost Protection (As Appropriate)

Subgrade

19
Asphalt cement
Hot-mix asphalt (HMA)
Structure:

HMA Wearing Course


Surface Binder Course

Base Course (Bound or Unbound)

Subbase Course (Usually Unbound)

Subgrade Soil
4 Roles:

HMA Layer
Base Course

Subbase Course

Subgrade Soil
Traffic
Subgrade
Environment
Soil
PAVEMENT
PERFORMANCE
M&R

Materials C&M
Variation
Wheel
Load

HMA Surface

Base
Subbase

Subgrade Soil
Wheel
Load
HMA
Contraction Surface

Friction on Underside of HMA Surface

Crack or Crack or
Cold Joint Cold Joint
Tensile Strength

Tensile
Stress

Location Along HMA Surface


Oxidation Penetration
Surface-Initiated Crack

200+ mm
HMA
Surface Interface Between Lifts
Separation
of asphalt
binder from
aggregate
Wheel
Load

HMA Overlay Shear


Tension

PCC Slab Underlying Joint

Subbase Course

Subgrade Soil

Anda mungkin juga menyukai