REMBESAN
MODUL 12
2017
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya
validasi dan penyempurnaan Modul Analisa Stabilitas Bendungan: Perhitungan
Rembesan sebagai Materi Substansi dalam Pelatihan Perencanaan Bendungan
Tingkat Dasar. Modul ini disusun untuk memenuhi kebutuhan kompetensi dasar
Aparatur Sipil Negara (ASN) di bidang Sumber Daya Air.
Akhirnya, ucapan terima kasih dan penghargaan kami sampaikan kepada Tim
Penyusun dan Tim Validasi Sistem Diklat, sehingga modul ini dapat disajikan dengan
baik. Perubahan modul di masa mendatang senantiasa terbuka dan dimungkinkan
mengingat akan perkembangan situasi, kebijakan dan peraturan yang terus menerus
terjadi. Semoga Modul ini dapat memberikan manfaat bagi peningkatan kompetensi
ASN di bidang Sumber Daya Air.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................ii
DAFTAR TABEL...........................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR.....................................................................................................vi
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL.......................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................................1
1.2 Deskripsi Singkat................................................................................................3
1.3 Tujuan Pembelajaran..........................................................................................3
1.3.1 Hasil Belajar............................................................................................3
1.3.2 Indikator Hasil Belajar...........................................................................3
1.4 Materi Pokok dan Sub Materi Pokok..................................................................3
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.15. Garis Preatik Melalui Tubuh Bendungan Dengan Berbagai Drainasi
Kaki........................................................................................................61
Gambar 4.16. Desain Chimney Drain Menggunakan Hukum Darcy..........................62
Gambar 6.1. Tipe Didih Pasir (Sand Boiling)..............................................................75
Gambar 6.2. Proses Terjadinya Piping.......................................................................76
Gambar 6.3. Rembesan Melalui Timbunan................................................................80
Gambar 6.4. Keruntuhan Akibat Pembasahan Lereng yang Progresif......................81
Gambar 6.5. Lapisan Filter Sebagai Pelindung Terhadap Piping..............................83
Gambar 6.6. Lapisan Filter yang Dapat ”Menangkap” Air Rembesan Dengan Baik. .84
Gambar 6.7. Zona Inti Kedap Air di Tengah...............................................................85
Gambar 6.8. Paritan Penuh (Positif)...........................................................................86
Gambar 6.9. Selimut Kedap Hulu...............................................................................87
Gambar 6.10. Berm Rembesan Hilir...........................................................................87
Gambar 6.11. Grouting Tirai Sebagai Perbaikan Fondasi Bendungan.....................89
Gambar 6.12. Kombinasi Drainase Cerobong dan Drainase Horisontal....................90
Gambar 6.13. Drainase Kaki Dikombinasikan Dengan Sumur Pelepas Tekanan.....91
Gambar 6.14. Perbaikan Tanah Fonfasi yang Porous Terhadap Rembesan............91
Gambar 6.15. Perbaikan Tanah Fonfasi yang Porous Dengan Dinding Halang........91
Deskripsi
Persyaratan
Metode
BAB I
PENDAHULUAN
Air yang disimpan di dalam suatu waduk akan cenderung mencari jalan keluar
(mengalir) ke bagian yang lebih rendah,khususnya ke bagian hilir. Rembesan
merupakan air waduk yang mencari jalan keluar melalui material yang porus
atau suatu rekahan baik yang ada di dalam tubuh maupun fondasi
bendungan. Gaya atau tekanan air dari rembesan yang terjadi dapat
menimbulkan alur air baru atau memperbesar alur eksisting hingga
bendungan rekah. Jadi, pengendalian rembesan merupakan faktor yang
sangat penting dalam desain, pelaksanaan konstruksi dan O&P bendungan
terkait kondisi keamanan bendungan.
Agar diperoleh desain bendungan yang aman, hal-hal yang perlu diperhatikan
adalah :
a) Perencana dan pengawas pekerjaan harus benar-benar memahami
filosofi desain bendungan serta konsepsi dan kaidah-kaidah keamanan
bendungan.
b) Perencanaan bendungan harus dilaksanakan tahap demi tahap seperti
yang diatur di dalam ps. 26 PP 29/2000 dan harus mengacu pada NSPM.
2 PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN
MODUL 12 ANALISA STABILITAS BENDUNGAN: PERHITUNGAN
BAB II
PENENTUAN KOEFISIEN PERMEABILITAS DAN
PARAMETER DESAIN
Secara umum dikenal dua tipe kondisi air tanah yang sering di jumpai
dalam praktek di lapangan. Kedua kondisi tersebut adalah seperti
diuraikan di bawah ini. Pengujian lapangan umumnya dilakukan untuk
memperoleh hasil yang paling baik, karena pengujian lapangan mewakili
kondisi lapangan yang ada. Pengujian lapangan ini dilakukan berdasarkan
perubahan tinggi tekanan yang terjadi di dalam suatu sumur (well), lubang
bor atau sumur uji (test pit). Suatu cara yang sering digunakan adalah uji
pompa melalui sumur (well).
Kasus 2 :
a) Pemompaan dalam kondisi aliran langgeng,
b) S relatif kecil dibandingkan H,
c) Perubahan kecepatan surut kecil,
d) Formasi lapisan pembawa air adalah homogin, isotropis dan jaraknya tak
terbatas pada semua arah.
𝑑ℎ
𝑄 = 𝑘i · 𝐴 = 𝑘 · · 2𝜋𝑟....................................................... (2.3)
𝑑𝑟
𝑑𝑟 2𝑟𝜋𝑘ℎ · 𝑑ℎ
=
𝑟 𝑄
Integrasi antara r1 dan r2 dengan ketinggian h1 dan h2 yang sesuai, didapat :
𝑟2
𝐼𝑛 𝜋𝑘
= (ℎ2 2 − ℎ12)
𝑟1 𝑄
r r
Q𝐼𝑛 2 2,3 Q𝑙𝑜g 2....................................................
r1 r1
𝑘= = (2.4)
2 2 2 2
𝜋(ℎ2 −ℎ1 ) 𝜋(ℎ2 −ℎ1 )
𝐴 = 2𝜋𝑟𝑧
𝑑𝑟 2𝜋𝑘𝑧 · 𝑑ℎ
=
𝑟 𝑄
𝑟2
𝑑𝑟 2𝜋𝑘𝑧 · ℎ2
∫ 𝑑ℎ ∫ 𝑑ℎ
=
𝑟1 𝑟 𝑄 ℎ1
𝑑𝑟 2𝜋𝑘𝑧
𝐼𝑛
(ℎ2 − ℎ1)
= 𝑄
𝑟
r
2,3·Q𝑙𝑜g 2
𝑘= .......................................................... (2.5)
r1
2𝜋𝑧(ℎ2−ℎ1)
c) Uji Packer
Pengujian ini dilakukan pada batuan keras yang dapat menahan tekanan
"packer" (penyekat), yaitu dengan cara melakukan injeksi air ke dalam
lubang bor untuk mendapatkan koefisien kelulusan air dan nilai Lugeon
dari batuan tersebut.
𝜋𝑥Q 𝐿
𝑘 = 2𝜋𝐿𝐻𝑡𝑜𝑡 𝐼𝑛 ....................... ............................................ (2.6)
𝑟
sin h -1x = ln (x + x2 1 )
10Q
Lu pL atau 10V
Lu p.L. ………………………………………… (2.8)
t
Catatan :
1) Bila dijumpai air tanah yang bertekanan (air artesis), maka H gravitasi
dihitung negatif,
2) Untuk pemboran miring, maka semua perhitungan harus dikoreksi
terhadap sudut kemiringan lubang bor tersebut.
3) Definisi 1 lugeon adalah banyaknya air yang masuk dalam masa
batuan, dalam liter/menit/meter pada tekanan 10 kg/cm2. Berdasarkan
statistik 1 lugeon hampir sama dengan 10-5 cm/detik.
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN 13
MODUL 12 ANALISA STABILITAS BENDUNGAN: PERHITUNGAN
Pengujian laboratorium mungkin cukup teliti untuk contoh yang kecil, tetapi
kurang cukup mewakili untuk suatu material dengan volume besar di
lapangan. Metoda pengujian permeabilitas di laboratorium dapat berupa
”constant head” dan ”falling head”. Cara falling head sesuai untuk material
tanah berbutir halus yang mempunyai permeabilitas rendah.
Pada pengujian ”constant head” atau uji tinggi tekanan tetap, contoh tanah
ditempatkan di dalam suatu wadah silinder dan air dialirkan melalui suatu
wadah air yang mempunyai tinggi tekanan tetap. Volume air (V) yang mengalir
dalam waktu tertentu (t) kemudian diukur. Rumus koefisien permeabilitas
(konduktifitas) ditentukan berdasarkan rumus Darcy :
k = V/iAt dan i = h/L...............................................................(2.9)
Pengujian ini biasanya dilakukan terhadap tanah berbutir kasar atau material
yang bersifat cukup rembes air (pervious). Pengeluaran udara saat
penjenuhan perlu dilakukan secara hati-hati.
a) Uji tinggi tekanan tetap/ konstan ( Constant Head )
Pengujian ini dapat dilakukan terhadap contoh tanah yang tidak terganggu
(undisturbed) ataupun contoh tanah terganggu (disturbed). Pengujian ini
cocok dilakukan untuk tanah berbutir kasar yang mempunyai nilai
koefisien permeabilitas yang tinggi, sesuai dengan SNI 03 – 6871 – 2002.
Q masuk = a v = a dh
dt
Banyaknya air yang keluar dari dalam contoh tanah menurut hukum Darcy
adalah :
Qkeluar = k i A = k h A
L
Gambar 2.6. Uji Rembesan Cara Tinggi Tekanan Menurun (Falling Head
Test)
𝑑ℎ 𝐴
𝑎= = 𝑘 𝑑𝑡
𝑑𝑡 𝐿
ℎ2
𝑡
𝑑ℎ 𝐴
∫
ℎ = 𝑎𝐿
∫ 𝑑𝑡
ℎ1 𝑘 0
𝐴 ℎ1
𝑘= 𝐼𝑛
𝑎 ℎ2
𝐿
𝑎𝐿 ℎ1.......................................................................................................
𝑘 = 2,3 𝑙𝑜𝑔 (2.11)
𝐴∆𝑡 ℎ2
keterangan :
a = luas penampang pipa ( cm2 )
A = luas penampang contoh tanah ( cm2 )
L = panjang contoh tanah ( cm )
t = waktu penurunan muka air di dalam pipa dari h1 ke h2
k = koefisien permeabilitas ( cm/s )
c) Uji Konsolidasi
Penentuan besarnya koefisien permeabilitas dengan mempergunakan uji
konsolidasi merupakan penentuan tidak langsung
k = Cv mv a cm/s..........................................................(2.12)
Pada lapisan yang terdiri dari pasir akan segera terjadi penurunan yang
hampir menyeluruh dalam waktu singkat setelah bekerjanya beban/
tekanan. Penurunan disini umumnya kecil. Dalam lapisan yang terdiri
dari butiran halus (lempung), maka penurunan akan agak besar dan
biasanya makan waktu yang lama, oleh karena itu penelitian
konsolidasi umumnya terhadap lapisan tanah berbutir halus.
𝐶𝑣 𝑘
= 𝛾w·𝑚𝑣 …...……………………………………………………....…… (2.13)
𝑚𝑣 𝑎𝑣
= ………………………………………………………………… (2.14)
1+𝑒0
𝑒−𝑒0 ∆𝑒 𝑑𝑒
𝑎= = = ………………………………………………....… (2.15)
∆𝑝 ∆𝑝 𝑑𝑝
keterangan ;
C v = koefisien konsolidasi
(cm2/sekon) k = koefisien rembesan
γw = berat isi air
m v = koefisien pengecilan
isi a v = koefisien pemampatan
e = angka pori sebelum ada tambahannya tekanan (p)
eo = angka pori sesudah ada tambahannya tekanan (p)
p = tekanan tambahan
mv a
v e 1 ………………………………… (2.16)
1 p(1 e0 h .
e0 ) p h
keterangan :
2.4 Latihan
1. Sebutkan hal-hal yang harus diperhatikan selama penyelidikan
lapangan khususnya mengenai masalah rembesan!
2. Apakah yang mendasari adanya 2 (dua) tipe kondisi air tanah yang
sering dijumpai di lapangan (Unconfined dan Confined) ?
3. Jelaskan mengenai Uji Packer!
2.5 Rangkuman
Penyelidikan lapangan dilakukan dalam rangka memperoleh sifat fisik dan
sifat teknik, baik untuk tubuh dan fondasi bendungan guna menentukan
parameter desain sebagai masukan pada analisa rembesan.
dalam lubang bor untuk mengevaluasi rekahan, kekar, dan alur rembesan
serta caliper logs dan berbagai jenis logs yang dapat membantu dalam
melakukan evaluasi material di dalam lubang spesifik dan diantara lubang-
lubang dll.
d) Investigasi geofisik digunakan dalam investigasi rembesan mencakup
metoda permukaan dan downhole yang cukup murah. Teknik ini
memerlukan suatu verifikasi yang spesifik (lubang-lubang bor, contoh
tanah, peta geologi, elevasi muka air, dll) disamping petugas yang
berpengalaman untuk melakukan interpretasinya.
Dikenal dua tipe kondisi air tanah yang sering di jumpai di lapangan yaitu
kondisi Unconfined dan Confined. Pengujian permeabilitas terhadap kedua
kondisi ini masing-masing adalah Uji Pemompaan Unconfined dan Confined.
Kedua kondisi ditentukan berdasarkan perubahan tinggi tekanan yang terjadi
dalam suatu sumur (well), lubang bor atau sumur uji (test pit).
Uji permeabilitas lainnya di Lapangan adalah Uji Packer yaitu Pengujian pada
batuan keras yang dapat menahan tekanan "packer" (penyekat),dengan cara
melakukan injeksi air ke dalam lubang bor untuk mendapatkan koefisien
kelulusan air dan nilai Lugeon dari batuan tersebut.Pengujian dilakukan
melalui lubang bor yang telah dibuat sebelumnya.
2.6 Evaluasi
Pilihlah 1 (satu) jawaban yang paling benar dari soal-soal berikut di bawah ini!
1. Parameter desain sebagai masukan pada analisa rembesan ditentukan
melalui penyelidikan lapangan untuk mengetahui…..
a. Sifat fisik tubuh dan fondasi bendungan
b. Sifat teknik tubuh dan fondasi bendungan
c. Sifat fisik dan teknik tubuh dan fondasi bendungan
d. Sifat fisik dan teknik fondasi bendungan
BAB III
JARINGAN ALIRAN
Indikator Hasil Belajar:
Setelah mengikuti pembelajaran materi ini, peserta diharapkan mampu menjelaskan jaringan aliran.
3.1 Umum
Semua jenis tanah dapat dilalui oleh air melalui pori-pori tanah. Tekanan air
pori diukur relatif terhadap tekanan udara (atmosfir) dan bila permukaan
didalam tanah sama dengan tekanan atmosfir, maka hal itu disebut muka air
tanah atau muka air freatik. Tanah yang ada dibawah muka air tanah,
biasanya dalam keadaan jenuh sempurna dengan tingkat penjenuhan
mendekati 100%.
Permeabilitas atau kelulusan air tergantung dari ukuran rata-rata butiran tanah
yang mempunyai hubungan dengan pembagian butiran tanah, bentuk partikel
dan struktur tanah.
air
Nilai tipikal koefisien permeabilitas (k) atau kelulusan air dari berbagai jenis
tanah adalah sebagai berikut :
Kerikil : >1 cm/s
Pasir campur kerikil : 10-2 - 1 cm/s
Pasir halus, lanau dan lanau lempung : 10-5-10-7 cm/s
Lempung dan lanau lempung : < 10 - 5
cm/s
Nilai koefisien permeabilitas (k) atau kelulusan air dapat diperoleh dari
pengujian di laboratorium dan pengujian lapangan.
Air dalam tanah didapatkan dalam bentuk:
a) air bebas (gravitational water)
b) air tanah (ground water)
c) air higroskopis
Air bebas adalah air yang masuk ke dalam tanah melalui permukaan dan
bergerak ke bawah sebagai akibat dari gaya gravitasi sampai mencapai
lapisan yang tak dapat dirembesi. Permukaan air ini disebut sebagai
permukaan air tanah. Tekanan pada permukaan air tanah = 1 atmosfir. Air
yang terdapat dibawah muka air tanah dinamakan air tanah,dan berada di
dalam pori-pori, akibat gaya tarik-menarik antar molekul serta dinamakan air
higroskopis.
Daya rembes penting dalam teknik sipil, karena memegang peranan dalam
hal seperti:
a) kemungkinan bocor pada suatu bendungan
b) menentukan besar dan tingkat penurunan (settlement) yang mungkin
terjadi.
c) kestabilan lereng galian tanah
d) kecepatan rembesan yang mungkin dapat menimbulkan erosi yang
berbahaya.
Air di dalam waduk selalu mencari jalan keluar melalui alur terlemah; alur
tersebut dapat melalui tubuh, fondasi atau sekitar tumpuan bendungan.
Masalah rembesan yang dapat mengakibatkan terjadinya keruntuhan dapat
terjadi akibat :
a) Tekanan angkat berlebihan,
b) Piping,
c) Erosi internal,
d) Teruraikannya (solutioning) material batu yang mudah melarut,
e) Tekanan rembesan berlebihan atau penjenuhan yang menyebabkan
terjadinya pembasahan lereng hilir (sloughing)
Q = k (h1 - h2)
………………………………………….... (3.2)
A
L
Q/A = v = ki................................................................................(3.3)
v = kecepatan aliran
Luas penampang A terdiri dari luas butir As dan luas pori Av. Air akan
merembes melalui pori-pori dengan kecepatan sebesar Vs (=seepage
velocity).
V = v masuk = v keluar
Q = A v = Av Vs
Vs = A v ……………………………………………………(3.4)
Av
Vs A Lv
= Av L
= V v …………………………………………... (3.5)
Vp
porositas = n = Vp/V
Vs = V............................................................................ (3.6)
Vs = k i …………………………………………………… (3.7)
n
0% ≤ n ≤ 100%, jadi Vs selalu ≥ v
Didalam tanah yang dirembesi air dapat diukur tinggi potential pada setiap
titik. Garis yang menghubungkan titik-titik dengan tinggi potential yang
sama dinamakan garis ekipotential. Pisometer yang dipasang pada setiap
titik yang terletak pada garis ekipotential yang sama akan menunjukan
tinggi permukaan air yang sama ( h sama).
Tinjau satu unit lebar dari tanah dimana q = 1 unit rembesan yang melalui
celah antara 2 garis aliran, maka :
q=bxlxki
=bki
h
qk b
l ..............................................................(3.8)
keterangan :
b = jarak antara 2 garis aliran
l = jarak antara 2 garis ekipotential
h = kehilangan enersi potential antara 2 garis ekipontial yang
berurutan
Pada jaringan aliran tidak ada bagian yang benar-benar bujur sangkar,
kebanyakan hanya mendekati, dan juga kadang-kadang terdapat pula
yang berbentuk segitiga. Akan tetapi ketelitian perhitungan dengan cara
grafis ini dapat dicapai dengan cara menggambarkan garis aliran yang
cukup banyak (5 atau 6 garis).
Nf
q kh
Nd ................................................................. ....... (3.9)
Aliran air melalui media yang lulus air adalah merupakan satu dari
beberapa bentuk aliran air yang mengikuti hubungan dasar yang sama,
yang ditunjukkan oleh persamaan Laplace. Dalam 2-D, persamaan
Laplace dapat diselesaikan dengan menggambarkan dua kurva yang
memotong tegak lurus membentuk pola seperti bujur sangkar, yang
disebut “ jaring-jaring aliran atau flownet ”. Dari flownet dapat diperoleh
tekanan dan debit aliran.
q = Kh Nf = Kh 4 = Kh....................................................(3.10)
Nd 8 2
qxi, qyi, qzi = banyaknya aliran air yang masuk ke dalam elemen A
dalam arah x,y,z.
qxo, qyo, qzo = banyaknya aliran air yang keluar dari elemen A dalam
arah x, y, z.
Koefisien rembesan dalam arah x, y, z, adalah k x, ky, kz.
Tinggi energi total dalam elemen adalah h.
Untuk aliran keadaan tunak (steady flow) rembesan masuk = rembesan
keluar.
Jika ditinjau 2 dimensi saja, umpamanya x-y dan y-z, dimana aliran
terbesar umumnya terjadi, maka diperoleh persamaan :
k x 2h k 2h ....................................................... (3.11)
2 z
2 0
x
z
Tanah yang akan dianalisis adalah bersifat homogin, sehingga tanah yang
berlapis-lapis (stratification) atau batuan yang mengalami perubahan
geologi akan berpengaruh terhadap kondisi rembesan, seperti contoh di
bawah:
1) Endapan tanah alluvial selalu bersifat berlapis-lapis (stratified) sampai
kedalaman tertentu, dan bahkan fondasi pasir yang kelihatannya
homogin mempunyai koefisien permeabilitas arah horisontal beberapa
kali lebih besar dibandingkan permeabilitas vertikal.
2) Koefisien permeabilitas batuan intact (solid) umumnya rendah, tetapi
permeabilitas massa batuan yang sama dapat lebih tinggi, karena
permeabilitas batuan massa dikontrol oleh diskontinyuitas massa,
seperti bedding plane, kekar, sesar dan zona geser (shear zone).
3) Permeabilitas massa batuan yang mudah larut dapat berubah dengan
cepat dengan waktu, karena terjadinya larutan aktif akibat rembesan
yang sedang berlangsung atau akibat rembesan yang menggerus
material pengisi yang lunak yang biasanya terdapat di dalam alur
pelarut yang ada.
4) Timbunan yang kelihatannya homogin mempunyai permeabilitas arah
horisontal yang besarnya antara 4 – 9 kali permeabilitas vertikal,
karena timbunan dipadatkan lapis demi lapis arah horisontal.
5) Permeabilitas diasumsikan tidak menimbulkan masalah yang
potensial, karena massa timbunan tahan terhadap retakan dan erosi
internal.
Aliran rekahan dapat menjadi pola yang dominan dari rembesan melalui
fondasi dan tumpuan yang berupa batuan. Hal tersebut juga merupakan suatu
pola utama dari transportasi aliran terhada erosi internal. Hukum Darcy tidak
berlaku untuk aliran melalui suatu rekahan terbuka, seperti yang diturunkan
dari aliran melalui kolom pasir homogin. Meskipun begitu, persamaan Darcy
dan Laplace secara pendekatan berlaku untuk aliran melalui suatu rekahan
massa batu yang seragam, bila volume batuan yang ditinjau adalah rekahan
yang seragam dan dapat dianggap bersifat isotropis. Metoda ini digunakan
untuk menyelesaikan persamaan Laplace dan permeabilitas Darcy yang
digunakan dalam persamaan Darcy yang sensitif terhadap pengaruh skala.
Rekahan bervariasi dari tingkat anisotropis tinggi hingga ke tingkat yang relatif
rendah, tergantung dari ukuran dan skala volume batuan yang ditinjau serta
spasi dari rekahan yang berhubungan. Dengan alasan tersebut, analisis
masalah aliran melalui rekahan harus dilakukan oleh seorang ahli yang
berpengalaman.
Dalam bentuk yang sederhana, aliran rekahan dapat didekati sebagai aliran
melalui bidang lempeng yang paralel. Penelitian aliran melalui lempeng paralel
tersebut menghasilkan suatu persamaan untuk menentukan konduktivitas
hidraulis dari suatu rekahan. Konduktivitas hidraulis dari suatu rekahan (k f)
adalah sebagai berikut :
.......................................................................
Kf = ρ g a 2 (3.14)
12f μ
keterangan :
a = ukuran rekahan
μ = kekentalan cairan
40 PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN
MODUL 12 ANALISA STABILITAS BENDUNGAN: PERHITUNGAN
Q = VA..........................................................................(3.15)
keterangan :
V = kfi ( v adalah kecepatan aliran dan i adalah gradien hidraulik)
A = La ( L adalah panjang rekahan, a adalah lebar dan A luas penampang
rekahan).
...................................................................
Q = ρ g i L a3 (3.16)
12f μ
Pada saat ini ada dua metoda yang digunakan untuk menyederhanakan
masalah aliran melalui rekahan, yakni analisis pemisahan (discrete analysis)
dan metoda media homogin (equivalent homogeneous medium). Analisis
discrete digunakan bila kondisi lapangan memungkinkan untuk
menyederhanakan karakter dari sistim kekar. Persamaan aliran melalui
rekahan dapat digunakan dengan mengakomodasi pengaruh kekar-kekar
yang saling memotong, kekasaran kekar dan jaringan geometrinya. Beberapa
program model aliran melalui rekahan yang tersedia di pasar dapat digunakan
untuk memecahkan masalah aliran discrete ini.
Bila jaringan rekahan terlalu kompleks dan luas untuk dijadikan model
discrete, hal tersebut dapat disederhanakan sebagai aliran ekivalen melalui
media porus yang homogin. Jadi, pengujian pemompaan (large-scale pumping
test) harus digunakan untuk menentukan parameter konduktivitas hidraulis
rata-rata yang mewakili rekahan massa batuan yang luas.Persamaan standar
untuk aliran melalui media porous homogin dapat digunakan untuk
menyelesaikan masalah rembesan tersebut. Hal ini adalah merupakan suatu
asumsi yang digunakan pada rekahan batuan yang seragam pada desain
yang mengandung factor-faktor ketidak tentuan yang tinggi.
Kondisi batas (boundary conditions) ini menentukan batas dan kondisi aliran
dari penampang yang dianalisis. Daerah batas mencakup lapisan fondasi
kedap air (tidak terjadi rembesan), bidang masuknya aliran dan bidang
keluaran rembesan, termasuk penentuan rembesan bersifat tetap atau
sementara (transient).
Bidang kontak antara media pervious yang jenuh dengan material di dekatnya
berupa tanah atau beton yang mempunyai koefisien permeabilitas rendah
dianggap sebagai kondisi batas yang kedap air dan diasumsikan bahwa aliran
rembesan tidak dapat menembus lapisan ini, sehingga aliran yang melalui
lapisan yang porous di dekatnya adalah sejajar dengan daerah batas tersebut.
Garis-garis AB dan 1-8 pada gambar 3.6A di atas adalah merupakan daerah
batas.
Garis-garis yang menentukan dimana air masuk atau keluar dari massa yang
porous disebut sebagai daerah pemasukan (entrance) dan daerah keluaran
(exit). Di sepanjang garis-garis ini (garis-garis 0-1 dan 8-G di Gambar 3.6A
serta garis-garis AD dan BE di Gambar 3.6B adalah merupakan garis-garis
potensial (mempunyai level pisometrik yang sama). Aliran tegak lurus bidang
pemasukan atau keluaran.
Massa pervious yang jenuh juga mempunyai suatu daerah kondisi batas yang
berhubungan dengan atmosfir dan air keluar di sepanjang bidang tersebut,
seperti garis GE di Gambar 3.6B. Tekanan di sepanjang bidang ini adalah
sama dengan tekanan atmosfir. Bidang ini disebut muka aliran atau bidang
rembesan.
Garis DG pada Gambar 3.6B adalah garis yang terletak di antara massa
pervious dimana air pada tekanan atmosfir. Garis ini disebut sebagai garis
freatik atau permukaan bebas (free surface). Material di bawah garis freatik
adalah dalam kondisi jenuh. Diasumsikan bahwa tidak ada aliran yang
memotong permukaan freatik, jadi aliran dalam massa porous di dekatnya
sejajar dengan garis freatik. Pada daerah batas kedap air serta pemasukan
dan keluaran, lokasi muka freatik tidak diketahui, sampai distribusi aliran di
dalam hassa pervious diketahui.
Gambar 3.6 di atas juga menunjukkan 2 kasus umum rembesan, yakni aliran
bebas (confined flow).Gambar 3.6A terjadi di dalam suatu massa pervious
jenuh di bawah suatu bendungan beton yang tidak mempunyai gais freatik.
Aliran tertekan (unconfined flow).Gambar 3.6B terjadi bila massa tanah
pervious mempunyai suatu garis freatik. Aliran bebas mempunyai semua
daerah batas yang pasti. Pada aliran tertekan, permukaan rembesan dan
garis freatik harus ditentukan dengan analisis atau dari pengamatan lapangan.
Seperti dijelaskan, hukum Darcy dan koefisien permeabilitas Darcy (k) hanya
berlaku untuk aliran laminer melalui media tanah yang porous. Untuk kerikil
berbutir kasar dan batu yang mempunyai alur aliran yang besar, aliran akan
bersifat turbulen, kecepatan aliran tidak proporsional dengan gradien hidraulis
dan hukum Darcy tidak berlaku. Masalah aliran turbulen ini dibahas lebih rinci
dalam buku rujukan Cedergren’s Seepage, Drainage and Flownets and the
US Army Corps of Engineers Manual Seepage Analysis and Control for Dams.
Tanah yang akan dianalisis adalah bersifat homogin, sehingga tanah yang
berlapis-lapis (stratification) atau batuan yang mengalami perubahan geologi
akan berpengaruh terhadap kondisi rembesan, seperti contoh di bawah:
a) Endapan tanah alluvial selalu bersifat berlapis-lapis (stratified) sampai
kedalaman tertentu dan bahkan fondasi pasir yang kelihatannya homogin
mempunyai koefisien permeabilitas arah horisontal beberapa kali lebih
besar dibandingkan permeabilitas vertikal.
b) Koefisien permeabilitas batuan intact (solid) umumnya rendah, tetapi
permeabilitas massa batuan yang sama dapat lebih tinggi, karena
permeabilitas batuan massa dikontrol oleh diskontinyuitas massa, seperti
bedding plane, kekar, sesar dan zona geser (shear zone).
c) Permeabilitas massa batuan yang mudah larut dapat berubah dengan
cepat seiring waktu, karena terjadinya larutan aktif akibat rembesan yang
sedang berlangsung atau akibat rembesan yang menggerus material
pengisi yang lunak yang biasanya terdapat di dalam alur pelarut.
d) Timbunan yang kelihatannya homogin mempunyai permeabilitas arah
horisontal yang besarnya antara 4 – 9 kali permeabilitas vertikal, karena
timbunan dipadatkan lapis demi lapis arah horisontal.
e) Permeabilitas diasumsikan tidak menimbulkan masalah yang potensial,
karena massa timbunan tahan terhadap retakan dan erosi internal.
...........................................................................
k = 100(D10)2 (3.17)
...............................................................................
k = 992(D15)2 (3.18)
3.5 Latihan
1. Informasi atau gambaran apakah yang dapat diperoleh dari Flownet?
2. Apakah hukum Darcy dapat digunakan untuk menghitung besarnya debit
rembesan yang terjadi pada berlaku pada kerikil dan rekahan batu.
Sebutkan alasannya!
3. Sebut minimal 3 (tiga) keuntungan dari analisa rembesan dengan
menggunakan cara numerik !
3.6 Rangkuman
Proses mengalirnya air dalam pori-pori tanah tersebut dinamakan rembesan
(seepage), sedangkan kemampuan tanah untuk dapat dirembesi disebut
daya rembes atau permeabilitas (permeability).
Faktor-faktor yang mempengaruhi rembesan antara lain:
a. Ukuran partikel
b. Kadar pori
c. Susunan tanah
d. Struktur tanah
e. Derajat kejenuhan
Garis aliran adalah garis yang akan dilalui oleh air yang merembes masuk ke
dalam tanah dari bagian hulu ke bagian hilir. Garis aliran dapat digambar pada
setiap titik dimana air mulai merembes. Setiap garis aliran mempunyai nilai k
yang sama.
pada garis ekipotential yang sama akan menunjukan tinggi permukaan air
yang sama ( h sama).
Hukum Darcy dan koefisien permeabilitas Darcy (k) hanya berlaku untuk aliran
laminer melalui media tanah yang porous. Untuk kerikil berbutir kasar dan
batu yang mempunyai alur aliran yang besar, aliran akan bersifat turbulen,
kecepatan aliran tidak proporsional dengan gradien hidraulis dan hukum
Darcy tidak berlaku.
3.7 Evaluasi
Pilih 1 (satu) jawaban yang paling benar dari soal dibawah ini.
1. Hukum Darcy dapat digunakan untuk menghitung rembesan
pada aliran…..
a. Kondisi laminer saja
b. Kondisi turbulen saja
c. Kondisi laminer dan turbulen
d. Semua kondisi
BAB IV
REMBESAN MELALUI BENDUNGAN
Indikator Hasil Belajar:
Setelah mengikuti pembelajaran materi ini, peserta diharapkan mampu menjelaskan rembesan melalui bendung
Penggambaran garis aliran paling atas atau top flow line dapat dilakukan
menurut Casagrande, yakni garis phreatic.Garis ini berbentuk parabola,
seperti digambarkan di bawah.
Gambar 4.3. Penentuan Titik Fokus dan Direktris Untuk Pembuatan Garis
Freatik/ Phreatic
Untuk sudut kemiringan lereng () < 30º , dapat digunakan cara
Saffernak & Iterson, sebagai berikut :
Tarik garis vertikal melalui titik B dan memotong garis
perpanjangan lereng hilir di titik 1.
Gambar 4.5. Garis Freatis Cara Saffernak & Iterson Untuk Sudut
Lereng () < 30º
Sedangkan untuk sudut lereng () > 30º dapat digunakan cara
menurut Cassagrande sebagai berikut di bawah.
Gambar 4.11. Flownet Melalui Tubuh Bendungan Isotropis dan Fondasi Kedap
Air (Atas) dan Melalui Bendungan dan Fondasi yang Berlapis (Bawah)
Dari gambar 4.12 di atas, bila tanpa dilakukan perbaikan fondasi (a),
debit rembesan dapat dihitung, yakni sebesar Q = k h (N f/Nd). Bila
dilakukan perbaikan fondasi dengan memasang clay blanket di bagian
hulu (b), Nd akan bertambah dan debit rembesan melalui fondasi akan
berkurang. Demikian juga bila dilakukan perbaikan dengan partial
cutoff yang dipasang vertikal (c), Nd juga akan bertambah dan debit
rembesan yang keluar dari kaki bendungan juga akan berkurang. Dari
uraian diatas, jelas bahwa perbaikan fondasi yang dilakukan adalah
untuk mengurangi debit rembesan yang keluar sekaligus juga
memperkecil exit gradient.
d) Besarnya q k x .k z Nf
h Nd
Beberapa contoh garis preatik melalui tubuh bendungan urugan tanah dengan
berbagai drainasi kaki, adalah seperti gambar-gambar di bawah.
I
FK c 4
' Gs 1
Ie ..........(4.1) danIc
w 1 e ............................. (4.2)
dengan :
FK : faktor keamanan (tanpa dimensi);
Ic : gradien keluaran kritis (tanpa dimensi);
Ie : gradien keluaran dari hasil analisis rembesan atau pembacaan
instrumen pisometer (tanpa dimensi);
’ : berat isi efektif (terendam) (t/m3);
w : berat isi air (t/m3);
Gs : berat jenis (tanpa dimensi);
e : angka pori (tanpa dimensi);
4.4 Latihan
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan penggambaran garis preatik
menggunakan cara Cassagrande dan Saffernak!
2. Bagaimana garis preatik pada tanah berlapis dengan nilai koefisien
permeabilitas yang berbeda?
3. Mengapa rembesan yang melalui tubuh bendungan, fondasi, tumpuan,dan
tepian/ bukit sekeliling waduk harus terkendali?
4.5 Rangkuman
Garis aliran paling atas, disebut juga garis phreatic atau top flow line.
Rembesan pada bendungan terjadi di bawah garis ini. Garis ini juga
merupakan batas daerah yang jenuh dan yang kering. Bentuk garis phreatic/
preatik berbeda - beda sehubungan dengan ada atau tidaknya filter, dan
dimana letak dari filter tersebut.
Tebing/ dinding sekeliling waduk harus stabil pada segala kondisi operasi
(severe operation),sehingga tidak boleh terjadi ketidakstabilan pada dinding
tipis sekeliling waduk karena dapat mengakibatkan terjadinya longsoran besar
yang masuk ke dalam waduk saat pengisian waduk (impounding) sehingga
memicu timbulnya gelombang besar yang dapat mengakibatkan luapan air
waduk.
Keamanan bendungan urugan tanah terhadap piping atau erosi buluh dapat
dihitung berdasarkan rumus berikut :
I
FK c 4
Ie
4.6 Evaluasi
Pilihlah jawaban yang paling benar dari soal-soal berikut ini!
1. Garis aliran paling atas, disebut juga garis phreatic atau top flow Line
adalah garis yang menunjukkan bahwa…..
a. Rembesan pada bendungan terjadi di bawah garis ini.
b. Garis yang merupakan batas daerah yang jenuh dan yang kering
c. Merupakan garis aliran yang paling atas
d. Semua pernyataan a, b, dan c benar
3. Untuk menghindari erosi buluh atau piping pada bendungan maka …..
a. Gradien hidraulik keluar (exit) besarnya sama dengan gradien
hidraulik kritis.
b. Gradien hidraulik keluar (exit) harus lebih besar dari gradien hidraulik
kritis.
c. Harus mempunyai angka keamanan minimal sama dengan 4
d. Gradien hidraulik keluar (exit) harus lebih kecil dari gradien hidraulik
kritis.
BAB V
IMPLEMENTASI ANALISIS REMBESAN
Indikator Hasil Belajar:
Setelah mengikuti pembelajaran materi ini, peserta diharapkan mampu menjelaskan implementasi analisis rembes
Timbunan zonal, fondasi kedap Muka air preatik, tekanan air pori, Flownet or
air, kondisi steady 2-D gaya rembesan (stabilitas) numerical model
Tidak semua situasi yang timbul di lapangan dicakup oleh tabel di atas.
Diperlukan suatu “engineering judgment” dan advis seorang spesialis, jika
diperlukan. Pada umumnya, metoda analitis digunakan untuk desain. Begitu
bendungan dikonstruksi, pengamatan menjadi sangat penting dan dapat
memberikan informasi penting bila terjadi masalah. Pengamatan lapangan
adalah merupakan kondisi sebenarnya dibandingkan asumsi desain yang
mungkin saja salah. Sebagai konsekuensinya, dalam hal mengatasi masalah
rembesan, pemilihan metoda pengamatan atau metoda analitis harus
berdasarkan masukan-masukan dari hasil pengamatan.
Pada banyak kasus, sangat logis untuk memulai dengan metoda yang paling
sederhana dan murah dan berlanjut ke metoda yang lebih kompleks dan
mahal, namun lebih teliti sesuai dengan masalah yang dihadapi. Dalam
Bila waktu tidak menjadikan kendala, suatu kajian cepat terhadap informasi
yang tersedia dan suatu analisis berdasarkan pengalaman dapat dilakukan.
5.3 Latihan
1. Apakah tujuan dari analisa rembesan?
2. Bagaimanakah langkah-langkah dalam menentukan metoda yang paling
baik digunakan dalam analisa rembesan?
3. Jelaskan metode sederhana yang dapat kita lakukan jika informasi terkait
rembesan yang terjadi sangat terbatas!
5.4 Rangkuman
Beberapa pertimbangan umum dalam hal memilih metoda analisis, adalah :
a) Masalah penting dalam sejarah bendungan
b) Seberapa kompleks masalah yang dihadapi.
c) Informasi yang tersedia.
d) Informasi lain yang diperlukan dan pengaruh biayanya.
e) Pentingnya masalah atau waktu yang diperlukan untuk analisis rinci.
5.5 Evaluasi
Pilihlah 1 (satu) jawaban yang paling benar dari soal pilihan berikut…..
1. Beberapa pertimbangan umum dalam hal memilih metoda analisis,
disebutkan di bawah ini, kecuali.....
a. Masalah penting dalam sejarah bendungan
b. Seberapa kompleks masalah yang dihadapi
c. Seberapa banyak metode yang tersedia
d. Seberapa pentingnya masalah atau waktu yang diperlukan untuk
analisis rinci.
BAB VI
CARA PRAKTIS PENGENDALIAN REMBESAN
Indikator Hasil Belajar:
Setelah mengikuti pembelajaran materi ini, peserta diharapkan mampu menjelaskan cara praktis pengendalian re
6.1 Umum
Tiga cara praktis dalam pengendalian rembesan, adalah :
a) Filter untuk mencegah terbawanya butiran tanah.
b) Pembatasan terhadap debit rembesan.
c) Metoda drainasi untuk mengurangi tekanan rembesan dan
mengumpulkannya melalui konstruk si pembuang yang aman.
d) Kombinasi antara ketiga cara di atas.
Apabila Aliran air tersebut cukup kuat membawa butiran tanah, biasanya pasir
diendapkan di sekeliling mata air yang keluar membentuk suatu cincin konus
yang dikenal sebagai suatu didih pasir (sand boil). Apabila terlepasnya butiran
pasir terjadi terus menerus akibat gradient hidraulis yang berlebihan, maka hal
tersebut akan mengakibatkan terjadinya piping yang dapat meruntuhkan
struktur. Pola keruntuhan dapat dibagi menjadi beberapa tipe, yakni:
a) Tipe A adalah kondisi statis dari gradient hidraulis tertentu dan tidak
menunjukkan berkembangnya masalah. Namun, bila gradient hidraulis
bertambah tinggi pada kondisi ekstrim, tipe A ini dapat berkembang
menjadi tipe B atau tipe C, tergantung dari kondisi gradient hidraulis dan
kondisi tanah tubuh atau fondasi bendungan.
b) Tipe B adalah terjadi didih pasir yang membawa material yang diawali/
dimulai dari dekat permukaan tanah. Tanah tipe ini mengindikasikan
masalah yang lebih serius yang memerlukan tindak lanjut.
c) Tipe C menunjukkan kondisi kritis, dimana gradient hidraulis yang ada
mengakibatkan terbawanya butiran tanah di bagian lebih bawah yang
harus segera ditangani. Sejumlah pisometer dapat digunakan untuk
memantau tekanan angkat pada fondasi hilir dan dapat mendeteksi
kondisi yang tidak aman sebelum terjadi keruntuhan. Petunjuk awal dari
hal tersebut adalah terbawanya material halus dari didih pasir tersebut
atau air yang keluar adalah keruh dan membawa material halus.
Tanah yang rawan piping adalah berkonsistensi urai, pasir halus bergradasi
buruk; juga berpotensi tinggi untuk piping adalah lanau dan pasir mengandung
butiran halus dengan PI < 6%, seperti pasir campur kerikil urai yang
bergradasi baik yang gradasinya lebar dan mempunyai butiran halus
plastisitas rendah. Tanah lempungan dengan PI > 15% cukup tahan terhadap
piping. Meskipun demikian, tanah yang tahan piping kemungkinan rawan
terhadap erosi internal.
Hukum fisik yang mengatur aliran air melalui retakan dan rekahan adalah
sangat berbeda dengan aliran air yang melalui pori-pori material berbutir.
Aliran antar butiran pada tanah granular adalah mengikuti hukum Darcy. Aliran
air melalui retakan dan rekahan distudi dengan permeabilitas dan mengikuti
hukum hidraulis dari persamaan aliran saluran terbuka atau aliran di dalam
pipa terbuka. Pada kedua kasus, banyak aliran adalah proporsional dengan
gradien hidraulis yang ditunjukkan pada hukum Darcy, namun tetap berbeda.
Keruntuhan akibat erosi internal sering terjadi pada lokasi dimana terjadi rekah
hidraulis (hydraulic fracturing). Tempat-tempat yang berpotensi terhadap
rekah hidraulis adalah pada tempat yang tidak dipadatkan secara benar di
dekat bangunan/pipa outlet atau perubahan permukaan yang mendadak
(tonjolan) dari permukaan fondasi atau lereng atau pada bidang kontak antara
timbunan dengan tumpuan. Perlu pengawasan khusus pada tempat-tempat
tersebut terhadap gejala rakahan atau penurunan yang tidak normal.
Aliran air melalui bidang kontak antara timbunan dan fondasi atau tumpuan
melalui kekar-kekar terbuka, rekahan atau kerusakan batuan lain yang
sebelumnya tidak diperbaiki dengan benar kemungkinan dapat memicu
terjadinya erosi internal lainnya, contohnya bendungan Teton. Banyak ahli
percaya bahwa erosi internal lebih berbahaya, karena tidak ada gejala-gejala
visual terjadinya keruntuhan.
6.2.4 Solutioning
Masalah yang sering terjadi pada fondasi dan tumpuan adalah pada janis
batuan yang mudah mengalami solution oleh muka air tanah atau rembesan
air waduk. Permukaan batuan tersebut mudah hancur oleh air hujan, juga
pada zona di atas muka air tanah oleh air rembesan/perkolasi dan di bawah
muka air tanahnya sendiri. Rembesan pada batuan tersolusi tersebut dapat
84 PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN
MODUL 12 ANALISA STABILITAS BENDUNGAN: PERHITUNGAN
Mineral seperti gipsum, anhydrate dan halite (rock salt) serta batuan kapur/
gamping (limestone), dapat dihancurkan dengan mudah oleh aliran rembesan
waduk. Batu gamping dihancurkan oleh air tanah dalam waktu lama. Apabila
fondasi bendungan berupa batu gamping, gua-gua atau rongga besar alur
aliran air mungkin tidak terdeteksi selama penyelidikan dan tidak diperbaiki
selama konstruksi yang mengakibatkan timbulnya masalah besar saat
pengisian pertama waduk. Fondasi yang terdiri dari batuan yang mudah
hancur harus selalu diperbaiki terlebih dahulu dengan perhatian ekstra.
Sebagai tambahan, gypsum, halite dan beberapa mineral adalah mudah
hancur selama operasi bendungan.
(tekanan air pori) yang bekerja pada lereng; lereng yang kering akan lebih
stabil dibandingkan lereng basah.
UPLIFT,HEAVE, ATAU Tekanan rembesan fondasi pada lapisan pervious memicu gaya-
BLOWOUT gaya pada lapisan yang tertekan. Keruntuhan mulai terjadi bila
tekanan air pori pada dasar lapisan tertekan melebihi tekanan
overburden. Tekanan angkat yang terjadi meruntuhkan lapisan
tertekan tersebut yang dikenal sebagai blowout yang membentuk
didih pasir (sand boiling).
PIPING Air waduk mengalir melalui pori-pori tanah dan mengakibatkan
terjadinya gaya-gaya tarik pada butiran tanah yang cukup kuat
untuk membawa butiran tanah pada tempat keluaran yang tidak
dilindungi. Terbawanya butiran tanah terjadi secara progresif
kearah hilir membentuk “pipa”. Piping juga dapat terjadi bila
tekanan rembesan pada fondasi menghasilkan tekanan angkat
pada lapisan tertekan dari lapisan tanah di hilirnya yang
mempunyai permeabilitas lebih rendah yang mengakibatkan
terjadinya blow out atau heave.
a) Filter
Lapisan filter digunakan untuk melindungi terbawanya antar butiran
terhadap rembesan melalui tubuh dan fondasi bendungan, dan pada
waktu bersamaan membiarkan air rembesan keluar tanpa menimbulkan
terjadina tekanan air pori berlebih (excessive pore water pressures).
Lapisan filter tersebut didesain tersendiri atau drain tersebut juga didesain
sebagai penyaring dan sekaligus untuk drainasi. Gradasi tanah timbunan
dan debit rembesan yang harus diantisipasi akan menentukan suatu
desain filter yang diperlukan. Konsep dasar dari fungsI filter sebagai
pelindung terbawanya butiran tanah digambarkan seperti di bawah.
Lapisan filter tidak hanya digunakan untuk piping, tetapi juga untuk
mengatasi masalah erosi internal. Untuk itu, air yang keluar adalah
merupakan faktor sekunder untuk menyaring butiran tanah melalui
retakan-retakan atau yang terjadi di sepanjang bidang kontak bangunan
struktur bangunan pelengkap dan timbunan atau fondasi.
Lapisan filter yang didesain dan dikonstruksi dengan benar akan dapat
“menangkap” rembesan dari suatu timbunan. Air rembesan tersebut akan
dapat mengalir dengan bebas menuju suatu keluaran yang aman pada
kaki hilir timbunan tanpa membawa butiran tanah, seperti gambar di
bawah. Bila rembesan melalui retakan, retakan tersebut harus berakhir di
permukaan filter dan hanya aliran rembesan melalui antar butiran tanah
yang dipertimbangkan dalam desain. Bila suatu gradasi filter memenuhi
kriteria dasar, piping tidak akan terjadi, meskipun gradien hidraulisnya
besar. Asumsinya adalah lapisan filter harus cukup lebar, sehingga
Keterangan:
1. Core
2. Filter or Drain
3. Transition
4. Fill
5. Shell
6. Upstream Transition (gravel or riprap)
7. Upstream Slope Protection (typically riprap)
8. Downstream Slope Protection
Paritan tersebut biasanya dibuat di bawah dari zona inti bendungan. Di bawah
adalah beberapa jenis paritan, yaitu :
a) Paritan kedap dari material tanah yang dipadatkan,
b) Paritan slurry (dinding halang bentonit-tanah atau bentonit-semen),
c) Dinding halang beton,
d) Turap baja tipis (sheet piles).
Selimut kedap hulu yang menyambung dengan zona inti digunakan untuk
memperpanjang aliran rembesan guna mengurangi rembesan. Cara ini
digunakan, bila cara paritan vertical terlalu mahal. Metoda pengendali hilir,
seperti drainase, juga digunakan bersama-sama selimut kedap hulu ini, untuk
mengurangi pengaruh tekanan angkat dan piping. Efesiensi dari selimut kedap
hulu ini tergantung dai panjang, ketebalan dan koefisien permeabilitas arah
vertikal serta perlapisan dan permeabilitas dari material fondasinya. Selimut
kedap hulu ini dapat rusak, bila terjadi retakan pada selimut akibat penurunan
fondasi atau akibat kekeringan pada kondisi air waduk surut. Masalah lain
adalah terjadinya lubang-lubang (pipa) di dalam fondasi, bila selimut
diletakkan di atas kerakal atau rekahan batu tanpa dilengkapi filter. Bila muka
air waduk berfluktuasi, di atas dan di bawah daerah selimut kedap ini, selimut
harus dilindungi terhadap gelompang dan erosi hujan, pengeringan, dan
tumbuhan yang mempunyai akar dalam.
Grouting tirai sering dilaksanakan pada batuan, namun juga dapat dilakukan
pada lapisan pasir dan kerakal. Pada dasarnya, lubang-lubang bor dibuat
terlebih dahulu dalam suatu garis atau pola grid. Lubang-lubang tersebut
dibersihkan terlebih dahulu dan kemudian, tergantung dari ukuran rongga-
rongga material yang digrouting, dipompakan suatu semen atau grout kimia
pada tekanan tertentu ke dalam lubang. Bila grouting dilakukan pada batuan,
material grout harus dapat mengisi retakan, rekahan, dan bukaan bukaan lain
sampai material disekeliling lubang menjadi cukup kedap air. Bila groutng
dilakukan pada lapisan pasir kasar dan kerakal, suatu campuran tipis semen
atau material grout kimia digunakan untuk mengisi rongga-rongga diantara
partikel. Pada lapisan pasir halus, material grout mendesak pasir tersebut
dan memadatkannya yang akhirnya membentuk suatu struktur penahan
rembesan.
Permeabilitas zona yang telah digrouting harus relatif rendah, supaya grouting
efektif, karena pengurangan permeabilitas yang diinginkan mungkin tidak
dapat tercapai; beberapa cara drainase biasanya dilakukan sehubungan
dengan grouting untuk keperluan pengendalian rembesan.
Grouting selimut dilakukan pada daerah galian fondasi yang luas bila
permukaan batuannya banyak kekar dan rekah. Cara ini digunakan untuk
menutup (seal) lapisan atas dari kedalaman sekitar 3 – 10 m untuk
eminimalkan terbawanya butiran tanah halus dari zona inti masuk ke dalam
bukaan-bukaan fondasi, menutup permukaan batuan terhadap hilangnya
material grout saat diberikan tekanan tinggi dan untuk mengurangi
kompresibilitas dari batu yang banyak rekah. Grouting dental dapat juga
digunakan sebagai perbaikan kelemehan-kelemahan bagian fondasi. Grouting
tirai dilakukan untuk mengurangi aliran rembesan yang dalam yang melalui
fondasi dan tumpuan. Gambar di bawah menjelaskan bagaimana grouting
94 PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN
MODUL 12 ANALISA STABILITAS BENDUNGAN: PERHITUNGAN
Suatu drainase atau paritan kaki dapat digunakan bersama-sama dengan cara
lain pengendalian rembesan. Metoda ini biasanya terdiri dari sebuah pipa
pengumpul di dalam suatu paritan yang kemudian diisi kembali dengan
material filter di sekeliling pipa drainase. Jika lapisan fondasi yang porous
cukup dalam atau berlapis-lapis, drainase kaki mungkin dapat “menangkap”
sebagian kecil rembesan, Pada kasus ini, sumur-sumur pelepas tekanan
6.5 Latihan
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Piping!
2. Apakah prinsip dari metode mengurangi/ meminimalkan rembesan ]?
3. Jelaskan kegunaan dari Lapisan filter !
6.6 Rangkuman
Cara praktis dalam pengendalian rembesan, adalah.....
a. Filter untuk mencegah terbawanya butiran tanah.
b. Pembatasan terhadap debit rembesan.
c. Metoda drainasi untuk mengurangi tekanan rembesan dan
mengumpulkannya melalui konstruk si pembuang yang aman.
d. Kombinasi antara ketiga cara di atas.
Tekanan angkat pada lapisan fondasi yang pervious dapat memacu terjadinya
gaya angkat yang cukup besar pada lapisan fondasi hilir yang tertekan.
Tekanan angkat tersebut terjadi bila lapisan yang lebih porus memindahkan
sebagian besar persentasi tekanan air waduk ke bagian hilir. Keruntuhan
dimulai bila tekanan air pori pada bagian dasar lapisan yang tertekan tersebut
lebih besar dari tekanan overburden dari timbunan di atasnya. Tekanan ke
atas tersebut meruntuhkan lapisan tertekan yang dikenal sebagai blowout.
Piping terjadi akibat gradient hidraulis berlebihan pada kaki bendungan yang
diawali dengan terbentuknya kerucut yang disebut suatu pendidihan (boil)
atau suatu aliran air yang keruh keluar dari lereng hilir. Terbawanya butiran
halus tersebut terus berlangsung ke arah hulu membentuk suatu pipa di dalam
tubuh atau fondasi bendungan.
98 PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN
MODUL 12 ANALISA STABILITAS BENDUNGAN: PERHITUNGAN
Solutioning adalah proses melarutnya jenis batuan yang mudah melarut oleh
muka air tanah atau rembesan air waduk. Permukaan batuan tersebut mudah
hancur oleh air hujan, juga pada zona di atas muka air tanah oleh air
rembesan/ perkolasi dan di bawah muka air tanahnya sendiri.Masalah ini
sering terjadi pada fondasi dan tumpuan.
6.7 Evaluasi
1. Cara praktis dalam pengendalian rembesan,adalah seperti disebutkan di
bawah ini kecuali.....
a. Filter untuk mencegah terbawanya butiran tanah.
b. Pembatasan terhadap debit rembesan.
c. Metoda drainasi untuk mengurangi tekanan rembesan dan
mengumpulkannya melalui konstruksi pembuang yang aman.
d. Penambahan Counterweight
BAB VII
PENUTUP
7.1 Simpulan
Bendungan harus didesain dan dijaga terhadap pengendalian rembesan yang
aman. Masalah dasar adalah membedakan sejauh mana rembesan
berpengaruh terhadap suatu bendungan dan apa tindakan perbaikan paling
tepat, yang harus dilakukan untuk menjamin bahwa rembesan tidak
membahayakan terhadap keamanan bendungan.Pengelola/pemilik
bendungan sebaiknya memahami masalah rembesan yang terjadi dan
memastikan bahwa bendungan serta bangunan fasilitasnya aman terhadap
bahaya rembesan.
Rembesan merupakan air waduk yang mencari jalan keluar melalui material
yang porus atau suatu rekahan baik yang ada di dalam tubuh maupun fondasi
bendungan. Gaya atau tekanan air dari rembesan yang terjadi dapat
menimbulkan alur air baru atau memperbesar alur eksisting hingga
bendungan rekah. Jadi, pengendalian rembesan merupakan faktor yang
sangat penting dalam desain, pelaksanaan konstruksi dan O&P bendungan
terkait kondisi keamanan bendungan.
DAFTAR PUSTAKA
Bharat Singh & HD Sharma, Earth and Rockfill dams, Sarita Prakashan, Meerut,
India,1982
Cedergren, H., 1967. Seepage, Drainage and Flownets. John Wiley and Sons, Inc.,
New York, 1967
EDERGEN, H.R. (1967), Seepage, Drainage and Flownets, John Wiley & Sons Inc.,
New York.
FREDLUND. D.G. (1962), “Soil Mechanics For Unsaturated Soil”, John Wiley & Sons
Inc., New York.
HARR, M.E. (1962), Groundwater and Seepage, McGraw-Hill, New York NY.
HIRSCHFELD, R.C. and S.J. POULOUS, ed. (1973) Embankment Dam Engineering
Practice, “Casagrande Volume, John Wiley and Sons, New Yoek.
NAJOAN, TH.F. (1993), “Analisis Rembesan Air Dengan Menggunakan Cara Lemen
Hingga (SEEP-2D)”. Short Cource Computer Methods For Geotechnical
Analysis, 11 Okt-13 Okt. 1993.
PUSLIBTANG SDA (Des 2000), Analisis Transient Seepage Dengan Cara Lemen
Hingga Untuk Evaluasi Keamanan BEndungan di Nusa Tenggara Timur, Hasil
Penelitian Kelompok Bidang Keakhlian Geoteknik dan Bangunan Air No. 03/
P3TSDA/LIT-01/2000 Puslitbang SDA, Balibang Kimbang Praswil.
Departemen Kimbang Praswil.
Suyono Sosrodarsono and Kansaku Takeda, Editor, 1977. Bendungan Type Urugan.
PT Pradnya Paramita Jakarta, 1977
USBR 1973, Design of Small Dams, U.S. Department of the Interior, Bureau of
Reclamation.
USBR (1984), Seepage Analyses Using The Boundary Element Method, US.
Department of the Interior, Bureau of Reclamation, Engineering and Research
Center, Denver CO., May 1984.
GLOSARIUM
Muka Air Waduk Maksimum : Elevasi muka air yang diijinkan dan
ditentukan terhadap tinggi jagaan minimal
yang telah disepakati
Muka Air Waduk Minimum : Elevasi muka air waduk yang merupakan
puncak permukaan air pada kapasitas
konservasi inaktif
Muka Air Waduk Normal : Elevasi muka air waduk pada kondisi
eksploitasi normal dan merupakan puncak
permukaan air pada kapasitas koservasi
aktif
KUNCI JAWABAN
2. Apakah yang mendasari adanya 2 (dua) tipe kondisi air tanah yang
sering dijumpai di lapangan (Unconfined dan Confined)?
Jawaban:
Kedua kondisi ditentukan berdasarkan perubahan tinggi tekanan yang
terjadi dalam suatu sumur (well), lubang bor atau sumur uji (test pit).
3. Jelaskan metode sederhana yang dapat kita lakukan jika informasi terkait
rembesan yang terjadi sangat terbatas!
Jawaban:
Bila informasi terkait rembesan sangat terbatas,sketsa sederhana flownet
dapat digunakan walau berdasarkan asumsi yang masih kasar.