MODUL 0
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya
validasi dan penyempurnaan Modul Pengukuran Topografi JIAT sebagai Materi
Substansi dalam Pelatihan Perencanaan Jaringan Irigasi Air Tanah (JIAT). Modul ini
disusun untuk memenuhi kebutuhan kompetensi dasar Aparatur Sipil Negara (ASN)
di bidang Sumber Daya Air.
Modul Pengukran Topografi JIAT disusun dalam 6 (enam) bab yang terbagi atas
Pendahuluan, Materi Pokok, dan Penutup. Penyusunan modul yang sistematis
diharapkan mampu mempermudah peserta pelatihan dalam memahami pengukuran
topografi JIAT dalam perencanaan JIAT. Penekanan orientasi pembelajaran pada
modul ini lebih menekankan pada partisipasi aktif dari para peserta.
Akhirnya, ucapan terima kasih dan penghargaan kami sampaikan kepada Tim
Penyusun dan Narasumber Validasi, sehingga modul ini dapat diselesaikan dengan
baik. Penyempurnaan maupun perubahan modul di masa mendatang senantiasa
terbuka dan dimungkinkan mengingat akan perkembangan situasi, kebijakan dan
peraturan yang terus menerus terjadi. Semoga Modul ini dapat memberikan manfaat
bagi peningkatan kompetensi ASN di bidang Sumber Daya Air.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................ii
DAFTAR TABEL..........................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................................v
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL........................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................1
1.2 Deskripsi Singkat..............................................................................................2
1.3 Tujuan Pembelajaran........................................................................................2
1.3.1 Hasil Belajar...........................................................................................2
1.3.2 Indikator Hasil Belajar............................................................................2
1.4 Materi Pokok dan Sub Materi Pokok................................................................3
BAB IV PENUTUP......................................................................................................69
4.1 Simpulan.........................................................................................................69
4.2 Tindak Lanjut..................................................................................................70
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................72
GLOSARIUM...............................................................................................................73
KUNCI JAWABAN......................................................................................................74
LAMPIRAN
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI iii
MODUL 9 PENGUKURAN TOPOGRAFI JIAT
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
Deskripsi
Modul Pengukuran Topografi JIAT ini terdiri dari empat kegiatan belajar
mengajar. Kegiatan belajar pertama membahas ikhtisar pekerjaan. Kegiatan
belajar kedua membahas titik control tanah. Kegiatan belajar ketiga membahas
metoda pengamatan dan pengukuran. Kegiatan belajar keempat membahas
pengambaran.
Persyaratan
Metode
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI vii
MODUL 9 PENGUKURAN TOPOGRAFI JIAT
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI viii
MODUL 9 PENGUKURAN TOPOGRAFI JIAT
BAB I
PENDAHULUAN
Pemanfaatan air tanah untuk irigasi, dikenal dengan jaringan irigasi air
tanah (JIAT) telah lama dikembangkan oleh pemerintah melalui
Kementerian PUPR hamper diseluruh provinsi di Indonesia. Jaringan irigasi
air tanah adalah jaringan irigasi yang airnya berasal dari air tanah, mulai
dari sumur dan instalasi pompa sampai dengan saluran irigasi air tanah
termasuk bangunan di dalamnya. Pembangunan jaringan irigasi air tanah
memerlukan tenaga-tenaga ahli yang mengerti di dalam perencanaan,
pelaksanaan, dan pengawasan jaringan irigasi air tanah.
1) Umum
2) Ruang Lingkup Pekerjaan
3) Basis Survei
4) Hasil dan Data yang Harus Diserahkan Kepada Pihak Pemilik
Pekerjaan
5) Latihan
6) Rangkuman
7) Evaluasi
b) Materi Pokok 2: Titik Kontrol Tanah
1) Ketentuan Umum Pemasangan Benchmark
2) Pemasangan Benchmark
3) Latihan
4) Rangkuman
5) Evaluasi
c) Materi Pokok 3 : Metoda Pengamatan dan Pengukuran
1) Pengamatan GPS
2) Pengukuran Poligon Utama
3) Pengukuran Poligon Cabang
4) Pengukuran Azimut Matahari
5) Pengukuran Sifat Datar
6) Pengukuran Situasi Detail
7) Pengukuran Profil Melintang dan Memanjang
8) Pencatatan, Reduksi dan Pemrosesan Data Hasil Pengamatan di
Lapangan
9) Latihan
10)Rangkuman
11)Evaluasi
BAB II
IKHTISAR PEKERJAAN
Indikator Hasil Belajar:
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta diharapkan mampu memahami ruang lingkup
pekerjaan pengukuran dan pemetaan teristis.
2.1 Umum
Peta adalah bayangan yang diperkecil dari sebagian besar atau kecil
permukaan bumi, bayangan ini harus selengkap-lengkapnya mengingat
perkecilan itu. Perkecilan ini adalah perbandingan antara suatu jarak diatas
peta dan jarak yang sama diatas permukaan bumi, dan perbandingan ini
dinamakan skala dari peta.
Menurut skala peta dapat dibagi dalam :
a. Peta teknis dengan skala sampai dengan skala 1 : 10.000
b. Peta topografi dengan skala lebih kecil dari pada skala 1 : 10.000
sampai dengan skala 1 : 100.000
c. Peta geografi dengan skala lebih kecil dari skala 1 : 100.000
2.4 Hasil dan Data yang Harus Diserahkan Kepada Pemilik Pekerjaan
Adapun hasil dan data yang harus diserahkan kepada Pihak Pemilik
Pekerjaan adalah sebagai berikut:
a) Satu set peta asli digital skala 1 : 2.000, / 1 : 1.000/ 1 : 5.00 yang
dilengkapi dengan titik-titik tinggi pada kertas transparan yang stabil dan
dalam bentuk VCD/ DVD.
b) Satu set peta asli digital dengan skala 1 : 5000 / 1 : 10.000 /1 : 25.000
yang dilengkapi dengan garis-garis tinggi, pada kertas transparan yang
stabil dan dalam bentuk VCD/ DVD.
c) Semua eksemplar asli dan satu set fotokopi semua pekerjaan observasi
dan perhitungan, diberi indeks, dijilid dan dilengkapi dengan keterangan/
referensi.
d) Daftar koordinat dari benchmark yang dibuat, lengkap dengan data-data
pilar triangulasi yang digunakan sebagai titik ikat Referensi.
e) Gambaran letak titik-titik secara lengkap, termasuk elevasinya,
koordinat-koordinat dan 5 (lima) foto untuk masing-masing benchmark
yang digunakan.
f) Sepuluh salinan/ kopi laporan akhir yang meliputi penelitian lapangan,
proses serta hasilnya. Laporan tersebut harus merinci metode
sebenarnya yang digunakan, ketepatan sebenarnya yang diperoleh dan
kesulitan-kesulitan yang dijumpai serta pemecahannya pada seluruh
tahap pekerjaan. Laporan itu meliputi diagram-diagram jaring koordinat
dan sifat-sifat dasar serta penjelasan mengenai semua titiktitik tetap dan
titik-titik koordinat. Laporan tersebut tidak boleh semata-mata
mengulangi isi ketentuan-ketentuan teknis tetapi harus benar-benar
berdasarkan hasil pelaksanaan.
2.5 Latihan
1. Sebutkan jenis peta menurut skala peta!
2. Sering kita menggunakan peta, apa yang dimaksud dengan peta
teristris?
3. Apa yang diperlukan untuk menetapkan rencana pemasangan
Benchmark?
2.6 Rangkuman
Secara garis besar pekerjaan pemetaan teristris terdiri dari Pemasangan
Benchmark dan Patok Kayu, Pengukuran Koordinat, Pengukuran Sipat
Datar, Pengukuran Situasi Detail, Pengukuran Profil Melintang dan
Memanjang, Perhitungan dan Penggambaran.
Referensi yang digunakan sebagai titik ikat pengukuran koordinat (x, y) dan
pengukuran tinggi (z) menggunakan titik tetap Badan Informasi Geospasial
(BIG).
2.7 Evaluasi
1. Referensi yang digunakan sebagai titik ikat pengukuran koordinat (x,y)
dan pengukuran tinggi (z) adalah :
a. Titik tetap Badan Informasi Geospasial (BIG), atau titik yang sudah
ada disekitar lokasi pekerjaan
b. Titik tetap lokal atau titik yang sudah ada disekitar lokasi pekerjaan
c. Titik tetap sembarang atau titik yang sudah ada disekitar lokasi
pekerjaan
d. Semuanya benar
2. Laporan akhir pengukuran harus berisikan :
a. Mengulangi isi ketentuan-ketentuan teknis dan sesuai dengan
keadaan hasil pelaksanaan.
b. Mengulangi isi ketentuan-ketentuan teknis tetapi tidak benar-benar
berdasarkan hasil pelaksanaan
c. Tidak mengulangi isi ketentuan-ketentuan teknis tetapi tidak benar-
benar berdasarkan hasil pelaksanaan
d. Tiadak boleh semata- mata mengulangi isi ketentuan-ketentuan
teknis tetapi harus benar-benar berdasarkan hasil pelaksanaan
3. Pemasangan bench mark (BM) dan control point dapat dipasang
apabila:
a. Pengukuran polygon dan sipat datar telah dilaksanakan pengukuran
b. Pengukuran polygon dan sipat datar sebelum dilaksanakan
pengukuran
c. Pengukuran situasi telah dilaksanakan pengukuran
Titik kontrol tanah dalam bentuk tugu sebagai benchmark untuk menyimpan data
koordinat (x,y) dan tinggi (z) yang digunakan untuk kepentingan pembangunan
jaringan irigasi air tanah dan kontrol pemetaan, ketentuan mengikuti dibawah ini:
yang tepat mudah ditemukan, letak titik itu harus diperlihatkan dengan
patok lain atau pohon yang mudah dilihat yang jaraknya tidak lebih
dari 3,0 meter. Nomor titik akan diperlihatkan pada patok yang dicat
merah.
Pen kuningan
Ø6 cm
25
Nomor titik
65
Dicor beton
75
20
Beton 1:2:3
15
10
20
Pasir dipadatkan
20
40
3.3 Latihan
1. Sebutkan kriteria penempatan Benchmark !
2. Sebutkan produk pengukuran dilapangan !
3. Selain Benchmark dan Contol Point, sebagai titik penempatan koordinat
dan elevasi dibuat lagi dalam bentuk apa ?
3.4 Rangkuman
Seluruh pengukuran koordinat (x,y) dan tinggi (z) harus diikatkan pada titik
tetap orde 0 atau orde1 Badan Informasi Geospasial (BIG).
3.5 Evaluasi
1. Benchmark yang harus dipasang ada 2 macam yaitu :
a. Benchmark besar dan patok kayu, bagian yang muncul diatas tanah
setinggi 20 cm. Benchmark besar dan patok kayu dipasang dengan
jarak antara 50-150 m
b. Benchmark besar dan kecil, bagian yang muncul diatas tanah
setinggi 20 cm. Benchmark besar dan Control Point (CP) yang
ukurannya lebih kecil dipasang dengan jarak antara 50-150 m dan
tidak saling kelihatan
c. Benchmark besar dan kecil, bagian yang muncul diatas tanah
setinggi 5 cm. Benchmark besar dan Control Point (CP) yang
ukurannya lebih kecil dipasang dengan jarak antara 50-150 m
d. Semua benar
2. Apakah akibatnya apabila Benchmark dipasang setelah pekerjaan
lapangan dimulai?
a. Hasilnya akan baik
b. Hasilnya akan sesuai dengan kondisi lapangan
c. Harga koordinat dan elevasi diragukan
d. Harga koordiat dan elevasi akan sesuai
3. Patok kayu yang dipasang dilapangan harus dapat bertahan sekurang –
kurangnya :
a. 6 bulan
b. 5 bulan
c. 4 bulan
d. 3 bulan
BAB IV
METODA PENGAMATAN DAN PENGUKURAN
Indikator Hasil Belajar:
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta mampu melaksanakan tahapan pengukuran
teristris dan pengolahan data kerangka dasar maupun perhitungan penentuan titik detail.
Pengamatan dan pengukuran koordinat (x,y) dan tinggi (z) di lapangan untuk
memperoleh data lapangan (darat) dalam membuat peta skala 1 : 2.000 dan Skala
1 : 5.000, alat ukur yang digunakan Total Station (x,y) dan level automatic atau
automatic digital (z), seluruh benchmark harus diukur koordinat (x,y) maupun
tinggi (z). Jika menggunakan Receiver pengamatan GPS ketentuannya seperti
diatas.
Ketentuan pengukuran dengan menggunakan alat Total Station dan level
automatic atau level automatic digital sebagai berkut:
σE ≤ σM
σH ≤ 2σM
dimana σM = [102 + (10d)2]1/21.96 mm dan d = panjang baseline
2) Baseline yang diamati 2 (dua) kali
(a) Baseline yang lebih pendek dari 4 (empat) km
Komponen lintang dan bujur dari kedua baseline tidak boleh
berbeda lebih besar dari 0.03 m sedangkan komponen tinggi
tidak boleh berbeda lebih dari 0.06 m.
(b) Baseline yang lebih panjang dari 4 (empat) km
Komponen lintang dan bujur dari kedua baseline tidak boleh
berbeda lebih besar dari 0.05 m sedangkan komponen tinggi
tidak boleh berbeda lebih dari 0,10 m.
b) Seluruh reduksi baseline harus dilakukan dengan menggunakan
software processing GPS yang telah dikenal dibuat oleh agen software
atau badan peneliti ilmiah yang bereputasi baik.
c) Koordinat pendekatan dari titik referensi yang digunakan dalam reduksi
baseline tidak boleh lebih dari 10 m dari nilai sebenarnya.
d) Proses reduksi baseline harus mampu menghitung besarnya koreksi
troposfer untuk semua data pengamatan.
e) Proses reduksi baseline harus mampu menghitung besarnya koreksi
ionosfer untuk semua data pengamatan. Data dual frekuensi harus
digunakan untuk mengeliminasi pengaruh ionosfer jika ambiguiti fase
single tidak dapat dipecahkan.
dikenal dibuat oleh agen software atau badan peneliti ilmiah bereputasi
baik.
b) Informasi di bawah ini harus dihasilkan dari setiap perataan
1) Hasil dari test Chi-Square atau Variance Ratio pada residual setelah
perataan (test ini harus dapat melalui confidence 99 % yang berarti
bahwa data-data tersebut konsisten terhadap model matematika
yang digunakan).
2) Daftar koordinat hasil perataan.
3) Daftar baseline hasil perataan termasuk koreksi dari komponen-
komponen hasil pengamatan.
4) Analisis statistik mengenai residual komponen baseline termasuk
jika ditemukan koreksi yang besar pada confidence level yang
digunakan.
5) Ellip kesalahan titik untuk setiap stasiun/ titik.
4.1.3 Analisa
a) Integritas pengamatan jaring harus di nilai berdasarkan:
1) Analisis dari baseline yang diamati 2 (dua) kali (penilaian
keseragaman)
2) Analisis terhadap perataan kuadrat terkecil jaring bebas (untuk
menilai konsistensi data)
3) Analisis perataan kuadrat terkecil untuk jaring terikat berorde lebih
tinggi (untuk menilai konsistensi terhadap titik kontrol)
b) Akurasi komponen horizontal jaring akan di nilai terutama dari analisis
ellip kesalahan garis 2D yang dihasilkan oleh perataan jaring bebas.
c) Koordinat benchmark dari hasil pengamatan GPS disajikan dalam
system proyeksi UTM dan ellipsoid WRG 84.
d) Tinggi benchmark hasil ukuran GPS di koreksi terhadap besaran
undulasi (N) atau dikoreksi terhadap titik MSL yang ada disekitar lokasi.
BIG, kaki-kaki poligon harus sepanjang mungkin dan sistem statip tetap
(fixed tripod) seperti yang diuraikan di bawah ini dipakai untuk
mendapatkan ketelitian yang diisyaratkan.
b) Apabila mungkin titik-titik yang ada akan digunakan sebagai azimut
awal dan azimut akhir, titik-titik triangulasi yang digunakan harus saling
berhubungan dengan titik triangulasi yang lainnya.
c) Untuk kontrol orientasi harus dilakukan pengamatan azimut matahari,
jika titik-titik triangulasi yang sudah ada tidak terlihat lagi dan/ atau
pada interval 25 titik di sepanjang masing-masing poligon.
d) Statip harus ditempatkan pada tanah yang stabil untuk memperoleh
hasil pengamatan sudut horizontal dan jarak yang teliti, poligon yang
melalui daerah sawah harus diikuti secara hati-hati untuk menghindari
lokasi-lokasi sulit di daerah genangan sawah atau pada pematang-
pematang yang tidak stabil.
e) Semuia Total Station/ theodolit harus dalam keadaan baik dan
setelannya akan diperiksa terus selama pengamatan berlangsung,
kolimasi akan diperiksa apabila melebihi 1’ (satu menit), pelaksana
pekerjaan harus menyiapkan semua catatan yang berkenaan dengan
pemeriksaan dan penyesuaian peralatan yang dilakukan.
f) Total Station/ Theodolit harus mampu mengukur sampai 1” (satu detik)
dan dilengkapi dengan komponen yang diperlukan.
g) Untuk menghindari kesalahan-kesalahan yang tidak perlu pada saat
melakukan sentring maka perlu digunakan 3 buah statip dan 3 buah
kiap (tribrach). Selama pengamatan berlangsung statip dan kiap
tersebut harus tetap berada disatu titik, hanya target dan teodolit saja
yang berpindah/ berubah.
h) Di titik-titik dimana pekerjaan hari itu berakhir dan pekerjaan hari
berikutnya mulai, sentering harus dilakukan dengan hati-hati, hal yang
sama berlaku juga pada waktu dilakukan pengamatan ulang ditempat
yang sama.
i) Kedudukan nivo kotak dan centering optic harus sering diperiksa
dengan bantuan unting-unting gantung dan penyesuaian dilakukan
bilamana perlu.
4.8.1 Pencatatan
a) Seluruh proses perhitungan koordinat (x,y) dalam proyeksi UTM, tinggi
(z) terhadap permukaan air laut rata-rata, azimut matahari, dan
perhitungan titik detail menggunakan software distributor alat merk apa
saja yang berlaku di Indonesia.
b) Pelaksana pekerjaan harus menyerahkan laporan hasil hitungan
dengan menggunakan software dari distribualat alat merk apa saja
dalam bentuk softcopy VCD atau DVD.
c) Penjelasan-penjelasan yang dibutuhkan dimasukkan ke lembar
pengamatan sementara pekerjaan berlangsung, hal ini menyangkut
nama pengamat, tanggal, nomor titik, nomor alat juga
penjelasanpenjelasan lainnya seperti ketinggian alat, temperatur dan
tekanan udara, seluruh lembar data harus disertai tanggal dan tanda
tangan pengamat dan orang yang telah melakukan pemeriksaan.
d) Seluruh laporan pengamatan yang dilakukan di lapangan diserahkan
kepada pihak pemilik pekerjaan, termasuk juga bagian-bagian yang
telah di ulang, yang disebut terakhir ini harus ditandai dengan jelas
sehingga bisa saling dicocokkan.
4.8.2 Reduksi
a) Koordinat (x,y) perlu di reduksi dan dirata-ratakan pada setiap titik dan
di periksa apakah memenuhi toleransi yang sudah ditetapkan, reduksi
koordinat (x,y) termasuk juga koreksi kesalahan titik nol alat, dan
koreksi faktor skala dimana dianggap perlu.
4.9 Latihan
1. Apa ketentuan pengamatan GPS yang harus dipenuhi ?
2. Dalam pengukuran polygon harus ada kontrol orientasi, untuk itu apa
yang perlu dilakukan ?
3. Metoda apa yang dilakukan pada pengukuran penampang melintang
untuk daerah yang curam/ bergelombang ?
4.10 Rangkuman
Pengamatan dan pengukuran koordinat (x,y) dan tinggi (z) di lapangan
untuk memperoleh data lapangan (darat) dalam membuat peta skala 1 :
2.000 dan Skala 1 : 5.000, alat ukur yang digunakan Total Station (x,y) dan
level automatic atau automatic digital (z), seluruh benchmark harus diukur
koordinat (x,y) maupun tinggi (z).
Pengamatan yang dilakukan adalah :
a) Pengamatan titik kontrol dengan GPS
1) Reduksi baseline
2) Perataan Jaring
3) Analisa
b) Pengukuran Poligon
Pengukuran sudut, jarak dan pengamatan azimiyh
c) Pengukuran Sifat Datar
Mengukur dengan cara pengukuran beda tinggi antara dua titik
d) Pengukuran Situasi
Menentukan titik tinggi detail dilapangan dengan metoda Tachimetri
e) Pengukuran Profil Melintang dan Memanjang
f) Pencatatan Reduksi dan Pemrosesan Hasil Pengamatan di Lapangan
g) Penggambaran
4.11 Evaluasi
1. Salah satu ketentuan pengamatan GPS harus mengikuti ketentuan
berikut :
a. Satelit yang diamati minimum 4 (empat) buah dalam kondisi tersebar
b. Pengamatan dilakukan siang hari atau malam hari
c. Level aktifitas atmosfer dan ionosfer relative sedang
d. Semua benar
2. Poligon cabang merupakan polygon terikat sempurna yaitu harus
a. Dimulai dari poligon utama diakhiri pada poligon utama, sehingga
titik-titik poligon utama akan merupakan kontrol hasil pengukuran
poligon cabang
b. Dimulai dari poligon utama diakhiri pada poligon cabang, sehingga
titik-titik poligon utama dan cabang akan merupakan kontrol hasil
pengukuran poligon cabang
BAB V
PENGGAMBARAN PETA SITUASI DAN PROFIL
Indikator Hasil Belajar:
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta mampu melaksanakan penggambaran situasi
maupun gambar profil melintang dan memanjang sesuai dengan persyaratan yang telah
ditentukan.
5.2.1 Kartografi
a) Ukuran peta (50x50) cm, garis silang untuk grid dibuat setiap 10 cm
dengan ukuran (10x10) mm, garis sambungan peta 10 cm, skala peta
1 : 2.000 di buat grafis dan numeris, indek peta dengan ukuran yang
sudah ditentukan, informasi legenda sesuai dengan yang ada di lembar
peta , keterangan titik referensi harus ada disetiap lembar peta
dicantumkan dibawah legenda.
l) Titik poligon utama, poligon cabang dan poligon raai di gambar dengan
sistem koordinat, tidak diperkenankan di gambar dengan cara grafis.
5.4 Latihan
1. Jelaskan ketentuan yang harus ada dalam peta situasi teristris skala 1 :
5.000
2. Sebutkan ketentuan penggambaran 1 : 2.000!
3. Gambarkan contoh profil melintang!
5.5 Rangkuman
Penggambaran peta situasi teristris skala 1 : 5.000 dilakukan dengan cara
memperkecil 2.5 kali peta situasi teristris skala 1 : 2.000 menggunakan
software dari distributor merk apa saja yang berlaku di Indonesia.
Peralatan yang digunakan untuk penggambaran Autocad ukuran A-1 yang
dikeluarkan oleh distributor apa saja berlaku di Indonesia demikian juga
komputer yang digunakan, skala peta yang dibuat skala 1 : 2.000
5.6 Evaluasi
BAB VI
PENUTUP
6.1 Simpulan
Secara garis besar pekerjaan pemetaan teristris terdiri dari Pemasangan
Benchmark dan Patok Kayu, Pengukuran Koordinat, Pengukuran Sipat
Datar, Pengukuran Situasi Detail, Pengukuran Profil Melintang dan
Memanjang, Perhitungan dan Penggambaran.
Referensi yang digunakan sebagai titik ikat pengukuran koordinat (x, y) dan
pengukuran tinggi (z) menggunakan titik tetap Badan Informasi Geospasial
(BIG).
Seluruh pengukuran koordinat (x,y) dan tinggi (z) harus diikatkan pada titik
tetap orde 0 atau orde1 Badan Informasi Geospasial (BIG).
Benchmark dalam bentuk tugu, dipasang lebih dulu sebelum pekerjaan
lapangan dimulai.
Benchmark harus dipasang ada 2 macam yaitu benchmark besar dan kecil,
bagian yang muncul diatas tanah setinggi 20 cm. Benchmark besar dan
Control Point (CP) yang ukurannya lebih kecil dipasang dengan jarak
antara 50-150 m, harus kelihatan satu sama lainnya karena akan
digunakan untuk pengikatan azimuth.
Pengamatan dan pengukuran koordinat (x,y) dan tinggi (z) di lapangan
untuk memperoleh data lapangan (darat) dalam membuat peta skala 1 :
2.000 dan Skala 1 : 5.000, alat ukur yang digunakan Total Station (x,y) dan
level automatic atau automatic digital (z), seluruh benchmark harus diukur
koordinat (x,y) maupun tinggi (z).
Pengamatan yang dilakukan adalah :
a) Pengamatan titik kontrol dengan GPS
1) Reduksi baseline
2) Perataan Jaring
3) Analisa
b) Pengukuran Poligon
Pengukuran sudut, jarak dan pengamatan azimiyh
c) Pengukuran Sifat Datar
DAFTAR PUSTAKA
Rudolf Biederman Dr, Safety concept for dams development for dams
development of the Swiss concept since 1980, Federal Office for Water and
Geology FOWG, Baden Swistzerland, Feb 2003.
Emergency Action Planning for Dams Owners, Federal Guidelines for Dam Safety,
FEMA, 2004.
Hydrologic and Hydraulic Guidelines for Dams in Texas, Dam Safety Program,
Texas Commission on Environmental Quality, January 2007;
Guidelines for Developing Emergency Action Plans for Dams in Texas, Dam
Safety Program, Critical Infrastructure Division, Texas Commission on
Environmental Quality, Revised March 2012.
GLOSARIUM
KUNCI JAWABAN