Anda di halaman 1dari 20

RSNI0 XX:2018

RSNI1
Rancangan Standar Nasional Indonesia 1

Bantalan Sintetis untuk Jalur Kereta Api


Terbuat dari Fiber Reinforced Foamed Urethane (FFU)

ICS: XXXXX
Badan Standardisasi Nasional
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................................................... 1


DAFTAR ISI ............................................................................................................................... 3
PRAKATA .................................................................................................................................. 3
PENDAHULUAN ........................................................................................................................ 4
BANTALAN SINTETIS UNTUK JALAN REL ........................... Error! Bookmark not defined.
I. LATAR BELAKANG ........................................................ Error! Bookmark not defined.
II. TUJUAN........................................................................... Error! Bookmark not defined.
III. RUANG LINGKUP ........................................................... Error! Bookmark not defined.
IV. ACUAN NORMATIF ........................................................ Error! Bookmark not defined.
V. FUNGSI ............................................................................................................................ 5
VI. PERSYARATAN .............................................................. Error! Bookmark not defined.

Page 2 of 20
PRAKATA

Melihat kondisi saat ini dimana teknologi bidang material perkeretapian yang semakin maju
serta kondisi material alam yang semakin sedikit. Permintaan terhadap bantalan sintetis
semakin meningkat dengan semakin sadarnya konsumen terhadap kuantitas dan kualitas
material bantalan kayu yang semakin sulit didapatkan.

Bantalan sintetis memiliki sifat fisik yang baik seperti tidak adanya penurunan kualitas dan
kinerja, sebagaimana telah dibuktikan dengan kondisi bantalan sintetis yang sudah terpasang
di jalur kereta api di Jepang selama sekitar 25 tahun.

Standar Nasional Indonesia (SNI) Bantalan Sintetis untuk Jalur Kereta Api Terbuat dari Fiber
Reinforced Foamed Urethane (FFU) dirumuskan dengan tujuan sebagai berikut:
- Melindungi keselamatan konsumen;
- Menstandarisasi pengadaan barang dan jasa sehingga mutu terjamin sesuai dengan
persyaratan;
- Menstandarisasi kondisi teknik bantalan sintetis untuk Jalur Kereta Api Terbuat dari Fiber
Reinforced Foamed Urethane (FFU) sehingga terjamin sesuai dengan persyaratan;
- Mewujudkan persaingan usaha yang sehat dalam pengadaan barang dan jasa.

Standar ini disusun oleh komite Teknis 45 Prasarana Perkeretaapian.


Standar ini telah melalui proses jajak pendapat pada tanggal....

Bantalan sintetis pada SNI ini khusus untuk bantalan sintetis yang terbuat dari fiber reinforced
foamed urethane (FFU).

Perlu diperhatikan bahwa kemungkinan beberapa unsur dari dokumen standar ini dapat
berupa hak paten. Badan Standardisasi Nasional (BSN) tidak bertanggung jawab untuk
pengidentifikasian salah satu atau seluruh hak paten yang ada.

Page 3 of 20
Pendahuluan

Standardisasi perlu dilakukan untuk memperoleh mutu yang terjamin dari segala pengadaan
barang dan jasa tersebut, baik dalam proses pembuatan maupun ukuran yang terdapat pada
barang tersebut. Standardisasi juga dilakukan untuk menyesuaikan dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Proses standardisasi dilakukan oleh suatu instansi yang
berwenang dengan standard skala Nasional maupun Internasional sehingga diperoleh suatu
spesifikasi baku yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam proses pengadaan baik
produksi suatu alat maupun barang.

Standardisasi yang dilakukan di Indonesia akan dilabelkan sebagai Standar Nasional


Indonesia (SNI). SNI sendiri akan menjadi acuan perusahaan industrial dalam pengadaan
produksi suatu barang ataupun alat di Indonesia. Lembaga yang berhak mengeluarkan Label
SNI di Indonesia adalah Badan Standardisasi Nasional (BSN).

Salah satu barang dibidang perkeretaapian yang membutuhkan standarisasi adalah bantalan
sintetis untuk Jalur Kereta Api Terbuat dari Fiber Reinforced Foamed Urethane (FFU). Seperti
halnya bantalan kayu, bantalan sintetis ini memiliki fungsi sebagai berikut:
- Mengikat rel sehingga lebar jalan rel tetap terjaga;
- Mendistribusikan/meneruskan beban kereta api dan konstruksi jalan dari rel ke balas atau
ke pemikul memanjang jembatan (gaya vertikal) sistem pendukung lainnya;
- Memberikan stabilitas ke arah luar jalan rel, dengan mendistribusikan gaya longitudinal
dan lateral dari rel ke balas atau sistem pendukung lainnya. ke pemikul memanjang
jembatan.
Mengingat fungsinya yang sangat vital maka dibutuhkan standarisasi sehingga dapat
memudahkan dalam proses produksi dan pengadaan oleh instansi terkait.

Proses standardisasi bantalan sintetis untuk Jalur Kereta Api Terbuat dari Fiber Reinforced
Foamed Urethane (FFU) ini bertujuan untuk:
1. Mendukung keselamatan perjalanan kereta api;
2. Melindungi keselamatan konsumen;
3. Sebagai landasan atau acuan dalam proses pengadaan barang;
4. Menstandarisasi kondisi teknik bantalan sintetis sesuai dengan persyaratan;
5. Mewujudkan persaingan usaha yang sehat dalam pengadaan barang dan jasa.

Page 4 of 20
Bantalan Sintetis untuk Jalur Kereta Api
Terbuat dari Fiber Reinforced Foamed Urethane

1. Ruang Lingkup
Standar ini menetapkan data teknik, metode pengujian, dan persyaratan teknik lainnya terkait
bantalan sintetis untuk jalur kereta api dengan komposisi material terdiri dari serat kaca kontinu
(continuous glass fibre) dan busa poliuretan kaku (rigid polyurethane foam). Standar ini
digunakan untuk lebar jalan rel 1067 mm.

2. Acuan Normatif
Standar acuan utama adalah Japan Industrial Standard (JIS) E 1203 tahun 2007 atau edisi
standar yang terbaru (termasuk amandemen) tentang Synthetic sleepers – Made from fiber
reinforced foamed urethane atau standar internasional lainnya yang ekuivalen.
Standar-standar atau edisi standar yang terbaru (termasuk amandemen) berikut ini berisi
ketentuan sebagai bahan acuan lainnya yang dapat diterapkan dalam standar bantalan sintetis
untuk Jalur Kereta Api Terbuat dari Fiber Reinforced Foamed Urethane (FFU), antara lain:
JIS B 7502 Micrometre callipers
JIS B 7507 Vernier, dial and digital callipers
JIS B 7512 Steel tape measures
JIS B 7516 Metal rules
JIS B 7753 Light-exposure and light-and-water-exposure apparatus (Open-flame
sunshine carbon-arc type)
JIS B 7754 Light-exposure and light-and-water-exposure apparatus (xenon-arc lamp
type)
JIS E 1001 Railway – Permanent way vocabulary
JIS E 1108 Rail spikes
JIS E 1109 Screw spikes
JIS K 6911 Testing methods for thermosetting plastics
JIS Z 8703 Standard atmospheric conditions for testing

3. Istilah dan Definisi

a. Bantalan sintetis
Bantalan yang dicetak dengan menggunakan material continuous glass fibre reinforced
urethane foam resin.

b. Pengolahan tahan abrasi (abrasion resistant processing)


Pengolahan yang dapat memperkuat permukaan dengan tujuan untuk mencegah keausan pada
bantalan sintetis.

Page 5 of 20
c. Paking (Packing)
Blok pengisi (Filler block) yang ditempatkan pada bagian bawah permukaan bantalan jembatan
diproduksi dengan menggunakan material yang setara dengan material bantalan sintetis yang
berfungsi untuk penyesuaian tinggi bantalan jembatan. Commented [U1]: Apakah perlu dimasukkan atau tidak?
Adanya di pembahasan klasifikasi, terkait pengolahan (processing)
sedangkan pada spek ini, tidak ada klasifikasi
4. Persyaratan mutu
4.1 Ukuran dan toleransi ukuran bantalan sintetis
Ukuran bantalan sintetis mengacu pada ketentuan Tabel 1 berikut:

Tabel 1. Ukuran bantalan sintetis


Panjang Lebar Tebal
Lokasi Pemasangan
(mm) (mm) (mm)
Sambungan rel 2000 220 – 350 180 – 200
Jembatan 1800 – 2000 220 – 310 180 – 320
Wesel 2000 – 4400 220 - 260 140

Gambar 1- Contoh gambar bantalan sintetis

Toleransi ukuran bantalan sintetis mengacu pada ketentuan Tabel 2 berikut:

Tabel 2. Toleransi ukuran bantalan sintetis (sumber: JIS E 1203)


Kategori Toleransi
Tebal ± 2 mm
Lebar ± 3 mm
Panjang ± 5 mm
Kelengkungan Maks. 2/1000 panjang
Puntiran Maks. 1/1000 panjang

Kelengkungan

Page 6 of 20
Gambar 2 – Kelengkungan dan puntiran bantalan sintetis

4.2 Syarat fisik bantalan sintetis


1. Bantalan sintetis harus terbebas dari retak (crack), celah (fissure), menggembung
(blister), porositas dan kondisi tidak rata yang merugikan (unevenness detrimental to
use);
2. Bantalan sintetis harus di beri warna untuk menjaga kualitas tampilan;
3. Untuk pewarnaan standar bahan dan warna pelapis adalah disesuaikan dengan
spesifikasi yang ditentukan oleh pemesan.

4.3 Material bantalan sintetis


Bantalan sintetis harus menggunakan bahan baku/material utama berupa serat kaca
kontinu (continuous glass fibre) dan resin uretan dengan tambahan sejumlah kecil katalis
dan bahan pembusa (foaming agent).

4.4 Kinerja bantalan sintetis


Tabel 3. Nilai sifat fisik bantalan (sumber: JIS E 1203)
Sifat Fisik Satuan Nilai
Kekuatan Kekuatan lentur (Bending strength) N/mm2 min. 70
Bahan (Material Modulus Young dalam kelenturan N/mm2 min. 6000
strength) (Young’s modulus in flexure)
Ketahanan beban lentur (Withstand kN min. 170
bending load)
Kuat tekan longitudinal N/mm2 min. 40
(Longitudinal compressive
strength)
Kuat geser (Shearing strength) N/mm2 min. 7
Kuat geser adhesi (Adhesion N/mm2 min. 7
shearing strength) (kepatahan bahan
dasar/base
material breakage)
Sifat Listrik Tegangan dadal arus bolak-balik kV min. 20
(Electrical (Alternating-current breakdown
Properties) voltage)

Page 7 of 20
Resistansi isolasi arus searah Ω min. 1 x 1010
(Direct-current insulation
resistance)
Kekuatan Cabut Kekuatan cabut track spike (Track kN min. 15
(Pulling spike pulling strength)
Strength) Kekuatan cabut screw spike kN min. 30
(Screw spike pulling strength)
Unit Massa Jenis (Unit Volume Mass) g/cm3 0.74 ± 0.1
Jumlah Penyerapan Air (Amount of Water Absorption) mg/cm2 maks. 10
Uji ketahanan api (Flame resistance test) (dihilangkan mm < 25
3 des)

Tabel 4 - Nilai sifat fisik bantalan setelah mendapatkan uji ketahanan cuaca
(sumber: JIS E 1203)
Sifat Fisik Satuan Nilai
Kekuatan Kekuatan lentur (Bending strength) N/mm2 min. 50
Bahan (Material Modulus Young dalam kelenturan N/mm2 min. 4200
strength) (Young’s modulus in flexure)
Kuat tekan longitudinal N/mm2 min. 30
(Longitudinal compressive
strength)
Kuat geser adhesi (Adhesion N/mm2 min. 5
shearing strength) (kepatahan bahan
dasar/base
material breakage)

5. Metode Pengujian
5.1 Metode uji bantalan sintetis
Pengujian didasarkan pada ukuran dan toleransi yang diijinkan, didasarkan pada
dokumen ini dan mengacu pada standar JIS E 1203: 2007 atau standar yang terbaru atau
standar internasional lainnya yang ekuivalen.
5.2 Hasil pengujian terhadap bahan yang digunakan
Produsen harus menyertakan hasil uji laboratorium (mill certificate) struktur bahan yang
digunakan sebelum dan setelah proses produksi dari lembaga independen/resmi yang
telah mendapatkan persetujuan dari pemesan.
5.3 Pengujian terhadap bantalan sintetis
a. Uji kekuatan lentur dan modulus Young pada lenturan (Test of bending
strength dan Young’s modulus in flexure)
Pengujian harus dilakukan pada suhu sekitar 23˚C ± 5˚C sesuai dengan metode
berikut:

Page 8 of 20
Spesimen uji harus diambil dari produk atau bahan dasar yang dibuat dengan kondisi
yang sama dengan produk nya sehingga arah longitudinal menjadi sejajar dengan
arah serat dan vertikal terhadap arah beban.
Untuk metode pengujian, beban terpusat harus diaplikasikan ke bagian tengah
bentang (span). Kecepatan pembebanan rata-rata 14,7 N/mm2 per menit atau kurang.
Dimensi dan bentang spesimen uji seperti gambar berikut:

Gambar 3 – Dimensi dan bentang spesimen uji kekuatan lentur dan modulus Young pada
lenturan (satuan: mm)

Perhitungan dari hasil pengujian sesuai dengan rumus berikut:

∆𝑃 𝐼3
𝐸𝑏 = 48 𝐼 ∆𝑌

𝑃𝑚 𝑙
𝜎𝑏 =
4𝑍

𝑏 ℎ2
𝑍 = 6

Dimana, 𝐸𝑏 : Modulus Young dalam kelenturan (N/mm2)


𝜎𝑏 : Kekuatan lentur (N/mm2)
𝑍 : Section modulus (mm3)
∆𝑃 : Perbedaan antara beban batas atas dan beban batas bawah
pada daerah proporsional (N)
∆𝑌 : Defleksi tengah bentang ke ∆𝑃 (mm)
𝐼 : Momen inersia geometris (mm4)
𝑙 : Bentang (span) (mm) (diganti menjadi L kecil latin)
𝑏 : Lebar spesimen uji (mm)
ℎ : Tinggi spesimen uji (mm)
𝑃𝑚 : Beban maksimum (N)
Beban maksimum mengacu pada beban sebelum spesimen uji
mulai patah.

Hasil pengujian harus sesuai dengan tabel 3. (akan dipindahkan ke pasal


keberterimaan)

Page 9 of 20
b. Uji ketahanan beban lentur (Withstand bending load test)
Pengujian harus dilakukan pada suhu normal yang ditentukan dalam tabel 1 dari 3.1
JIS Z 8703 (dilampirkan) sesuai dengan metode berikut:
Untuk metode pengujian, seperti yang ditunjukkan pada gambar 4, beban maksimum
harus dibaca saat beban terpusat diaplikasikan pada tengah bentang spesimen uji
dan spesimen uji patah. Pada saat pengujian, untuk mencegah kerusakan pada
spesimen uji, perlu ditambahkan pelat baja baik di titik pembebanan maupun titik
tumpuan.
Ukuran Pelat baja:
A. Pada titik pembebanan 12 mm x 200 mm x 140 mm dengan sudut-sudut tepi
dibuat lengkung (chamfered) dengan radius 10 mm.
B. Pada titik tumpuan 12 mm x 200 mm x 280 mm.

Kecepatan pembebanan 2,0 mm ± 0,5 mm per menit.

Pelat baja A

Gambar 4 – Dimensi dan bentang spesimen uji ketahanan beban lentur (satuan: mm)

c. Uji ketahanan tekan longitudinal (Longitudinal compressive strength test)


Pengujian harus dilakukan pada suhu sekitar 23˚C ± 5˚C sesuai dengan metode
berikut:
Spesimen uji harus diambil dari produk atau bahan dasar yang dibuat dengan kondisi
yang sama dengan produk sehingga arah beban menjadi sejajar dengan arah serat.
Untuk metode pengujian, pembebanan akan dilakukan pada spesimen uji yang
disusun di antara pelat baja datar. Kecepatan pembebanan rata-rata 9,80 N/mm2 per
menit atau kurang. Spesimen uji berbentuk heksahedron persegi panjang 20 mm x
20 mm x 40 mm seperti Gambar 5:

Pelat baja B

Page 10 of 20
Gambar 5 –Spesimen uji ketahanan tekan longitudinal (satuan: mm)

Perhitungan dari hasil pengujian sesuai dengan rumus berikut:

𝑃𝑚
𝜎𝑐 =
𝐴

Dimana, 𝜎𝑐 : Kuat tekan longitudinal (N/mm2)


𝑃𝑚 : Beban maksimum (N)
Beban maksimum mengacu pada beban sebelum spesimen uji
mulai melengkung
𝐴 : Luas penampang melintang (mm2)

d. Uji kuat geser (Shearing strength test)


Pengujian harus dilakukan pada suhu sekitar 23˚C ± 5˚C sesuai dengan metode
berikut:
Spesimen uji harus diambil dari produk atau bahan dasar yang dibuat dengan kondisi
yang sama dengan produk sehingga arah beban menjadi sejajar dengan arah serat.
Pembebanan harus dilakukan sesuai dengan metode pembebanan yang ditunjukkan
pada gambar 6. Kecepatan pembebanan rata-rata 5,88 N/mm2 per menit atau kurang.
Spesimen uji berbentuk heksahedron persegi panjang 40 mm x 50 mm x 52 mm dan
pada posisi pembebanan dipotong dengan ukuran 10 mm x 10 mm seperti gambar
7 berikut:

Beban

Balok
beban

Spesimen Spesimen
uji uji

Gambar 6 – Metode pembebanan Gambar 7 – Spesimen uji kuat geser


uji kuat geser (satuan: mm)

Perhitungan dari hasil pengujian sesuai dengan rumus berikut:

𝑃𝑚
𝜏 = 𝐴

Dimana, 𝜏 : Kuat geser (N/mm2)


𝑃𝑚 : Beban maksimum (N)
Beban maksimum mengacu pada beban sebelum spesimen uji
mulai patah
𝐴 : Luas penampang melintang (mm2)

Page 11 of 20
e. Uji kuat geser adhesi
Pengujian harus dilakukan pada suhu sekitar 23˚C ± 5˚C sesuai dengan metode
berikut:
Spesimen uji harus dipotong sehingga arah beban menjadi sejajar dengan arah serat
dan permukaan perekat. Pembebanan disesuaikan sampai dengan 9,8 kN per menit
atau kurang atau kecepatan crosshead travel harus disesuaikan mencapai 0,3 s.d 0,5
mm/menit. Pembebanan harus dilakukan sesuai dengan metode pembebanan yang
ditunjukkan pada gambar 8. Spesimen uji harus dipotong dari bahan dasar yang
dilekatkan dan harus dibuat sesuai bentuk dan ukuran yang ditunjukkan pada gambar
9 sebagai berikut:

Beban

Permukaan
Balok adhesif
beban
Permu-
kaan
adhesif
Spesimen
uji

Permukaan
adhesif
Setting jig
spesimen uji

Gambar 8 –Metode pembebanan uji kuat Gambar 9 –Spesimen uji kuat geser adhesi
geser adhesi (satuan: mm)

Perhitungan dari hasil pengujian sesuai dengan rumus berikut:

𝑃𝑚
𝑆 = 𝐴

Dimana, 𝑆 : Kuat geser (N/mm2)


𝑃𝑚 : Beban maksimum (N)
Beban maksimum mengacu pada beban sebelum spesimen uji
mulai patah
𝐴 : Luas penampang melintang (mm2)

f. Uji tegangan dadal arus bolak-balik (Alternating-current breakdown voltage


test) (konfirmasi) ( Metoda uji mengacu standar apa?, Pak Dicky konfirmasi)
Pengujian harus dilakukan pada suhu normal yang ditentukan dalam tabel 1 dari 3.1
JIS Z 8703 (dicantumkan) sesuai dengan metode berikut:
Untuk spesimen uji, pelat 20 mm x 80 mm x 100 mm seperti yang diperlihatkan pada
gambar 10, sumbu longitudinal harus diambil pada arah serat, dan perawatan (curing)
sepsimen uji harus dilakukan pada suhu 20˚C di udara selama 48 jam. Bentuk
elektroda harus seperti yang ditunjukkan pada gambar 11, elektroda harus dipasang

Page 12 of 20
pada bagian yang hampir tengah, antara bagian bawah dan bagian atas spesimen
uji, dan tekanan kontak antara elektroda kurang lebih 5 kN. Metode aplikasi tegangan
harus berupa metode short-time break-down-test, dan tegangan dadal arus bolak-
balik harus diukur dengan menaikkan tegangan dari 0 V pada kecepatan konstran
sehingga kerusakan isolasi (insulation breakage) terjadi selama jangka waktu 10 detik
sampai 20 detik rata-rata.
Untuk lingkungan uji, pengujian harus dilakukan dalam minyak silikon dan sebagainya
pada suhu 23˚C ± 1˚C sehingga pelepasan ke udara (aerial discharge) tidak terjadi.

Spesimen
uji

Gambar 10 – Spesimen uji tegangan dadal Gambar 11 – Bentuk elektroda uji tegangan
arus bolak-balik (satuan: mm) dadal arus bolak-balik

g. Uji resistansi isolasi arus searah (Direct-current insulation resistance test)


(konfirmasi)
Pengujian harus dilakukan pada suhu normal yang ditentukan dalam tabel 1 dari 3.1
JIS Z 8703 (dicantumkan) sesuai dengan metode berikut:
Untuk spesimen uji, pelat 5 mm x 20 mm x 40 mm seperti yang diperlihatkan pada
gambar 12, sumbu longitudinal harus diambil pada arah serat, dan pengerasan
(curing) harus dilakukan pada suhu 20˚C di udara selama 48 jam. Kemudian dua
lubang untuk mendorong elektroda dibuat dan diselesaikan dengan menggunakan
taper pin reamer seperti yang ditunjukkan pada gambar 12.
Pengujian dilakukan dengan menggunakan alat ukur resistansi isolasi arus searah
yang terdiri dari elektroda, catu daya, galvanometer, universal shunt, sakelar, dan
sebagainya seperti tampak pada gambar 13. Untuk elektroda, brass taper pin
berdiameter 5 mm, yang permukaannya bebas dari cacat serta catu daya harus
menggunakan sel kering atau baterai penyimpanan dari tegangan arus searah 500
V.

Page 13 of 20
Guard Elektroda Spesimen uji

Galvanometer

Gambar 12 – Spesimen uji resistansi isolasi Gambar 13 – Alat ukur uji resistansi isolasi
arus searah (satuan: mm) arus searah

Perhitungan dari hasil pengujian sesuai dengan rumus berikut:

𝑆1 × 𝜃1
𝑅 = 𝑅𝑠
𝑆2 × 𝜃2

Dimana, 𝑅 : Resistansi isolasi arus searah (MSS)


𝑅𝑠 : Resistansi referensi (Mn)
𝑆1 : Magnifikasi universal shunt pada saat pengukuran dengan
menggunakan resistansi referensi 𝑅𝑠
𝜃1 : Defleksi galvanometer pada saat pengukuran dengan
menggunakan resistansi referensi 𝑅𝑠 (mm)
𝑆2 : Magnifikasi universal shunt pada saat pengukuran dengan
menghubungkan spesimen uji
𝜃2 : Defleksi galvanometer pada saat menghubungan spesimen
uji (mm)

h. Uji kekuatan cabut track spike dan screw spike (Track spike and screw spike
pulling strength test) (konfirmasi)
Uji kekuatan track spike dan screw spike sesuai dengan JIS E 1203 serta hasil uji
harus sesuai dengan ketentuan pada tabel 3.
Untuk pengujian ini, harus disiapkan lubang pada spesimen uji bantalan sintetis
berukuran 140 mm x 200 mm x 700 mm seperti yang ditunjukkan pada gambar
sebagai berikut:

Page 14 of 20
untuk Track Spike untuk Screw Spike
Lubang yang
disiapkan

Gambar 14 – Spesimen uji bantalan sintetis (satuan: mm)

- Uji kekuatan cabut track spike


Untuk pengujian ini, lubang bor dengan diameter 14 mm atau 15 mm dengan
kedalaman 110 mm harus dibuat pada spesimen uji bantalan sintetis, dan track
spike yang sesuai dengan JIS E 1108 dimasukkan ke spesimen uji dengan cara
dipukul dengan palu spike atau sejenisnya sampai kedalaman 20 mm.
Pada saat pengujian, kecepatan pembebanan 2 mm/menit ± 0,5 mm/menit, dan
nilai maksimum kekuatan tarik harus diukur.
- Uji kekuatan tarik screw spike
Untuk pengujian ini, lubang bor dengan diameter 18 mm dan kedalaman 110 mm
harus dibuat pada spesimen uji bantalan sintetis, dan screw spike yang sesuai
dengan JIS E 1109 dimasukkan ke spesimen uji dengan cara dikencangkan
dengan menggunakan impact wrench atau sejenisnya sampai kedalaman 30
mm.
Pada saat pengujian, kecepatan pembebanan 2 mm/menit ± 0,5 mm/menit, dan
nilai maksimum kekuatan tarik harus diukur.

i. Pengukuran massa jenis


Untuk pengukuran satuan massa volume bantalan sintetis harus diukur massa dan
volume bahan baku. Satuan massa volume dihitung dari hasil pengukuran sesuai
dengan rumus berikut:

𝑊
𝑝 =
𝑉

Dimana, 𝑝 : Massa volume (g/cm3)


𝑊 : Massa (g)
𝑉 : Volume (cm3)

j. Uji jumlah penyerapan air (Amount of water absorption test)


Pengujian dilakukan sesuai dengan metode berikut:
Spesimen uji berbentuk heksahedron persegi panjang 30 mm x 30 mm x 100 mm dan
sumbu longitudinal harus diambil pada arah serat. Spesimen uji diberikan lapisan
yang benar-benar kedap air pada seluruh permukaan kecuali dua sisi yang
berhadapan. Adapun bahan campuran terdiri dari cold setting phenol resin, paraffin
dan vaseline dengan proporsi yang sama, pelapisan dilakukan beberapa kali seperti
ditunjukkan pada gambar 15.

Page 15 of 20
Untuk pengujian, menggunakan air tawar yang disimpan pada suhu 25˚C ± 1˚C dan
spesimen uji harus diletakkan sedemikian rupa sehingga permukaan penyerapan air
dibuat vertikal terhadap permukaan air, ujung atasnya terletak pada kedalaman 50
mm dari permukaan air dan arah serat menjadi sejajar dengan permukaan air, dan
harus direndam selama 24 jam.
Bagian yang dilapisi
(kedap air)

Permukaan penyerapan air

Gambar 15 –Spesimen uji jumlah penyerapan air (satuan: mm)

Perhitungan dari hasil pengujian sesuai dengan rumus berikut:

𝑚 2 − 𝑚1
𝑆𝑤 = 𝐴

Dimana, 𝑆𝑤 : Jumlah penyerapan air (mg/cm2)


𝑚1 : Massa spesimen uji setelah dilapisi (waterproofing) sebelum
perendaman (mg)
𝑚2 : Massa spesimen uji setelah selesainya perendaman 24 jam (mg)
𝐴 : Total luas permukaan serapan air (cm2)

k. Pengukuran dimensi
Pengukuran dimensi sesuai dengan ukuran yang diberikan oleh pemesan,
sedangkan untuk toleransi dimensi bantalan sintetis harus sesuai dengan ketentuan
pada tabel 2. (masuk ke pasal keberterimaan)
Untuk pengukuran dimensi, bantalan sintetis harus diletakkan di atas pelat yang halus
dan rata, dan pengukuran dilakukan dengan menggunakan alat ukur panjang,
dengan ketentuan pengukuran sebagai berikut:
- Pengukuran dimensi
Dimensi dari masing-masing sisi harus diukur seperti yang ditunjukkan pada
gambar berikut:

Gambar 16 – Metode pengukuran dimensi

- Pengukuran kelengkungan camber


Untuk pengukuran camber, bantalan sintetis harus diletakkan di atas pelat halus,
levelling string harus diregangkan di tengah arah lebar permukaan atas, dan

Page 16 of 20
jumlah camber di tempat yang paling jauh harus diukur seperti yang ditunjukkan
pada gambar berikut:

camber

-
-

Gambar 17 – Metode pengukuran kelengkungan camber

- Pengukuran kelengkungan bend


Untuk pengukuran bend, bantalan sintetis harus diletakkan di atas pelat halus,
levelling string harus diregangkan di tengah bagian sisi permukaan, dan jumlah
bend di tempat yang paling jauh harus diukur seperti yang ditunjukkan pada
gambar berikut:

bend

Gambar 18 – Metode pengukuran kelengkungan bend

- Pengukuran torsi/puntiran
Untuk pengukuran puntiran, bantalan sintetis harus diletakkan di atas pelat halus,
levelling string harus diregangkan pada garis diagonal permukaan atas, dan
selisih elevasi levelling string di tempat yang paling jauh pada permukaan atas
harus diukur seperti yang ditunjukkan pada gambar berikut:

Gambar 19 – Kelengkungan dan puntiran bantalan sintetis

l. Uji ketahanan api (Flame resistance test)


Uji ketahanan api harus dilakukan sesuai dengan metode A yang ditentukan dalam
5.24 dari JIS K 6911 (SNI??) . Untuk metode uji ketahanan api pembakar harus
berukuran diameter 8,5 ~ 11,5 mm dengan bahan gas pembakaran atau gas minyak
cair. Api dinyalakan secara stabil dengan api berwarna biru dengan ketinggian sekitar
25 mm. Dimensi spesimen uji panjang 127 mm, lebar 12,7 mm dan tebal 12,7 mm

Page 17 of 20
dengan toleransi (+/-) 0,5mm. Spesimen uji di laminasi pada salah satu ujung (ujung
manapun) dengan memberikan tanda garis sepanjang 25 mm.

Gambar 20 – Skema spesimen uji ketahanan Api (satuan: mm)

Pengujian dilakukan pada ruangan yang kedap udara. Arah panjang dari spesimen
uji dibuat horizontal, dan lebarnya juga dibuat horizontal dengan kemiringan 45
derajat di atas ujung nyala api. Nyala api dibiarkan pada suhu 30 derajat selama 30
detik. Saat akan menyalakan api gunakan stopwatch secara bersamaan dan matikan
stopwatch saat nyala api pada spesimen uji sudah mati. Spesimen di diamkan selama
180 detik. Selanjutnya, ukur jarak spesimen uji dari ujung bawah ke batas terakhir
bekas pembakaran dengan satuan millimeter. Apabila jarak pembakaran < 25 mm,
spesimen tersebut dapat di terima (material bagus) sedangkan apabila jarak
pembakaran > 25 mm, spesimen tersebut tidak dapat di terima (material tidak bagus).

m. Uji ketahanan fatigue (Fatigue resistant test)


Uji resistansi fatigue harus dilakukan pada suhu normal sesuai tabel 1 dari 3.1 JIS Z
8703 sesuai dengan metode berikut:
Untuk metode uji, seperti yang ditunjukkan pada gambar 20, beban berulang harus
dilaksanakan 100.000 kali pada 2 Hz sampai 5 Hz ke bagian tengah bentang (support
span). Besarnya beban berulang adalah beban di mana tegangan lentur maksimum
yang dihasilkan sebesar 28,0 N/mm2.
Pada saat pengujian, untuk mencegah kerusakan pada spesimen uji, pelat baja 12
mm x 200 mm x 140 mm yang sudut-sudut tepinya dibuat lengkung (chamfered) harus
disediakan pada bagian pembebanan dan pelat baja 12 mm x 200 mm x 280 mm
pada bagian titik tumpuan. Untuk pelat baja bagian titik tumpuan, pelumas harus
diaplikasikan untuk mencegah panas dan penyimpangan akibat gesekan antara pelat
dan spesimen uji.

Page 18 of 20
Gambar 21 – Skema spesimen uji ketahanan fatigue (satuan: mm)

n. Uji ketahanan terhadap cuaca (Weatherability test)


Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan sunshine carbon-arc type
weatherometer atau xenon-arc lamp type weatherometer (selanjutnya disebut
“wheatherometer”). Spesimen uji memiliki dimensi yang sama dengan spesimen uji
yang ditunjukkan pada gambar 3, 5, dan 9.
Pemasangan weatherometer terhadap spesimen uji, dengan arah radiasi sinar
ultraviolet harus seperti yang ditunjukkan pada Gambar 21. Suhu di dalam ruang
weatherometer berkisar 36˚C ± 5˚C, dan waktu penyinaran adalah siklus 120 menit
yang terdiri dari 102 menit penyinaran, dan dilanjutkan dengan 18 menit penyinaran
dan penyemprotan (spray). Waktu penyinaran 5000 jam bila menggunakan sunshine
carbon-arc type weatherometer. Setelah waktu radiasi selesai, kekuatan lentur dan
modulus Young pada lenturan untuk spesimen uji dalam a), kekuatan longitudinal
untuk spesimen uji dalam b), kuat geser adhesi untuk spesimen uji dalam c), harus
diperoleh sebagai nilai sifat fisik setelah uji ketahanan terhadap cuaca dari bantalan
sintetis sesuai dengan metode uji pada klausul 5.3
Bila menggunakan lampu xenon-arc lamp type weatherometer, waktu penyinaran
bisa lebih singkat menjadi 3300 jam.

Sisi
perekatan
adhesif

Arah radiasi (sisi


pembebanan) Arah radiasi Arah radiasi
a) Spesimen uji kekuatan lentur dan b) Spesimen uji c) Spesimen uji
modulus Young pada lenturan kuat tekan kuat geser
longitudinal adhesi

Gambar 22 – Arah radiasi sinar ultraviolet

6. Syarat lulus Uji


6.2 Inspeksi/Pemeriksaan
Pemeriksaan terhadap bantalan sintetis adalah sebagai berikut:
a. Pemeriksaan dimensi
Pemeriksaan harus sesuai dengan spesifikasi pada klausul 4.1 tabel 1 dan 2.

b. Pemeriksaan visual

Page 19 of 20
Pemeriksaan harus sesuai dengan spesifikasi pada klausul 4.2
c. Pemeriksaan kinerja
Pemeriksaan harus sesuai dengan spesifikasi pada klausul 4.4 tabel 3 dan 4.
7. Penandaan
Setiap bantalan sintetis harus diberi tanda (marking) yang tidak dapat dihapus dan ditempatkan
pada posisi yang dapat dilihat dengan jelas, sebagai berikut:
a. Panjang bantalan sintetis;
b. Nama pabrikan atau singkatannya;
c. Tahun pembuatan (dua angka terakhir tahun Masehi).

Page 20 of 20

Anda mungkin juga menyukai