1. Umum
Pemerintah Republik Indonesia meakukan program percepatan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi,
salah satu program adalah pelaksanaan swasembada pangan yang berkaitan dengan percepatan
pembangunan bendungan untuk irigasi sawah.
Menjawab program akselerasi pembangunan bendungan untuk pertanian dan kedaulatan pangan tersebut,
BBWS Pemali Juana mengaktifkan kembali kajian rencana yang telah vakum selama beberapa tahun, salah
satunya Bendungan Dolok.
PT Caturbina Guna Persada mendapatkan tugas untuk melaksanakan Feasibility Study dan Basic Desain
Bendungan Dolok berdasarkan kontrak no KU.03.01-Ao.6.2/PERPROG-BBWSPJ/KNT/14 tanggal 17 April
2015.
Kajian terkait Bendungan Dolok telah muncul dalam Jratunseluna Basin Development Plan yang
dilaksanakan oleh konsultan NEDECO pada tahun 1971.
Salah satu skema pengembangan dan penyelesaian masalah keairan di wilayah Jratunseluna adalah
bendungan Dolok.
Pada tahun 1980 dilakukan Jratunseluna Basin Updated Development Plan oleh PRC Engineering
Consultant, Inc. Englewood, Colorado, U.S.A.
PRC menunjuk lokasi Alternatif 1 dan 2 untuk Bendungan Dolok. As alternative 1 dan 2 berada pada
alinemen yang sama, hanya berbeda ketinggian bendungan.
Pada tahun 1981 telah dilakukan kajian cukup mendalam terhadap geologi rencana bendungan Dolok
berdasarkan lokasi yang ditunjuk oleh Laporan Jratunseluna Basin Updated Development Plan oleh PRC
Engineering Consultant, Inc. Englewood, Colorado, U.S.A..
Investigasi dilakukan oleh Direktorat Penyelidikan Masalah Air (DPMA) Bandung, meliputi :
Pada tahun 1982 dilakukan kajian mengenai Sedimentasi dan Kualitas Air di Kali Tuntang dan Kali Dolok
oleh Fakeknik Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Dilanjutkan dengan Survey Transportasi Sedimen dan
Efisiensi Jaringan Irigasi Dp Dolok Kanan pada tahun 1983 oleh institusi yang sama.
Pada tahun 1991, dilakukan pekerjaan Dolok Penggaron Drainage Design Project oleh DHV Consultans,
P.T Seecons, PT Buana Archicon.
DHV membuat alternatif lokasi bendungan dan menyebutnya sebagai Alternatif 3 dan 4. As bendungan
alternatif 3 dan 4 berada pada satu alinemen, hanya berbeda tinggi bendungannya. Lokasi alinemen
alterinatif 3 dan 4 berada di sekitar alternative 1-2. Perbedaannnya adalah konsep desain tata letak bangunan
dan tipe pelimpah.
4. Pemanfaatan Bendungan
Dipilihnya Bendungan Dolok untuk kembali dikaji didasarkan pada kondisi, antara lain :
Dengan berkembangnya wilayah Semarang Timur, kebutuhan air minum dan industry untuk kota
Semarang meningkat dan tidak tercukupi dari ketersediaan air yang ada saat ini.
Pengendalian banjir
Pariwisata
5 Elevasi MOL + 84 m + 84 m
6 Tipe bendungan Rockfill with clay core Rockfill with clay core
9 Kapasitas Pelimpah 900 m3/dt (1/2 PMF) 900 m3/dt (1/2 PMF)
Pada Laporan tahun 1991, konsultan DHV mengusulkan pergeseran as bendungan namun tidak terlalu jauh
bergeser dari as semula, hanya arah as dan layout bendungan dan bangunan pelengkapnya yang berubah.
Usulan alternatif disebut seabagai Alternatif 3 dan 4. Posisi as kedua alternatif ini sama, ketinggian
bendungan menjadi variable alternatif bendungan.
4 Elevasi FSL + 90 m + 93 m
5 Tipe bendungan Urugan batu dengan inti Urugan batu dengan inti
lempung lempung
12 Kapasitas Pelimpah 900 m3/dt (1/2 PMF) 900 m3/dt (1/2 PMF)
Berdasarkan sifat fisiknya batuan yang mendasari kolam waduk dipandang mempunyai kemampuan yang
baik sebagai penyimpan air.
Dari sifat fisik batuan yang mendasari kolam waduk, terdapat satu hal yang kurang menguntungkan yaitu
bahwa batuan tersebut mudah tererosi. Hal ini menyebabkan kemungkinan pendangkalan kolam waduk akan
terjadi mengingat kemampuan sungai-sungai dalam kolam waduk cukup besar untuk mengikis batuan yang
dilaluinya.
Struktur geologi yang berupa struktur sesar dan perlipatan mungkin akan dapat menyebabkan terjadinya
kebocoran air waduk. Struktur perlipatan yang dapat menyebabkan kebocoran adalah apabila bidang
perlapisannya miring ke luar dinding kolam waduk. Sedangkan struktur sesar yang menyebabkan keadaan
yang sama apabila memotong batas ketinggian air waduk.
Kestabilan kolam waduk akan terganggung mengingat bahwa batuan yang terdapat adalah napl dengan
sisipan batupasir yang mempunyai kekuatan yang berbeda. Apabila kemiringan lereng searah dengan
kemiringan perlapisan, bidang perlapisan ini dapat berfungsi sebagai bidang longsor. Sedang apabila
kemiringan lereng berlawanan dengan bidang perlapisan, maka Napal yang mudah lapuk akan mudah
tererosi akan menyebabkan batupasir menjadi menggantung dan menyebabkan terjadinya runtuhan batu.
Dari segi kekuatan, batugamping secara individu cukup baik (berkekuatan kuat sampai sangat kuat), akan
tetapi mengingat adanya bidang perlapisan yang merupakan bidang ketidakmenerusan, secara keseluruhan
akan mengurangi kekuatannya. Disamping itu adanya perselingan antara kalkarenit dengan batuan lempung
pada bagian bawah juga merupakan suatu ketidakmenerusan yang juga menyebabkan kekuratan berkurang.
Hal ini menimbulkan kekhawatiran terhadap kemungkinan terganggunya kestabilan pondasi bangunan
bendungan. Dikhawatirkan terjadi longsoran melalui bidang perlapisan apabila nantinya telah terjadi
pembebanan dengan adanya bendungan. Hal ini masih perlu diteliti lebih lanjut.
Ditemukannya struktur sesar pada bukit tumpuan rencana bendungan mungkin akan juga mengganggu
kestabilan bangunan bendungan apabila dikemudian hari terjadi pergerakan kembali melalui sesar tersebut
misalnya akibat gempa bumi. Disamping itu sesar yang ada perlu diwaspadai terhadap kemungkinan
kebocoran air waduk.
9. Geologi Pelimpah
Batuan yang ditemui di tempat ini adlaah lempung berwarna kelabu kehitaman sampai kecoklatan, lembek
merupakan tanah penutup, kemudian talus / rombakan lereng berupa kerakal batugamping, bersudut
tanggung berwarna putih kecoklatan, bercampur dengan tanah lempung putih muda kecoklatan gampingan,
lembek.
Selanjutnya ditemukan napal, berwarna putih muda kecoklatan lapuk sedang, berlapis sangat tebal, kekuatan
sangat lemah sampai lemah. Paritan Uji T-1 tidak menemukan batugamping karena kesulitan dalam
penggalian.
Keadaan geologi yang demikian tentunya masih menjadi suatu pertanyaan macam batuan apakah yang
ditemukan dalam penggalian rencana bangunan pelimpah nantinya. Oleh sebab itu masih diperlukan
penyelidikan yang lebih terperinci sehubungan dengan rencana pembuaatan pelimpah.
Keadaan geologi yang diketahui sebagaimana hal-nya dengan rencana poros bendungan adalah batuan
gamping.
Keadaan geologi yang patut mendapat perhatian antara lain adanya bidang perlapisan pada batuan tersebut
yang merupakan bidang ketidakmenerusan dan mngakibatkan berkurangnya kekuatan batuan. Dengan
berkurangnya kekuatan batuan, kemungkinan akan mengganggu terowongan baik pada saat pelaksanaan
maupun sesudah berfungsi.
Borrow area IA – desa Kedung Dolok seluas 3 ha sejauh 1 km, estimasi volume 50.000 m3.
Borrow area II – Desa Sendang seluas 2 ha, berjarak 3 km, estimasi volume 26.000 m3.
Borrow area III - desa Dawung seluas 1.5 ha berjarak 3 km, estimasi volume 25.000 m3.
Hasil investigasi menyimpulkan, material berupa tanah lempung yang tergolong inorganic clay of high
plasticity dengan simbul CH. Material berwarna coklat, dengan nilai rata-rata batas cair W1 80%. Material ini
masih bisa digunakan kecuali dari borrow area IA, perlu dipertimbangkan karena tanah dari borrow area
tersebut memiliki nilai batas cair rata-rata 97,99%.
A. Poin Positif
Morfologi baik
B. Poin Negatif