BANGUNAN AIR
DERMAGA RIG
BENDUNGAN
JETTY BREAKWATER
BENDUNG
KRIB
POLDER
GROIN
KRIB
Pertemuan ke 3 SP
JENIS BANGUNAN AIR MENURUT
FUNGSINYA
BANGUNAN KOMERSIAL
Pertemuan ke 3 SP
BANGUNAN KONSERVASI
Pertemuan ke 3 SP
PERMASALAHAN DI SUNGAI
Pertemuan ke 3 SP
Estuary
Secara Geomorphologis
Tempat masuk air laut sejauh pasang
Secara Oceanografis
Pasu setengah tertutup didaerah pantai (semi enclosed
coastal body of water) yang masih dipengaruhi oleh air laut
Jadi estuary adalah tempat pencampuran air tawar dan
air laut.
Pertemuan ke 3 SP
PENANGANAN PERMASALAHAN PANTAI
Pertemuan ke 3 SP
Jetty mempunyai dua pengertian
yaitu:
Di Amirika
Jetty (= training jetty) adalah struktur yang dibangun menjorok
ke laut untuk mengarahkan dan membatasi arus yang berasal
dari sungai atau yang disebabkan oleh arus pasut sehingga
kecepatan arus tersebut masih cukup kuat untuk mencegah
pendangkalan. Supaya pemakaian jetty sebagai bangunan
pengarah aliran dapat efektif, maka ujung jetty harus
mencapai gelombang pecah (breaker zone)
Inggris
Jetty (= Pier) adalah struktur dermaga yang dibuat menjorok ke laut sehingga
ketiga sisinya dapat dimanfaatkan sebagai fasilitas untuk bongkar muat dan
berlabuh kapal
Pertemuan ke 3 SP
Konservasi Lahan
Sarana Konservasi termasuk
Pengendali erosi, pengendali
sedimen dan peningkatan peresapan
dimaksudkan untuk mengurangi laju
erosi, sedimentasi dan penambahan
air yang masuk ke dalam tanah
Pertemuan ke 3 SP
Cara
Vegetatif Kimiawi Teknis mekanis
Bangunan Air
Teknik Mekanis
Pertemuan ke 3 SP
Teras Gulud
Guluda
n
Guluda
n
2-3 m
Teras gulud adalah teras yang berbentuk pematang, dibuat melintang lereng
lahan, sejajar dari atas ke bawah dengan kemiringan 0,1% kearah saluran
pembuang alam.
Sasaran teras guludan adalah tanah yang mempunyai kemiringan 10 45%
dan ditujukan untuk mencegah hilangnya tanah serta menahan laju run off.
Pertemuan ke 3 SP
Teras Bangku
Tanah
galian
Tanah
timbunan
Teras bangku adalah teras yang merupakan bidang datar atau hampir datar
dan bidang kemiringan ke sebelah dalam + 3%. Bidang tersebut dibatasi
oleh bidang tegak/talud dengan kemiringan 2:1. Pada tepi teras dibuat
pematang dengan lebar + 15 cm, tinggi + 20 cm. Bidang olah kearah
saluran dibuat miring 0,1 %
Pertemuan ke 3 SP
Teras Saluran
Pertemuan ke 3 SP
Teras Datar
Teras datar pada prinsipnya sama dengan
teras bangku dengan bidang tanam datar dan
tanpa teras saluran. Teras ini dibuat dengan
cara cut and fill yang seimbang dan pada
umumnya untuk daerah dengan curah hujan
tidak terlalu besar.
Keuntungan teras ini adalah memungkinkan
air yang meresap kedalam tanah lebih besar.
Pertemuan ke 3 SP
Analisa Teras
Misal luas teras A, Intensitas curah hujan I T
dengan methode Rational dapat dituliskan sbb
Q = ..A.IT
Dimana
Q = Debit aliran.
= Koefisien pengaliran harganya 1 (satu)
karena teras merupakan bidang resapan
= Koefisien distribusi hujan harganya 1 (satu)
karena setiap teras merupakan bangunan terpisah
Pertemuan ke 3 SP
Hukum Darcy
Q = K. i. A
Dimana
Q = Debit yang meresap kedalam tanah
K = Koefisien permeabilitas
i = Gradien hidraulik
A = Luas teras.
Pertemuan ke 3 SP
Hukum Lane dan Muntz
Muntz dan Lane dalam Kovacs (1961), membuat percobaan pengukuran
permeabilitas tanah dengan double ring infiltrometer dan menyimpulkan
bahwa hydraulik gradien sama dengan satu.
Ho
Muka Tanah
H H1
Muka Air Tanah
Gambar Pengukuran
Permeabilitas
Pertemuan ke 3 SP
Dari gambar diatas dapat
diketahui
Jarak lintasan = H1
Tinggi tekanan = Ho
Hidraulik gradien (i) = tinggi tekanan dibagi jarak
= H/H1 maka
Q = K. i. A
V = K. i = K.H/H1 = K(Ho + H1)/H1
Ho sangat kecil dibanding H maka harga (Ho)
diabaikan sehingga V = K
Pada umumnya teras dibuat secara bertingkat sehingga
debit yang masuk kedalam tanah sangat mungkin ditambah
dari teras diatasnya. Pertemuan ke 3 SP
Teras menampung air dari luasan
sendiri
Debit Air masuk Qi = ..A.IT = A IT
Volume air masuk Vi = A IT T
Debit air keluar Qo = K. i. A = K.A
Volume Air keluar Vo = K.A.T
Dengan mendasarkan pada hukum keseimbangan air, volume air
tergenang di teras adalah volume air masuk dikurangi volume air
keluar (meresap) maka :
A.H = A.IT.T K.A.T
H = IT.T K.T
Dimana H adalah tinggi air dalam teras atau tinggi efektif guludan.
Pertemuan ke 3 SP
Saluran Pembuang Air
Pertemuan ke 3 SP
Hill Side Ditches
Pengendali tebing
Hill Side Ditches (pengendali tebing) adalah bangunan konservasi tanah yang
dibuat pada lereng/tebing yang curam seperti pada teras dan memotong
tebing sehingga terjadi saluran air. Saluran tersebut menahan aliran
permukaan dan selanjutnya mengalirkan secara aman ke saluran alam/buatan
yang telah ada.
Untuk mengurangi erosi pada alur buatan, maka perlu ditanami rumput-
rumputan dan cover crop.
Pertemuan ke 3 SP
Pengendali Sedimen
1. Chek Dam
2. Dam
3. Kanalisasi dsb
Pertemuan ke 3 SP
Contoh Bangunan Chekdam
Tangga
Subda
m
Mercu
Subda
m
Pertemuan ke 3 SP
Dasar Pemikiran Penggunaan CD
Pertemuan ke 3 SP
Fungsi chek dam
1. Menampung sebagian angkutan sedimen dalam
suatu kolam penampung
2. Mengatur jumlah sedimen yang bergerak secara
fluvial dalam kepekaan yang tinggi, sehingga
jumlah sedimen yang meluap kehilir tidak
berlebihan. Dengan demikian besarnya sedimen
yang masuk akan seimbang dengan daya angkut
aliran air sungainya. Sehingga sedimentasi pada
lepas pengendapan terhindarkan.
3. Membentuk suatu kemiringan dasar alur sungai
baru pada alur sungai hulu.
Pertemuan ke 3 SP
Main Dam
Perbedaan dengan bendung biasa bahwa Chek Dam
disini adanya gaya akibat tumbukan aliran Debris
Formula F = 0,153 H. V2
P = 48,2 Vs1,2.R2 D-1
Dimana
F = Gaya tekanan
H = Tinggi aliran debris
P = Gaya tumbukan oleh batu-batuan
Vs = Kecepatan aliran debris
R = Jari-jari hidraulik
D = Berat volume Dam
Pertemuan ke 3 SP
Urutan Perencanaan Chek Dam
1. Perencanaan Peluap, letak arah, lebar dan dalam
2. Perencanaan Main Dam. Tebal mercu, Tinggi,
Penampang Melintang dan Stabilitas
3. Perencanaan Fondasi. Daya dukung, geser, piping,
rembesan
4. Perencanaan Sayap, Tebal, Tinggi dan pondasi
5. Perencanaan Sub Dam dan Lantai, Jarak dan tinggi,
tebal lantai, ruang olakan
6. Perencanaan Bangunan pelengkap lainnya seperti
kanalisasi.
Pertemuan ke 3 SP
Sket Penampang Chek Dam
Pertemuan ke 3 SP
Perencanaan Peluap
Q = 2m2. 2/15 . C (2g).(3 B1 + 2 B 2 )H3/2
Dimana
Q = Debit rencana
C = Koefisien debit (0,60 0,68)
g = Gravitasi bumi
B1 = Lebar bagian bawah
B2 = Lebar bagian atas
H = Tinggi air diatas peluap
m2 = Kemiringan tepi peluap
Jika m2= 0,5
C = 0,60
Q = (0,71 H +1,77 B 1 )H3/2
Pertemuan ke 3 SP
Lebar Pelimpah (B1)
Luas DAS
A 1 23
1 < A 10 24
10 < A 100 35
A > 100 36
SP Pertemuan ke 3
Perencanaan Tubuh Pelimpah/Main
Dam
Penampang Main Dam
SP Pertemuan ke 3
Kemiringan badan Main Dam dihulu
1: m
Kemiringan hilir maindam
tergantung daei tinggi
maindam.Hal ini disesuaikan
dengan ketentuan kreteriaa
bangunan besar yaitu
Untuk H < 15 m
Untuk H>15 m
SP Pertemuan ke 3
Untuk H < 15 m
b1
H = c/w
c = Berat volume bahan
h3 Chekdam
w = Berat volume Air ( 1
H s/d 1,2 ton/m3)
SP Pertemuan ke 3
Untuk H > 15 m
1 1 2 m
2 2 2
2 n 1 1 n( ) 2 m
2
Pertemuan ke 3 SP
Lebar Mercu
Pertemuan ke 3 SP
Lebar mercu
VSTC dan JICA mengadakan experimen dan mendapatkan
hubungan antara tebal mercu VS Material
Stabilitas
Tinggi Dam Keadaan Biasa Keadaan Banjir
H (termasuk gempa) (keadaan air tinggi)
H < 15 m - W,P
H > 15 m W,P,Pe,I,U,Pd W,P,Pe,U
W = Berat sendiri P = Tekanan air statik
Pe = Tekanan Sedimen U = Gaya angkat
I = Gaya enersi
SP Pertemuan ke 3
Untuk H < 15 m
b1
H = c/w
c = Berat volume bahan
h3 Chekdam
w = Berat volume Air ( 1
H s/d 1,2 ton/m3)
SP Pertemuan ke 3
Untuk H > 15 m
1 1 2 m
2 2 2
2 n 1 1 n( ) 2 m
2
= s/w
=hc/H
=h2/H
s =Berat volume sedimen dalam air
w =Berat volume air (1,0 t/m3) untuk H>15 m diambil 1,0
Pertemuan ke 3 SP
Perencanaan Pondasi
Qu (t/m2) F Catatan
Klasifikasi Pondasi Daya Dukung Koefisen Uji desak Nilai
tanah geser N
2
Batuan Batuan keras sedikit retak 100 0,70 >1000 t/m -
2
Dasar Batuan keras banyak retak 60 0,70 >1000 t/m -
Batuan lunak Mudstone 30 0,70 >100 t/m2 -
Lapis Kompak 60 0,60 - -
Kerikil Tidak kompak 30 0,60 - -
Lapis Kompak 30 0,60 - 30-50
Pasir Tidak kompak 20 0,50 - 15-30
2
Lapis Keras 10 0,45 10-20 t/m 8-15
2
Tanah Kurang keras 5 - 5-10 t/m 4-8
2
Liat Sangat keras 20 0,50 20-40 t/m 15-30
Pertemuan ke 3 SP
Cek Dam di DAS Waduk Mrica
Pertemuan ke 3 SP
Cekdam Mungkung
Pertemuan ke 3 SP
Proses Kehancuran
Mengelupas
Pertemuan ke 3 SP
Perencanaan Sub Dam
Pada umumnya sub dam dan lantai dapat dipakai
bersama-sama atau sendiri-sendiri tergantung
dari
Sub Dam dengan
Lantai.
Lantai dan Tembok
Kontruksi ini disarankan bila:
Dam yang tinggi. sayap
Debit agak kasar. Konstruksi ini disarankan bila:
Sub Dam tanpa Lantai. Dam rendah.
Konstruksi ini disarankan untuk. Debit kecil.
Debit tidak terlalu besar.
Dam tidak terlalu tinggi. Tanah pondasi terdiri dari pasir dan
Tanah pondasi terdiri dari batuan kerikil.
keras.
Pertemuan ke 3 SP
Dengan analisa hidrolika
L = Lw + X + b2
dimana
Lw = Panjang terjunan =Vo{2(H+0,5h)/g}0.5
Vo = qo/h
X = panjang loncatan air = *h2
b2 = lebar puncak subdam
= diambil (4,5 s/d 5,00)
Pertemuan ke 3 SP
Panjang Loncatan Air
h2 = 1/2 h1(1+8FR2)0.5-1)
Dimana
h2 = tinggi air diatas pelimpah subdam
h1 = tinggi air pada titik jatuh = q1/v1
FR = v1/(gh)0.5
Tebal mercu = sama tebal maindam
Pertemuan ke 3 SP
Dimensi Subdam
Hsb = (1/3-1/4) H + d
Hsb = tinggi subdam dari lantai
H = tinggi main dam
d = kedalaman pondasi subdam=
Pertemuan ke 3 SP
Tebal lantai (T) tergantung
dari besar gaya tumbukan yang
terjadi akibat adanya Main
Dam.
Bila tidak ada kolam olak
T = 0,2 (0,60. H1 + 3 H3- 1)
Pertemuan ke 3 SP
Perencanaan Pondasi
Kedalaman Pondasi ditentukan dengan
d = 1/3 * (Heff +h)
Heff = tinggi efektif Maindam
h = tinggi air banjir
Pertemuan ke 3 SP
Kedalaman Gerusan
Pertemuan ke 3 SP
Rumus Kedalaman Gerusan
Menurut Lacey
T = 0,473(Q/A)0,33
Menurut Schoklist
T = 0.457(H0,2x q0,5)/D900,32 - d
Dimana
Q = debit yang lewat diatas mercu
B = lebar subdam
q = Q/B
Pertemuan ke 3 SP
Menurut Ir Schrau Vendijk
Pertemuan ke 3 SP
Dari uji laboratorium VSTC
H+h Kedalaman Maksimum gerusan Lokal (m)
(m) D50 = 0,750 D50 = 0,500 D50 = 0,250 D50 = 0,125 D50 = 0,075
5,00 0,04 0,03 0,12 0,17 0,70
5,20 0,06 0,05 0,17 0,27 0,83
5,40 0,07 0,07 0,21 0,38 0,95
5,60 0,09 0,09 0,25 0,46 1,07
5,80 0,10 0,10 0,29 0,55 1,18
6,00 0,11 0,12 0,33 0,63 1,29
6,20 0,12 0,14 0,37 0,72 1,39
6,40 0,13 0,15 0,40 0,80 1,49
6,60 0,15 0,17 0,44 0,88 1,59
6,80 0,16 0,19 0,47 0,95 1,69
7,00 0,17 0,20 0,51 1,03 1,78
7,20 0,18 0,21 0,54 1,10 1,87
7,40 0,19 0,23 0,57 1,17 1,96
7,60 0,20 0,24 0,60 1,24 2,05
7,80 0,21 0,26 0,63 1,30 2,13
8,00 0,22 0,27 0,66 1,37 2,21
8,20 0,22 0,28 0,69 1,43 2,29
8,40 0,23 0,29 0,71 1,55 2,44
8,60 0,24 0,31 0,74 1,55 2,44
8,80 0,25 0,32 0,77 1,61 2,52
9,00 0,26 0,33 0,79 1,67 2,59
9,20 0,27 0,34 0,82 1,72 2,68
9,40 0,27 0,35 0,84 1,78 2,73
9,60 0,28 0,36 0,87 1,83 2,80
9,80 0,29 0,37 0,89 1,88 2,86
10,00 0,30 0,38 0,91 1,94 2,93
10,20 0,30 0,39 0,94 1,99 2,99
10,40 0,31 0,40 0,96 2,04 3,05
10,60 0,32 0,41 0,98 2,08 3,11
10,80 0,32 0,42 1,00 2,13 3,17
11,00 0,33 0,43 1,02 2,18 3,23
11,20 0,34 0,44 1,04 2,22 3,29
11,40 0,34 0,45 1,06 2,27 3,35
11,60 0,35 0,46 1,08 2,31 3,40
11,80 0,36 0,47 1,10 2,36 3,45
12,00 0,36 0,48 1,12 2,40 3,51
Pertemuan ke 3 SP
Kanalisasi
Pertemuan ke 3 SP
Pertemuan ke 3 SP
Pertemuan ke 3 SP