KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya validasi dan
penyempurnaan Modul Studi Kasus Geolistrik sebagai Materi Aktualisasi dalam Pelatihan
Teknologi Geolistrik 2 Dimensi untuk Perencanaan Pemanfaatan Potensi Airtanah. Modul ini
disusun untuk memenuhi kebutuhan kompetensi dasar Aparatur Sipil Negara (ASN) di bidang
Sumber Daya Air.
Modul Studi Kasus Geolistrik disusun dalam 3 (tiga) bab yang terbagi atas Pendahuluan,
Materi Pokok, dan Penutup. Penyusunan modul yang sistematis diharapkan mampu
mempermudah peserta pelatihan dalam memecahkan studi kasus geolistrik. Penekanan
orientasi pembelajaran pada modul ini lebih menonjolkan partisipasi aktif dari para peserta.
Akhirnya, ucapan terima kasih dan penghargaan kami sampaikan kepada Tim Penyusun dan
Narasumber Validasi, sehingga modul ini dapat diselesaikan dengan baik. Penyempurnaan
maupun perubahan modul di masa mendatang senantiasa terbuka dan dimungkinkan
mengingat akan perkembangan situasi, kebijakan dan peraturan yang terus menerus terjadi.
Semoga Modul ini dapat memberikan manfaat bagi peningkatan kompetensi ASN di bidang
Sumber Daya Air.
DAFTAR ISI
GLOSARIUM ....................................................................................................................... 98
LAMPIRAN
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI iii
MODUL 7 STUDI KASUS GEOLISTRIK
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.33. Hasil Analisa & interpretasi 2D Desa Muriabang, NTT .................................... 61
Gambar 2.34. Hasil Analisa & Interpretasi 2D Desa Teteuri .................................................. 65
Gambar 2.35. Penampang Geolistrik 2D di Desa Tete Uri Kec. Sabbang Kab. Luwu Utara. 66
Gambar 2.36. Hasil Analisa & Interpretasi 2D Desa Doropeti ................................................ 70
Gambar 2.37. Hasil Analisa & Interpretasi 1D dan 2D Desa Doropeti ................................... 71
Gambar 2.38. Kompilasi Data Teknis Lapangan Desa Tumbudadio ..................................... 73
Gambar 2.39. Hasil Analisa & Interpretasi 2D Desa Tumbudadio.......................................... 73
Gambar 2.40. Hasil Analisa & Interpretasi 1D & 2D Desa Tumbudadio ............................... 75
Gambar 2.41. Peta Indeks Lokasi Geolistrik di Desa Antiga Kec. Manggis Kab. Karangasem
Prov. Bali. .............................................................................................................. 77
Gambar 2.42. Peta Lokasi Pengukuran Geolistrik di Desa Antiga Kec. Manggis Kab.
Karangasem Prov. Bali. ........................................................................................ 78
Gambar 2.43. Peta Geologi Kabupaten Karangasem dan Sekitarnya Provinsi Bali .............. 80
Gambar 2.44. Hasil analisa & interpretasi 2D Desa Antiga .................................................... 83
Gambar 2.45. Penampang Geolistrik 2D di Desa Antiga Kec. Manggis Kab. Karangasem
Bali ......................................................................................................................... 84
Gambar 2.46. Peta Lokasi Pengukuran Geolistrik di Desa Seririt Kec. Seririt Kab. Buleleng
Prov. Bali. .............................................................................................................. 85
Gambar 2..47. Peta Indeks Lokasi Geolistrik di Desa Seririt Kec. Seririt Kab. Buleleng Prov.
Bali. ........................................................................................................................ 86
Gambar 2.48. Peta Geologi Kecamatan Seririt Kab. Buleleng Prov. Bali ............................. 87
Gambar 2.49. Hasil Analisa & Interpretasi Desa Seririt 1D .................................................... 91
Gambar 2.50. Hasil Analisa & Interpretasi Desa Seririt 2D .................................................... 91
Deskripsi
Modul Studi Kasus Geolistrik ini terdiri dari satu kegiatan belajar mengajar, yaitu panduan
praktikum geolistrik.
Peserta pelatihan mempelajari keseluruhan modul ini dengan cara yang berurutan.
Pemahaman setiap materi pada Pelatihan ini diperlukan untuk mampu memecahkan studi
kasus geolistrik.
Persyaratan
Dalam mempelajari modul pembelajaran ini, peserta pelatihan diharapkan dapat
menyimak dengan seksama penjelasan dari pengajar sehingga dapat memahami dengan
baik. Untuk menambah wawasan, peserta diharapkan dapat membaca terlebih dahulu
analisis dan interpretasi data geolistrik untuk airtanah.
Metode
Dalam pelaksanaan pembelajaran ini, metode yang dipergunakan adalah dengan
kegiatan pemaparan yang dilakukan oleh Widyaiswara/ Fasilitator, adanya kesempatan
tanya jawab, diskusi dan praktek kelas.
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI vii
MODUL 7 STUDI KASUS GEOLISTRIK
viii PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI
MODUL 7 STUDI KASUS GEOLISTRIK
BAB I
PENDAHULUAN
Tahapan awal perencanaan air tanah adalah untuk menganalisa dan mengetahui serta
memprakirakan besar potensi cadangan air tanah dengan berbagai penelitian antara
lain Studi Hidrogeologi yang antara lain adalah penelitian air tanah dengan memakai
Penelitian Geofisika khususnya Metode Geolistrik pada akuifer setempat.
BAB II
PANDUAN PRAKTIKUM GEOLISTRIK
2.1 Umum
Pada sessi praktikum 1D dan 2 D dilaksanakan masing – masing 6 lokasi tersebar
dengan rincian 10 titik duga untuk pelatihan 1 D dengan konfigurasi Schlumberger dan
1 titik duga untuk pelatihan 2 D survai metode Werner Schlumberger. Kesemua data
diambil pada penelitian lapangan yang dipilih secara acak dari pekerjaan penelitian
potensi air tanah dilapangan. Adapun data acak tersaji pada tabel 2.1. Data lokasi
Praktikum dibawah ini:
Tabel 2.1. Data Lokasi Praktikum Tersebar
KODE
NO LOKASI PROVINSI KETERANGAN
PRAKTIKUM
Ds. Muriabang
Nusa Tenggara Air bersih, kontak
1 Muriabang Kec. Pantar Barat
Timur air asin
Kab. Alor
Ds. Tete Uri
Air bersih,
2 Tete Uri Kec. Sabbang Sulawesi Selatan
Volkanik tua
Kab. Luwu Utara
Ds. Doropeti Air bersih,
Nusa Tenggara
3 Doropeti Kec. Pekat Gunung api -
Barat
Kab. Dompu Tersier
Ds. Tumbudadio
Air bersih,
4 Tumbu Dadio Kec. Tirawuta Sulawesi Tenggara
Tersier-Metamorf
Kab. Kolaka
Ds. Muriabang
Nusa Tenggara
1 Muriabang Kec. Pantar Barat Tomografi 2 D
Timur
Kab. Alor
KODE
NO LOKASI PROVINSI KETERANGAN
PRAKTIKUM
Ds. Seririt
Kec. Seririt
6 Seririt Bali Tomografi 2 D
Kab. Buleleng
Kab. Lombok Timur
Setiap kelompok akan diberikan latihan tata cara pembacaan data teknis lapangan,
pemasukan data dalam perangkat lunak 1D - PROGRESS V 3.0 dan perangkat lunak
2D - RES2DNV 2,5. Hasil keluaran data d data perangkat lunak yang dilaksanakan
disajikan dalam bentuk analisa sketsa penampang perlapisan batuan bawah tanah
sesuai dengan data akhir mengikuti tata cara dan data teknis yang berlaku.
Dari setiap sketsa penampang bawah tanah, setiap kelompok wajib meng-interpretasi-
kan perlapisan, struktur serta stratigrafi batuan yang ada dan kemudian menganalisa
prakiraan dimana letak dan kedalaman potensi air tanah yang telah tersaji pada
penampang perlapisan bawah tanah tersebut.
2.3 Praktikum 1D
Pada buku Studi Kasus ini dipersiapkan juga beberapa contoh pelaksanaan penelitian
survei geolistrik 1D (satu dimensi) dengan Konfigurasi Schlumberger. Hal ini
dipersiapkan khusus bagi para karya siswa yang sama sekali belum mengenal tata
cara dan interpretasi potensi air tanah memakai sistim geolistrik. Pemilihan Konfigurasi
Schlumberger adalah umum dipakai secara luas dalam penelitian potensi air tanah,
dikarenakan kemudahan dan kepraktisan sistim pelaksanaan pekerjaan di lapangan
maupun pelaksanaan analisa & interpretasi di laboratorium.
Pertama - tama para siswa diperkenalkan tatacara pemasukan data (data input) dalam
suatu program geolistrik terpilih tertentu, banyak program geolistrik 1D yang tersedia
beredar luas dipasaran dan telah terbiasa dipakai oleh para konsultan. Program
geolistrik dapat juga di unduh/ dunlud (download) secara gratis melalui program
Google.
Kemudian para siswa dituntun/ diajari membuat skema perlapisan geologi dan
dilakukan penelitian kemungkinan adanya potensi akuifer. Kemudian dilakukan
penggabungan beberapa perlapisan geologi secara utuh terstruktur, sehingga
memperluas pemahaman para siswa dalam mengetahui struktur perlapisan geologi
areal penelitian dan secara luas dapat meng interpretasikan besaran potensi air tanah
akuifer yang ada, struktur geologi yang nampak dan lain sebagainya sebagaimana
diperlukan.
dari jaringan perpipaan yang diambil dari mata air sejauh 20 Km. Jaringan
merupakan sumbangan dari departemen sosial setelah terjadi gempa pada tahun
1988.
d) Praktikum 1 terdiri dari 10 (sepuluh) titik duga: MR_1, MR_2; MR_6; MR_7; MR_8;
MR_9 dan MR_10 berarah utara selatan serta MR_2, MR_3, MR_4 dan MR_5
menghampar arah barat kearah timur areal penelitian dengan posisi relatif tegak
lurus; terletak pada Desa Muriabang, Kecamatan Pantar Barat, Kabupaten Alor,
Provinsi Nusa Tenggara Timur.
e) Morfologi Desa Muriabang sebagian besar wilayah merupakan morfologi
bergelombang kecuali di bagian barat daya berupa morfologi pedataran yang
merupakan sawah tadah hujan.
f) Data Geologi Regional: berdasarkan Geologi P. Pantar berdasarkan Peta Geologi
Lembar Lomblen-2307, Skala 1: 250.000 yang disusun oleh Koesoemadinata dan
N. Noya, dipublikasikan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi (P3G),
Bandung, 1989 terdiri dari beberapa formasi batuan sedimen, gunung api dan
terobosan yang berumur dari Tersier Eosen hingga Kuarter. Formasi-formasi
batuan yang terdapat di daerah penyelidikan berturut-turut dari tua ke muda
sebagai berikut:
Berasal dari kegiatan gunung api strato muda yaitu; Ili Topaki berumur
Holosen.
2) Batuan Terobosan
a) Granodiorit (Tmgd); berwarna kelabu kehijauan, padat dengan plagioklas
dan andesine terubah kuat menjadi serisit dan lempung. Mineral hitam terubah
menjadi klorit dan epidot. Satuan ini menerobos batuan dasit formasi
Tanahau. Umur satuan ini diperkirakan Miosen Tengah.
b) Granodiorit (Tpdi); berwarna kelabu kehijauan, padat dengan plagioklas dan
andesine terubah kuat menjadi serisit dan lempung. Mineral hitam terubah
menjadi klorit dan epidot. Satuan ini menerobos batuan dasit Formasi Alor.
Umur satuan ini diperkirakan Pliosen Akhir.
3) Endapan Permukaan
a) Batugamping Koral (Ql); mengandung sedikit ganggang, pejal. Mencapai
ketinggian kurang lebih 200 mdpl.
b) Aluvium (Qal); terdiri atas kerakal, kerikil, pasir, lumpur dan lanau. Tersusun
material andesit, dasit, basal dan granit. Satuan ini terendapkan dalam
lingkungan sungai dan pantai.
e) Sebaran titik-titik duga ditampilkan pada Gambar 2.4. Peta Lokasi Pengukuran
Geolistrik Desa Muriabang. Dari penyelarasan data geolistrik dengan kondisi
geologi setempat diuraikan dari atas ke bawah (Gambar 2.5. Penampang
Geolistrik Desa Muriabang).
Lokasi:
Muriabang
AB/2 MN
NO MR-1 MR-2 MR-3 MR-4 MR-5 MR-6 MR-7 MR-8 MR-9 MR-10
(m) (m)
1 1.5 0.6 20.03 34.32 24.24 44.80 35.18 75.43 103.86 70.69 73.37 22.62
2 2.5 0.6 18.46 32.79 23.56 38.46 29.34 76.83 87.46 66.63 75.26 18.93
3 4.0 0.6 15.49 30.50 21.09 33.32 26.16 70.41 60.06 57.30 64.64 19.73
4 6.0 0.6 14.24 23.71 18.64 25.98 23.50 58.09 36.95 47.91 42.67 21.23
5 8.0 0.6 13.82 19.62 18.12 21.18 21.90 43.60 25.59 38.28 30.78 21.82
6 10.0 0.6 14.16 16.01 17.92 19.89 20.50 33.55 21.11 31.28 22.42 25.02
7 12.0 0.6 15.07 14.52 17.27 18.98 20.27 27.82 20.16 25.12 19.49 25.12
8 12.0 4.0 14.77 14.39 17.67 19.37 20.83 27.83 20.45 25.86 19.24 20.62
9 15.0 4.0 15.99 14.46 18.23 19.67 21.78 23.22 18.22 24.30 18.24 21.70
10 20.0 4.0 17.28 13.85 18.39 20.60 22.81 22.25 17.72 22.93 17.77 24.38
11 25.0 4.0 18.29 14.53 18.68 21.15 24.21 21.41 18.01 21.54 18.11 23.17
12 30.0 4.0 18.66 14.20 19.16 22.60 25.68 21.72 19.30 20.86 18.55 24.24
13 40.0 4.0 17.59 14.70 19.56 24.31 27.64 21.96 20.76 21.02 19.01 23.21
14 50.0 4.0 17.43 14.39 20.69 24.25 28.22 22.04 22.34 21.91 19.43 22.75
15 50.0 20.0 17.59 14.09 20.85 24.74 27.91 21.77 22.06 21.86 19.57 22.62
16 60.0 20.0 15.27 14.45 21.67 26.38 26.54 18.96 24.47 23.48 21.61 22.25
17 75.0 20.0 13.74 13.70 22.31 28.63 25.89 16.69 25.87 25.20 22.58 21.24
18 100.0 20.0 10.27 10.80 24.46 28.60 24.58 12.44 24.80 24.01 20.99 20.48
19 125.0 20.0 6.88 8.47 24.15 27.76 24.50 9.83 23.76 24.51 20.68 20.21
20 150.0 20.0 5.50 6.93 22.82 27.84 25.56 8.46 25.15 28.79 21.50 21.04
21 175.0 20.0 4.51 5.60 26.35 29.14 28.19 7.39 28.46 30.22 23.49 21.71
22 200.0 20.0 4.27 5.08 27.92 32.75 30.37 6.45 30.84 33.46 24.22 24.14
23 250.0 20.0 4.15 4.95 33.27 38.06 35.60 5.32 35.57 38.37 29.26 27.32
24 300.0 20.0 3.97 4.49 35.40 41.51 39.38 4.78 38.14 42.83 34.64 32.21
25 350.0 20.0 -- 4.32 37.29 44.63 42.88 4.58 41.08 45.16 37.54 35.80
26 400.0 20.0 -- -- 38.81 47.92 -- -- -- 49.54 -- --
f) Instruksi latihan:
Menganalisa dan membuat grafis dari 10 titik duga yang terlampir dengan
memakai perangkat lunak yang tersedia.
Membuat penampang geologi/ stratigrafi dari titik – titik duga diatas dan
menyajikannya secara sistimatis.
Membuat interpretasi akan kemungkinan terdapatnya potensi air tanah dan
memprakirakan letak lokasi titik pemboran sumur produksi air tanah.
Sebaran titik-titik duga ditampilkan pada Gambar 2.4. Peta Lokasi Pengukuran
Geolistrik Desa Muriabang. Dari penyelarasan data geolistrik dengan kondisi
geologi setempat diuraikan dari atas ke bawah (Gambar 2.5.AB Penampang
Geolistrik Desa Muriabang).
Lapisan paling atas terdiri dari dua bagian yaitu : bagian atas tanah penutup
hingga kedalaman 3 meter, dan di bawahnya diikuti oleh lapisan pasir lempungan
hingga kedalaman 26 meter di titik duga MR-8, dengan nilai tahanan jenis dari 11-
19 Ohm. meter, lapisan ini cenderung, melensa yang menipis ke selatan dan ke
utara.
Kedalaman batupasir lempungan di bagian utara (titik MR-10) dimulai dari ini
sekitar 28-97 meter, sedangkan di bagian selatan-barat yaitu pada titik MR-1, 2,
dan MR-6 batas bawahnya tidak diketahui.
Lapisan paling bawah kemungkinan berupa breksi tufaan dari Satuan Batuan
gunung api Tua (Qtv), Nilai tahanan jenis dari 65-89 Ohm. meter, diharapkan
sebagi lapisan pembawa air bagian bawah.
b) Lapisan Akuifer
Dari hasil penyelarasan data-data geolistrik dengan kondisi geologi setempat yang
dituangkan ke dalam penampang geolistrik, menunjukan bahwa akuifer di Desa
Muriabang terdiri dari dua lapisan.
Akuifer atas berupa pasir-kerikil dari endapan permukaan Aluvium (Qal) terdiri atas
kerakal, kerikil, pasir, lumpur dan lanau. Kedalaman akuifer diperkirakan dari mulai
sekitar 10 meter hingga 48 meter tergantung lokasi.
Akuifer bawah berupa breksi tufaan dari Satuan Batuan gunung api Tua (Qtv);
terdiri atas lava, breksi, aglomerat, pasir, tufa dan tufa pasiran berbatu apung.
Gambar 2.5. Penampang Geolistrik A-B di Desa Muriabang Kec. Pantar Barat
Kab. Alor Prov. NTT
Gambar 2.6. Penampang Geolistrik A-C di Desa Muriabang Kec. Pantar Barat
Kab. Alor Prov. NTT
Tabel 2.3. Penafsiran Data Pengukuran Tahanan Jenis Konfigurasi Schlumberger Desa
Muriabang, Kec. Pantar Barat, Kab. Alor, NTT
MR-1 MR-2 MR-3 MR-4 MR-5
RMS : 5.5 % RMS : 3.6 % RMS : 4.5 % RMS : 4.2 % RMS : 3.6 %
Lapisan
depth Rest depth Rest depth Rest depth Rest depth Rest
(meter) (Ωm ) (meter) (Ωm ) (meter) (Ωm ) (meter) (Ωm ) (meter) (Ωm )
Layer 1 0-1 22 0-3 35 0-2 24 0-2 45 0-2 36
Layer 2 1- 8 12 3- 15 11 2- 18 16 2- 17 17 2- 11 19
Layer 3 8- 32 28 15- 34 33 18- 48 33 17- 45 40 11- 36 37
32-ke 34-ke
Layer 4 4 4 48- 84 10 45- 92 16 36- 92 15
bawah bawah
84-ke 92-ke 92-ke
Layer 5 -- -- -- -- 68 75 84
bawah bawah bawah
c) Praktikum 2 terdiri dari 10 (sepuluh) titik duga: TTU_1, TTU_2, TTU_3, TTU_4,
TTU_5 terletak pada penampang A-A1 pada Dususn Limbong Masarang. Serta
TTU_6, TTU_7, TTU_8, TTU_9 dan TTU_10 merupakan bagian dari penampang
B ~ B1 pada Dusun Sagu dan Tete Uri, kesemuanya terletak pada Desa Tete Uri,
Kecamatan Sabbang, Kabupaten Luwu Utara, Provinsi Sulawesi Selatan.
d) Data Geologi Regional: berdasarkan peta geologi lembar Kabupaten Luwu Utara
mengacu pada Peta Geologi Regional Lembar Malili, Sulawesi-2113 berskala 1 :
250.000 disusun oleh T.O Simanuntak, E Sumarna, Surono dan J.B Spandjono
yang diterbitkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi (P3G)
Bandung, tahun 1991.
e) Batuan Tertua yang mendasari Desa Tete Uri Kecamatan Sabbang, Kabupaten
Luwu Utara adalah Formasi Latimojang (Kls) yang tersusun oleh perselingan
batusabak, filit, wake, kuarsit, batugamping dan lanau dengan sisipan konglomerat
dan rijang. Di atasnya ditempati oleh Batuan gunung api Lamas (Tplv) yang
tersusun oleh lava basal dan andesi, breksi gunung api dan tufa, yang diendapkan
secara selaras dengan Formasi Latimojang (Kls), selanjutnya Formasi Bonebone
(Tmpb) yang terdiri dari perselingan batupasir, konglomerat, napal dan lempung
tufan.
f) Batuan Terobosan dijumpai di bagian barat laut dengan penyebaran luas yaitu
Granit Kambuno terdiri dari granit, granodiorit dan sekis.
g) Paling atas atau endapan termuda yang menutupi Desa Tete Uri adalah Endapan
Alluvial (Qal) yang terdiri dari lempung, lanau, pasir dan kerikil yang belum padat,
Gambar 2.9. Peta Hidrogeologi Lokasi Penelitian Kec. Sabbang Kab. Luwu
Utara
j) Sebaran titik-titik duga ditampilkan pada Gambar 2.10. Peta Lokasi Pengukuran
Geolistrik Desa Tete Uri. Dari penyelarasan data geolistrik dengan kondisi geologi
setempat diuraikan dari selatan ke utara berjajar.
k) Penelitian pada Desa Tete Uri dilakukan 10 (sepuluh) titik duga geolistrik dengan
2 lajur dengan arah berjajar. Lajur A-A1 sebanyak 5 (lima) titik duga dengan arah
selatan - utara terdiri dari TTU-1, TTU-2, TTU-3, TTU-4, TTU-5 serta lajur B-B1
dengan arah yang sama, utara-selatan sebanyak 5 (lima) titik duga terdiri dari titik
TTU-6, TTU-7, TTU-8, TTU-9 & TTU-10. Data penelitian lapangan geolistrik secara
ringkas tersaji pada tabel halaman berikut.
l) Instruksi latihan:
Menganalisa dan membuat grafis dari titik – titik duga yang terlampir dengan
memakai perangkat lunak yang tersedia.
Membuat penampang geologi/ stratigrafi dari titik – titik duga diatas dan
menyajikannya secara sistimatis.
Membuat interpretasi akan kemungkinan terdapatnya potensi air tanah dan
memprakirakan letak lokasi titik pemboran sumur produksi air tanah.
Dan lain – lain keterangan penting yang berkaitan.
Membuat laporan (softcopy, hardcopy & powerpoint) sesuai dengan standar
penulisan yang berlaku.
1 1.5 0.6 88,9 54,5 77,7 52,6 127,6 82,4 99,0 126,6 169,6 35,3
2 2.5 0.6 66,4 48,5 62,4 47,7 79,4 72,6 98,1 998,8 175,5 39,5
3 4.0 0.6 49,0 35,5 43,2 28,9 40,8 50,2 70,0 72,6 172,6 45,6
4 6.0 0.6 32,4 25,1 32,2 27,1 23,3 34,3 43,3 38,2 138,2 53,3
5 8.0 0.6 29,3 20,4 27,9 22,6 19,4 23,7 36,8 28,3 125,5 60,4
6 10.0 0.6 28,6 18,9 28,0 22,2 18,7 24,4 31,8 27,9 119,9 65,7
7 12.0 0.6 27,8 18,6 28,2 20,7 18,4 24,6 30,1 28,9 105,5 65,8
8 12.0 4.0 24,3 18,4 25,2 21,8 18,7 25,1 31,9 29,5 110,0 68,9
9 15.0 4.0 24,6 19,9 25,2 22,2 19,2 25,7 32,4 30,9 90,9 70,7
10 20.0 4.0 26,2 22,3 26,3 24,1 20,2 27,7 36,1 35,1 73,2 73,0
11 25.0 4.0 29,3 25,0 29,5 24,0 21,5 29,9 40,0 42,6 63,8 63,8
12 30.0 4.0 30,2 26,5 30,2 24,7 23,5 32,7 38,6 45,9 59,9 59,9
13 40.0 4.0 33,0 28,0 33,0 28,2 24,8 37,0 41,9 49,3 55,3 55,4
14 50.0 4.0 33,5 31,7 33,5 27,4 26,4 38,2 39,2 50,2 51,3 49,3
15 50.0 20.0 40,5 31,0 40,8 27,8 25,7 37,7 45,5 50,4 52,2 48,2
16 60.0 20.0 38,5 29,4 41,5 29,4 30,5 35,9 44,8 50,8 50,8 45,9
17 75.0 20.0 39,6 27,8 39,9 31,0 31,8 34,5 45,5 46,3 46,0 42,2
18 100.0 20.0 36,1 28,2 38,9 30,9 28,9 34,3 44,0 44,3 44,0 45,5
19 125.0 20.0 38.00 30,3 38,2 29,7 28,2 37,7 44,6 44,8 45,8 49,0
20 150.0 20.0 39,9 32,5 39,4 29,7 33,4 38,4 43,6 45,7 44,7 49,2
21 175.0 20.0 43,3 32,8 43,4 31,3 34,8 36,2 45,7 40,4 45,3 49,3
22 200.0 20.0 42,4 32,2 42,3 31,0 33,2 38,8 47,4 45,9 48,0 46,6
23 250.0 20.0 40,5 30,3 39,6 29,6 34,4 47,4 44,2 50,8 51,9 51,5
24 300.0 20.0 45,8 33,4 43,5 34,2 43,5 53,3 52,3 53,5 47,6 55,6
25 300.0 40.0 47,1 35,4 48,6 36,0 48,5 54,7 57,8 54,2 50,5 57,5
26 350.0 40.0 56,1 36,9 54,8 45,1 54,8 60,4 62,0 59,4 59,4 60,2
27 400.0 40.0 64,1 41,6 61,5 51,3 61,4 64,3 70,4 -- 63,7 64,4
Lapisan paling atas terdiri dari dua bagian yaitu: bagian atas tanah penutup hingga
kedalaman 3 meter, dan di bawahnya diikuti oleh lapisan pasir lempungan hingga
kedalaman 20 meter di titik duga TTU-4 dan TTU-5, dengan nilai tahanan jenis dari
17-23 Ohm. meter, lapisan ini menipis ke arah selatan dan timur.
batulempung ini dimulai dari kedalaman 80 meter dari permukaan tanah hingga
kedalaman 135 meter di titik duga TTU-1. Nilai tahanan jenis dari 8-14 Ohm. meter.
Lapisan paling bawah kemungkinan berupa breksi tufaan dari Formasi Batuan
gunung api Lamas (Tplv), Nilai tahanan jenis dari 153-227 Ohm. meter.
b) Lapisan Akuifer
Dari hasil penyelarasan data-data geolistrik dengan kondisi geologi setempat yang
dituangkan dalam penampang geolistrik, maka kemungkinan lapisan yang diduga
sebagai pembawa air bawah tanah terdiri 2 (dua) lapisan batupasir dari Formasi
Bone-Bone (Tmpb).
Lapisan pembawa air bawah tanah dangkal adalah lapisan batupasir dengan
kedalaman mencapai 40 meter di titik duga TTU-5. Dan Lapisan pembawa air
bawah tanah pada bagian bawah adalah lapisan batupasir mulai dari kedalaman
sekitar 50 meter hingga 82 meter di titik duga TTU-3.
Tabel 2.5. Penafsiran Data Pengukuran Tahanan Jenis Konfigurasi Schlumberger Desa
Teteuri, Kec. Sabbang, Kab. Luwu Utara, Prov. Sulawesi Selatan
Lokasi : Desa Tete Uri Kec. Sabbang, Kab. Luwu Utara, Prov. Sukawesi Selatan
TTU-1 TTU-2 TTU-3 TTU-4 TTU-5
RMS : 4.2 % RMS : 4.9 % RMS : 3.4 % RMS : 5.8 % RMS : 4.9 %
Lapisan
depth Rest depth Rest depth Rest depth Rest depth Rest
(meter) (Ω. m ) (meter) (Ω. m ) (meter) (Ω . m ) (meter) (Ω. m ) (meter) (Ω. m )
Layer 1 0-2 94 0-2 60 0-1 87 0-2 56 0-1 158
Layer 2 2-11 23 2-12 17 1-12 24 2-17 20 1-18 17
Layer 3 11- 25 66 12- 25 64 12- 27 73 17- 33 57 18- 41 53
Layer 4 25- 41 15 25- 44 13 27- 49 17 33- 55 12 41- 60 13
Layer 5 41- 82 63 44- 86 56 49- 90 65 55- 90 58 60- 83 57
Layer 6 82- 135 14 86- 135 9 90- 136 10 90- 132 8 83- 123 14
Layer 7 135-ke bawah 227 135-ke bawah 184 136-ke bawah 254 132-ke bawah 244 123-ke bawah 195
Layer 8
Tufan (Tpc) dan dua satuan batuan gunung api berumur yang berumur Kwarter;
Satuan Breksi Andesit-Basal (Qvle) dan Satuan Lava-Breksi (Qhv).
Satuan batuan yang terdapat di daerah penyelidikan berturut-turut dari tua ke muda
sebagai berikut:
a) Batuan Sediman
Batuan tertua di daerah ini ditempati oleh Satuan Batulempung Tufan (Tpc)
yang terdiri atas batulempung tufan, sisipan lapisan batupasir dan kerikil hasil
rombakan batuan gunung api. Satuan ini berlapis cukup baik, menindih tidak
selaras dengan batuan yang lebih tua yaitu Satuan Batuan Breksi Tuf (Tmv)
dan Satuan Batuan Batupasir Tufan (Tms). Umur Satuan Batulempung Tufan
(Tpc) diduga Tersier Akhir (Brouwer, 1915). Satuan batuan ini tersebar di
bagian utara Gunung Tambora.
b) Batuan gunung api
Satuan Breksi Andesit-Basal (Qvle) yang terdiri atas breksi gunung api, lahar,
tuf, abu dan lava; bersusunan andesit, basal. Satuan ini tersebar dari sebelah
timur sampai tenggara lokasi penyelidikan.
Selanjutnya di sebelah barat laut dan termasuk lokasi penyelidikan,
terendapkan Satuan Lava-Breksi (Qhv) yang terdiri atas lava breksi, lahar, tuf,
dan abu gunung api bersusunan andesit. Satuan ini merupakan hasil erupsi
gunung api aktif Tambora, yang berumur Kwarter.
Praktikum 2 terdiri dari 10 (sepuluh) titik duga : DPT_1, DPT_2, DPT_3, DPT_4,
DPT_5 terletak pada penampang A-A1 pada Dususn Limbong Masarang. Serta
DPT_6, DPT_7, DPT_8, DPT_9 dan DPT_10 merupakan bagian dari
penampang B ~ B1 pada Dusun Sagu dan Tete Uri, kesemuanya terletak pada
Desa Tete Uri, Kecamatan Sabbang, Kabupaten Luwu Utara, Provinsi Sulawesi
Selatan.
f) Berdasarkan Peta Cekungan Air Tanah Pulau Sumbawa skala 1: 250.000 disusun
oleh Hendri Setiadi dan Wayan Mudiana, Direktorat Tata Lingkungan Geologi dan
Kawasan Pertambangan, Bandung, 2004 daerah penyelidikan terletak pada
Cekungan Air Tanah (CAT) Pekat dengan jumlah imbuhan air tanah bebas, Q 1= 20
juta M3/tahun dan jumlah imbuhan air tanah tertekan, Q 2 = 10 juta M3/tahun.
Cekungan ini terletak di bagian timur Pulau Sumbawa.
g) Selanjutnya mengacu pada peta hidrogeologi lembar P. Sumbawa bagian Timur
skala 1: 250.000 disusun oleh Toto Ridwan dan Purwanto Sudadi, KANWIL ESDM
Provinsi NTB tahun 2000, Keberadaan air tanah di Desa Doropeti Kecamatan Pekat
sebagai akuifer dengan aliran melalui celahan dan ruang antar butir. Setempat
akuifer produktif, keterusannya sangat beragam, umumnya air tanah tidak
dimanfaatkan karena dalamnya muka air tanah, setempat mata air kecil dapat
diturap. Gambar 2.14. Peta Hidrogeologi Kecamatan Pekat dan sekitarnya.
1 1.5 0.6 452,2 535,4 952,2 502,2 664,9 971,0 1327,5 1137,5 890,2 980,2
2 2.5 0.6 305,0 491,4 629,8 403,2 516,5 1076,2 1095,5 1105,5 589,5 569,4
3 4.0 0.6 227,7 339,4 467,1 279,8 434,9 1041,3 851,9 1014,1 502,9 432,9
4 6.0 0.6 194,7 169,2 390,6 234,5 404,3 888,5 681,7 920,6 474,7 414,6
5 8.0 0.6 186,9 116,1 359,0 182,3 369,2 791,6 755,7 789,2 458,7 378,7
6 10.0 0.6 146,0 107,5 383,4 142,2 352,3 863,6 811,6 769,8 464,5 374,6
7 12.0 0.6 103,5 88,7 400,4 113,4 352,1 843,8 712,1 753,5 471,8 341,5
8 12.0 4.0 152,5 119,7 405,7 112,7 300,0 715,0 711,9 762,8 473,3 393,5
9 15.0 4.0 114,1 113,5 440,8 109,9 328,6 603,8 619,8 694,3 485,7 295,9
10 20.0 4.0 98,7 106,4 375,3 113,6 284,2 574,4 580,6 660,7 507,7 350,2
11 25.0 4.0 84,8 107,5 308,4 96,7 318,0 548,8 570,6 609,4 492,7 362,6
12 30.0 4.0 86,5 106,5 236,5 108,6 262,8 538,1 598,5 577,3 484,9 304,6
13 40.0 4.0 96,0 115,3 209,5 131,7 224,6 443,8 445,9 466,7 387,7 227,9
14 50.0 4.0 99,1 115,7 149,3 162,4 226,6 413,6 382,8 410,1 365,2 185,4
15 50.0 20.0 113,5 108,0 148,2 136,6 209,6 414,7 307,4 533,5 363,9 213,5
16 60.0 20.0 126,3 109,7 144,9 135,7 195,7 367,5 262,6 465,6 354,2 184,5
17 75.0 20.0 141,0 128,2 143,6 142,6 178,8 2778,5 228,4 340,0 317,7 177,1
18 100.0 20.0 163,4 130,4 149,7 137,7 170,4 210,3 193,6 271,7 270,7 136,8
19 125.0 20.0 180,9 141,1 174,8 145,7 164,3 175,9 174,5 259,6 243,9 120,6
20 150.0 20.0 183,3 148,5 178,5 171,3 173,5 148,7 166,8 224,5 208,7 142,9
21 175.0 20.0 191,8 151,8 194,2 154,8 174,8 156,3 172,6 247,0 190,3 162,4
22 200.0 20.0 199,4 156,7 181,9 177,0 183,2 155,8 181,5 235,0 182,7 142,9
23 250.0 20.0 196,0 168,7 177,1 191,2 184,8 176,7 189,8 215,4 170,3 160,2
24 300.0 20.0 203,8 177,7 181,0 208,7 184,8 187,8 199,2 206,5 152,1 148,6
25 300.0 40.0 195,4 163,1 141,6 154,0 168,6 166,7 232,0 197,4 150,5 130,2
26 350.0 40.0 184,0 157,6 136,5 162,4 169,3 173,1 201,0 168,6 142,8 129,7
27 400.0 40.0 182,6 156,3 144,4 172,2 159,3 165,2 192,2 173,5 128,5 117,4
28 500.0 40.0 175,8 153,2 139,9 161,5 146,1 158,3 158,3 161,3 124,6 114,8
29 600.0 40.0 165,1 142,6 136,2 150,4 146,4 151,6 142,9 158,9 114,4 104,4
b) Lapisan Akuifer
Dari hasil penyelarasan data-data geolistrik dengan kondisi geologi setempat yang
dituangkan ke dalam penampang geolistrik, menunjukan bahwa akuifer utama di
Desa Doropeti berupa batupasir yang merupakan bagian dari lahar dan breksi
pasiran dari Satuan Lava-Breksi (Qhv) yang terdiri atas lava breksi, lahar, tuf,
dan abu gunung api bersusunan andesit.
Tabel 2.7. Penafsiran Data Pengukuran Tahanan Jenis Konfigurasi Schlumberger Desa
Doropeti, Kecamatan Tekat, Kabupaten Dompu Provinsi Nusa Tenggara Barat
Lokasi : Desa Doropeti Kec. Pekat, Kab. Dompu, Prov. NTT
DPT-1 DPT-2 DPT-3 DPT-4 DPT-5
RMS : 5.1 % RMS : 4.7 % RMS : 4.5 % RMS : 7.9 % RMS : 3.7 %
Lapisan
depth Rest depth Rest depth Rest depth Rest depth Rest
(meter) (Ω . m ) (meter) (Ω. m ) (meter) (Ω. m ) (meter) (Ω . m ) (meter) (Ω. m )
Layer 1 0-1 94 0-2 629 0-1 1062 0-2 436 0-1 696
Layer 2 1-5 23 2-5 105 1-4 235 2-17 84 1-8 327
Layer 3 5- 30 66 5- 43 71 4- 11 672 17- 35 220 8- 19 509
Layer 4 30- 116 15 43- 126 188 11- 31 69 35- 86 144 19- 85 156
Layer 5 116 ke bawah 227 126 ke bawah 115 31- 98 241 86- 143 571 85- 153 352
Layer 6 98-ke bawah 167 143-ke bawah 242 153-ke bawah 158
Layer 7
i) Pengukuran dilakukan sebanyak 10 titik duga, tersebar 9 titik dipinggir jalan poros
Kendari-Kolaka, dan 1 titik di dusun-4 sekitar 600 meter di selatan jalan poros
Kendari-Kolaka, sebaran titik-titik duga ditampilkan pada Gambar 2.20. Peta
Lokasi Pengukuran Geolistrik. Penyelarasan data geolistrik dengan kondisi geologi
setempat diuraikan dari urutan paling atas ke bawah dengan data teknis tahanan
jenis semu tersaji pada Tabel 2.8. halaman berikut.
j) Instruksi latihan:
Menganalisa dan membuat grafis dari titik – titik duga yang terlampir dengan
memakai perangkat lunak yang tersedia.
Membuat penampang geologi/ stratigrafi dari titik – titik duga diatas dan
menyajikannya secara sistimatis.
Membuat interpretasi akan kemungkinan terdapatnya potensi air tanah dan
memprakirakan letak lokasi titik pemboran sumur produksi air tanah.
Dan lain – lain keterangan penting yang berkaitan.
Membuat laporan (softcopy, hardcopy & powerpoint) sesuai dengan standar
penulisan yang berlaku.
1 1.5 0.6 312.10 344.70 408.40 485.20 163.90 17.20 11.50 23.10 122.30 170.60
2 2.5 0.6 270.50 323.70 403.20 384.30 184.40 16.50 14.60 25.70 94.40 165.80
3 4.0 0.6 225.30 276.60 389.70 327.50 227.40 22.60 19.00 28.80 53.70 137.90
4 6.0 0.6 196.60 226.90 362.60 310.90 277.90 23.70 23.30 35.70 43.50 144.90
5 8.0 0.6 178.50 208.60 258.40 279.40 269.60 29.60 26.40 34.30 46.30 114.50
6 10.0 0.6 167.70 191.00 210.70 231.30 231.00 24.10 33.10 43.50 46.40 82.90
7 12.0 0.6 145.40 195.50 191.60 236.20 221.20 28.60 33.90 48.70 47.90 61.90
8 12.0 4.0 146.20 196.80 197.30 225.50 191.50 28.60 31.80 45.60 46.40 76.80
9 15.0 4.0 137.40 177.70 164.10 209.20 189.80 29.10 34.70 52.80 47.80 74.00
10 20.0 4.0 111.80 155.50 125.70 159.60 159.60 37.30 38.90 50.50 48.90 77.80
11 25.0 4.0 93.30 133.00 103.00 150.20 151.60 42.10 39.70 59.60 54.70 64.00
12 30.0 4.0 79.40 116.10 86.60 122.60 124.20 46.10 39.60 59.50 62.30 61.70
13 40.0 4.0 76.50 96.20 76.70 106.60 105.00 55.60 43.40 63.40 63.90 44.30
14 50.0 4.0 77.20 79.60 68.60 89.40 82.30 60.80 44.40 67.50 64.20 36.40
15 50.0 20.0 77.70 78.90 68.90 92.20 95.00 60.50 44.80 66.70 64.80 33.00
16 60.0 20.0 80.40 81.70 80.90 99.60 99.60 61.50 46.90 62.80 66.70 37.10
17 75.0 20.0 86.80 87.90 87.70 92.00 92.00 59.40 47.10 67.20 64.20 38.20
18 100.0 20.0 98.60 98.00 97.50 98.20 88.20 56.50 48.50 68.40 66.20 42.70
19 125.0 20.0 102.40 101.30 101.10 105.50 91.30 59.60 49.20 69.60 68.80 49.60
20 150.0 20.0 102.40 102.30 94.40 99.00 97.00 60.90 51.60 71.40 61.80 53.00
21 175.0 20.0 102.70 101.70 93.20 95.30 87.30 53.10 53.00 73.50 63.50 56.70
22 200.0 20.0 99.50 97.80 84.30 88.50 88.50 51.60 51.50 71.10 61.90 64.50
23 250.0 20.0 90.2 88.6 77.60 86.50 80.50 50.80 53.80 73.60 63.80 68.80
24 300.0 20.0 81.4 79.8 69.10 82.70 75.70 52.60 56.50 76.70 61.70 73.00
Lapisan paling atas merupakan tanah penutup berupa lempung hingga kerikil
kedalaman mencapai 2 meter, dibawahnya ditempati oleh batupasir yang menipis
ke arah timur, kedalamannya mencapai 10 meter di titik duga TDO-1. Nilai tahanan
jenis 188-263 Ohm. meter, kemungkinan dari Formasi Alangga (Qpa) berumur
Plistosen yang terdiri dari batupasir dan konglomerat.
Lapisan bawah diduga sebagai batuan malihan, sekis mulai dari kedalaman 10
meter ke bawah di titik TDO-1. Nilai tahanan jenis antara 41-99 Ohm. meter,
dengan sisipan kuarsit di bagian barat lokasi survei yaitu pada titik TDO-1 hingga
TDO-5, ketebalannya mencapai sekitar 12 meter di titik TDO-5.
b) Akuifer
Dari hasil penyelarasan data geolistrik dengan kondisi geologi setempat yang
ditampilkan dalam penampang geolistrik, maka lapisan yang diharapkan sebagai
lapisan pembawa air di Desa Tumbudadio tidak dijumpai, karena lapisan batuan
dari kedalaman 10 meter ke bawah umumnya bertemu dengan batuan malihan
(metamorfik) yang impermeable yang tidak dapat meloloskan air.
Tabel 2.9. Penafsiran Data Pengukuran Tahanan Jenis Konfigurasi Schlumberger Desa
Tumbudadio, Kec.Tirawuta, Kab. Kolaka Timur, Prov. Sulawesi Tenggara
Lokasi : Desa Tumbudadio Kec. Tirawuta, Kab. Kolaka Timur, Prov. Sulawesi Tenggara
TDO -1 TDO -2 TDO -3 TDO -4 TDO -5
RMS : 2.7 % RMS : 4.1 % RMS : 4.7 % RMS : 4.5 % RMS :4.6 %
Lapisan
depth Rest depth Rest depth Rest depth Rest depth Rest
(meter) (Ω. m ) (meter) (Ω. m ) (meter) (Ω . m ) (meter) (Ω . m ) (meter) (Ω. m )
Layer 1 0-1 337 0-1 350 0-3 424 0-1 436 0-1 696
Layer 2 1-8 188 1-13 195 3-11 167 1-11 84 1-12 327
Layer 3 8- 39 60 13- 40 54 11- 35 47 11- 39 220 12- 42 509
Layer 4 39- 70 240 40- 76 263 35- 72 250 39- 68 144 42- 74 156
Layer 5 70 - ke bawah 62 76 -ke bawah 57 72-ke bawah 41 68-ke bawah 242 74-ke bawah 158
Layer 6
Gambar 2.22. Peta Indeks Lokasi Geolistrik Desa Timusu Kab. Soppeng
c) Morfologi Desa Timusu dibedakan menjadi dua bagian ; bagian barat berada pada
wilayah morfologi bergelombang dan di bagian timur morfologi pedatadaran,
beberapa anak sungai mengalir melalui Desa Timusu yang bermuara di Sungai
Awa dan Sungai Belo. Salah satunya adalah anak sungai S. Lagoci yang
dimanfatkan oleh penduduk untuk memenuhi kebutuhan airnya, dengan
menggunakan perpipaan, tetapi kondisi air dimusim kemarau berkurang dan
musim hujan keruh.
d) Geologi Umum
Geologi Kabupaten Soppeng berdasarkan Peta Geologi Lembar Pangkajene dan
Watampone Bagian Barat Skala 1 : 250.000 yang dipublikasikan oleh Pusat
Penelitian dan Pengembangan Geologi (Rabsukamto, 1982) terdiri dari beberapa
formasi batuan sedimen, gunung api dan terobosan yang berumur dari Tersier
Eosen hingga Kuarter.
e) Formasi-formasi batuan yang terdapat di daerah penyelidikan berturut-turut dari
tua ke muda sebagai berikut:
1) Batuan Sedimen dan Batuan gunung api
Formasi Tonasa (Temt): batugamping koral pejal sebagian terhablurkan.
batugamping bioklastika dan kalkarenit. Berdasarkan analisa fosil
menunjukkan kisaran umur dari Eosen Awal sampai Miosen Tengah.
Tebal formasi ini diperkirakan tidak kurang dari 3000 m; menindih selaras
batuan Formasi Malawa, dan tertindih tak selaras batuan Formasi
Camba; diterobos oleh sill, retas, ban stok batuan beku yang bensusunan
basal, trakit, dan diorit.
Batuan gunung api Soppeng (Tmsv): breksi gunung api dan lava
sebagian bersusunan basal piroksen dan sebagian basal leusit. Satuan
ini menindih takselaras batugamping Formasi Tonasa dan ditindih;
selaras batuan Formasi Camba; diperkirakan berumur Miosen Bawah.
Formasi Camba (Tmc) : batuan sedimen laut berselingan dengan batuan
gunung api; batupasir tufaan berselingan dengan tufa, batupasir,
batulanau dan batulempung; bersisipan dengan napal, batugamping
konglomerat dan breksi gunung api, dan setempat dengan batubara.
Analisis gabungan fosil-fosil menunjukan umur berkisar dari Miosen
Tengah sampai Miosen Akhir dan lingkungan neritik.
Satuan ini menindih tak selaras batugamping dari Formasi Tonasa
(Temt) dan batuan dari Formasi Malawa (Tem), mendatar berangsur
berubah jadi bagian bawah dari pada Formasi Walanae (Tmpw).
2) Endapan Permukaan
Endapan Aluvium, Danau dan Pantai (Qac) : lempung, lanau. lumpur pasir
dan kerikil di sepanjang sungai besar, di sekitar lekuk Danau Tempe, dan di
sepanjang pantai.
Geologi daerah Penyelidikan di Desa Timusu Kecamatan Liliriaja Kabupaten
Soppeng termasuk ke dalam batas antara ;
Satuan Batuan gunung api Soppeng (Tmsv) : breksi gunung api dan lava
sebagian bersusunan basal piroksen dan sebagian basal leusit.
Formasi Walanae (Tmpw): batupasir berselingan dengan batulanau, tufa,
napal, batulempung. konglomerat dan batugamping
Endapan Aluvium, Danau dan Pantai (Qac) : lempung, lanau. lumpur pasir
dan kerikil di sepanjang sungai besar, di sekitar lekuk Danau Tempe, dan
di sepanjang pantai.
Lokasi penyelidikan selain terletak pada 3 (tiga) satuan batuan yang berbeda,
dilintasi struktur sesar yang berarah relatif barat laut-tenggara. Struktur sesar
tersebut dilintasi secara tegak lurus oleh penampang geolistrik A-A1
f) Hidrogeologi : Menurut peta Cekungan Air Tanah Pulau Sulawesi Lembar VIII
skala 1:250.000 yang disusun oleh Moch. Burhanul Arifin, Pusat Lingkungan
Geologi, Bandung, 2008. Desa Timusu terletak pada batas antara ; Bukan Daerah
Cekungan Air Tanah (CAT) atau Cekungan Air Tanah tidak potensial dengan
Daerah Cekungan Air Tanah (CAT) Pinrang-Sindereng dengan jumlah imbuhan
air tanah bebas, Q1 adalah 1.345 juta m3/tahun ; jumlah aliran air tanah tertekan,
Q2 adalah 5 juta m 3/tahun.
1 1.5 0.6 37.50 23.30 44.90 23.30 21.00 30.00 65.20 40.80 35.00 48.00
2 2.5 0.6 27.60 23.20 36.70 20.40 22.50 27.30 52.50 35.20 27.50 37.40
3 4.0 0.6 18.30 21.70 25.80 18.70 21.50 21.20 35.50 25.40 21.50 28.40
4 6.0 0.6 13.20 20.20 15.00 16.70 19.40 14.70 18.70 18.70 19.40 26.40
5 8.0 0.6 12.70 20.40 12.20 15.70 17.30 13.70 13.20 15.20 16.30 26.50
6 10.0 0.6 12.50 19.50 10.40 14.90 16.10 12.30 10.20 13.80 14.10 24.40
7 12.0 0.6 13.60 18.60 9.90 12.60 15.60 12.60 9.40 12.40 12.60 22.60
8 12.0 4.0 15.00 21.00 9.80 13.70 15.20 12.10 9.20 12.20 12.20 22.20
9 15.0 4.0 17.40 19.40 8.90 12.60 13.60 10.30 8.30 11.60 10.60 21.60
10 20.0 4.0 19.50 19.50 8.70 12.30 11.90 9.90 7.40 10.70 9.90 19.90
11 25.0 4.0 21.20 21.20 9.20 10.10 12.00 9.70 7.20 10.00 9.00 19.00
12 30.0 4.0 24.50 22.70 9.10 10.00 11.50 9.90 8.20 10.20 8.50 18.20
13 40.0 4.0 30.90 27.80 10.10 11.10 11.20 10.60 8.00 12.30 8.20 18.20
14 50.0 4.0 33.20 29.40 11.60 12.90 11.50 11.20 9.20 12.20 8.50 17.60
15 50.0 20.0 34.80 29.80 11.80 12.20 11.80 11.60 9.60 12.60 8.80 17.20
16 60.0 20.0 38.00 34.00 12.40 11.80 14.10 12.80 11.80 14.80 11.10 18.10
17 75.0 20.0 48.50 42.50 12.50 12.80 15.70 14.50 12.50 14.50 12.70 19.70
18 100.0 20.0 58.20 48.20 16.30 14.70 17.20 16.70 13.70 16.70 14.20 19.20
19 125.0 20.0 68.70 55.70 17.60 15.00 19.20 20.10 15.10 18.10 16.20 22.20
20 150.0 20.0 73.10 58.10 17.80 16.10 20.40 21.20 15.50 19.50 17.40 21.40
21 175.0 20.0 79.8 59.8 20.60 16.70 20.60 21.10 16.10 19.10 18.60 22.60
22 200.0 20.0 85.8 65.8 20.00 19.10 20.20 20.70 15.70 20.70 18.20 21.50
23 250.0 20.0 88.4 75.4 20.40 18.90 19.70 20.30 15.20 19.90 18.70 18.70
24 300.0 20.0 92.4 88.4 20.30 17.80 18.20 19.90 14.80 18.20 19.20 19.20
Selanjutnya pada batas ke dua Formasi tersebut terdapat sesar naik berarah barat
laut-tenggara yang terletak sekitar titik duga TMS-2, (Gambar 2.23 Peta Geologi
Kecamatan Kabupaten Soppeng).
Berdasarkan kondisi geologi tersebut, maka penyelarasan data geolistrik dengan
kondisi geologi diuraikan menjadi dua bagian ; disebelah barat sesar meliputi dua
titik TMS-1 dan TMS-2 pada penampang A-A1 dan sebelah timur sesar meliputi
titik TMS-3 hingga TMS-5 pada penampang A-A dan titik TMS-6 sampai dengan
TMS-10 pada penampang B-B1
b) Lapisan Akuifer
Dari hasil penyelarasan data-data geolistrik dengan kondisi geologi setempat yang
dituangkan ke dalam penampang geolistrik, menunjukan bahwa akuifer utama di
Desa Timusu berupa batupasir dari Formasi Walanae (Tmpw); batupasir
berselingan dengan batulanau, tufa, napal, batulempung. konglomerat dan
batugamping, diperkirakan berumur Miosen Tengah - Pliosen mengakibatkan
permeabilitas dan keterusannya kecil-sedang. Kedalaman akuifer diperkirakan
dari mulai sekitar 40 meter hingga 80 meter.
Gambar 2.28. Peta Lokasi Survai Geolistrik di Desa Seririt, Kab. Buleleng, Bali
a) Geologi Umum
Geologi umum daerah Seririt pantai utara Bali, dimana Kecamatan Seririt termasuk
ke dalamnya terdiri dari 6 (enam) satuan batuan berumur Tersier dan kwarter.
Berdasarkan Data Geologi Regional : berdasarkan peta geologi lembar Bali
dengan skala 1: 250.000 formasi geologi daerah Pulau Bali dari tua ke muda terdiri
atas 6 formasi yang secara ringkas diuraikan sebagai berikut:
Formasi Sorga
Kelompok batuan Sorga (Tms) berumur Pliosen merupakan endapan laut,
lokasi menyebar dan berintikan batuan tuffa, napal dan batu pasir terkadang
terselingi dengan minor konglomerat dan batuan serpih.
Formasi Asah
Kelompok batuan ini (Tpva) berumur Pliosen menyebar dari baratdaya Seririt
ke timur hingga di baratdaya Tejakula. Pada lapisan bawah umumnya terdiri
dari breksi yang berkomponen kepingan batuan bersifat basal, lava, obsidian.
Batuan ini umumnya keras karena perekatnya biasanya gampingan. Dibagian
atas t hasil dari erupsi volkanikedapat lava yang kerapkali menunjukkan rongga,
kadang-kadang memperlihatkan lempengan dan umunya berbutir halus.
Batuan yang ada basal, tetapi sebagian terbesar bersifat andesit, semua batuan
volkanik tersebut dirangkum ke dalam Batuan Gunungapi Jemberana.
Berdasarkan kedudukannya terdapat sedimen yang mengalasinya, umur
formasi ini adalah kuarter bawah, seluruhnya merupakan kegiatan gunung api
daratan. Pada daerah Candikusuma sampai Melaya terdapat banyak bukit
rendah yang merupakan trumbu terbentuk pada alas konglomerat dan
diatasnya menimbun longgokan kedalam formasi Palasari, suatu bentukan
muda karena pengungkitan endapan disepanjang tepi laut.
Formasi Batuan Gunungapi Kwarter
Kegiatan vulkanis pada kwarter menghasilkan terbentuknya sejumlah kerucut
yang umumnya kini telah tidak aktif lagi. Gunungapi tersebut menghasikan
batuan tufa dan endapan lahar Buyan-Beratan (Qv bb) dan Buyan-Beratan-Batur
(Qpbb), batuan gunungapi Gunung Batur, batuan gunungapi Gunung Agung,
batuan gunungapi Batukaru, lava dari gunung Pawon dan batuan gunungapi
dari kerucut-kerucut subresen Gunung Pohen, Gunung Sangiang dan gunung
Lesung. Gunungapi-gunungapi tersebut dari keseluruhannya hanya dua yang
kini masih aktif yaitu Gunung Agung dan Gunung Batur di dalam Kaldera Batur.
Paling atas merupakan endapan alluvium (Qa) berumur paling muda berisikan
batuan berukuran besar berupa cobble, pebble yang berada pada lapisan pasir,
lanau dan lempung pada dasar sungai, danau serta tepian pantai.
b) Hidrogeologi
Berdasarkan bentang alam, jenis batuan, struktur geologi dan munculan mata air
panas, maka tatanan air tanah/ hidrogeologi daerah penelitian dibagi tiga wilayah,
berupa: Resapan air, Limpasan dan munculan air tanah, serta Aliran permukaan.
Zona resapan (recharge area) mencakup ± 40% luas daerah penelitian Air hujan
yang meresap melalui batuan berpermeabilitas tinggi atau zona rekahan,
kemudian disimpan pada batuan yang berporositas tinggi menjadi air tanah dalam
(akifer dalam) dan air tanah dangkal (akifer dangkal). Daerah aquifer tersebut
selanjutnya berfungsi sebagai penyuplai air reservoir.
Zona munculan (discharge area) mencakup ± 40 % luas daerah penelitian
terutama di sekitar Desa Seririt, Bubunan, Joanyar dan Patemon. Aliran air
permukaan merupakan air hujan yang mengalir di permukaan tanah dan
membentuk sungai. Aliran sungai secara gravitasi mengalir dari elevasi tinggi
kerendah kearah pantai.
c) Penelitian pada dilaksanakan di Desa Seririt, Kecamatan Seririt Kabupaten
Buleleng Provinsi Bali dilakukan sebanyak 10 (sepuluh) titik duga geolistrik berjajar
yaitu SR_1 s/d SR_10 membentang dengan arah utara – selatan, dengan
rangkuman data teknis tahanan jenis semu tersaji pada tabel halaman berikut :
d) Instruksi latihan:
Menganalisa dan membuat grafis dari titik – titik duga yang terlampir dengan
memakai perangkat lunak yang tersedia.
Membuat penampang geologi/ stratigrafi dari titik – titik duga diatas dan
menyajikannya secara sistimatis.
Membuat interpretasi akan kemungkinan terdapatnya potensi air tanah dan
memprakirakan letak lokasi titik pemboran sumur produksi air tanah.
Dan lain – lain keterangan penting yang berkaitan.
Membuat laporan (softcopy, hardcopy & powerpoint) sesuai dengan standar
penulisan yang berlaku.
Tabel 2.12. Kompilasi Data Teknis Lapangan Desa Borok Toyang & Gelanggang
Lapisan paling atas merupakan tanah penutup berupa pasir lempungan hingga
kerikil kedalaman mencapai 2 meter dengan nilai tahanan jenis kurang dari 20
Ohm-meter, dibawahnya ditempati oleh breksi, kedalamannya mencapai 75 meter
dengan nilai tahanan jenis sekitar 70 Ohm- meter.
Pada lapisan ini terdapat sisipan breksi pasiran berbentuk lensa, ditandai dengan
nilai tahanan jenis lebih kecil dari 60 Ohm. meter. Dibawahnya terdapat lapisan
breksi pasiran dengan nilai tahanan jenis sekitar 20 ohm-meter.
Lapisan paling bawah diduga sebagai breksi pasiran mulai dari kedalaman 75
meter dengan nilai tahanan jenis antara berkisar 70 Ohm- meter.
Pada penelitian, interpretasi daerah Seririt didapatkan patahan dengan arah timur
barat pada titik duga SR_1 dan SR_2 dengan indikasi tidak menyambungnya
perlapisan batuan yang berada di segmen utara dan segmen selatan. hal ini
ditambah dengan tambahan titik – titik penelitian SR_6 dan SR_5.
b) Akuifer
Dari hasil penyelarasan data geolistrik dengan kondisi geologi setempat yang
ditampilkan dalam penampang geolistrik, maka lapisan yang diduga sebagai
lapisan pembawa air yang utama berupa breksi pasiran dari Formasi Gunungapi
Kwarter (Qp) terdiri atas endapan lahar Buyan-Beratan (Qv bb) dan Buyan-Beratan-
Batur (Qpbb), batuan gunungapi Gunung Batur, batuan gunungapi Gunung Agung,
batuan gunungapi Batukaru, lava dari gunung Pawon dan batuan gunungapi dari
kerucut-kerucut subresen Gunung Pohen.
Gambar 2.30. Penampang Geolistrik Desa Seririt Kec. Seririt Kab. Buleleng, Bali
Gambar 2.31. Penampang Geolistrik Desa Seririt Kec. Seririt Kab. Buleleng, Bali
2.10 Praktikum 2 D
Pada buku Studi Kasus untuk praktikum 2D ini dipersiapkan beberapa contoh
pelaksanaan penelitian survei geolistrik 2D (dua dimensi) dengan Konfigurasi Wenner
- Schlumberger.. Pemilihan Konfigurasi Wenner - Schlumberger adalah umum dipakai
secara luas dalam penelitian potensi air tanah dengan sistimatika mapping,
dikarenakan kemudahan dan kepraktisan sistim pelaksanaan pekerjaan di lapangan
maupun pelaksanaan analisa & interpretasi di laboratorium.
Pada sesi praktikum ini akan dilaksanakan 6 lokasi tersebar dengan masing – masing
>100 titik duga penelitian lapangan yang dipilih secara acak dari pekerjaan penelitian
survei metode geolistrik dengan konfigurasi Wenner - Schlumberger untuk penelitian
2D. Adapun data acak tersaji pada Tabel dibawah. Data lokasi Praktikum dibawah ini:
KODE
NO LOKASI PROVINSI KETERANGAN
PRAKTIKUM
Ds. Muriabang
Nusa Tenggara
1 Muriabang Kec. Pantar Barat Tomografi 2 D
Timur
Kab. Alor
Ds. Teteuri
2 Teteuri Kec. Sabbang Sulawesi Selatan Tomografi 2 D
Kab. Luwu Utara
Ds. Doropeti
Nusa Tenggara
3 Doropeti Kec. Pekat Tomografi 2 D
Barat
Kab. Dompu
Ds. Tumbudadio
Sulawesi
4 Tumbudadio Kec. Tirawuta Tomografi 2 D
Tenggara
Kab. Kolaka
Ds. Antiga
5 Antiga Kec. Manggis Bali Tomografi 2 D
Kab. Karangasem
Ds. Seririt
6 Seririt Kec. Seririt Bali Tomografi 2 D
Kab. Buleleng
Perangkat lunak yang dipakai dalam pelatihan ini memakai RES2DINV versi 3.53. Dari
data pengukuran dan perhitungan di lapangan kemudian diinterpretasikan
menggunakan dengan menggunakan perangkat lunak tersebut untuk melatih dan
memperlihatkan profil bawah permukaan area yang diukur. Perangkat lunak
RES2DINV (2D) digunakan untuk menampilkan profil 2 demensi sehingga data
pengukuran di lapangan mengunakan konfigurasi Mapping.
Lapisan paling atas terdiri dari dua bagian yaitu: bagian atas tanah penutup
hingga kedalaman 3 meter, dan di bawahnya diikuti oleh lapisan pasir lempungan
hingga kedalaman 26 meter di titik duga MR-8, dengan nilai tahanan jenis dari 11-
19 Ohm. meter, lapisan ini cenderung, melensa yang menipis ke selatan dan ke
utara.
Kedalaman batupasir lempungan di bagian utara (titik MR-10) dimulai dari ini
sekitar 28-97 meter, sedangkan di bagian selatan-barat yaitu pada titik MR-1, 2,
dan MR-6 batas bawahnya tidak diketahui.
Lapisan paling bawah kemungkinan berupa breksi tufaan dari Satuan Batuan
gunung api Tua (Qtv), Nilai tahanan jenis dari 65-89 Ohm. meter, diharapkan
sebagi lapisan pembawa air bagian bawah.
b) Lapisan Akuifer
Dari hasil penyelarasan data-data geolistrik dengan kondisi geologi setempat yang
dituangkan ke dalam penampang geolistrik, menunjukan bahwa akuifer di Desa
Muriabang terdiri dari dua lapisan.
Akuifer atas berupa pasir-kerikil dari endapan permukaan Aluvium (Qal) terdiri atas
kerakal, kerikil, pasir, lumpur dan lanau. Kedalaman akuifer diperkirakan dari mulai
sekitar 10 meter hingga 48 meter tergantung lokasi.
Akuifer bawah berupa breksi tufaan dari Satuan Batuan gunung api Tua (Qtv);
terdiri atas lava, breksi, aglomerat, pasir, tufa dan tufa pasiran berbatu apung (lihat
halaman 14 ~ 15 buku ini).
30 2 1 68 57 12.57 15.03
40 2 1 55 46 12.57 15.05
50 2 1 64 54 12.57 15.06
60 2 1 70 59 12.57 15.07
70 2 1 62 52 12.57 15.07
80 2 1 25 21 12.57 15.08
90 2 1 21 18 12.57 15.09
100 2 1 57 47 12.57 15.12
110 2 1 53 44 12.57 15.16
120 2 1 54 45 12.57 15.25
130 2 1 87 71 12.57 15.43
140 2 1 60 47 12.57 15.88
150 2 1 46 34 12.57 17.12
160 2 1 86 55 12.57 19.55
170 2 1 38 22 12.57 21.42
180 2 1 91 35 12.57 32.59
190 2 1 220 74 12.57 37.32
200 2 1 105 36 12.57 36.58
dst ........
d) Instruksi latihan:
Menganalisa dan membuat grafis dari semua titik duga yang terlampir dengan
memakai perangkat lunak yang tersedia.
Membuat penampang geologi/ stratigrafi 2D dari titik – titik duga diatas dan
menyajikannya secara sistimatis.
Membuat interpretasi akan kemungkinan terdapatnya potensi air tanah dan
memprakirakan letak lokasi titik pemboran sumur produksi air tanah.
Dan lain – lain keterangan penting yang berkaitan.
Membuat laporan (softcopy, hardcopy & powerpoint) sesuai dengan standar
penulisan yang berlaku serta menyajikan hasil praktikum didepan kelas.
Lapisan paling atas terdiri dari dua bagian yaitu : bagian atas tanah penutup
hingga kedalaman 3 meter, dan di bawahnya diikuti oleh lapisan pasir
lempungan hingga kedalaman 20 meter di titik duga TTU-4 dan TTU-5, dengan
nilai tahanan jenis dari 17-23 Ohm. meter, lapisan ini menipis ke arah selatan
dan timur.
c) Lapisan Akuifer
Dari hasil penyelarasan data - data geolistrik dengan kondisi geologi setempat
yang dituangkan dalam penampang geolistrik 1D, maka kemungkinan lapisan
yang diduga sebagai pembawa air bawah tanah terdiri 2 (dua) lapisan batupasir
dari Formasi Bone-Bone (Tmpb), dapat diperiksa pada halaman 23.
Lapisan pembawa air bawah tanah dangkal adalah lapisan batupasir dengan
kedalaman mencapai 40 meter di titik duga TTU-5.
Lapisan pembawa air bawah tanah bagian bawah adalah lapisan batupasir
mulai dari kedalaman sekitar 50 meter hingga 82 meter di titik duga TTU-3.
Gambar 2.35. Penampang Geolistrik 2D di Desa Tete Uri Kec. Sabbang Kab. Luwu
Utara
d) Instruksi latihan:
Menganalisa dan membuat grafis dari semua titik duga yang terlampir
dengan memakai perangkat lunak yang tersedia.
Membuat penampang geologi/ stratigrafi 2D dari titik – titik duga diatas dan
menyajikannya secara sistimatis.
Membuat interpretasi akan kemungkinan terdapatnya potensi air tanah dan
memprakirakan letak lokasi titik pemboran sumur produksi air tanah.
Dan lain – lain keterangan penting yang berkaitan.
d) Lapisan Akuifer
Dari hasil penyelarasan data-data geolistrik dengan kondisi geologi setempat
yang dituangkan ke dalam penampang geolistrik, menunjukan bahwa akuifer
utama di Desa Doropeti berupa batupasir yang merupakan bagian dari lahar
dan breksi pasiran dari Satuan Lava-Breksi (Qhv) yang terdiri atas lava breksi,
lahar, tuf, dan abu gunung api bersusunan andesit (lihat gambar 3).
e) Instruksi latihan
Menganalisa dan membuat grafis dari semua titik duga yang terlampir
dengan memakai perangkat lunak yang tersedia.
Membuat penampang geologi/ stratigrafi 2D dari titik – titik duga diatas dan
menyajikannya secara sistimatis.
Membuat interpretasi akan kemungkinan terdapatnya potensi air tanah dan
memprakirakan letak lokasi titik pemboran sumur produksi air tanah.
Lapisan paling atas merupakan tanah penutup berupa lempung hingga kerikil
kedalaman mencapai 2 meter, dibawahnya ditempati oleh batupasir yang
menipis ke arah timur, kedalamannya mencapai 10 meter di titik duga TDO-1.
Nilai tahanan jenis 188 - 263 Ohm. meter, kemungkinan dari Formasi Alangga
(Qpa) berumur Plistosen yang terdiri dari batupasir dan konglomerat.
Lapisan bawah diduga sebagai batuan malihan, sekis mulai dari kedalaman 10
meter ke bawah di titik TDO-1. Nilai tahanan jenis antara 41 - 99 Ohm. meter,
dengan sisipan kuarsit di bagian barat lokasi survei yaitu pada titik TDO-1
hingga TDO-5, ketebalannya mencapai sekitar 12 meter di titik TDO-5.
d) Akuifer
Dari hasil penyelarasan data geolistrik dengan kondisi geologi setempat yang
ditampilkan dalam penampang geolistrik, maka lapisan yang diharapkan
sebagai lapisan pembawa air di Desa Tumbudadio tidak dijumpai, karena
lapisan batuan dari kedalaman 10 meter ke bawah umumnya bertemu dengan
batuan malihan (metamorfik) yang impermeable yang tidak dapat meloloskan
air.
Dari interpretasi perlapisan batuan ini maka tidak didapatkan adanya akifer.
Elevasi permukaan tanah tertinggi 20 meter dan kedalaman penetrasi
penelitian sedalam 70 meter.
e) Instruksi latihan:
Menganalisa dan membuat grafis dari semua titik duga yang terlampir
dengan memakai perangkat lunak yang tersedia.
Membuat penampang geologi / stratigrafi 2D dari titik – titik duga diatas dan
menyajikannya secara sistimatis.
Membuat interpretasi akan kemungkinan terdapatnya potensi air tanah dan
memprakirakan letak lokasi titik pemboran sumur produksi air tanah.
Dan lain – lain keterangan penting yang berkaitan.
Membuat laporan (softcopy, hardcopy & powerpoint) sesuai dengan
standar penulisan yang berlaku serta menyajikan hasil praktikum didepan
kelas.
b) Lokasi Pekerjaan
Lokasi penyelidikan terletak di Desa Antiga Kecamatan Manggis Kabupaten
Karangasem Provinsi Bali.
Gambar 2.41. Peta Indeks Lokasi Geolistrik di Desa Antiga Kec. Manggis
Kab. Karangasem Prov. Bali.
c) Geologi
Geologi Kabupaten Karangasem dan sekitarnya mengacu pada Peta Geologi
Lembar Bali, Nusatenggara berskala 1 : 250.000 disusun oleh Purbo-
Hadiwidjojo, H. Samodra dan T.C. Amin yang diterbitkan oleh Pusat Penelitian
dan Pengembangan Geologi (P3G) Bandung, tahun 1998.
Gambar 2.42. Peta Lokasi Pengukuran Geolistrik di Desa Antiga Kec. Manggis Kab.
Karangasem Prov. Bali.
Batuan tertua ditempati oleh Satuan batuan sedimen yang berumur Tersier
yaitu Formasi Ulakan (Tomu) yang terdiri dari breksi gunungapi, lava, tuf, dan
sisipan batuan sedimen gampingan, berumur Oligo-Miosen Awal,
penyebarannya terdapat di bagian selatan Kabupaten Karangasem. Di area ini
Formasi Ulakan (Tomu) ditindih tidak selaras oleh Satuan Batuan Gunungapi
Kelompok Buyan-Bratan dan Batur (Qpbb), berumur holosen, terdiri dari tuf dan
Selanjutnya satuan satuan batuan gunungapi berumur Kwarter yaitu dari tua
ke muda adalah:
Satuan batuan berumur plistosen Satuan Batuan Gunungapi Kelompok
Buyan-Bratan Purba (Qvbb) beranggotakan breksi gunungapi, lava, tetempat
tuf, terlertak dibagian barat laut Kabupaten Karangasem. Satuan Batuan
Gunungapi Seraya (Qvps) terutama terdiri dari breksi gunungapi berselingan
lava, berada dibagian timur Kabupaten Karangasem.
Endapan permukaan Aluvium (Qa) terdiri dari kerakal, kerikil, pasir, lanau dan
lempung sebagai endapan sungai, danau dan pantai.
Geologi Desa Antiga Kec.Manggis ditempati oleh dua formasi yang berbeda
dibagian utara ditempati batuan tertua di daerah ini, berumur Oligo-Miosen yaitu
Formasi Ulakan (Tomu), berupa breksi gunungapi, lava, tuf, dan sisipan batuan
sedimen gampingan. Formasi Ulakan ditindih secara tidak selaras oleh Satuan
Batuan Gunungapi Kelompok Buyan-Bratan dan Batur (Qpbb), terdiri atas tuf
dan lahar.
Gambar 2.43. Peta Geologi Kabupaten Karangasem dan Sekitarnya Provinsi Bali
Lapisan paling atas merupakan tanah penutup berupa lempung dan tanah urugan
hingga kedalaman 3 meter dengan nilai tahanan jenis bervariasi, dibawahnya
diduga breksi dari Satuan Batuan Gunungapi Kelompok Buyan-Bratan dan Batur
(Qpbb), terdiri atas tuf dan lahar, kedalaman mulai dari 3 - 83 meter di titik ATG-6
yang paling dalam terdapat dititik ATG-3, mulai dari 3-112 meter.
Nilai tahanan jenis 45-178 Ohm. meter. Pada lapisan ini terdapat sisipan yang
diduga sebagai tufa pasiran ditandai dengan nilai tahanan jenis 14-26 Ohm. meter.
Lapisan bawah dengan nilai tahanan jenis 29-40 Ohm. meter diduga batupasir
tufaan.
a) Akuifer
Dari hasil penyelarasan data geolistrik dengan kondisi geologi setempat yang
ditampilkan dalam penampang tegak geolistrik, maka lapisan yang diduga
sebagai lapisan pembawa air yang utama adalah batupasir tufaan dari Satuan
Batuan Gunungapi Kelompok Buyan-Bratan dan Batur (Qpbb), terdiri atas tuf
dan lahar. Secara hidrogeologi keberadaan air tanah dikategorikan sebagai
akuifer dengan aliran melalui celahan dan ruang antar butir. Akuifer dimulai dari
kedalaman 83 meter ke bawah, di titik duga ATG-6.
Formasi yang dominan pada daerah ini adalah formasi perlapisan breksi
volkanik dengan nilai resistivitas antara 40 sampai 200 ohm-meter, bahkan
terlihat bahwa terdapat agglomerat ataupun kemungkinan prakiraan sundulan
magma pada bagian kanan serta kiri daerah pengukuran: sedang lapisan
batuan diatasnya adalah lapisan tuffa pasiran dengan nilai resistivitas 10
sampai dengan 40 ohm-meter. Hal ini menandakan bahwa aktivitas volkanik
daerah Karangasem sangat aktif.
b) Lokasi Pekerjaan
Lokasi penyelidikan terletak di Desa Seririt Kecamatan Seririt Kabupaten
Buleleng Provinsi Bali yang terletak pada pantai utara.
Gambar 2.46. Peta Lokasi Pengukuran Geolistrik di Desa Seririt Kec. Seririt
Kab. Buleleng Prov. Bali.
Gambar 2..47. Peta Indeks Lokasi Geolistrik di Desa Seririt Kec. Seririt Kab.
Buleleng Prov. Bali.
c) Geologi
Geologi Kabupaten Buleleng dan sekitarnya mengacu pada Peta Geologi
Lembar Bali, Nusatenggara berskala 1 : 250.000 disusun oleh Purbo-
Hadiwidjojo, H. Samodra dan T.C. Amin yang diterbitkan oleh Pusat Penelitian
dan Pengembangan Geologi (P3G) Bandung, tahun 1998 dan pemetaan di
lapangan.
Gambar 2.48. Peta Geologi Kecamatan Seririt Kab. Buleleng Prov. Bali
Data Geologi Regional: berdasarkan peta geologi lembar Bali dengan skala 1:
250.000 formasi geologi daerah Pulau Bali dari muda ke tua secara ringkas
diuraikan sebagai berikut:
Satuan batuan yang berumur holosen; Satuan Batuan Gunungapi
Kelompok Buyan-Bratan dan Batur (Qpbb) terutama tuf dan lahar,
menempati bagian timur dan selatan Kecamatan Seririt Kab. Buleleng.
Formasi Asah
Kelompok batuan ini berumur Pliosen menyebar dari baratdaya Seririt ke
timur hingga di baratdaya Tejakula. Pada lapisan bawah umumnya terdiri
dari breksi yang berkomponen kepingan batuan bersifat basal, lava,
obsidian. Batuan ini umumnya keras karena perekatnya biasanya
gampingan. Dibagian atas tedapat lava yang kerapkali menunjukkan
rongga, kadang-kadang memperlihatkan lempengan dan umunya berbutir
halus. Kerapkali nampak struktur bantal yang menunjukan suasana
pengendapan laut.
a) Akuifer
Dari hasil penyelarasan data geolistrik dengan kondisi geologi setempat yang
ditampilkan dalam penampang tegak geolistrik, maka lapisan yang diduga
sebagai lapisan pembawa air yang utama adalah batupasir tufaan dari Satuan
Batuan Gunungapi Kelompok Buyan-Bratan dan Batur (Qpbb), terdiri atas tuf
dan lahar. Secara hidrogeologi keberadaan air tanah dikategorikan sebagai
akuifer dengan aliran melalui celahan dan ruang antar butir. Akuifer dimulai dari
kedalaman 83 meter ke bawah, di titik duga ATG-6.
b) Data Pengukuran Lapangan
Sifat tahanan jenis kedua Formasi di atas mempunyai range yang hampir
sama, yang membedakan adalah bahwa batuan dari Formasi Ulakan (Tomu)
lebih kompak dari pada Satuan Batuan Kelompok. Buyan-Bratan dan Batur
(Qpbb), sehingga titik ATG-1 sampai dengan titik ATG-6, diduga sebagai breksi
gunungapi maupun batupasir yang kompak dan impermeable. (Interpretasi data
teknis geolistrik 1D).
2.17 Latihan
1. Sebutkan tujuan dilakukannya penyelidikan geolistrik!
2. Sebutkan satuan batuan yang terdapat di daerah penyelidikan studi kasus 3
yang terletak di Desa Doro Peti, Dompu, Nusa Tenggara Barat!
3. Sebutkan kondisi geologi umum Desa Tumbu Dadio, Kolaka Timur, Sulawesi
Tenggara!
2.18 Rangkuman
Adapun tujuan dilakukannya penyelidikan geolistrik secara khusus adalah:
Mempelajari karaktersistik lapisan batuan secara vertikal dan lateral,
khususnya lapisan batuan yang merupakan lapisan menyimpan air tanah
(akuifer) untuk mengetahui potensi air tanah (dangkal dan dalam)
Membuat zonasi potensi air tanah terutama air tanah dalam berdasarkan tingkat
kajian yang dilakukan.
Menentukan titik-titik yang potensi untuk dilakukan pemboran, untuk
mengetahui potensi sumber daya air secara detil.
Menentukan kedalaman pemboran (rekomendasi) dari masing-masing titik
yang telah disarankan.
2.19 Evaluasi
1. Formasi Alor (Tmpa) terdiri dari…..
a. Lava, breksi dan tufa pasiran gampingan
b. Lava, breksi, aglomerat,
c. Pasir, tufa dan tufa pasiran berbatuapung
d. Lava, aglomerat, kerikil
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Adapun tujuan dilakukannya penyelidikan geolistrik secara khusus adalah:
Mempelajari karaktersistik lapisan batuan secara vertikal dan lateral,
khususnya lapisan batuan yang merupakan lapisan menyimpan air tanah
(akuifer) untuk mengetahui potensi air tanah (dangkal dan dalam)
Membuat zonasi potensi air tanah terutama air tanah dalam berdasarkan tingkat
kajian yang dilakukan.
Menentukan titik-titik yang potensi untuk dilakukan pemboran, untuk
mengetahui potensi sumber daya air secara detil.
Menentukan kedalaman pemboran (rekomendasi) dari masing-masing titik
yang telah disarankan.
DAFTAR PUSTAKA
A. Allen, Philipa dan John R. Allen. 1995. Basin Analysis. Blackwell Sciences. American
Geological Institute. 1992. Planning for Field Safety. American Geological Institute,
Alexandria, Virginia.
Asikin, Sukendar. Basic of Geology. Departemen Geologi ITB. Tidak diterbitkan. Asikin,
Sukendar. 1987. Buku Penuntun Geologi Lapangan. Geologi ITB. Tidak
diterbitkan.
Emery, D., and K.J. Myers. 1996. Sequence stratigraphy: Oxford, Blackwell Science, 297
p.
Fry, N. 1985. The field description of metamorphic rocks. Geological Society of London
Handbook Series, 110 pages: New York.
Geni Dipatunggoro dan Febri Hirnawan. Diktat Mata Kuliah Metode Pemetaan Geologi.
Jurusan Geologi, UNPAD, Bandung. Tidak diterbitkan.
Setia Graha, Doddy, Ir. 1987. Batuan dan Mineral. Penerbit Nova, Bandung. Sampurno,
Prof dan Ir. Budi Brahmantyo. 1994. Kumpulan Edaran Praktikum Geomorfologi.
Laboratorium Geomorfologi, Jurusan Teknik Geologi, FTM-ITB. Bandung.
Syarifin. Diktat Prinsip Stratigrafi. Jurusan Teknik Geologi, FMIPA, UNPAD. Bandung.
Bhattacharya P.K & Patra H.P, 1968, Direct Current Geoelectric Sounding Principles and
Interpretation, Elsevier Publishing Company, Amsterdam.
Drever J.L, Hdland H.D, 2005, Surface and Ground Water, Weathering and Soils.
Ikatan Ahli Geologi Indonesia, 1996, Sandi Stratigrafi Indonesia, Komisi Sandi Stratigrafi
Indonesia.
Johannes C. Nonner, 2003, Introduction of Hydrogeology (The Delft Lecture Note Series),
A.A Balkema Publishers, Lisse.
John E. Moore, 2012, Field Hydrogeology A Guide for Site Investigations and Report
Preparation (Second Edition), CRC Press Taylor & Francis Group.
John Milson, 2003, The Geological Field Guide Series, Field Geophysics (3rd Edition),
J.Wiley.
Mamdouh R. Gadallah, Ray Fisher, 2009, Exploration geophysiscs (1st Edition), Springer
Verlag Berlin Heidelberg.
Peraturan Menteri ESDM RI No. 2 Tahun 2017, Cekungan Air Tanah di Indonesia.
SNI 2528: 2012 Tata cara pengukuran geolistrik wenner untuk eksplorasi tanah.
SNI 2818:2012. Tata cara pengukuran geolistrik Schlumberger untuk eksplorasi tanah.
SNI 7751:2012, Tata cara pencatatan akuifer dengan metode logging geolistrik tahanan
jenis normal dan long normal dalam rangka eksplorasi air tanah.
GLOSARIUM
Airtanah : Air yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan di bawah
permukaan tanah.
Aquifer : Perlapisan/ formasi tanah yang mempunyai kemampuan
menyimpan dan meloloskan air tanah dalam jumlah besar.
Geolistrik : Salah satu metode yang mampu mendeteksi ada atau tidaknya
batuan yang berfungsi sebagai akuifer, dengan mendasarkan pada
sifat kelistrikan pada batuan.
Matching Curve : Suatu bagian dari proses peng-interpretasi-an secara Vertical
Electric Sounding (VES) yang diperoleh data berupa horizontal.
Penelitian Geofisika : Salah satu usaha untuk mengetahui terdapatnya potensi air tanah
pada suatu daerah agar dapat pengambilan air tanah dengan
tepat.
KUNCI JAWABAN
2. Sebutkan satuan batuan yang terdapat di daerah penyelidikan studi kasus 3 yang
terletak di Desa Doro Peti, Dompu, Nusa Tenggara Barat!
Jawaban:
Satuan batuan yang terdapat di daerah penyelidikan berturut-turut dari tua ke
muda sebagai berikut:
Batuan Sedimen, Batuan tertua di daerah ini ditempati oleh Satuan
Batulempung Tufan (Tpc) yang terdiri atas batulempung tufan, sisipan lapisan
batupasir dan kerikil hasil rombakan batuan gunung api.
Batuan gunung api, Satuan Breksi Andesit-Basal (Qvle) yang terdiri atas breksi
gunung api, lahar, tuf, abu dan lava; bersusunan andesit, basal. Satuan ini
tersebar dari sebelah timur sampai tenggara lokasi penyelidikan. Selanjutnya di
sebelah barat laut dan termasuk lokasi penyelidikan, terendapkan Satuan Lava-
Breksi (Qhv) yang terdiri atas lava breksi, lahar, tuf, dan abu gunung api
bersusunan andesit.
3. Sebutkan kondisi geologi umum Desa Tumbu Dadio, Kolaka Timur, Sulawesi
Tenggara!
Jawaban:
Geologi umum daerah Kabupaten Kolaka Timur, dimana Kecamatan Tirawuta
termasuk ke dalamnya terdiri dari 1 (satu) satuan batuan berumur Karbon dan 2
(dua) satuan batuan yang berumur Kwarter. Batuan tertua di daerah ini ditempati
oleh Batuan Malihan Paleozoikum (Pzm) yang terdiri atas sekis, genes, filit,
kuarsit, batusabak dan sedikit pualam dengan umur Karbon. Satuan batuan ini
tersebar dari Kabupaten Kolaka Timur memanjang ke arah barat laut melalui
Kabupaten Kolaka Utara.
100 PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI
MODUL 7 STUDI KASUS GEOLISTRIK
LAMPIRAN
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI 101
L-1. MURIABANG 2D
dV
No TX(AB) Rx (MN) n K I (mAmp) ρ (Ω.m)
(mV)
1 A-0 A-60 A-20 A-40 1 125.7 456.2 520 110.24