MODUL 03
2017
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya
pengembangan Modul Geologi dan Hidrogeologi sebagai materi inti/substansi
dalam Pelatihan Perencanaan Air Tanah. Modul ini disusun untuk memenuhi
kebutuhan kompetensi dasar Aparatur Sipil Negara (ASN) di bidang sumber daya
air.
Modul pengelolaan banjir terpadu disusun dalam 3 (tiga) bagian yang terbagi atas
Pendahuluan, Materi Pokok, dan Penutup. Penyusunan modul yang sistematis
diharapkan mampu mempermudah peserta pelatihan dalam memahami materi
geologi dan hidrogeologi. Penekanan orientasi pembelajaran pada modul ini lebih
menonjolkan partisipasi aktif dari para peserta.
Akhirnya, ucapan terima kasih dan penghargaan kami sampaikan kepada Tim
Penyusun dan Narasumber, sehingga modul ini dapat diselesaikan dengan baik.
Penyempurnaan maupun perubahan modul di masa mendatang senantiasa terbuka
dan dimungkinkan mengingat akan perkembangan situasi, kebijakan dan peraturan
yang terus menerus terjadi. Semoga Modul ini dapat memberikan manfaat bagi
peningkatan kompetensi ASN di bidang SDA.
DAFTAR ISI
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi iii
Modul 3 Geologi dan Hidrogeologi
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
PETUNJUK PENGGUNAAN
Deskripsi
Modul geologi dan hidrogeologi ini terdiri dari 3 (tiga) materi pokok. Materi pokok
pertama membahas geologi umum. Materi pokok kedua membahas hidrogeologi.
Materi pokok ketiga membahas Cekungan Air Tanah dan penyebabnya.
Peserta pelatihan mempelajari keseluruhan modul ini dengan cara yang berurutan.
Pemahaman setiap materi pada modul ini diperlukan untuk memahami geologi dan
hidrogeologi dalam tahapan survey identifikasi air tanah dalam kaitannya dengan
perencanaan pemanfaatan air tanah dalam skala besar. Setiap materi pokok
dilengkapi dengan latihan yang menjadi alat ukur tingkat penguasaan peserta
pelatihan setelah mempelajari materi pada materi pokok.
Persyaratan
Dalam mempelajari modul ini, peserta pelatihan diharapkan dapat menyimak
dengan seksama penjelasan dari pengajar, sehingga dapat memahami dengan baik
materi yang merupakan materi inti/substansi dari Pelatihan Perencanaan Air Tanah.
Untuk menambah wawasan, peserta diharapkan dapat membaca terlebih dahulu
materi yang berkaitan dengan geologi dan hidrogeologi dari sumber lainnya.
Metode
Dalam pelaksanaan pembelajaran ini, metode yang dipergunakan adalah dengan
kegiatan pemaparan yang dilakukan oleh Pengajar/Widyaiswara/Fasilitator, adanya
kesempatan diskusi, tanya jawab dan peragaan.
Alat Bantu/Media
Untuk menunjang tercapainya tujuan pembelajaran ini, diperlukan Alat Bantu/Media
pembelajaran tertentu, yaitu: LCD/projector, Laptop, white board dengan spidol dan
penghapusnya, bahan tayang, serta modul dan/atau bahan ajar.
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi vii
Modul 3 Geologi dan Hidrogeologi
Kompetensi Dasar
Setelah mengikuti seluruh rangkaian pembelajaran, peserta diharapkan mampu
memahami geologi dan hidrogeologi dalam tahapan survey identifikasi air tanah
dalam kaitannya dengan perencanaan pemanfaatan air tanah dalam skala besar.
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi viii
Modul 3 Geologi dan Hidrogeologi
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengembangan Air Tanah untuk Irigasi telah cukup lama dilaksanakan di Indonesia,
yaitu diawali di Jawa Timur pada tahun 70an dan saat ini telah berkembang hampir
diseluruh Indonesia meliputi seluruh Jawa dan terutama dikembangkan di Indonesia
Bagian Timur dari Bali sampai Papua dan sebagian di Wilayah Pulau Sumatera.
Hal yang paling penting dalam pembangunan dan pemanfaatan irigasi Air Tanah
adalah Tahapan Perencanaan Prasarana Pemanfaatan Air Tanah. Perencanaan
Pengembangan Air Tanah dimulai dari daerah yang pada musim kemarau selalu
kekeringan sehingga para petani dan masyarakat disana selalu dirundung
kemiskinan. Pemerintah berusaha membantu agar para petani dapat mengairi areal
persawahannya dimusim kemarau dengan memberikan air tanah sebagai saah satu
solusinya.
Bagaimana cara dan prosedur perencanaan tentunya harus dicermati dengan suatu
awalan yang teliti sehingga nantinya apabila air tanah sudah dapat disadap, maka
para petani akan mendapatkan manfaatnya serta air tanah pada dearah tersebut
dapat lestari dan berkesinambungan demi kemakmuran rakyat petani setempat.
Tahapan awal perencanaan air tanah adalah untuk menganalisa & mengetahui
serta memprakirakan besar potensi cadangan air tanah dengan berbagai penelitian
antara lain pengenalan kondisi geologi serta studi Hidrogeologi yang antara lain
adalah penelitian untuk pengembangan air tanah Setelah mendapatkan data yang
cukup akurat maka akan dilanjutkan dengan tahapan berikutnya yaitu Pemboran
Sumur Explorasi.
Pelatihan Perencanaan Air Tanah adalah hal yang relevan dan penting untuk
dilaksanakan demi keberhasilan dan menjaga agar Perencanaan Pemanfaatan Air
Tanah dilakukan dengan baik dan benar, sehingga sarana dan prasarana Jaringan
Irigasi Air Tanah dapat berhasil guna dan berdaya guna.
B. Deskripsi Singkat
Mata pelatihan ini membekali peserta dengan pengetahuan mengenai pengertian
tentang geologi dan khususnya pemahaman hidrogeologi dalam kaitannya dengan
tahapan perencanaan pemanfaatan air tanah yang disajikan dengan menggunakan
metode ceramah, tanya jawab, diskusi serta peragaan.
C. Tujuan Pembelajaran
1. Kompetensi Dasar
Setelah mengikuti seluruh rangkaian pembelajaran, peserta diharapkan mampu
memahami geologi dan hidrogeologi dalam tahapan survey identifikasi air tanah
dalam kaitannya dengan perencanaan pemanfaatan air tanah dalam skala
besar.
2. Indikator Keberhasilan
Setelah mengikuti pembelajaran, peserta diharapkan mampu :
a. Menjelaskan tentang geologi secara umum,
b. Menjelaskan tentang hidrogeologi,
c. Menjelaskan tentang Cekungan Air Tanah dan penyebabnya.
E. Estimasi Waktu
Alokasi waktu yang diberikan untuk pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk
mata pelatihan “Geologi dan Hidrogeologi” ini adalah 6 (enam) jam pelajaran (JP)
atau sekitar 270 menit.
MATERI POKOK 1
GEOLOGI UMUM
Mineral dapat dikenali dengan menguji sifat fisika umumnya (contoh NaCl). Dapat
juga dikenali dari bentuk kristal, sifat belahan atau warna. Sedangkan komposisi
kimia seringkali tidak cukup untuk menetukan jenis mineral, contoh mineral grafit
(graphite) dan intan (diamond) sama-sama mempunyai komposisi utama yang
sama yaitu karbon (C).
Secara umum dalam ilmu geologi dikenal tiga jenis batuan utama yaitu :
1) Batuan Beku (Igneous Rock) yang terbentuk dari hasil pendinginan dan
kristalisasi magma baik didalam maupun dipermukaan bumi.
2) Batuan Sedimen (Sedimentary Rock) terbentuk dari hasil rombakan batuan
yang telah ada, akumulasi dari material organik atau hasil penguapan dari
larutan.
3) Batuan Metamorfik (Metamorphis Rock) merupakan perubahan dalam keadaan
padat dari suatu batuan yang telah ada menjadi batuan baru yang mempunyai
komposisi dan tekstur berbeda dikarenakan proses perubahan panas tinggi,
tekanan, kegiatan kimiawi atau perpaduan ketiga proses tersebut .
a. Permeabilitas
Material yang permeabel (dapat ditembus) mempunyai rongga-rongga yang
berhubungan satu dengan lainnya dan dapat dilalui oleh zat cair atau gas,
sedangkan batuan impermeable adalah batuan yang tidak dapat ditembus.
Besaran rongga dalam batuan, konektivitas rongga dan sifat yang dimiliki dari
cat cair akan menentukan permeabilitas batuan.
Dan suatu material dapat permeabel terhadap suatu zat cair (gas) tertentu akan
tetapi dapat bersifat impermeabel terhadap zat lainnya. Permeabilitas suatu
material batuan merupakan hal yang amat penting pada proyek seperti pada
pemompaan air tanah, minyak atau gas dari atau kedalam suatu formasi dan
lain sebagainya.
Tabel 1.1 - Nilai Permeabilitas Relatif
Batuan beku yang masih segar mempunyai nilai porositas sekitar 1 atau 2%,
akan tetapi yang sudah lapuk atau mengalami fracture akibat struktur, maka nilai
porositas adapat meningkat hingga 20% bahkan lebih. Maka penentuan
porositas dapat memberikan petunjuk yang baik tentang kualitas & kondisi
batuan.
c. Kerapatan
Kerapatan batuan lebih bervariasi dibandingkan dengan kerapatan tanah.
Kerapatan amat dipengaruhi oleh distribusi besar butir, material yang bergradasi
baik akan mempunyai kerapatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan material
yang bergradasi buruk, karena fraksi material yang lebih kecil/halus akan
mengisi rongga-rongga antar butir.
d. Ketahanan
Ketahanan suatu batuan sangat penting untuk penggunaan tertentu, apabila
suatu material dikenakan tegangan external, maka material tersebut akan
mengalami deformasi (perubahan bentuk). Dikenal terdapat 3 (tiga) keadaan
tegangan yaitu : desakan (compression), regangan (tension) dan tegangan
geser (shear).
Desakan/pemampatan akan membuat material berkurang volumenya karena
mampat, regangan akan membuat volume bertambah dan menimbulkan
celah/rongga-rongga, sedangkan tegangan geser akan memindahkan satu
bagian material bergeser terhadap bagian lainnya. Dan ada kombinasi
diantaranya yang menimbulkan penampakan yang komplek.
e. Pelapukan
Pelapukan dapat dibedakan antara pelapukan kimiawi dan pelapukan mekanis.
Pelapukan kimiawi akan menyebabkan perubahan kimiawi dan/atau pelarutan
atas mineral-mineral yang terjadi disebabkan oleh air. Sedangkan pelapukan
mekanis adalah fragmentasi (berubah berkeping-keping) karena gaya dari luar
dan biasanya karena sudah terkena pelapukan kimiawi.
a. Batuan Beku
Batuan beku merupakan kumpulan (aggregate) dari mineral-mineral yang
mengalami pengkristalan dari bahan yang lebur (magma) dari mantel bumi.
Sumber panas yang diperlukan untuk meleburkan bahan berasal dari dalam
bumi, dimana suhu akan bertambah + 30o setiap kilometer kedalaman
b. Batuan Sedimen
Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk karena proses diagenesa dari
material batuan lain yang sudah mengalami sedimentasi. Proses sedimentasi
meliputi proses pelapukan, erosi, transportasi, pengendapan dan deagenesa
(pembatuan). Pada dasarnya, batuan sedimen berasal dari rombakan (erosi)
daratan yang mengalami transportasi dan akhirnya terendapkan (tersedimen-
tasi) disuatu tempat; kecuali endapan langsung dari proses gunung berapi.
terjadi curah hujan yang amat lebat didaerah hulu, maka pengendapan didaerah
hilir adalah pasir kasar, pada hujan kecil - sedang yang terendapkan adalah
pasir halus, sedang pada masa kemarau yang mengendap adalah lempung
halus tipis. Batuan sedimen mempunyai dua ciri penting yaitu yang dibentuk oleh
aturan dan sifat fragmen, matriks dan semen. Kedua ciri tersebut ialah ciri
tekstur dan ciri struktur.
Asal batuan akan mempengaruhi macam sedimen, batuan asal yang berbutir
halus akan menghasilkan batuan sedimen yang halus/amat halus; sedang
batuan asal yang berbutir kasar akan menghasilkan batuan sedimen berbutir
kasar maupun halus.
Sedangkan transportasi memegang peranan penting dalam mengangkut hasil
rombakan dan berlangsung dalam tiga cara : cara larutan, cara suspensi dan
cara menggeser didasar (bead load/bottom tractor).
Diagenesa (pembatuan) dari batuan sedimen dibagi dalam beberapa kelompok
yaitu : sementasi, kompaksi dan rekristalisasi.
Kompaksi yaitu pemadatan oleh tekanan yang meningkat dimana cairan
akan terdesak keluar.
Sementasi (perekatan), material baru akan mengendap diantara butiran-
butiran sebagai matriks SiO2, CaCO3 dlsb.
Rekristalisasi dimana butiran-butiran tumbuh menjadi satu sebagai akibat
pelarutan dan pengkristalan pada titik-titik yang lain.
Pembentukan konkresi yaitu pemindahan zat dan pemisahan ditempat lain.
Berbeda dengan batuan jenis lainnya yaitu Batuan Beku dan Batuan
Metamorf, porositas batuan sedimen ditentukan oleh banyak faktor
diterangkan sebagai berikut dalam Tabel 1.2. Tingkatan Porositas Sedimen
dibawah ini.
Tabel 1.2 - Tingkatan porositas sedimen
No Faktor Klasifikasi
Oleh karena itu, batuan sedimen tergolong media pembawa air yang baik,
terutama batuan sedimen yang berumur muda (kwarter), sedangkan sedimen
berumur masa kini pada umumnya belum terkonsolidasi sehingga bersifat lunak
bahkan urai karena belum ada proses litifikasi dan proses sementasinya belum
sempurna. Sebagai contoh endapan Sungai (alluvial), endapan Teras, Kipas
Alluvial (Alluvial Fan). Untuk batuan yang telah mengalami proses pelapukan
kuat nyaris sempurna, selain lunak juga tidak terkonsolidasi. Kondisi batuan ini
sering di klasifikasikan sebagai Tanah atau Overburden. Sedangkan batuan
dibawahnya yang masih padu dan relatif keras disebut sebagai Batuan Dasar
(Bed Rock).
c. Batuan Metamorf
Batuan metamorf adalah batuan ubahan yang terbentuk dari batuan asalnya,
berlangsung dalam keadaan padat, akibat pengaruh peningkatan suhu (T) dan
tekanan (P) atau keduanya dan berlangsung dibawah permukaan bumi. Proses
metamorfosa meliputi : Rekristalisasi, Reorientasi dan Pembentukan mineral
baru dari unsur yang telah ada sebelumnya.
c. Lempung
Mineral-mineral lempung berasal dari hasil pelapukan secara cepat pada kondisi
atmosfir dari silikat khususnya dari feldspar, dan terbentuk sebagai hasil alterasi
dari mineral lain. Berbutir sangat halus berukuran lebih kecil dari 2 m,
terkumpul dalam lumpur dan serpih. Mineral lempung dari kelompok ”Mont
Morilonit” yang mempunyai kemampuan mengembang karena mempunyai daya
serap air besar merupakan lempung yang mempunyai daya rusak terhadap
struktur bangunan buatan manusia.
d. Fragmen-fragmen batuan
Batuan yang mengalami proses pelapukan akan membentuk fragmen-fragmen
berbutir kasar dan endapan klastik seperti kerikil, berbutir halus seperti pasir.
Dan sering dijumpai berupa basalt, slate atau batuan yang berukuran halus.
b. Sinklinal (Syncline)
Merupakan bentuk struktur yang terbalik dari antiklinal, karena sumbu perlipatan
turun kebawah. Kecuali struktur lipatan diatas, banyak dikenal beberapa struktur
lipatan sebagai berikut :
Isocline Folds - dalam bahasa Yunani berarti sama-sama naik artinya dua
sayap formasi naik bersama-sama pada sudut yang sama pula.
Chevron Folds - artinya sayap kedua formasi naik dan membuat sudut tajam.
Box Folds - bahwa sayap-sayap formasi ada yang terlipat dan sejajar.
Fan Folds - sayap formasi membuat lipatan seperti kipas.
Kink Bands -
Sketsa berikut ini dapat menjelaskan bentuk struktur perlipatan sebagai berikut
:
Gambar I.13e - Struktur patahan geser turun & kenampakan hasil erosinya
Gambar I.13f - Struktur patahan geser turun & kenampakan hasil erosinya
Gambar I.15 - Struktur perlipatan komplek dan ngarai hasil struktur patahan
1.3 Latihan
Terangkan secara singkat dan jelas pertanyaan di bawah ini!
1. Berapa jenis batuan yang ada di bumi ini?
2. Sifat-sifat apa yang dimiliki oleh material penyusun batuan?
3. Berapa macam struktur geologi yang anda ketahui?
1.4 Rangkuman
Secara umum dalam ilmu geologi dikenal tiga jenis batuan utama yaitu :
Batuan Beku (Igneous Rock) yang terbentuk dari hasil pendinginan dan
kristalisasi magma baik didalam maupun dipermukaan bumi.
Batuan Sedimen (Sedimentary Rock) terbentuk dari hasil rombakan batuan
yang telah ada, akumulasi dari material organik atau hasil penguapan dari
larutan.
Batuan Metamorfik (Metamorphis Rock) merupakan perubahan dalam keadaan
padat dari suatu batuan yang telah ada menjadi batuan baru yang mempunyai
komposisi dan tekstur berbeda dikarenakan proses perubahan panas tinggi,
tekanan, kegiatan kimiawi atau perpaduan ketiga proses tersebut.
Struktur geologi yang umum dijumpai di alam adalah struktur : perlipatan (fold),
patahan (fault), rekahan (fracture) dan retakan (joint) baik dalam skala minor
maupun mayor.
MATERI POKOK 2
HIDROGEOLOGI
Air tanah bergerak dari atas ke bawah, air tanah juga bergerak dari bawah ke atas
(gaya kapiler). Air tanah bergerak horisontal pada dasarnya mengikuti hukum
hidrolika, air bergerak horisontal karena adanya perbedaan gradien hidrolik.
Gerakan air tanah mengikuti hukum Darcy yang berbunyi “volume air tanah yang
melalui batuan berbanding lurus dengan tekanan dan berbanding terbalik dengan
tebal lapisan (Utaya, 1990:35).
Siklus hidrologi adalah sirkulasi air yang tidak pernah berhenti dari atmosfir ke bumi
dan kembali ke atmosfir melalui proses kondensasi, presipitasi, evaporasi dan
transpirasi. Pemanasan air samudera oleh sinar matahari merupakan kunci proses
siklus hidrologi tersebut dapat berjalan secara kontinu. Air mengalami evaporasi,
kemudian jatuh sebagai presipitasi dalam bentuk air hujan, salju, hujan batu, hujan
es dan salju (sleet), hujan gerimis atau kabut.
Air tanah dan air permukaan merupakan sumber air yang mempunyai
ketergantungan satu sama lain, air tanah adalah sumber persediaan air yang sangat
penting; terutama di daerah-daerah dimana musim kemarau atau kekeringan yang
panjang menyebabkan berhentinya aliran sungai. Banyak sungai dipermukaan
tanah yang sebagian besar alirannya berasal dari sumber air tanah, sebaliknya juga
aliran sungai yang merupakan sumber utama imbuhan air tanah.
Secara umum terdapat 2 sumber air tanah yang dijelaskan sebagai berikut :
1) Air hujan yang meresap kedalam tanah melalui pori-pori atau retakan dalam
formasi batuan dan akhirnya mengalir mencapai permukaan air tanah.
2) Air dari aliran air permukaan diatas tanah seperti danau, sungai, reservoir dan
lain sebaginya yang meresap melalui pori-pori tanah masuk kedalam lajur jenuh.
Gambar II.1 - Skema Daur Hidrologi global dalam aliran permukaan dan
aliran air tanah dalam sistim terbuka (Levin, 1985 dalam Toth, 1990)
maupun yang tergenang (danau, waduk, rawa), dan sebagian air bawah
permukaan akan terkumpul dan mengalir membentuk sungai dan berakhir ke
laut.
Air hujan yang jatuh kebumi akan sampai ke saluran/sungai melalui jalurnya
masing-masing (Ward & Trimble, 2004) :
Larian permukaan bebas (surface run off)
Aliran antara (interflow/subsurface run off)
Aliran air tanah (groundwater flow)
Proses perjalanan air di daratan itu terjadi dalam komponen-komponen siklus
hidrologi yang membentuk sisten Daerah Aliran Sungai (DAS). Jumlah air di
bumi secara keseluruhan relatif tetap, yang berubah adalah wujud dan
tempatnya. Aliran permukaan tanah dapat dilihat biasanya pada daerah urban.
Sungai-sungai bergabung satu sama lain dan membentuk sungai utama yang
membawa seluruh air permukaan disekitar daerah aliran sungai menuju laut.
Lapisan yang sama dapat juga menutupi akuifer, yang menjadikan air tanah dalam
akuifer tersebut di bawah tekanan (confined aquifer). Di beberapa daerah yang
sesuai, pengeboran yang menyadap air tanah tertekan tersebut menjadikan air
tanah muncul ke permukaan tanpa membutuhkan pemompaan. Sementara akuifer
tanpa lapisan penutup di atasnya, air tanah di dalamnya tanpa tekanan (unconfined
aquifer), sama dengan tekanan udara luar.
Namun demikian sebagai hasil dari keragaman geologinya, akuifer sangat beragam
dalam sifat-sifat hidroliknya (kelulusan dan simpanan) dan volume tandonnya
(ketebalan dan sebaran geografinya). Berdasarkan sifat-sifat tersebut akuifer dapat
mengandung air tanah dalam jumlah yang sangat besar dengan sebaran yang luas
hingga ribuan km2 atau sebaliknya.
Sebaran akuifer serta pengaliran air tanah tidak mengenal batas-batas kewenangan
administratif pemerintahan. Suatu wilayah yang dibatasi oleh batasan-batasan
geologis yang mengandung satu akuifer atau lebih dengan penyebaran luas,
dimana terjadi proses pengimbuhan, pengaliran dan pelepasan air tanah
berlangsung disebut cekungan air tanah
Saat ini di daerah-daerah perkotaan yang pemanfaatan air tanah dalamnya sudah
sangat intensif, seperti di Jakarta, Bandung, Semarang, Denpasar, dan Medan,
muka air tanah dalam (piezometic head) umumnya sudah berada di bawah muka
air tanah dangkal (phreatic head). Akibatnya terjadi perubahan pola imbuhan, yang
sebelumnya air tanah dalam memasok air tanah dangkal (karena piezometic head
lebih tinggi dari phreatic head), saat ini justru sebaliknya air tanah dangkal memasok
air tanah dalam.
Jika jumlah total pengambilan air tanah dari suatu sistem akuifer melampaui jumlah
rata-rata imbuhan, maka akan terjadi penurunan muka air tanah secara menerus
serta pengurangan cadangan air tanah dalam akuifer. Jika ini hal ini terjadi, maka
kondisi demikian disebut pengambilan berlebih (over exploitation), dan
penambangan air tanah terjadi.
Jumlah air tawar terbesar tersimpan dalam bumi (Chow, 1978) dan berdasarkan
Prakiraan Jumlah Air di Bumi menurut UNESCO, 1978; dijelaskan bahwa jumlah air
tanah yang ada dibumi jauh lebih besar dibandingkan jumlah air permukaan
sebesar 98% yaitu semua air di daratan tersembunyi dibawah permukaan tanah
didalam pori-pori batuan dan bahan-bahan butiran.
Akan tetapi Tolman (1937) dalam Wiwoho (1999:26) mengemukakan bahwa air
tanah dangkal pada akifer yang terdapat pada material yang belum termampatkan
di daerah beriklim kering menunjukan konsentrasi unsur-unsur kimia yang tinggi
terutama musim kemarau.
Hal ini disebabkan oleh adanya gerakan kapiler air tanah dan tingkat evaporasi yang
cukup besar. Besar kecilnya material terlarut tergantung pada lamanya air kontak
dengan batuan. Semakin lama air kontak dengan batuan semakin tinggi unsur-
unsur yang terlarut di dalamnya.
Disamping itu umur batuan juga mempengaruhi tingkat kegaraman air, sebab
semakin tua umur batuan, maka semakin tinggi pula kadar garam-garam yang
terlarut di dalamnya.
Lapisan yang mudah dilalui oleh air tanah disebut lapisan permeable, seperti
lapisan yang terdapat pada pasir atau kerikil, sedangkan lapisan yang sulit dilalui
air tanah disebut lapisan impermeable, seperti lapisan lempung atau geluh. Lapisan
yang dapat menangkap dan meloloskan air disebut akuifer. Lapisan tanah yang
berisikan air terletak dibawah permukaan tanah dinamakan lajur jenuh (saturated
zone) dan diatasnya terletak lajur tidak jenuh (unsaturated zone) berisikan air dan
udara.
Disamping air tanah bergerak dari atas ke bawah, air tanah juga bergerak dari
bawah ke atas (gaya kapiler). Air bergerak horisontal pada dasarnya mengikuti
hukum hidrolika, air bergerak horisontal karena adanya perbedaan gradien hidrolik.
Gerakan air tanah mengikuti hukum Darcy yang berbunyi “volume air tanah yang
melalui batuan berbanding lurus dengan tekanan dan berbanding terbalik dengan
tebal lapisan (Utaya, 1990:35).
awalnya mengisi lajur tidak jenuh dan mengubahnya menjadi jenuh sehingga muka
air tanah semakin naik/dangkal. Letak daerah imbuhan biasanya berada di kawasan
hulu aliran sungai dengan morfologi berupa perbukitan/pegunungan yang memiliki
elevasi lebih tinggi.
Karena kedudukan muka air tanah didaerah imbuhan awalnya relatif dalam maka
kenaikan muka air tanah tersebut membentuk kolom air yang cukup tebal dan
menimbulkan tekanan hidraulika yang cukup kuat untuk menekan ke bawah
sehingga air hujan meresap akan terus mengalir kebawah dan akan menambah
volume air tanah yang terdapat di lajur jenuh. Sehingga selama hujan berlangsung,
permukaan tanah didaerah imbuhan selalu mampu meresapkan air hujan yang
jatuh dipermukaan tanah.
Gambar II.5 - Skema ruang imbuhan dan ruang luahan air tanah
gamping ditentukan oleh kesarangannya, sehingga air tanah pada jenis batuan
ini tersebar tidak merata dan potensinya terutama tergantung pada intensitas
lubang-lubang pelarutannya.
Satuan batuan pada areal antar pegunungan biasanya berupa rombahan dan
hasil erosi dari batuan pegunungan disekitarnya sehingga belum terlalu
mampat, maka dapat dapat berlaku sebagai pendukung perlapisan akuifer yang
baik.
b. Daerah Dataran Rendah & Pantai
Pada daerah ini mempunyai potensi air tanah yang cukup baik tergantung dari
daerah imbuhannya. Untuk dataran rendah yang dikelilingi oleh pegunungan,
selalu mempunyai potensi air tanah sangat tinggi sehingga biasanya dapat
dilakukan pengembangan air tanah secara besar-besaran. Akan tetapi wajib
memperhatikan kondisi air tanah setempat dan tetap melakukan konservasi air
tanah sebaik-baiknya.
Untuk daerah dataran pantai, potensi air tanah sedang ~ sampai tinggi, apabila
terdapat struktur perlipatan ataupun patahan di bibir pantai, maka struktur
tersebut membentuk fenomena alam sebagai bendung alami bawah tanah.
Maka air tanah tertahan pada struktur bendung bawah tanah tersebut dan
sehingga dapat diturap dengan baik.
Akan tetapi apabila terdapat pelamparan perlapisan menerus dari arah hulu
kearah pantai maka perlu diwaspadai tentang lokasi dan kedalaman bidang
kontak antara air tawar dengan air asin (Ghyben-Herzberd Interface). Apabila
air tanah diturap berlebihan maka dapat terjadi intrusi air asin
Perlapisan tanah merupakan hasil rombakan dari daerah igir lembah yang
biasanya agak kasar dan mempunyai bidang dataran yang relatif sempit. Potensi
air tanah terletak pada lapisan endapan sungai. Pada tahap pra kelayakan
dilakukan penentuan lebih rinci mengenai lokasi, kedalaman pemboran dan
ketebalan endapan sungai.
d. Daerah Batuan Gamping
Batu gamping dan dolomit merupakan batuan karbonat yang paling banyak
tersebar di Indonesia. Di beberapa tempat batu gamping berkembang menjadi
batu gamping karst. Batu gamping ini merupakan akuifer yang cukup baik
setelah batuan vulkanik dan endapan aluvial. Keterdapatan air tanah pada batu
gamping ditentukan oleh kesarangannya, sehingga air tanah pada jenis batuan
ini tersebar tidak merata dan potensinya terutama tergantung pada intensitas
lubang-lubang pelarutannya
tersaji pada tabel 2.1. Skema Infiltrasi air kedalam badan air tanah sebagai berikut
:
Tabel 2.1 - Skema Infiltrasi air kedalam badan air tanah
Komponen Imbuh Komponen Luah
(Recharge) (Discharge)
Peresapan hujan ke akifer Penguapan kapiler muka air tanah
Imbuhan alami dari sungai, danau, Aliran rembesan, aliran mata air, aliran dasar
cekungan air sungai & tandon bawah tanah
Imbuhan buatan dari dam, sistim irigasi, Pemanfaatan melalui pompa, artesis,
sumur resapan drainase
Keseimbangan air tanah dalam suatu area dapat dilihat dengan persamaan sebagai
berikut (Karanth 1987, Fetter 1994, Freeze dan Cherry 1979) sebagai berikut :
Ketersediaan Air Tanah (aliran masuk) – Penggunaan Air Tanah (aliran keluar) =
Perubahan Ketersediaan Air Tanah.
Penentuan Neraca Air Tanah : Pengimbuhan alami untuk akifer dapat ditentukan
dengan analisa keseimbangan air tanah dari daerah pengisian ulang (recharge
area). Persamaannya ditentukan dengan keseimbangan neraca air tanah sebagai
berikut (Fetter 1994) :
2.6 Latihan
Terangkan secara singkat dan jelas pertanyaan di bawah ini!
1. Apakah air tanah itu dan bagaimana proses terbentuknya?
2. Apakah ruang imbuhan dan ruang luahan air tanah itu?
3. Dimanakah terdapatnya air tanah di Indonesia?
2.7 Rangkuman
Bahwa yang dimaksud air tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau
batuan di bawah permukaan tanah. Sedangkan menurut Herlambang (1996:5) air
tanah adalah air yang bergerak di dalam tanah yang terdapat didalam ruang antar
butir-butir tanah yang meresap ke dalam tanah dan bergabung membentuk lapisan
tanah yang disebut akuifer.
Definisi yang lain, air tanah adalah sejumlah air dibawah permukaan bumi yang
dapat dikumpulkan dengan sumur-sumur, terowongan atau sistim drainase atau
dengan pemompaan. Dapat mengalir secara alami ke permukaan tanah melalui
sistim pancaran atau rembesan (Bouwer, 1978; Freeze-Cherry, 1979; Kodoatie,
1996). Menurut Sumarto (1989), air tanah adalah air yang menempati rongga-
rongga dalam perlapisan geologi yang terletak dibawah permukaan tanah.
Cekungan Air Tanah menurut Permen ESDM No. 02 Tahun 2017 di-definiskan
sebagai suatu wilayah yang dibatasi oleh batas hidrogeologis, tempat dimana
semua kejadian hidrogeologis seperti proses pengimbuhan, pengaliran dan
pelepasan air tanah berlangsung. Secara hidrogeologi, cekungan air tanah
menunjukkan suatu cekungan endapan sedimen (sedimentary basin), Shibasaki,
1995.
Maka untuk mengetahui keberadaan air tanah dengan lebih pasti, maka diperlukan
penelitian geologi bawah permukaan. Geolistrik adalah salah satu metode yang
mampu mendeteksi ada atau tidaknya batuan yang berfungsi sebagai akuifer,
dengan mendasarkan pada sifat kelistrikan pada batuan. Maksud dari survai
penelitian adalah untuk mendeteksi keberadaan akuifer dengan mengetahui jenis
MATERI POKOK 3
CEKUNGAN AIR TANAH DAN PENYEBABNYA
Bentuk Cekung/
Sinklinal
Bentuk Cekung/
Antiklinal
Cekungan air tanah berada di daratan dengan pelamparan dapat sampai dibawah
dasar laut. Akuifer dan akuitar dapat melampar secara vertikal dan horisontal
dengan batas-batas tertentu. Batas vertikal suatu akifer ditentukan oleh kondisi
stratigrafi dan sejarah geologi pembentukan lapisan batuan. Sedang batas
horisontal dikontrol berdasarkan proses sedimentasi dan struktur geologi dari
perlapisan tersebut.
Proses hidrogeologis yang terjadi pada suatu cekungan air tanah meliputi
pengimbuhan, pengaliran dan peluahan atau pelepasan air tanah dan setiap
kejadian hidrogeologis tersebut berlangsung pada daerah yang berbeda-beda.
Proses pengimbuhan terjadi pada daerah imbuhan sedang proses peluahan terjadi
pada daerah pelepasan; sedangkan proses pengaliran dapat terjadi pada kedua
daerah tersebut.
Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 02 Tahun 2017 tentang
CAT di Indonesia, disebutkan bahwa CAT menjadi dasar pengelolaan air tanah di
Indonesia dan menjadi acuan penetapan zona konservasi air tanah, pemakaian air
tanah, pengusahaan air tanah, dan pengendalian daya rusak air tanah. CAT
ditentukan berdasarkan kriteria sebagai berikut :
Pada peraturan ini juga dinyatakan jumlah CAT di Indonesia, yang meliputi CAT
dalam wilayah provinsi, CAT lintas provinsi dan CAT lintas negara. CAT yang
berada dalam wilayah provinsi maka pengelolaanya menjadi kewajiban bagi
pemerintah provinsi dalam hal ini gubernur, sedangkan CAT yang merupakan lintas
propinsi dan lintas Negara menjadi kewenangan pemerintah pusat dalam hal ini
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral.
Akan tetapi, kebijakan pengelolaan air tanah baik yang dilakukan oleh Pemerintah
Provinsi maupun Pemerintah Pusat tersebut harus mengacu pada Kebijakan
Nasional Sumber Daya Air sehingga tidak akan terjadi tumpang tindih atau tarik ulur
baik dalam pengelolaan maupun kewenangannya.
Jumlah CAT yang telah ditetapkan sampai saat ini adalah sebanyak 421 buah terdiri
dari CAT lintas batas Negara sebanyak 4 buah, CAT lintas batas provinsi 36 buah,
dan CAT dalam wilayah provinsi berjumlah 381 yang tersebar di hampir seluruh
provinsi di Indonesia, kecuali Provinsi Kepulauan Riau. Akuifer pada CAT secara
umum dibedakan menjadi 2 buah yaitu akuifer bebas (unconfined aquifer) dan
akuifer tertekan (confined aquifer).
Total besaran jumlah potensi air tanah pada CAT mencapai ; pada akuifer bebas
sebesar 494.390 juta m3/tahun dan pada akuifer tertekan sebesar 20.903 juta
m3/tahun; tersaji pada tabel 3.1. Jumlah & Potensi Cekungan Air Tanah di Indonesia
sebagai berikut.
Telah diterangkan bahwa batas Cekungan Air Tanah tidaklah sama dengan batas-
batas administrasi, sehingga terdapat banyak CAT lintas negara, lintas provinsi,
lintas kabupaten/kota maupun yang berada dalam satu wilayah kabupaten,
disajikan dalam tabel 3.2. Potensi Air Tanah pada CAT di Indonesia halaman berikut
ini.
Tabel 3.2 - Potensi air tanah pada CAT di Indonesia
Potensi Air Tanah pada
Jumlah Luas CAT Akifer
No Jenis CAT
CAT (km )2
(juta m3/th)
Bebas Tertekan
1 Lintas Negara 5 147.886 126.276 5.259
Sedangkan potensi Cekungan Air Tanah lintas negara dapat dilihat pada tabel 3.3.
Potensi Air Tanah CAT Lintas Negara sebagai berikut ini.
Non-CAT maka hutan atau vegetasi itu akan mempertahankan lapisan tanah humus
itu secara alami. Dari sejarahnya, hutan-hutan di bagian tengah Kalimantan telah
tumbuh dan akan terus tumbuh secara alami bila tak ada gangguan dan hutan
menjaga/mempertahankan top soil di bawahnya. Karena lapisan tanah (top soil)
yang mampu menyerap air cukup tipis (dalam angka satuan meter) maka air yang
ditampung lebih banyak dan menyebabkan kondisi lebih lembab dibandingkan
daerah CAT. Air di dalam lapisan tanah ini menjadi sumber kehidupan tanaman
dengan volume yang lebih banyak dibandingkan daerah CAT.
Pada kondisi alami ini maka umumnya hutan atau vegetasi di daerah Non-CAT lebih
subur dibandingkan dengan daerah CAT.
Gambar III.5 - Proses aliran air tanah pada daerah Non CAT
Walaupun daerah CAT mampu meresapkan air lebih banyak namun kedalaman
bisa sampai ratusan meter di bawah muka tanah dan air akan mengalir ke bagian
yang lebih rendah. Itulah sebabnya pada kondisi alami daerah Non-CAT selama
lapisan tanah (humusnya) masih ada akan relatif lebih subur dibandingkan dengan
daerah CAT. Namun apabila tanah humus hilang karena digali untuk suatu
kepentingan (misal penambangan) maka tanaman tidak akan tumbuh lagi karena di
bawah humus hanya batuan yang kedap air. Sebagai contoh daerah Non-CAT yang
top soilnya digali (telah hilang) dan ada yang dibangun pemukiman, sudah lebih dari
1 tahun tanah tetap tandus. Padahal dari batuan menjadi top soil butuh ribuan
tahun.
Berdasarkan uraian di atas maka terlihat vegetasi tumbuh karena ada top soil
(pucuk tanah). Pada kondisi belum terganggu top soil lebih lembab dibandingkan
top soil di daerah CAT. Bilamana humus cukup memadai bisa terjadi di daerah Non-
CAT tanamannya lebih subur, lebih tinggi dan lebih lebat. Maka adalah sangat
beralasan bila Kalimantan dengan daerah Non-CAT sebesar 66% dari luas
daratannya disebutkan sebagai salah-satu paru-paru dunia. Hal ini disebabkan oleh
kondisi hutan yang masih subur dan lebat, belum terganggu oleh penambangan
yang membuang top soilnya.
Jangan sampai kondisi padang gurun terjadi seperti di Sahara, di mana telah
dibuktikan bahwa dahulu kala sekitar 5500 tahun yang lalu kondisi Sahara berupa
hutan yang cukup subur dibandingkan dengan kondisi Padang Gurun Sahara saat
ini.
Gurun yang kering berarti juga sedikit kelembaban sehingga penguapan juga sedikit
dan akibatnya hujan juga sedikit. Hal ini akan menyebabkan daerah sekitar Sahara
berpotensi juga menjadi gurun (Derbyshire, 2008; Pearce, 2003). Perlu diketahui
bahwa data Tahun 2002 laju pertumbuhan penambangan batubara menunjukkan
trend yang berbeda. Umumnya negara maju berupaya untuk mengurangi
penambangan dalam negerinya, bahkan ada yang mencapai tingkat pertumbuhan
Sampai saat ini penambangan batubara masih terus dilakukan seperti di Sumatra
dan Kalimantan. Dampak tak adanya tumbuhan sudah ditunjukkan dalam kondisi
lapangan. Di bagian bawah dari lapisan humusnya Non-CAT umumnya berupa
batuan Dalam hal ini maka secara material Non-CAT terutama di bagian dekat muka
tanah lebih kaku (rigid) dibandingkan daerah CAT. Hal ini disebabkan oleh lokasi
CAT yang umumnya terletak di cekungan sedimen/sedimentary basin, sehingga
CAT relatif lebih elastis. Konsekuensinya, Non-CAT akan rentan terhadap gerakan
dan deformasi permukaan misal akibat gempa (baik tektonik maupun vulkanik).
Gambar III.6 - Paduan proses aliran air tanah pada daerah CAT & Non CAT
Daerah Non-CAT juga umumnya daerah dengan rentan gerakan tanah tinggi
(mudah longsor). Juga daerah Non-CAT bisa merupakan daerah yang rawan
kekeringan baik dari segi pertanian maupun kebutuhan air bersih. Pada kondisi
daerah Non-CAT masih lebat dengan tumbuhan maka sumber utama air adalah dari
curah hujan yang hanya menjadi air permukaan karena infiltrasi air ke dalam tanah
hanya sebatas ketebalan humusnya.
Bilamana humus hilang maka air hujan menjadi air permukaan baik yang teretensi
karena bentuk topografinya maupun yang menjadi run-off. Daerah Non-CAT juga
merupakan daerah patahan yang umumnya banyak tambang.
3.3 Latihan
Terangkan secara singkat dan jelas pertanyaan di bawah ini!
1. Apakah Cekungan Air Tanah itu dan bagaimana proses terbentuknya?
2. Apakah Non Cekungan Air Tanah itu?
3. Bagaimanakah tahapan pemanfaatan air tanah?
3.4 Rangkuman
Cekungan air tanah di-definiskan sebagai suatu wilayah yang dibatasi oleh batas
hidrogeologis, tempat dimana semua kejadian hidrogeologis seperti proses
pengimbuhan, pengaliran dan pelepasan air tanah berlangsung.
Non Cekungan Air Tanah/Daerah Bukan CAT (Non-CAT) / CAT tidak potensial
adalah wilayah yang tidak dibatasi oleh batas hidrogeologis dan tidak atau bukan
tempat semua kejadian hidrogeologis seperti proses pengimbuhan, pengaliran,
dan pelepasan air tanah berlangsung serta tidak memiliki satu kesatuan sistem
akuifer.
Tahapan pengembangan air tanah skala besar diharapkan dapat mewujudkan
kelestarian, kesinambungan ketersediaan serta kemanfaatan air tanah yang
berkelanjutan dan aspek-aspek pengelolaannya dalam tatanan pengelolaan
sumber daya air secara terpadu.
Adapun tahapan pengembangan dan pengelolaan air tanah adalah :
a. Tahap Studi Hidrogeologi
b. Tahap Studi Potensi Air Tanah
c. Tahap Studi Sosial Ekonomi
d. Tahap Pemboran Sumur Eksplorasi & Uji
e. Tahap Perencanaan & Pembangunan Irigasi
f. Tahap Pembinaan P3A & PrOM
g. Tahap Operasi & Pemeliharaan
h. Tahap Monitoring dan Evaluasi
PENUTUP
A. Simpulan
Sumber daya air merupakan kebutuhan pokok bagi semua makhluk hidup,
keberadaannya mempunyai fungsi sosial, lingkungan dan ekonomi, oleh karena itu
pengelolaannya harus dapat menjamin kelestarian dan ketersediaannya secara
berkesinambungan. Dengan demikian mampu menjamin pemenuhan kebutuhan
yang berkecukupan secara berkelanjutan.
Managemen dan konservasi sumber daya air tanah mutlak dilaksanakan secara
terpadu (multi sektor), menyeluruh, berkelanjutan dan berwawasan lingkungan
sebagai satu kesatuan pengelolaan. Tantangannya terletak pada bagaimana
seluruh stakehoulder (segenap elemen masyarakat, swasta dan pemerintah)
berperan aktif mendukung, mendorong, memfasilitasi dan menciptakan ide-ide
kreatif untuk kegiatan dan kebijakan yang berpihak pada aksi konservasi airtanah.
B. Tindak Lanjut
Sebagai tindak lanjut dari pelatihan ini, peserta diharapkan dapat lebih memahami
detail tentang kondisi geologi dan hidrogeologi untuk Air Tanah pada suatu daerah
serta ketentuan pendukung terkait lainnya, sehingga memiliki pemahaman
mengenai kondisi geologi, hidrogeologi terutama tentang akuifer air tanah dengan
baik dan benar, serta bisa menerapkan tentang tata cara pemanfaatan air tanah
secara baik dan bijaksana demi kesinambungan penyediaan pemanfaatan air tanah
secara berkelanjutan.
EVALUASI FORMATIF
A. Soal
1. Berapa jenis mineral penyusun batuan yang ada dibumi ini?
a. kwarsa, kalsit, lempung, fragmen batuan
b. kwarsa, chalk, clay, fragmental, silika
c. clay, silika, rock, dolomit
d. chalk, clay, kalsit, kwarsa
e. benar semua
b. tidak mempunyai batas hidrologis, tidak dikontrol oleh kondisi geologi, tidak
ada hidrolika air tanah.
c. tidak memiliki batas hidrogeologis, tidak mempunyai areal imbuhan, memiliki
satu kesatuan sistem akuifer.
d. tidak memiliki batas hidrogeologis, tidak ada hidrolika air tanah, tidak
mempunyai areal imbuhan.
e. benar semua
Diharapkan dengan materi yang diberikan dalam modul ini, peserta dapat
memahami kondisi geologi dan hidrogeologi untuk Air Tanah pada suatu daerah.
Proses berbagi dan diskusi dalam kelas dapat menjadi pengayaan akan materi
DAFTAR PUSTAKA
Dep. Pekerjaan Umum, Ditjen SDA, Pedoman Pengembangan dan Pengelolaan Air
Tanah, 2006
PerMen ESDM No. 02 Tahun 2017 tentang Cekungan Air Tanah, 2017.
GLOSARIUM
WS : Wilayah Sungai.
KUNCI JAWABAN
Berikut ini merupakan kumpulan jawaban atau kata kunci dari setiap butir
pertanyaan yang terdapat di dalam modul. Kunci jawaban ini diberikan dengan
maksud agar peserta pelatihan dapat mengukur kemampuan diri sendiri.
Adapun kunci jawaban dari latihan setiap materi pokok, sebagai berikut: