KATA PENGANTAR
Modul-1 Dasar-Dasar Pengeboran merupakan salah satu dari 4 Modul
dalam Pelatihan Pengeboran. Materi pokok modul ini berisi tentang dasar-
dasar pengeboran sumur airtanah dengan ruang lingkup materi sebagai
berikut Geologi dan Jenis Batuan, Pengertian Airtanah dan Istilah lainnya,
Hidrologi Airtanah, Ilmu yang Berkaitan dengan Airtanah, Keterdapatan
Airtanah, Jenis dan Macam Akuifer, Cekungan Airtanah dan Potensi,
Konsep Pengembangan Airtanah, Perencanaan Pengembangan Airtanah,
Konservasi Airtanah, metode-metode pengeboran, peralatan pengeboran,
bahan pengeboran, tipe sumur bor airtanah dan tahapan proses
pengeboran sumur airtanah.
DAFTAR ISI
a. Deskripsi............................................................................... ii
b. Persyaratan .......................................................................... ii
c. Metode ................................................................................. ii
PENDAHULUAN ............................................................................. 1
e. Estimasi Waktu..................................................................... 3
PENUTUP ..................................................................................... 81
GLOSARIUM ................................................................................ 86
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi iii
Modul 1 Dasar-Dasar Pengeboran
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. 1 Batu Apung ........................................................................... 5
Gambar 1. 2 Obisidian ............................................................................... 5
Gambar 1. 3 granit ..................................................................................... 6
Gambar 1. 4 Basalt .................................................................................... 6
Gambar 1. 5 Diorit...................................................................................... 7
Gambar 1. 6 Andesit .................................................................................. 7
Gambar 1. 7 Gabro .................................................................................... 8
Gambar 1. 8 Liparit .................................................................................... 8
Gambar 1. 9 Konglomerat ......................................................................... 9
Gambar 1. 10 Batupasir ............................................................................. 9
Gambar 1. 11 Batu Serpih ....................................................................... 10
Gambar 1. 12 Batu Gamping (limestone) ................................................ 10
Gambar 1. 13 Breksi ................................................................................ 11
Gambar 1. 14 Stalaktit dan Stalagmit ...................................................... 12
Gambar 1. 15 Batu Lempung ................................................................... 12
Gambar 1. 16 Batu Pualam ..................................................................... 13
Gambar 1. 17 Batu Sabak ....................................................................... 13
Gambar 1. 18 Batu Gneiss (Ganes)......................................................... 14
Gambar 1. 19 Batu Sekis ......................................................................... 15
Gambar 1. 20 Batu Kuarsit ...................................................................... 15
Gambar 1. 21 Milonit ................................................................................ 16
Gambar 1. 22 Kedudukan Tipe Akuifer .................................................... 20
Gambar 1. 23 Sketsa airtanah artesis dan akuifernya ............................. 21
Gambar 1. 24 Siklus Air / Hidrologi .......................................................... 23
Gambar 1. 25 Konfigurasi akuifer terkekang dan muka airtanah pada
sumur ...................................................................................... 30
Gambar 1. 26 Konfigurasi akuifer terkekang dan muka airtanah pada
sumur ...................................................................................... 30
Gambar 1. 27 konfigurasi akuifer bocoran dan muka airtanah pada sumur
................................................................................................ 30
DAFTAR TABEL
Tabel 1. 1 Pengertian airtanah menurut para ahli .................................... 17
Tabel 2. 1 Klasifikasi Metode Pengeboran ............................................... 43
b. Persyaratan
Dalam mempelajari modul ini peserta pelatihan perlu mempelajari
terlebih dahulu materi materi geolistrik secara umum.
c. Metode
Dalam pelaksanaan pembelajaran ini, metode yang dipergunakan
adalah dengan kegiatan pemaparan yang dilakukan oleh Widyaiswara,
ceramah interaktif, tanya jawab, dan diskusi dan permainan.
d. Alat Bantu/Media
Untuk menunjang tercapainya tujuan pembelajaran ini, diperlukan Alat
Bantu/Media pembelajaran tertentu, yaitu:
1. LCD/projector
2. Laptop
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi iii
Modul 1 Dasar-Dasar Pengeboran
PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Air bersih adalah salah satu kebutuhan yang paling pokok bagi
manusia. Salah satu sumber air bersih adalah airtanah, yang
merupakan air yang paling banyak dimanfaatkan dalam kehidupan
sehari-hari. Adanya pemenuhan air yang menjadi kebutuhan pokok
masyarakat yang tak bisa ditunda lagi.
Pusdiklat Sumber Daya Air dan Konstruksi, Badan Pengembangan
Sumber Daya Manusia, Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat menyadari bahwa untuk mendukung pencapaian
pemenuhan air maka diperlukan program pelatihan bagi Aparat Sipil
Negara di lingkungan Kementerian PUPR yang kompeten dalam hal
Pengeboran khususnya Pengeboran Sumur Airtanah.
Dalam modul I membahas tentang Dasar-Dasar Pengeboran yang
meliputi Konsep Dasar Airtanah serta Konsep Dasar Pengeboran.
b. Deskripsi Singkat
Pelatihan Pelatihan teknis pengeboran airtanah ini dimaksudkan untuk
meningkatkan kompetensi ASN di lingkungan kementerian PUPR agar
memiliki kemampuan, keterampilan dan sikap perilaku yang diperlukan
dalam melakukan pekerjaannya pada pengeboran sumur airtanah
melalui pembelajaran tentang dasar-dasar pengeboran sumur
airtanah, rencana pengeboran sumur airtanah, praktik pengeboran
sumur airtanah dan laporan hasil pengeboran sumur airtanah. Metode
yang dipergunakan dalam pelatihan ini antara lain: ceramah, diskusi,
dan dibantu dengan menggunakan media film dan media lainnya.
c. Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran terdiri dari hasil belajar dan indikator keberhasilan
sebagai berikut:
1. Hasil Belajar
2. Indikator Keberhasilan
Setelah mengikuti pembelajaran, peserta mampu:
a) Menjelaskan konsep dasar airtanah dengan benar dalam
mendukung pekerjaan sehari-hari.
b) Menjelaskan konsep dasar pengeboran sumur airtanah dengan
benar dalam mendukung pekerjaan sehari-hari.
b) Peralatan Pengeboran.
c) Bahan Pengeboran
d) Tipe Sumur Bor Airtanah.
e) Tahapan Proses Pengeboran Sumur Airtanah.
e. Estimasi Waktu
Alokasi waktu yang diberikan untuk pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar untuk mata pelatihan Dasar-Dasar Pengeboran pada peserta
pelatihan ini adalah 9 JP (jam pelajaran @45 menit).
MATERI POKOK 1
KONSEP DASAR AIRTANAH
Uraian Materi
1.1 Geologi dan Jenis Bantuan
1.1.1 Geologi
Geologi adalah suatu bidang ilmu pengetahuan kebumian yang
mempelajari segala sesuatu mengenai planit bumi beserta isinya
yang pernah ada. Merupakan kelompok ilmu yang membahas
tentang sifat-sifat dan bahan-bahan yang membentuk bumi, struktur,
proses-proses yang bekerja baik didalam maupun di atas permukaan
bumi, kedudukannya di alam semesta serta sejarah perkembangan
nya sejak bumi ini lahir di alam hingga sekarang. (Djauhari Noor,
2012)
Contoh:
1) Batu Apung
(a) Ciri: warna keabu-abuan, berpori-pori, bergelembung,
ringan, terapung dalam air
Gambar 1. 2 Obisidian
3) Granit
Gambar 1. 3 Granit
4) Basalt
(a) Ciri: terdiri atas kristal-kristal yang sangat kecil, berwarna
hijau keabu-abua dan berlubang-lubang.
Gambar 1. 4 Basalt
5) Diorit
(a) Ciri: merupakan batuan beku intrusi, berwarna kelabu
bercampur putih, atau hitam bercampur putih
Gambar 1. 5 Diorit
6) Andesit
(a) Ciri: merupakan batuan beku ekstrusi, bertekstur halus,
berwarna abu-abu hijau tetapi sering merah atau jingga
Gambar 1. 6 Andesit
7) Gabro
(a) Ciri: merupakan batuan beku intrusi yang terbentuk di
bawah kerak samudera oleh laju pendinginan magma
yang lebih lambat, berwarna hitam, hijau, dan abu-abu
gelap. Struktur batuan ini adalah massive, tidak terdapat
Gambar 1. 7 Gabro
8) Liparit
(a) Ciri: bertekstur porfiris dan umumnya berwarna putih,
mineral pembentuknya feldspar, kuarsa, biotit dan
mungkin juga mineral berwarna gelap.
Gambar 1. 8 Liparit
b) Batuan Sedimen
Gambar 1. 9 Konglomerat
2) Batu Pasir
(a) Ciri: tersusun dari butiran-butiran pasir, warna abu-abu,
kuning, merah.
Gambar 1. 10 Batupasir
3) Batu Serpih
(a) Ciri: lunak, baunya seperti tanah liat, butir-butir batuan
halus, warna hijau, hitam, kuning, merah, abu-abu.
4) Batugamping (limestone)
(a) Ciri: agak lunak, warna putih keabu-abuan, membentuk
gas karbon dioksida kalau ditetesi asam.
5) Breksi
(a) Ciri: batuan yang terdiri dari fragmen - fragmen mineral
rusak atau batuan yang disemen secara bersama-sama
Gambar 1. 13 Breksi
7) Batu Lempung
(a) Ciri: coklat, keemasan, coklat, merah, abu-abu
c) Batuan Metamorf
2) Batuan Sabak
(a) Ciri: abu-abu kehijau-hijauan dan hitam, dapat dibelah-
belah menjadi lempeng-lempeng tipis
(b) Cara terbentuk: terbentuk bila batu serpih kena suhu dan
tekanan tinggi
(c) Kegunaan: dijadikan sebagai kerajinan, sebagai batu
tulis, sebagai bahan bangunan, dan untuk membuat atap
rumah (semacam genting)
3) Gneiss (ganes)
4) Sekis
(a) Ciri: berwarna hitam, hijau dan ungu, mineral pada
batuan ini umumnya terpisah menjadi berkas-berkas
bergelombang yang diperlihatkan dengan kristal yang
mengkilap dan terkadang ditemukan kristal garnet
(b) Cara terbentuk: batuan metamorf regional yang
terbentuk pada derajat metamorfosa tingkat menengah.
(c) Kegunaan: sebagai sumber mika yang utama (satu
komponen penting dalam pembuatan kondensator dan
kapasitor dalam industri elektronika)
5) Kuarsit
(a) Ciri: berwarna abu-abu, kekuningan, cokelat, merah,
sering berlapis-lapis dan dapat mengandung fosil, lebih
keras dibanding gelas dan terdapat butiran sedang
(b) Cara terbentuk: metamorfose dari batuan pasir, jika
strukturnya tak mengalami perubahan dan masih
menunjukan struktur aslinya. Kuarsit terbentuk akibat
panas yang tinggi sehingga menyebabkan rekristalisasi
kwarsa dan felsdpar.
(c) Kegunaan: dijadikan sebagai kerajinan, konstruksi jalan
dan perbaikan
6) Milonit
(a) Ciri: butir-butir batuan ini lebih halus dan dapat dibelah,
dan abu-abu, kehitaman, coklat, biru
(b) Cara terbentuk: terbentuk oleh rekristalisasi dinamis
mineral-mineral pokok yang mengakibatkan
pengurangan ukuran butir-butir batuan
(c) Kegunaan: dijadikan sebagai kerajinan
Gambar 1. 21 Milonit
Air Tanah adalah air yang terdapat di dalam lapisan tanah atau
batuan di bawah permukaan tanah (Peraturan Menteri Energi dan
Sumber Daya Mineral Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2018
Tentang Pedoman Penetapan Zona Konservasi Airtanah).
Menurut Brown, L.J. (1981) Airtanah sering disebut sebagai
komponen tersembunyi dari siklus hidrologi karena tidak seperti air
di sungai, itu tidak dapat dilihat, kecuali ketika kadang-kadang naik
ke permukaan sebagai mata air. Airtanah adalah air yang hidup dan
bergerak di bawah permukaan tanah. Ini terjadi dalam berbagai
variasi formasi batuan dan jenis tanah yang membentuk kerak bumi,
tetapi airtanah paling berguna dikaitkan dengan jenis batuan
sedimen seperti kerikil atau pasir.
Kodoatie, (2012) menjelaskan bahwa Airtanah merupakan bagian air
di alam yang terdapat di bawah permukaan tanah. Pembentukan
airtanah mengikuti siklus peredaran air di bumi yang disebut daur
hidrologi, yaitu proses alamiah yang berlangsung pada air di alam
yang mengalami perpindahan tempat secara berurutan dan terus
menerus.
Didasarkan pada pendapat para ahli, maka airtanah adalah air yang
berada di bawah permukaan bumi dan tersimpan pada lajur jenuh
kemudian bergerak sebagai aliran melalui pori antar butir dalam
batuan dan lapisan-lapisan tanah. Airtanah terdapat di bawah
permukaan tanah yang menempati ruang pori antar butir material
Air artesis atau air artois nampak ditutupi suatu lapisan kedap air
sehingga mengalami tekanan, oleh karena itu sering disebut juga
dengan airtanah terkekang (confined water).Air artesis yang
posisinya tadi berada di bawah akan terdorong naik sampai
setara dengan muka airtanah. Jika ketinggian piezometrik
terletak di atas muka tanah, air akan memancar ke atas
permukaan tanah sebagai sumur mancur atau sumur artesis
(flowing well). Agar lebih jelas bisa dilihat pada sketsa di bawah
ini.
Lapisan terkekang
1.3.1 Pengertian
Hidrogeologi berasal dari dua suku kata yaitu Hidro yang berarti air,
dan geologi yang berarti ilmu yang mempelajari tentang bumi. Maka
hidrogeologi dapat diartikan ilmu yang mempelajari mengenai air
beserta proses, sifat fisik, dan keterdapatannya di alam.
1.4.1 Hidrogeokimia
1.4.2 Hidrometeorologi
Adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara unsur-unsur
meteorologi dengan siklus hidrologi, tekanannya pada hubungan
timbal balik.
1.4.3 Hidroklimatologi
d) Umur batuan
Umur batuan yang lebih tua umumnya mempunyai potensi yang
lebih rendah jika dibandingkan dengan batuan yang berumur lebih
muda. Demikian pula batuan yang mempunyai retakan rapat
mempunyai potensi akuifer yang lebih besar.
e) Hubungan sortasi dan porositas
1) Pada alluvial: Sortasi pada aluvial yang baik, (ukuran butir
hampir seragam) mempunyai porositas yang lebih tinggi
dibanding yang sortasinya jelek.
f) Permeabilitas
g) Konduktivitas hidraulik
Konduktivitas hidraulik merupakan kemampuan suatu batuan
untuk mengalirkan airtanah pada kecepatan tertentu.
Konduktivitas hidraulik pada batuan terkekarkan memiliki
kompleksitas (derajat heterogenitas dan anisotrop) yang lebih
tinggi dibandingkan dengan konduktivitas hidraulik pada batuan
sedimen. Umumnya dalam pembuatan model distribusi sebaran
hidroulik, batuan sedimen dikaji secara homogen dan isotrop.
Dengan melakukan distribusi konduktivitas hidraulik batuan
sedimen secara heterogen, akan memberikan pemahaman
bahwa di alam distribusi sebaran batuan sedimen tidak seragam
walaupun dalam satu lapisan. Nilai konduktivitas hidraulik
didapatkan dari uji akuifer dengan metode constant head
permeabilitas pada sampel hasil pengeboran inti (Cahyadi dkk,
2014).
Batuan sedimen memiliki potensi paling tinggi sebagai akuifer. Hal
ini disebabkan batuan sedimen memiliki struktur berlapis-lapis,
batuan ini umumnya tidak terlalu padat dan pejal, terutama yang
berumur muda. batuan sedimen juga memiliki butir kasar dan
bersifat urai, sehingga banyak mengandung rongga atau ruang
antar butir. Contoh pada endapan sungai atau alluvial.
Meskipun tergolong pejal dan padat, ada salah satu jenis batuan
sedimen yang juga berpotensi besar menyimpan airtanah yaitu
batu gamping. Hal ini disebabkan oleh sifat mineral penyusun
yang mudah larut oleh air hujan, sehingga seringkali terbetuk
b) Studi Penjajakan
c) Studi Pra Kelayakan
d) Studi Kelayakan
e) Pengembangan
2) Sumber Data
d) Studi Kelayakan
e) Implementasi
Pelaksanaan menyeluruh
1) Penyelesaian semua program terencana tahap sebelumnya.
Direalisasi dengan kriteria yang telah disiapkan.
2) Penyelidikan;
3) Penelitian;
4) Eksplorasi; dan/atau
5) Evaluasi data.
1.11 Rangkuman
Airtanah adalah air yang bergerak di dalam tanah yang terdapat
dalam ruang antar butir-butir tanah yang meresap ke dalam tanah
dan bergabung membentuk lapisan tanah yang disebut akuifer.
Macam-macam akuifer terdiri dari akuifer bebas, akuifer terkekang,
akuifer semi terkekang dan akuifer semi bebas. Pembagian airtanah
berdasarkan letak kedalaman terdiri dari airtanah dalam dan airtanah
dangkal. Sedangkan berdasarkan jenisnya terdiri dari meteoric
water, airtanah tubir, air fosil, air magma, air pelikular/ari, air freatis,
dan air artesis.
Air hujan sebagian besar akan mengalir ke permukaan sebagai air
permukaan seperti danau, sungai atau rawa. Sebagian kecil air
huijan akan meresap ke dalam tanah yang apabila meresap terus
hingga zona jenuh maka akan menjadi airtanah. Konservasi airtanah
dilakukan sebagai upaya memelihara keberadaan serta
keberlanjutan keadaan, sifat, dan fungsi airtanah agar senantiasa
tersedia dalam kuantitas dan kualitas yang memadai untuk
memenuhi kebutuhan makhluk hidup, baik pada waktu sekarang
maupun yang akan datang
Rencana Perencanaan Pengembangan Airtanah dibuat oleh instansi
teknis tingkat intansi terkait sesuai dengan kewenangannya
berdasarkan ketersediaan air (debit andalan) dan
mempertimbangkan usulan rencana tata tanam dan rencana
kebutuhan air baku, kondisi hidroklimatologi
MATERI POKOK 2
KONSEP DASAR PENGEBORAN
Indikator Hasil Belajar
Dengan mengikuti pelatihan ini, peserta pelatihan dapat menjelaskan
konsep dasar pengeboran sumur airtanah dengan benar dalam mendukung
pekerjaan sehari-hari
Uraian Materi
2.1 Metode-Metode Pengeboran
Cable Hollow
Rotary Auger Jetting Driving
Tool Rod
Other Percussion Hydraulic Continous- Hydraulic- Jet- Driven
names Spudding rotary flight auger percussion percussion well
Churn Drill (mud point,
rotary, stab well
down hole
hammer,
reverse
circulation)
Drilling Raising- Rotating Rotating of Raising- Jetting Well
motion dropping of drill string augers dropping action of point and
drill stem and bit and bit of drill rods water casing
and bit and bit exiting bit driven
into
ground to
displace
soil
material
Drill string Cable with Swivel- Top head Swivel- Swivel- Drive
suspended kelly drill drive drive block drive block cap-5
drill string rods- auger drill rods- drill rods- foct
(rope stabilizer- flights-bit bit bit casing
socket, drill bit (top lengths
stem, bit) head or drive
table drive) point
b) Mud Pump
c) Air Compressor
d) Truck Crane
e) Mesin Pompa
f) Alat-alat Bantu
Jenis mesin bor dapat ditentukan dari rencana sumur bor yang akan
dibuat. Adapun jenis mesin bor tersebut adalah:
a) Mesin Bor Tumbuk
Mesin bor tumbuk yang biasanya disebut cable tool atau spudder
rig yang diopersikan dengan cara mengangkat dan menjatuhkan
alat bor berat secara berulang- berulang ke dalam lubang bor.
Mata bor akan memecahkan batuan terkosolidasi menjadi
kepingan kecil atau akan melepaskan butiran – butiran pada
lapisan.Kepingan atau hancuran tersebut merupakan campuran
lumpur dan fragmen batuan pada bagian dasar lubang, jika di
dalam lubang tidak dijumpai air, perlu ditambahkan air guna
membentuk fragmen batuan (slurry). Pertambahan volume slurry
sejalan dengan kemajuan pengeboran yang pada jumlah terentu
akan mengurangi daya tumbuk bor.
Bila kecepatan laju pengeboran sudah menjadi sangat menjadi
sangat lambat, slurry diangkat ke permukaan dengan
menggunakan timba (bailer) atau sand pump. Beberapa faktor
yang mempengaruhi kecepatan laju pengeboran (penetrasi)
dalam pengeboran tumbuk di antaranya adalah:
1) Kekerasan lapisan batuan
(a) Ekonomis:
2) Kekurangannya:
Unit pemutar pada jenis Top Drive bergerak turun naik pada
menara, tenaganya berasal dari unit transmisi hidrolik yang
digerakkan oleh pompa.
Penetrasinya dapat langsung sepanjang stang bor yang
dipakai (umumnya sepanjang 3,6m – 9 m), sehingga jenis
mempuyai kinerja yang paling baik.
8) Spindle
Saat ini, mata bor jenis four-cone hanya dibuat dari milled
tooht bit dan biasanya digunakan untuk mengebor lubang
berukuran besar (lebar). Seperti lubang dengan diameter
26 inch (660,4 mm) atau bahkan yang lebih lebar.
2) Diamond Bit
Yaitu bit yang salah satu nozzle-nya lebih besar dari yang
lain, dan umumnya digunakan pada formasi lunak. Pada
saat pembelokan, drill string tidak diputar hingga
memberikan semburan lumpur yang tidak merata dan
mengakibatkan lubang membelok ke arah ukuran nozzle
dengan tekanan jet yang lebih keras.
2) Spud bit
Bit berbentuk baji, tanpa roller dan punya satu nozzle. Bit
ini dioperasikan dengan memberikan tekanan tinggi pada
mud hingga menimbulkan tenaga jet ditambah dengan
tenaga tumbukan. Setelah lubang dibelokkan sedalam 15-
20 meter dari lubang awal, barulah diganti dengan bit
semula.
Spud bit hanya digunakan pada formasi lunak (sand dan
shale yang lunak - medium)
Gambar 2.5 Button Bits 1”- 12” Low To High Pressure Downhole
Hammer Bit
b) Log Elektris
2) Log Resistivitas
Setiap jenis log dimaksudkan secara bersamaan atau satu per satu
untuk mengetahui informasi tertentu, dan semuanya dipadukan
untuk mendapatkan informasi kondisi bawah permukaan
(subsurface) sehingga dapat menentukan tahapan berikutnya dalam
pencarian sumber airtanah.
a) Resistivity long normal
c) Neutron Log
Log neutron merupakan rekaman dari reaksi formasi akibat
penembakan neutron. Hal ini berkaitan dengan hydrogen index
pada formasi yang mengindikasikan banyaknya hidrogen dalam
formasi. Log ini dapat pula digunakan untuk mengidentifikasi
litologi, evaporit, mineral hidrat, dan batuan volkanik (Rider,
2000).
2) Sarjana T. Tambang
3) Bor master
4) Operator
Peralatan pengeboran dibagi 2 (dua) yaitu:
1) Alat utama antara lain: truk dan crane
2) Alat bantu antara lain: mud pump, pompa, drill pipe, dan
peralatan lainya.
d) Pengeboran Pilot
Pembuatan pilot hole dimaksudkan untuk mengetahui litologi
secara rinci. Pilot hole dilakukan dengan mata bor kecil, misalnya
dengan mata bor jenis wing bit sampai kedalaman melebihi
kedalaman konstruksi sumur yang direncanakan, dengan tujuan
agar sisa kedalaman tersebut dapat berfungsi sebagai kantong-
kantong yang tidak terangkat
Sistem pengeboran yang diterangkan disini adalah
menggunakan system bor putar (rotary drilling) dan tekanan
bawah (pull down pressure) yang dibarengi dengan sirkulasi
Lumpur bor (mud flush) kedalam lubang bor.
Pengeboran pilot hole adalah pekerjaan pengeboran tahap awal
dengan diameter lubang kecil sampai kedalaman yang
dikehendaki, diameter pilot hole biasanya antara 4 sampai
dengan 8 inchi, Selain itu juga ditentukan dengan kemampuan
atau spesifikasi mesin bor yang digunakan.
Hal-hal yang perlu diamati dan dicatat dalam pekerjaan
pengeboran pilot hole adalah:
1) Kekentalan (viskositas) Lumpur bor
f) Reaming
Yang dimaksud dengan reaming adalah memperbesar lubang
bor sesuai dengan diameter konstruksi pipa casing dan saringan
(screen) yang direncanakan. Hal-hal yang diamati dalam tahap
pekerjan reaming adalah sama seperti pada tahap pekerjaan
pilot hole, hanya pada pekerjaan reaming cutting (formasi
lapisan tanah) tidak perlu diambil lagi. Ideal selisih diameter
lobang bor dengan pipa casing adalah 6 inchi. Hal ini
dimaksudkan untuk mempermudah masuknya konstruksi pipa
casing dan saringan (sreen) serta masuknya penyetoran kerikil
pembalut (gravel pack).
g) Flushing (Pengurasan Sumur)
Flushing adalah proses sirkulasi pembersihan cutting dan
pengenceran lumpur bor dalam rangka persiapan pemasangan
konstrusi sumur. Lumpur disirkulasikan terus menerus selama
beberapa jam agar cutting diyakini sudah bersih yang ada hanya
lumpur bor saja didalam lubang yang selesai di bor. Setelah
bersih dari cutting, lumpur diencerkan untuk memudahkan
pemasangan screen, casing dan gravel pack (Konstruksi).
Tanpa diencerkan casing dan screen serta gravel pack
kemungkinan sulit dibenamkan karena berat jenis lumpur dalam
keadaan kental (sebelum diencerkan itu tinggi), gravel pack juga
cuma mengapung saja.
h) Instalasi pipa dan Pemasangan Screen
Instalasi disini dimaksudkan adalah mulai memasang peralatan
untuk sumur bor, seperti casing, dan screen.
Setelah pengeboran selesai sesuai dengan kedalaman yang
ditentukan, maka dilakukan sirkulasi lumpur tanpa penetrasi, rata
rata selama 4 (empat) jam atau sampai lubang bor betul-betul
i) Gravel packing
Pemasangan ini bertujuan untuk membuat lapisan dengan
koefisien permeabilitas tinggi di sekeliling saringan pada rongga
annulus, di mana partikel-partikel halus dari akuifer yang terbawa
dapat tersaring sehingga air dapat mengalir ke dalam sumur
melalui zona ini tanpa membawa pasir dan dengan kehilangan
tinggi-tekan (head loss) dapat diabaikan. Penyetoran kerikil
pembalut (gravel pack) bertujuan untuk menyaring masuknya air
dari formasi lapisan akuifer kedalam saringan (screen) dan
mencegah masuknya partikel kecil seperti pasir ke dalam lubang
saringan (screen).
j) Developing/finishing
Development adalah proses penyelesaian sumur dengan
menghilangkan mud cake yang terjadi selama pengeboran dan
membersihkan sisa sisa lumpur bor didalam sumur dan yang
masuk dalam pori formasi akuifer; caranya dengan memberikan
energi dapat berupa peniupan udara tekanan tinggi,
pengocokan, penyemprotan air tekanan tinggi dan sebagainya.
Development juga bertujuan untuk menstabilkan formasi pasir
yang terdapat di sekitar screen/ gravel pack untuk mendapatkan
air yang jernih/bersih dan harus di lakukan segera setelah
instalasi selesai. Adapun manfaat dari tahap Well Development
ini antara lain menghilangkan atau mengurangi penyumbatan
2.6 Rangkuman
Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut.
Tahapan pengeboran airtanah meliputi:
1. Tahap perencanaan lokasi
2. Tahap persiapan
3. Tahap pengeboran awal (pilot hole)
4. Tahap electrical logging
PENUTUP
A. Evaluasi Kegiatan Belajar
B. Kunci Jawaban
DAFTAR PUSTAKA
Asdak, Chay. 2010. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Boonstra, J. dan N.A. De Ridder. 1981, Numerical Modelling of
Groundwater Basin. Wageningen International Institute for Land
Reclamation and Improvement
Bouwer, H., 1978. Ground Water Hydrology. New York:McGraw-Hill
Cahyadi, dkk. 2014. Penerapan Model Pembelajaran Koooperatif Tipe
Team Assisted Individualization (TAI) Terhadap Pemahaman Konsep
Matematis.
Danaryanto, H. (2005), Airtanah di Indonesia dan Pengelolaannya. Jakarta:
Departemen ESDM
Fetter, C.W. 1994. Applied Hydrogeology. New Jersey: Prentice-Hall, Inc.,
Gregory K.J, Walling D.E, 1973. Drainage Basin Form and Process, A
Geomorphological Approach. Edward Arnold Ltd, London, pp 1-451
Kodoatie, Robert J. 2012. Tata Ruang Airtanah. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Linsley, Ray K dan Joseph B Franzini. 1996. Teknik Sumber Daya Air Jilid
2. Jakarta: Erlangga.
Noor, Djauhari. 2012. Pengantar Geologi. Bogor: Universitas Pakuan.
Pigawati, Bitta.
Priadana, H. Sidik dan Hadian, Dedi, 2013. Paradigma Kepemimpinan Di
Indonesia: Telaah Tematik Optik Filosofis, Rasional, Kritis, Reflektif,
Radikal dan Kontemporer Hingga Ki Sunda. Bandung
Rider, Malcolm. 2002. “The Geological Interpretation of Well Logs, 2nd
Edition, revised 2002”. Scotland: Whittles Publishing
Serra, O. 1984, Fundamentals of Well-Log Interpretation, New York:
Elsevier.
Soemarto. 1987. Hidrologi Teknik. Surabaya: Usaha Nasional.
Todd, D. K., 1980, Groundwater Hydrology, 2nd Edition, New York: John
Wiley & Sons.
GLOSARIUM
Air yang terdapat dalam lapisan tanah atau
Airtanah batuan yang mengandung air bawah
permukaan tanah
Airtanah yang berada di bawah lapisan
Airtanah dalam airtanah dangkal dan di antara dua lapisan
impermeable
Airtanah yang berada di bawah permukaan
Airtanah dangkal
tanah dan di atas batuan impermeable
Lapisan batuan yang mempunyai susunan
Akuifer sedemikian rupa sehingga dapat meyimpan
dan mengalirkan airtanah yang cukup
Permukaan sumur atau permukaan lubang
Bibir sumur (top of
bor pada atau di atas permukaan tanah
borehole)
sebagai titik acuan pengukuran
Cara untuk mendapatkan rekaman log yang
detail mengenai formasi geologi dengan
menggunakan alat ukur yang dimasukkan
Borehole logging
kedalam lubang sumur atau lubang bor
untuk evaluasi formasi dan identifikasi ciri-
ciri batuan di bawah permukaan
Suatu wilayah yang dibatasi oleh batas
hidrogeologis seperti proses pengimbuhan,
Cekungan airtanah
pengaliran, dan pelepasan airtanah
berlangsung.
Serpihan-serpihan batuan sebagai akibat
Cutting tergerusnya batuan tersebut oleh mud bor
pada saat pengeboran berlangsung
Daerah resapan air yang mampu
Daerah imbuhan
menambah airtanah secara alamiah pada
airtanah
cekungan airtanah.