MODUL 0
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya
validasi dan penyempurnaan Modul Metode Geofisika untuk Perencanaan JIAT
sebagai Materi Substansi dalam Pelatihan Perencanaan Jaringan Irigasi Air Tanah
(JIAT). Modul ini disusun untuk memenuhi kebutuhan kompetensi dasar Aparatur Sipil
Negara (ASN) di bidang Sumber Daya Air.
Modul Metode Geofisika untuk Perencanaan JIAT disusun dalam 5 (lima) bab yang
terbagi atas Pendahuluan, Materi Pokok, dan Penutup. Penyusunan modul yang
sistematis diharapkan mampu mempermudah peserta pelatihan dalam memahami
metode geofisika untuk perencanaan JIAT dalam perencanaan JIAT. Penekanan
orientasi pembelajaran pada modul ini lebih menekankan pada partisipasi aktif dari
para peserta.
Akhirnya, ucapan terima kasih dan penghargaan kami sampaikan kepada Tim
Penyusun dan Narasumber Validasi, sehingga modul ini dapat diselesaikan dengan
baik. Penyempurnaan maupun perubahan modul di masa mendatang senantiasa
terbuka dan dimungkinkan mengingat akan perkembangan situasi, kebijakan dan
peraturan yang terus menerus terjadi. Semoga Modul ini dapat memberikan manfaat
bagi peningkatan kompetensi ASN di bidang Sumber Daya Air.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................................ ii
DAFTAR TABEL ........................................................................................................ iv
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................... v
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL ....................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1
1.2 Deskripsi Singkat ............................................................................................ 2
1.3 Tujuan Pembelajaran...................................................................................... 2
1.3.1 Hasil Belajar ......................................................................................... 2
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI iii
MODUL 7 METODE GEOFISIKA UNTUK PERENCANAAN JIAT
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Gerakan Air Tanah dan Jenis Lapisannya .............................................. 6
Gambar 2.2. Skema Daur Hidrologi Global Dalam Aliran Permukaan dan Aliran Air
Tanah Dalam Sistim Terbuka (Levin, 1985 Dalam Toth, 1990) ................................... 9
Gambar 2.3. Gambar Potongan Melintang Cekungan Air Tanah Daerah Mranggen -
Rembang ................................................................................................................... 12
Gambar 2.4. Sketsa potongan melintang Cekungan Air Tanah (ideal) ..................... 12
Gambar 3.1. Skema Gema Seismik ditangkap dengan Geophone ........................... 19
Gambar 3.2. Ilustrasi Sistem Lokasi Penempatan Geophone ................................... 19
Gambar 3.3. Ilustrasi Perambatan Echo Seismik di Lapangan ................................. 20
Gambar 3.4. Ilustrasi Hasil Analisa Seismik Lapangan ............................................. 20
Gambar 3. 5 Peralatan Survai Geolistrik ................................................................... 22
Gambar 3. 6 Susunan Konfigurasi Dipole - Dipole .................................................... 24
Gambar 3.7. Susunan Konfigurasi Mise A La Masse ................................................ 25
Gambar 3.8. Susunan Konfigurasi Pole – Dipole ...................................................... 25
Gambar 3.9. Susunan Konfigurasi Schlumberger ..................................................... 26
Gambar 3.10. Skema Elektroda Schlumberger ......................................................... 27
Gambar 3.11. Susunan Konfigurasi Wenner ............................................................. 28
Gambar 3.12. Master Curve untuk Susunan Schlumberger dan Wenner ................. 29
Gambar 3.13. Contoh Hasil Penelitian Lapangan untuk Susunan Schlumberger ..... 31
Gambar 3.14. Korelasi Penampang Duga Geolistrik ................................................. 31
Gambar 3.15. Contoh Data Lapangan untuk susunan Schlumberger ....................... 35
Gambar 3.16. Contoh Korelasi Penelitian Lapangan Susunan Schlumberger .......... 36
Gambar 3.17. Hubungan Lapisan Akuifer, Kedap Air dengan Nilai Resistivity Semu
(Flathe,1979) ............................................................................................................. 39
Gambar 3.18. Contoh Hasil Interpretasi Lapangan Lapisan Akuifer, Lapisan Kedap
Air dengan Nilai Resistivity Semu (Flathe,1979) ....................................................... 39
Gambar 3. 19 Contoh Mosaik Hasil Interpretasi Lapangan ....................................... 40
Gambar 3.20. Contoh Hasil Interpretasi Lapangan 3D Lapisan Akuifer .................... 40
Deskripsi
Modul Metode Geofisika untuk Perencanaan JIAT ini terdiri dari tiga kegiatan
belajar mengajar. Kegiatan belajar pertama membahas keterpadatan air tanah.
Kegiatan belajar kedua membahas pendugaan geofisika. Kegiatan belajar ketiga
membahas pelaksanaan pendugaan geolistrik.
Peserta pelatihan mempelajari keseluruhan modul ini dengan cara yang berurutan.
Pemahaman setiap materi pada modul ini diperlukan untuk memahami metode
geofisika untuk perencanaan JIAT. Setiap kegiatan belajar dilengkapi dengan
latihan atau evaluasi yang menjadi alat ukur tingkat penguasaan peserta pelatihan
setelah mempelajari materi dalam modul ini.
Persyaratan
Metode
Setelah mengikuti semua kegiatan pembelajaran dalam mata pelatihan ini, peserta
diharapkan mampu menjelaskan tata cara operasi geolistrik yang berkaitan
dengan perencanaan JIAT.
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI vi
MODUL 7 METODE GEOFISIKA UNTUK PERENCANAAN JIAT
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
KETERDAPATAN AIR TANAH
Indikator Hasil Belajar:
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta diharapkan mampu menjelaskan pengertian dan
modul keterdapatan air tanah secara baik dan benar.
chapter "World fresh Source: Igor Shiklomanov's water resources" in Peter H. Gleick (editor), 1993, Water in
Crisis: A Guide to the World's Fresh Water Resources (Oxford University Press, New York).
Disamping air tanah bergerak dari atas ke bawah, air tanah juga bergerak
dari bawah ke atas (gaya kapiler). Air bergerak horisontal pada dasarnya
mengikuti hukum hidrolika, air bergerak horisontal karena adanya perbedaan
gradien hidrolik. Gerakan air tanah mengikuti hukum Darcy yang berbunyi
“volume air tanah yang melalui batuan berbanding lurus dengan tekanan dan
berbanding terbalik dengan tebal lapisan (Utaya, 1990:35).
2.2 Akuifer
Perlapisan tanah kaitannya dengan kemampuan menyimpan dan
meloloskan air dibedakan atas empat jenis lapisan yaitu:
a) Aquifer, adalah lapisan/ formasi yang dapat menyimpan dan
mengalirkan air dalam jumlah besar. Lapisan batuan ini bersifat
permeable seperti kerikil, pasir dll.
b) Aquiclude, adalah lapisan/ formasi yang dapat menyimpan air tetapi
tidak dapat mengalirkan air dalam jumlah besar, seperti lempung, tuff
halus, silt.
c) Aquifuge adalah lapisan/ formasi batuan yang tidak dapat menyimpan
dan mengalirkanair, contohnya batuan granit dan batuan yang kompak
d) Aquitard, adalah lapisan/ formasi batuan yang dapat menyimpan air
tetapi hanya dapat melooskan air dalam jumlah yang sangat terbatas.
water table (preatik level), yaitu permukaan air yang mempunyai tekanan
hidrostatik sama dengan atmosfer.
b) Akuifer Tertekan (Confined Aquifer)
Yaitu aquifer yang seluruh jumlahnya air yang dibatasi oleh lapisan
kedap air, baik yang di atas maupun di bawah, serta mempunyai tekanan
jenuh lebih besar dari pada tekanan atmosfer.
Jumlah air tawar terbesar tersimpan dalam bumi (Chow, 1978) dan
berdasarkan Prakiraan Jumlah Air di Bumi menurut UNESCO, 1978;
dijelaskan bahwa jumlah air tanah yang ada dibumi jauh lebih besar
dibandingkan jumlah air permukaan sebesar 98% yaitu semua air di daratan
tersembunyi dibawah permukaan tanah didalam pori-pori batuan dan bahan-
bahan butiran.
Hal ini disebabkan oleh adanya gerakan kapiler air tanah dan tingkat
evaporasi yang cukup besar. Besar kecilnya material terlarut tergantung
pada lamanya air kontak dengan batuan. Semakin lama air kontak dengan
batuan semakin tinggi unsur-unsur yang terlarut di dalamnya.
Disamping itu umur batuan juga mempengaruhi tingkat kegaraman air, sebab
semakin tua umur batuan, maka semakin tinggi pula kadar garam-garam
yang terlarut di dalamnya.
b) Air dari aliran air permukaan diatas tanah seperti danau, sungai, reservoir
dan lain sebaginya yang meresap melalui pori-pori tanah masuk kedalam
lajur jenuh.
Gambar 2.2. Skema Daur Hidrologi Global Dalam Aliran Permukaan dan
Aliran Air Tanah Dalam Sistim Terbuka (Levin, 1985 Dalam Toth, 1990)
4) Intensitas hujan
5) Kualitas air
6) Volume simpanan bawah tanah
7) Kelembaban tanah dan udara yang terdapat dalam tanah
8) Sifat-sifat fisik tanah / struktur tanah
d) Larian Air Permukaan (surface run off) diatas permukaan tanah dekat
dengan aliran utama dan danau; makin landai lahan dan makin sedikit
pori-pori tanah, maka aliran permukaan semakin besar. Air permukaan,
baik yang mengalir maupun yang tergenang (danau, waduk, rawa), dan
sebagian air bawah permukaan akan terkumpul dan mengalir
membentuk sungai dan berakhir ke laut.
Air hujan yang jatuh kebumi akan sampai ke saluran / sungai melaalui
jalurnya masing – masing (Ward & Trimble, 2004) :
1) Larian permukaan bebas (surface run off)
2) Aliran antara (interflow/subsurface run off)
3) Aliran air tanah (groundwater flow)
G.Ungaran G. Muria
Pada peraturan ini juga dinyatakan jumlah CAT di Indonesia, yang meliputi
CAT dalam wilayah provinsi, CAT lintas provinsi dan CAT lintas negara. CAT
yang berada dalam wilayah provinsi maka pengelolaanya menjadi kewajiban
bagi pemerintah provinsi dalam hal ini gubernur, sedangkan CAT yang
merupakan lintas propinsi dan lintas Negara menjadi kewenangan
pemerintah pusat dalam hal ini Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral.
Akan tetapi, kebijakan pengelolaan air tanah baik yang dilakukan oleh
Pemerintah Provinsi maupun Pemerintah Pusat tersebut harus mengacu
pada Kebijakan Nasional Sumber Daya Air sehingga tidak akan terjadi
tumpang tindih atau tarik ulur baik dalam pengelolaan maupun
kewenangannya.
Jumlah CAT yang telah ditetapkan sampai saat ini adalah sebanyak 421
buah terdiri dari CAT lintas batas Negara sebanyak 4 buah, CAT lintas batas
provinsi 36 buah, dan CAT dalam wilayah provinsi berjumlah 381 yang
tersebar di hampir seluruh provinsi di Indonesia, kecuali Provinsi Kepulauan
Riau. Akuifer pada CAT secara umum dibedakan menjadi 2 buah yaitu
akuifer bebas (unconfined aquifer) dan akuifer tertekan (confined aquifer).
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN 13
KONSTRUKSI
MODUL 7 METODE GEOFISIKA UNTUK PERENCANAAN JIAT
Total besaran jumlah potensi air tanah pada CAT mencapai ; pada akuifer
bebas sebesar 494.390 juta m3/ tahun dan pada akuifer tertekan sebesar
20.903 juta m3/ tahun; tersaji pada tabel 2.2. Jumlah & Potensi Cekungan Air
Tanah di Indonesia pada halaman berikut.
2.5 Latihan
1. Apakah air tanah itu? Jelaskan dengan ringkas!
2. Ada berapa jenis formasi penyimpan air tanah/ akuifer?
3. Terangkan secara ringkas Cekungan Air Tanah!
2.6 Rangkuman
Bahwa yang dimaksud air tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan
tanah atau batuan di bawah permukaan tanah. Sedangkan menurut
Herlambang (1996:5) air tanah adalah air yang bergerak di dalam tanah yang
terdapat didalam ruang antar butir-butir tanah yang meresap ke dalam tanah
dan bergabung membentuk lapisan tanah yang disebut akifer.
Definisi yang lain, air tanah adalah sejumlah air dibawah permukaan bumi
yang dapat dikumpulkan dengan sumur-sumur, terowongan atau sistim
drainase atau dengan pemompaan. Dapat mengalir secara alami ke
permukaan tanah melalui sistim pancaran atau rembesan (Bouwer, 1978;
2.7 Evaluasi
1. Berapa jenis perlapisan tanah yang berfungsi sebagai akuifer?
a. Aquifer, aquiclude, aquifuge, aquitard
b. Akuifer, akuisol, unconfine akuifer, perched aquifer
c. Confine aquifer, Semi confine aquifer, Vertical aquifer, Leaky Aquifer
d. Semua benar
2. Sebut komponen apa saja siklus hidrogeologi secara umum?
a. Persipitasi, kondensasi, evapotranspirasi, runoff, infiltrasi
b. Persipitasi, runoff, perkolasi, evaporasi
c. Lelehan salju, mata air, rembesan, aliran ai tanah
d. Semua benar
3. Sebutkan, apa saja komponen penyusun terbentuknya wilayah
Cekungan Air Tanah?
a. Suatu wilayah yang mempunyai struktur geologi sedemikian rupa
dengan batasan vertikal kondisi stratigrafi tertentu, sehingga areal
tersebut dapat menampung dan menyimpan air tanah didalamnya.
b. Terjadi suatu proses hidrogeologi dalam wilayah tersebut dalam satu
kesatuan sistim akuifer, antara lain proses imbuhan (recharge),
proses antaran (transient) dan proses luahan (discharge).
c. Wilayah CAT tidak dibatasi oleh wilayah administratif tetapi dibatasi
oleh kondisi vertikal stratigrafi, struktur dan sejarah geologi..
d. Semuanya benar
BAB III
PENDUGAAN GEOFISIKA
Indikator Hasil Belajar:
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta mampu menjelaskani pengertian dan modul
Pendugaan Geofisika untuk Air Tanah secara baik dan benar.
a) ELECTRICAL TECHNIQUES
1) Direct Direct - Current Resistivity Survey
(a) Electrical Profiling Configurations
(1) DC Resistivity Survey (Dipole-Dipole Array)
(2) DC Resistivity Survey (Mise-A-La-Masse)
(3) DC Resistivity Survey (Pole-Dipole Array)
(b) Vertical Electrical Sounding Configurations
(1) DC Resistivity Survey (Schlumberger Array)
(2) DC Resistivity Survey (Wenner Array)
2) Electromagnetic Techniques
3) Self Potential
4) Electromagnetic Techniques
(a) Airborne Electromagnetic Survey
b) GRAVITY TECHNIQUES
1) Airborne Gravity Survey
2) Ground Gravity Survey
3) Microgravity Hybrid Microgravity
c) MAGNETIC TECHNIQUES
1) Aeromagnetic Survey
2) Controlled Source Fruequency = Domain Magnetics
3) Ground Magnetics
d) SEISMIC TECHNIQUES
1) Active Seismic Techniques
(a) Reflection Survey
(b) Refraction Survey
2) Passive Seismic Techniques
(a) Micro Earthquake
(b) Teleseismic Seismic Monitoring
Penggunaan utama penelitian geolistrik pada studi hidrologi air tanah pada
saat ini adalah untuk keperluan bentuk geometri dan litologi sistim akifer dan
prakiraan kualitas air tanah, yaitu untuk mengetahui dan menafsirkan :
a) Letak / posisi / kedalaman dari akifer.
b) Penentuan ketebalan akifer
c) Penentuan peletakan saringan pipa (screen pipe) yang disesuaikan
dengan aturan yang berlaku dan berapa panjang saringan.
d) Memprakirakan kualitas air tanah.
diketahui tahanan jenis bahan yang dilalui oleh arus listrik. Aturan elektroda
yang dikenal dan digunakan dalam penelitian pengembangan air tanah adalah
a) Aturan Wenner (Wenner, Asymetric Wenner dan Offset Wenner)
b) Aturan Schlumberger (Schlumberger dan “Maise alla masse”)
c) Aturan Lee (Lee dan Asymetric Lee)
d) Aturan Pole-Dipole / Dipole-Dipole
V
a k
I
dimana :
Susunan elektroda Metode Dipol-Dipol terdiri dari dua set elektroda, satu
bertindak sebagai elektroda arus (sumber) dan yang lain sebagai
elektrode potensial (penerima). Dipol adalah elektroda pasangan yang
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN 23
KONSTRUKSI
MODUL 7 METODE GEOFISIKA UNTUK PERENCANAAN JIAT
dipasangkan dengan elektroda yang terletak relatif dekat satu sama lain;
Jika pasangan elektroda banyak ditempatkan, ini disebut sebagai bipole.
d) Metoda SCHLUMBERGER
Dua set besi elektroda arus ditancapkan kedalam tanah dan kemudian
dialirkan arus listrik, akan terjadi beda potensial dari kedua titik
dipermukaan akibat adanya aliran arus listrik tersebut.
Beda potensial tersebut diamati melalui elektroda potensial. Aturan
susunan keempat elektroda disusun pada suatu garis lurus, yaitu
elektroda arus (A dan B) ditempatkan pada titik terluar dan kedua
elektroda potensial (M dan N) ditempatkan pada sisi dalam, keempat
penempatan elektroda tersebut ditancapkan pada jarak yang tertentu
yaitu AO = BO; MO = NO dan ketentuan jarak MN < jarak AB.
( AB / 2) 2 ( MN / 2) 2
K .
MN
dimana :
Jika kondisi bawah permukaan bumi tidak homogen maka tahanan jenis
yang terukur disebut tahanan jenis semu. Hasil pengukuran akan berupa
harga tahanan jenis semu pada posisi sepanjang AB (Schlumberger)
A M N B
e) Metoda WENNER
Array Wenner terdiri dari empat collinear, sama elektroda spasi. Dua
elektroda terluar biasanya adalah elektroda arus (sumber) dan dua
elektroda dalam adalah elektroda potensial (receiver). Jarak array
mengembang tentang titik tengah array sambil mempertahankan jarak
tanam elektrode yang sama masing-masing elektroda.
f) MASTER CURVE
Setelah pengukuran di lapangan, data hasil penyelidikan harus
ditafsirkan/di- interpretasikan sesuai dengan tujuannya yaitu untuk
Hasil dari pengukuran berupa tahanan jenis semu pada posisi jarak AB
tertentu yang digambarkan pada grafik logaritma ganda dengan AB/2 sebagai
absis dan tahanan jenis semu sebagai ordinat. Maka akan didapat suatu garis
kurva yang disebut kurva tahanan jenis semu (apparent resistivity curve). Dari
kurva tahanan jenis semu tersebut kemudian dilakukan interpretasi untuk
mendapatkan tahanan jenis asli (true apparent resistivity) dan ketebalan tiap
lapisan batuan.
Apabila dibawah permukaan bumi tidak terdapat perlapisan batuan yang
homogen, maka akan didapatkan tahanan jenis semu (apparent resitivity).
Untuk pengukuran dilapangan, mula – mula jarak AB pendek untuk tahanan
jenis semu, dan kemudian jarak AB tersebut dipanjangkan mengikuti skala
logaritma sampai dengan panjang tertentu sesuai dengan kebutuhan
pengukuran kedalaman yang ditentukan diduga.
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN 29
KONSTRUKSI
MODUL 7 METODE GEOFISIKA UNTUK PERENCANAAN JIAT
Granite Porfiritik (Granite Porphyritic) 4,5 x 103 (basah) ~ 1,3 x 106 (kering)
Diorit Porfiritik (Diorite Phorphyritic) 1,9 x 103 (basah) ~ 2,8 x 104 (kering)
I
Geolistrik sounding dengan menggunakan konfigurasi elektroda
Schlumberger pada prinsipnya menerapkan jarak titik tengah terhadap
elektroda arus (C1) sama dengan jarak titik tengah ke elektroda (C2)
sepanjang L. Elektroda potensial (P1) - (P2) terletak di dalam dua elektroda
arus dan masing-masing berjarak b dari titik tengah pengukuran (Gambar 3).
Besarnya faktor geometri untuk konfigurasi Schlumberger adalah :
π ( L2 – b2)
K = (4)
2.b
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN 30
KONSTRUKSI
MODUL 7 METODE GEOFISIKA UNTUK PERENCANAAN JIAT
Mise A la
Arrays Wenner Schlumberger Dipole Dipole Pole Dipole
Masse
Vertical Vertical
Electrical Electrical
Parebt Electrical Electrical Geophysical
Profiling Profiling
Exploration Sounding Sounding Techniques
Configuration Configuration
Configuration Configuration
a) Analisa Kualitatif :
b) Analisa Kuantitatif :
rekahan yang terisi oleh air tanah. Batuan sedimen umumnya lebih lulus air
and mempunyai kandungan air.
beberapa batuan dapat dirincikan pada tabel tertera pada halaman berikut
ini.
Tabel 3.3. Pedoman Nilai Tahanan Jenis Beberapa Jenis Batuan, Mineral dan
Cairan Kimiawi
1. Batuan Beku/metamorf
- Granit 5 x 103 ~ 106 10-6 ~ 2 x 10-4
- Basalt 103 ~ 106 10-6 ~ 10-3
- Sabak 6 x 102 ~ 4 x 107 2,5 x 10-8 ~ 1,7 x 10-3
- Marmer 102 ~ 2,5 x 108 4 x 10-9 ~ 10-2
- Kuarsit 102 ~ 2 x 108 2,5 x 10-9 ~ 10-2
2. Batuan Sedimen
- Batu Pasir 8 ~ 4 x 103 2,5 x 10-4 ~ 0,125
- Serpih 20 ~ 2 x 103 5 x 10-4 ~ 0,05
- Batu Gamping 50 ~ 4 x 102 2,5 x 10-3 ~ 0,02
3. Tanah dan Air
- Lempung 1 ~ 100 0,01 ~ 1
- Alluvium 10 ~ 800 1,25 x 10-3 ~ 0,1
- Air Tanah (segar) 10 ~ 100 0,01 ~ 0,1
- Air Laut 0,2 5
4. Cairan Kimiawi
- Besi (Fe) 9,07 x 10-8 1,102 x 107
- 0,01 M KCl 0,708 1,413
- 0,01 M NaCl 0,843 1,183
- 0,01 M Asam Acetic 6,13 0,163
- Xylene 6,998 x 1016 1,429 x 10-17
After : M.H. Loke, Dr, 2000
Untuk air tanah mempunyai nilai resistivity berkisar antara 10 ohm-m sampai
100 ohm-m. Jika nilai resistivity antara 0,1 ohm-m – 10 ohm-m menunjukkan
air tanah payau sampai asin. Jika nilai resistivity antara 10 ohm-m samapai
30 ohm-m menunjukkan air tanah payau. Sedangkan air tanah segar nilai
resistivity antara 40 ohm-m samapi 100 ohm-m. Range interval kandungan
air tanah pada suatu akuifer dapat terlihat pada Gambar 3.17.. Gambar 3.17.
ini memperlihatkan akuifer dengan lapisan kedap air (impermeable layer)
dengan nilai resistivity (Flathe, H, 1976).
Hubungan antara ρw = tahanan jenis air and ρa= tahanan jenis lapisan akuifer
and lapisan kedap air yang telah diperoleh dari penelitian lapangan and
laboratorium.
Perolehan nilai tahanan jenis berdasarkan rumus Archi :
ρa = (ρw) /pm S2
dimana ,
(ρa) = tahanan jenis pada akuifer
p = porositas batuan
m = sementasi (1-1,3) pada batuan lepas
S = air yang jenuh (saturated)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN 38
KONSTRUKSI
MODUL 7 METODE GEOFISIKA UNTUK PERENCANAAN JIAT
Gambar 3.17. Hubungan Lapisan Akuifer, Kedap Air dengan Nilai Resistivity
Semu (Flathe,1979)
Sekedar untuk pengetahuan disajikan beberapa contoh gambar hasil analisa survai
resistivitas yang ditampilkan dengan metode nomografi memberikan data
interpretasi sebagai berikut :
3.8 Latihan
1. Apakah air tanah itu, jelaskan dengan ringkas!
2. Ada berapa jenis formasi penyimpan air tanah/ akuifer? Jelaskan secara
ringkas!
3. Jelaskan secara ringkas Cekungan Air Tanah!
3.9 Rangkuman
Penelitian memakai metoda Geofisika khususnya survai Geolistrik untuk
pemboran air tanah dalam perencanaan JIAT adalah salah satu standar
pendugaan pada daerah kondisi pengembangan air tanah yang berbeda –
beda antara lain dataran antar pegunungan, daerah perbukitan, dataran
pantai, daerah batu gamping, daerah volkanik dan pada berbagai formasi
batuan yang beraneka ragam yang ada di kepulauan Indonesia.
Maka untuk mengetahui keberadaan air tanah dengan lebih pasti, maka
diperlukan penelitian geologi bawah permukaan. Geolistrik adalah salah satu
metode yang mampu mendeteksi ada atau tidaknya batuan yang berfungsi
sebagai akuifer, dengan mendasarkan pada sifat kelistrikan pada batuan.
Maksud dari survai penelitian adalah untuk mendeteksi keberadaan akuifer
dengan mengetahui jenis litologi, penyebaran, ketebalan dan kedalamannya.
Sedangkan tujuan utamanya adalah menentukan lokasi pemboran airtanah.
3.10 Evaluasi
1. Berapa jenis perlapisan tanah yang berfungsi sebagai akuifer?
a. Aquifer, aquiclude, aquifuge, aquitard
b. Akuifer, akuisol, unconfine akuifer, perched aquifer
c. Confine aquifer, Semi confine aquifer, Vertical aquifer, Leaky Aquifer
d. Semua benar
2. Sebut komponen apa saja siklus hidrogeologi secara umum?
a. Persipitasi, kondensasi, evapotranspirasi, runoff, infiltrasi
b. Persipitasi, runoff, perkolasi, evaporasi
c. Lelehan salju, mata air, rembesan, aliran ai tanah
d. Semua benar
BAB IV
PELAKSANAAN PENDUGAAN SURVEI GEOLISTRIK
UNTUK AIR TANAH
Indikator Hasil Belajar:
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta mampu menjelaskan pengertian dan modul
Pelaksanaan Pendugaan Survai Geolistrik untuki Air Tanah secara baik dan benar.
3) Power - DC 12V
b) Kabel Arus : 2 x 1.000 m
c) Kabel Potensial : 2 x 100 m
d) Elektroda anti karat 4 buah (panjang 0,50 m)
e) Handy Talky 4 buah
f) Kompas & palu geologi
g) Pita ukur 100 ~ 500 m
h) Patok kayu / bambu secukupnya.
10) Arah bentangan kabel elektroda pendugaan harus sejajar dengan jurus
lapisan.
11) Pendugaan geolistrik seharusnya menghindari daerah yang dipastikan
daerah langka air.
Pada tahap tinjau, kerapatan titik duga sekitar 700 sampai 1.000 meter
atau 1 (satu) titik duga untuk 50 ~ 100 ha. Penyebaran titik duga tersebut
pada daerah yang diprakirakan mempunyai potensi air tanah cukup. Jika
pada daerah tersebut terdapat titik bor, maka satu pendugaan
diusahakan dekat dengan titik bor untuk korelasi antara hasil pendugaan
dan litologi sumur bor. Air dari sumur bir harus diukur daya hantar listrik
untuk menentukan kualitas air tanah dan dipergunakan sebagai referensi
penafsiran titik duga geolistrik.
Pada tahap kelayakan diperlukan pengukuran titik duga yang lebih rapat,
yaitu 1 titik duga untuk 25 ha. Penyebaran titik duga harus sudahmeliputi
rencana penempatan titik lokasi sumur bor.
b) Daerah Pantai
Pada tahap tinjau pendugaan geolistrik pada daerah pantai dilakukan
sepanjang garis penampang yang tegak lurus dengan pantai. Bentangan
elektroda sejajar dengan pantai, jarak antara titik duga adalah 500 m dan
jarak antara garis penampang satu dengan lainnya 2.000 m. Hasil
pendugaan pada tahap tinjau ini akan menentukan keterdapatan air
tanah dan mengetahui kedalaman bidang kontak antara air tawar dengan
air asin (Ghyben-Herzberd Interface).
Pada tahap pra kelayakan pendugaan geolistrik lebih banyak dilakukan
terutama pada daerah yang mempunyai potensi air tanah dengan mutu
yang segar. Pendugaan harus menghindari bidang kontak antara air
tawar dan air asin. Pembuatan penampang geologi berdasarkan nilai
tahanan jenis dilakukan dengan memeprlihatkan titik duga yang
mendeteksi bidang kontak. Penentuan bidang ontak sangat berguna
untuk penentuan kedalaman pemboran dan perencanaan debit
pemompaan, sehingga dapat mencegah intrusi air laut.
Tabel 4.1. Penyebaran Air Tanah pada berbagai Jenis Batuan & Rencana
Duga Geolistrik
granodiorit, basalt) Pegunungan lipatan kekar, bukaan ada retakan Tidak ada pendugaan
- Batuan Gamping Perbukitan/bergunung pejal & terlipat sedikit Tidak ada pendugaan
Tersier - Batuan Sedimen Pegunungan lipatan ruang antar butir sedang ~ besar Wenner, Off. Wenner
(batu pasir)
- Batu Gamping Terlipat / lapisan pejal & terlipat sedikit Tidak ada pendugaan
Kwarter - Batu Gamping Koral Karstik rekahan & retakan sungai bawah tanah Misse alla Masse
- Batuan Gunung api Daerah Puncak lereng curam (33o~35o) air permukaan Tidak ada pendugaan
Tubuh Gunung api lereng (10o~20o) resapan air tanah Wenner, Off. Wenner
- Endapanalluvial/pantai Dataran Pantai kerikil, kerakal, pasir akifer tertekan/besar Profilling (Wenner)
Recent - Endapan alluvial Dataran Pantai kerikil, kerakal, pasir akifer tertekan/besar Profilling (Wenner)
- Endapan danau Dataran antar peg. bahan klastika akifer tertekan/besar Wenner Schlumberger
- Endapan delta Daerah Lembah Sungai kerikil, kerakal, pasir cukup besar Wenner Schlumberger
Gambar 4.4. Penampang Geolistrik Arah D-D1 Kec. Martapura Kab. OKU
Timur
T-389
T-500
T-388
T-390
T-397 T-451
T-398 T-452
T-453 T-300
T-396
T-449 T-450 T-136
T-336 T-333
T-332 T-172 SDN 1 Ban uayu T-297
T-338 T-298
T-152
T-380 BPAD Kromongan Kan tor De sa Keromon gan
Mad ra sah
T-381 T-376 Masjid
T-491 AlAzha r
Kan tor Di nas
Peternaka n
Tanjung Kemala SDN 1 Kero monga n
Da russala m
T-233
S
T-218
T-225
T-228
T-226 Pal ang Mera h
SDN 18
4.5 Latihan
1. Terangkan dengan ringkas tata cara merencanakan pendugaan
Geolistrik.
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN 53
KONSTRUKSI
MODUL 7 METODE GEOFISIKA UNTUK PERENCANAAN JIAT
4.6 Rangkuman
Perencanaan pendugaan geolistrik pada suatu daerah, pertama harus
dikenali terlebih dahulu cmedan calon medan penelitiannya agar data hasil
pendugaan dapat diperoleh secara optimal dengan penyesuaian lokasi
penelitian.
Pendugaan geolistrik pada skis hablur dan batuan malihan serta batuan beku
Pra Tersier tidak dilakukan, karena dipastikan tidak mempunyai kandungan
air tanah yang cukup.
Pendugaan geolistrik dengan aturan Wenner dan Schlumberger dilakukan
pada jenis batuan endapan pantai, endapan gunung api dan pada suatu
lembah yang luas.
4.7 Evaluasi
1. Apakah ketentuan umum pada pelaksanaan lapangan pendugaan
geolistrik?
a. Peralatan diletakkan diatas tanah dan harus diberi alas, letak mesin
pengirim arus dan penerima harus jauh dari kesibukan jalan raya,
wajib menghindari jalur kabel listrik SUTET-SUTEM.
b. Kabel elektroda potensial dan kabel arus diletakkan berjajar tidak
boleh bersilang siur, semua masing – masing elektroda ditanam
minimal 20 cm ditanah.
c. Semua kabel elektroda baik arus maupun potensial ditanam dalam
jarak yang telah ditentukan dalam rumus dan arah bentangan kabel
ditarik garis lurus tidak boleh belok – belok.
d. Diusahakan penjajaran semua kabel elektroda harus sejajar dengan
jurus perlapisan batuan (strike dip).
e. Eksekusi arus listrik dialirkan secara serentak melalui eletroda arus
dan diterima pembacaannya melalui elektrode penerima pada saat
yang sama.
f. Semua benar
2. Sebut persyaratan pengembangan air tanah dengan pendugaan
geolistrik secara ringkas?
a. Tahapan tinjau memisahkan prakiraan daerah potensi air tanah
tinggi dengan potensi air tanah rendah.
b. Kedalaman lapisan pembawa air tanah (akuifer) dapat dilokalisir dan
diduga ketebalannya.
c. Tidak terdapat indikasi struktur geologi yang yang dapat
menghambat / menghalangi aliran air tanah menuju lokasi titik duga.
d. Tidak ada kontak bidang antara air tawar dan air asin pada daerah
pantai.
e. Semua benar
3. Sebutkan, apa saja komponen batuan penyusun akuifer yang
mempunyai potensi air tanah tinggi?
a. Batu pasir, batu lempung, tuffa, piroklastik
b. Batu pasir, batu gamping, pasir lempungan, gamping berongga
c. Metamorfok, lava, batuan beku porpiritik, diorite
d. Semuanya benar
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Resistivity Test adalah salah satu metoda eksplorasi geofisika untuk
penyelidikan keadaan kondisi batuan bawah permukaan dengan
menggunakan sifat - sifat kelistrikan
Penelitian Geolistrik merupakan alat bantu untuk menafsirkan kondisi jenis –
jenis akifer yang berada dibawah permukaan dengan cara menafsirkan serta
meng-interpretasikan jenis dan satuan batuan dengan korelasi data teknis
hidrogeologi lainnya yang berada disekitar areal penelitian.
Geolistrik bukan alat mutlak untuk mengenali ataupun pemilihan akifer, maka
untuk penyelidikan kondisi akifer lanjutan dengan cara pemboran sumur
explorasi / sumur uji.
Disamping metode geolistrik terdapata metode penelitiaan teknis lainnya
yang berdampingan yaitu remote sensing melalui foto satelit, apabila
dipadukan dengan data geolistrik akan didapatkan akurasi untuk
menentukan lokasi sumur uji.
DAFTAR PUSTAKA
Danaryanto et al, Dep. ESDM 2005, Air Tanah di Indonesia dan Pengelolaannya.
Danaryanto et al, Dep. ESDM 2008, Manajemen Air Tanah Berbasis Konservasi.
Dep. PU, Ditjen SDA, 2003. Pedoman Teknik Penyelidikan Air Tanah Dengan
Metoda Geolistrik dalam Pengembangan Air Tanah.
Barker R.D., 1981, Geophysical Investigation, CJGWP, Applied Geophysics Unit,
Dep. Geological Sceiences, University of Birmingham, Report Georun 23.
Drecun R., & Ketelaar A.C.R.,1976, The Direct Interpretation of Resistivity
Sounding, ITC Technical Report No.3.
Erdelyi M; Galfi J, 1988, Surface and Subsurface Mapping in Hydrogeology, John
Wiley & Sons Budapest
Flathe H; Leibold W, 1976, The Smoothing Sounding Graph, A Manual for Field
Work in Direct Current Resistivity Sounding, Federal Institute for
Geosciences, Hannover
Flathe , H.,1979, The Role of a geologic concept in geophysical research works for
solving hydrogeological problems. Geoexploration, 14: 195 – 206.
Gosh D/P, 1971, The Apllication of Linier Filter Theory to the Direct Interpretation of
Geoelectrical Resistivity Sounding Measurement Geophysical Prospecting.
Griffiths D.H. and Baeker R.D. 1993, Two Dimensional Resitivity Imaging and
Modeling in Area of Complex Geology. Journal of Applied Geophysics,
29,211-226.
Keller, G.V.,Frischknecht, F.C.,1966, Electrical Methods in Geiophysical
Prospecting. Pergamon Press, West Germany.
Kroll, GJ, 1987, Resistivity Surveys and Geo Mapping, ITC Lecture Handout,
Enschede
Loke, M.H., Dr., 1999, Electrical imaging surveys for environmental and engineering
studies. A practical guide to 2-D and 3-D surveys.
Mandel S; Shiftan ZL, 1981, Groundwater Resources, Investigation and
Development, Tel Aviv
Orellana & Mooney,1966, The Master Tables and Curves for Vertical Electrical
Sounding over Layered Structures, Interciencia, Madrid
Permen Men ESDM No. 42 Tahun 2017 tentang Cekungan Air Tanah, 2017.
GLOSARIUM
air tanah : air yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan
di bawah permukaan tanah
evaporasi / evapo transpirasi : peristiwa berubahnya air yang ada di laut, daratan,
sungai, tanaman dari permukaan tanah menguap
ke angkasa (atmosfer) dan kemudian akan
menjadi awan
kurva baku dan kurva tambahan : adalah kurva yang digunakan untuk menafsirkan
(master curve & auxilirary curve) lengkungan tahanan jenis lapangan, dimana kurva
tersebut dibagi atas kurva baku, kurva A, kurva H,
kurva K dan kurva Q , yang masing – masing
mencirikan hubungan nilai tahanan jenis 1, 2
dan 3
nilai tahanan jenis (resistivity value) : adalah suatu nilai dalam satuan ohm-meter yang
diperoleh pada pendugaan geolistrik tahanan jenis
dan nilai tersebut berhubungan dengan porositas
dan permeabilitas batuan berkaitan dengan
keterdapatan air tanah.
semi confined aquifer : yaitu akuifer yang seluruhnya jenuh air, dimana
bagian atasnya dibatasi oleh lapisan semi lolos air
dibagian bawahnya merupakan lapisan kedap air
siklus hidrologi : adalah sirkulasi air yang tidak pernah berhenti dari
atmosfir ke bumi dan kembali ke atmosfir melalui
proses kondensasi, presipitasi, evaporasi dan
transpirasi
tahapan pengembangan air tanah : adalah tahapan pegembangan air tanah yang
(groundwater development stage) dimulai dari inventarisasi da identifikasi,
penjajakan (reconnaissance), pra kelayakan,
kelayakan, proyek percontohan sampai
implementasi. Penyelidikan air tanah dengan
metoda geolistrik dilakukan pada tahapan studi
penjajakan sampai studi kelayakan.
titik duga geolistrik (geoelectrical : adalah suatu titik lokasi dipermukaan tanah,
sounding point) tempat pendugaan geolistrik dilakukan dan diplot
pada peta dengan skala 1 : 50.000; 1 : 25.000 atau
1 : 10.000
unconfine aquifer : akifer bebas adalah lapisan lolos air yang hanya
sebagian terisi oleh air dan berada di atas lapisan
kedap air mempunyai tekanan hidrostatik sama
dengan atmosfer
unsaturated zone : Lapisan tanah yang berisikan tidak jenuh air dan
berisikan udara terletak dibawah permukaan tanah
vertical electrical resistivity methods : adalah suatu cabang ilmu geofisika terapan
(applied geophysics sciences) mempelajari dan
mengaplikasikan sifat – sifat listrik bumi sehingga
dapat mengetahui keadaan jenis kandungan air
dan batuan dibawah tanah.
KUNCI JAWABAN