Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

INSTRUMENTASI MONITORING GEOTEKNIK UNTUK PENGAWASAN


KEAMANAN BENDUNGAN SAGULING
(Sub Tema : Geology and Dams)

PENULIS :
Ridan Bramantya
M. Rio Ghulam Surapradja

UNIT PEMBANGKITAN SAGULING


PT. INDONESIA POWER
2017

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ......................................................................................................................... 2


DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................. 2
ABSTRAK............................................................................................................................. 3
PENDAHULUAN ................................................................................................................. 4
LATAR BELAKANG ........................................................................................................... 5
2.1 Monitoring Geoteknik .................................................................................................. 5
2.2 Manfaat Monitoring ..................................................................................................... 5
2.3 Instrumentasi Monitoring Geoteknik ........................................................................... 6
PEMBAHASAN .................................................................................................................... 7
3.1 Pneumatic Piezometer .................................................................................................. 7
3.2 Stand Pipe Piezometer ................................................................................................. 7
3.3 Pneumatic Pressure Cell (Soil Stress Meter) ............................................................... 7
3.4 Pengukuran Rembesan ................................................................................................. 7
3.5 Horizontal Displacement Meter ................................................................................... 8
3.6 USBR Crossarm Type Settlement Meter ..................................................................... 8
3.7 Fluid Level Type Settlement Meter ............................................................................. 8
3.8 Survey Stages (Titik Survey) ....................................................................................... 8
3.9 Seismograf ................................................................................................................... 8
3.10 Hasil pengukuran secara umum ................................................................................. 8
KESIMPULAN ................................................................................................................... 10

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 : Peta Lokasi Monitoring Geoteknik Dam dan Sekitarnya…………………….6


Gambar 3.1 : Bendungan Saguling………………………………………………………….9

2
ABSTRAK

Bendungan Saguling yang dibangun di aliran Sungai Citarum adalah suatu


bendungan urugan dengan inti kedap air di bagian tengahnya (center core rockfill dam).
Bendungan sepanjang 301.4 meter dan setinggi 99 meter ini merupakan bagian dari
pembangunan sistem Pusat Listrik Tenaga Air Saguling yang pembangunannya selesai
pada akhir 1984 dan dimulai penggenangan pada Februari 1985.
Keruntuhan (failure) suatu bendungan biasanya melalui suatu proses yang sangat
kompleks yang biasanya dimulai dari perilaku yang tidak normal yang tidak ditemukan
sebelumnya. Dalam rangka mendeteksi dan mencegah kejadian tersebut maka Direktur
Jendral Sumber Daya Air mengeluarkan SK nomor 199/KPTS/D/2003 tentang pedoman
operasi, pemeliharaan dan pengamatan bendungan. Sebagai upaya untuk menyamakan
persepsi menuju standarisasi panduan mengenai operasi, pemeliharaan, pengamatan, dan
pemantauan bendungan. Yang menjadi dasar bagi Bendungan Saguling untuk mematuhi
kebijakan tersebut.
Divisi Monitoring Geoteknik, Hidrologi Waduk adalah divisi khusus dari UP
Saguling yang bertugas melaksanakan monitoring Bendungan. Monitoring geoteknik
adalah salah satu kegiatan monitoring yang rutin dilakukan untuk mengamati keamanan
bendungan dan struktur pelengkapnya.
Alat monitoring yang terpasang pada bendungan Saguling adalah Pneumatic
Piezometer, Stand pipe piezometer, Pneumatic Pressure Cell (Soil Stress Meter),
Pengukuran Rembesan (Water Leakage), Horizontal Displacement Meter, USBR Crossarm
Type Settlement Meter, Fluid Level Type Settlement Meter dan Survey Stages (titik
monitoring survey)
Hasil pengukuran periodik yang dilakukan secara umum menunjukkan bahwa
Bendungan dalam kondisi baik dan berfungsi sebagaimana mestinya. Namun perlu
digarisbawahi bahwa beberapa alat monitoring yang vital tidak bisa diukur diakibatkan
kerusakan pada alat pembacaan maupun titik pengamatannya. Mengingat alat monitoring
yang ada ditanam di tubuh bendung sehingga tidak memungkinkan untuk melakukan
perbaikan atau penggantian alat serupa. Alat monitoring lainnya juga masih diukur
menggunakan metode manual dan perlu dijaga keberadaannya supaya dapat terus

3
digunakan untuk memonitoring keadaan fisik bendungan Saguling. Inovasi terus dilakukan
dalam rangka perbaikan untuk mendapatkan hasil pengukuran yang akurat dan mendekati
keaadan sebenarnya di lapangan.

BAB I

PENDAHULUAN

Bendungan terutama bendungan besar berikut waduknya, disamping memiliki


potensi manfaat yang besar juga menyimpan potensi bahaya terhadap keselamatan umum
disebabkan tinggi dan jumlah air yang ditahannya. Sebagaimana disebutkan dalam
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat nomor 27/PRT/M/2015,
pasal 2 dinyatakan bahwa Pembangunan Bendungan dan Pengelolaannya dilaksanakan
berdasarkan pada Konsepsi Keamanan Bendungan yang terdiri dari 3 pilar, yaitu (a)
keamanan struktur berupa aman terhadap kegagalan stuktural, aman terhadap kegagalan
hidraulis, dan aman terhadap kegagalan rembesan (b) operasi, pemeliharaan dan
pemantauan dan (c) kesiapsiagaan tindak darurat.
Keruntuhan (failure) suatu bendungan biasanya melalui suatu proses yang sangat
kompleks yang biasanya dimulai dari perilaku yang tidak normal yang tidak ditemukan
sebelumnya. Dalam rangka mendeteksi dan mencegah kejadian tersebut maka Direktur
Jendral Sumber Daya Air mengeluarkan SK nomor 199/KPTS/D/2003 tentang pedoman
operasi, pemeliharaan dan pengamatan bendungan. Sebagai upaya untuk menyamakan
persepsi menuju standarisasi panduan mengenai operasi, pemeliharaan, pengamatan, dan
pemantauan bendungan. Yang menjadi dasar bagi Bendungan Saguling untuk mematuhi
kebijakan tersebut.
Bendungan Saguling yang dibangun di aliran Sungai Citarum adalah suatu
bendungan urugan dengan inti kedap air di bagian tengahnya (center core rockfill dam).
Bendungan sepanjang 301.4 meter dan setinggi 99 meter ini merupakan bagian dari
pembangunan sistem Pusat Listrik Tenaga Air Saguling yang pembangunannya selesai
pada akhir 1984 dan dimulai penggenangan pada Februari 1985. Waduk Saguling
merupakan bendungan teratas dari waduk kaskade Citarum bersama waduk Cirata dan
Jatiluhur. Bendungan Saguling merupakan salah satu bendungan yang telah dilengkapi
dengan instrumentasi guna memonitor perilaku tubuh bendungan baik selama masa
konstruksi maupun setelah selesai pembangunannya. Salah satu monitoring yang rutin
dilakukan adalah monitoring geoteknik. Instrumen geoteknik yang tersebar di titik-titik

4
penting pada bendungan dipantau secara rutin untuk mengetahui kondisi keamanan
bendungan untuk memastikan bendungan dapat beroperasi dengan optimal dan
menghindari bahaya sedini mungkin.

BAB II

LATAR BELAKANG

2.1 Monitoring Geoteknik


Divisi Monitoring Geoteknik, Hidrologi Waduk adalah divisi khusus dari UP
Saguling yang bertugas melaksanakan monitoring Bendungan. Monitoring geoteknik
adalah salah satu kegiatan monitoring yang rutin dilakukan untuk mengamati keamanan
bendungan dan struktur pelengkapnya. Konstruksi bendungan dapat dikatakan aman jika
perilaku yang terjadi baik sebelum dibebani dan setelah dibebani masih dalam batas
toleransi faktor keamanan (safety factor) yang disyaratkan. Faktor keamanan geoteknik
meliputi aman terhadap pergeseran (sliding), kemungkinan guling (overtunning), dan aman
terhadap gaya-gaya yang bekerja atau daya dukung (bearing capacity) dan lainnya.
Monitoring keamanan bendungan dapat dibagi menjadi dua periode yaitu pada saat
pelaksanaan konstruksi. Pada saat ini instrumentasi menjadi sumber informasi untuk
pengecekan terhadap anggapan-anggapan (asumsi) yang dipakai dalam perencanaan.
Informasi ini menjadi dasar untuk melakukan perbaikan terhadap perencanaan jauh
menyimpang dari kenyataan yang teramati di lapangan. Periode kedua adalah saat
pembangunan telah selesai (masa operasi). Pada saat ini instrumentasi akan memberikan
data yang sangat berharga sehubungan dengan masalah keamanan bendungan. Keruntuhan
bendungan urugan, kecuali yang diakibatkan oleh pelimpasan air melalui mercu bendung
(overtopping) dan peristiwa tidak terduga lain misal aktivitas kegempaan, hampir selalu
didahului oleh gejala seperti peningkatan laju deformasi, retakan, rembesan (leakage) yang
besar dan mengandung material gerusan, peningkatan tekanan air pori. Parameter ini dapat
diamati dengan kegiatan monitoring yang didukung peralatan dan instrument memadai dan
hasil data yang valid dan kontinyu.

2.2 Manfaat Monitoring


Manfaat yang dapat diambil dari hasil monitoring instrumentasi meliputi :

5
- Manfaat pokok yang berkaitan langsung dengan keamanan bendungan
- Manfaat tambahan yang sangat berharga bagi profesi engineering, yakni menjadi
sumber informasi dan pengetahuan bagi perkembangan konsep di masa
mendatang.

2.3 Instrumentasi Monitoring Geoteknik


Peta alat monitoring yang terpasang pada area waduk Saguling dapat dilihat pada
gambar 2.1 dibawah.

Gambar 2.1 : Peta Lokasi Monitoring Geoteknik Dam dan Sekitarnya

Alat monitoring yang terpasang pada bendungan Saguling adalah sebagai berikut :
- Pneumatic Piezometer
- Stand pipe piezometer
- Pneumatic Pressure Cell (Soil Stress Meter)
- Pengukuran Rembesan (Water Leakage)
- Horizontal Displacement Meter
- USBR Crossarm Type Settlement Meter
- Fluid Level Type Settlement Meter

6
- Survey Stages (titik monitoring survey)
- Seismograph
Instumentasi yang terpasang umumnya dibuat pada masa konstruksi sehingga masih
menggunakan teknologi lama. Seiring waktu beberapa pengamatan di beberapa titik tidak
dapat dilakukan dikarenakan instrumen maupun titik pengamatan rusak.
BAB III

PEMBAHASAN

Secara singkat, alat instrumentasi monitoring bendungan yang terpasang pada


bendungan Saguling dapat dijelaskan sebagai berikut :

3.1 Pneumatic Piezometer


Berupa dial gauge yang berfungsi mengukur tekanan air pori yang terjadi didalam
tubuh bendungan selama konstruksi maupun operasi. Dikalkulasikan bersama pengkuran
soil stress meter sehingga didapat tegangan efektif disamping tegangan total yang terjadi
pada tubuh bendungan urugan.

3.2 Stand Pipe Piezometer


Merupakan bentuk sederhana dari Manometer berupa lubang pengamatan dibuat
menembus batuan pondasi tubuh bendungan. Tekanan cairan statis yang teradi dapat
diukur dari alat ini. Semakin tinggi muka air pada pembacaan piezometer menandakan
tekanan air yang terjadi pada pondasi semakin besar, dan sebaliknya.

3.3 Pneumatic Pressure Cell (Soil Stress Meter)


Berupa jaringan pressure cell yang ditanam pada titik tertentu di tubuh bendungan
dan diukur memanfaatkan tekanan balik nitrogen yang dipompakan dan diukur besar
tekanannya. Dari pembacaan soil stress meter dapat diketahui perilaku rembesan yang
terjadi pada tubuh bendungan.

3.4 Pengukuran Rembesan


Rembesan yang terjadi pada tubuh bendung diarahkan sedemikian rupa sehingga bisa
menjadi sumber data yang penting. Menggunakan V notch dapat diukur besaran rembesan
yang terjadi. Bendungan dapat dikatakan aman jika belum melewati batas maksimum

7
bocoran, dan bocoran yang terjadi jernih tanpa membawa material yang menjadi indikasi
bahaya piping.

3.5 Horizontal Displacement Meter


Berfungsi untuk mengamati deformasi yang terjadi pada tubuh bendungan terhadap
arah horizontal upstream dan downstream. Terdapat di dua elevasi yaitu pada elevasi 625
dan 650 di downstream bendungan Saguling.

3.6 USBR Crossarm Type Settlement Meter


Alat ini dipasang pada elevasi 625 di downstream shell dan elevasi 650.50 di puncak
bendungan. Dimaksudkan untuk mendeteksi penurunan (settlement) yang terjadi pada
kedalaman tertentu. Pengukuran dilakukan selama pelaksanaan penimbunan hingga masa
operasi bendungan

3.7 Fluid Level Type Settlement Meter


Disamping USBR Crossarm Type Settlement Meter. Pada titik yang sama dengan
Horizontal Displacement Meter dimaksudkan untuk mengamati distribusi penurunan yang
terjadi pada beberapa titik di jalur mendatar.

3.8 Survey Stages (Titik Survey)


Deformasi yang terjadi pada tubuh bendungan dapat diamati dengan survey pada
permukaan tubuh bendungan. Perubahan horizontal yang terjadi pada titik-titik survey
dapat menunjukkan hasil pengukuran yang terjadi apakah deformasi yang terjadi masih
masuk dalam batas aman.

3.9 Seismograf
Seismograf dipasang pada gallery didalam tubuh bendungan Saguling untuk
mengetahui besaran gempa yang mungkin berpengaruh terhadap keamanan tubuh
bendungan.

3.10 Hasil pengukuran secara umum


Hasil pengukuran dari seluruh alat ini menunjukkan bahwa deformasi yang terjadi
pada tubuh bendungan masih masuk dalam batas wajar. Sebagai contoh terjadinya

8
perbedaan penurunan tubuh bendung dengan jembatan spillway adalah wajar dikarenakan
material penyusun yang berbeda seperti bisa dilihat pada gambar 3.1 dibawah. Bendungan
disusun dari urugan batu sedangkan spillway beserta jembatannya merupakan konstruksi
beton. Hal ini tentu tetap menjadi perhatian kami dengan terus menjaga kondisi bendungan
Saguling baik dengan pengamatan terus menerus serta tindakan pencegahan seperti
pelarangan kendaraan roda empat dan lebih untuk melintasi tubuh bendungan (terkecuali
untuk keperluan teknis terkait operasional bendungan). Dan menjaga kondisi tinggi muka
air supaya sesuai dengan yang disyaratkan pada desain bendungan.

Gambar 3.1 : Bendungan Saguling

Perlu digarisbawahi bahwa beberapa alat monitoring yang vital tidak bisa diukur
diakibatkan kerusakan pada alat pembacaan maupun titik pengamatannya. Mengingat alat
monitoring yang ada ditanam di tubuh bendung sehingga tidak memungkinkan untuk
melakukan perbaikan atau penggantian alat serupa. Alat monitoring lainnya juga masih
diukur menggunakan metode manual dan perlu dijaga keberadaannya supaya dapat terus
digunakan untuk memonitoring keadaan fisik bendungan Saguling. Inovasi terus dilakukan
dalam rangka perbaikan untuk mendapatkan hasil pengukuran yang akurat dan mendekati
keaadan sebenarnya di lapangan.

9
BAB IV

KESIMPULAN

Dari beberapa tulisan diatas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :


- Secara umum perilaku bendungan Saguling dalam kondisi baik berdasarkan hasil
pengamatan dari instrumentasi monitoring yang terpasang
- Keamanan bendungan adalah persoalan yang rumit. Pemeriksaan keamanan bendungan
yang mendekati kondisi sebenarnya di lapangan hanya mungkin dilakukan jika
parameter seperti deformasi, tegangan, tekanan pori dan rembesan memiliki data yang
valid dan lengkap. Disamping itu, pengamatan visual terhadap kondisi lapangan akan
sangat membantu.
- Untuk memperkirakan kemungkinan adanya gejala-gejala yang membahayakan
keamanan bendungan dan untuk mengetahui penyebab terjadinya gejala tersebut maka
perlu dilakukan intreprestasi hasil-hasil monitoring secara cermat dan komprehensif.
Interprestasi ini memerlukan suatu tim yang terdiri dari berbagai disiplin ilmu (geologi,
geoteknik, teknik sipil) terutama dari mereka yang memahami latar belakang desain
dan perkembangan bendungan Saguling itu sendiri.
- Instrumentasi monitoring pada bendungan Saguling terpasang dengan lengkap dan
menyeluruh untuk mengamati keadaan bendungan sejak masa konstruksi sampai saat
ini.
- Perlu dilakukan inovasi pada alat monitoring baik dari segi alat, metode pengukuran
dan metode pengolahan data untuk mendapatkan hasil pengukuran yang akurat. Alat
alat yang rusak dapat pula digantikan dengan alat dengan teknologi baru yang memiliki
fungsi serupa.

10

Anda mungkin juga menyukai