Anda di halaman 1dari 58

Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung

MODUL 03

MODUL KONSEPSI KEBIJAKAN EMBUNG

PELATIHAN PERENCANAAN EMBUNG

2017
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI

Balai Uji Coba Sistem Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi
Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya
pengembangan Modul Konsepsi Kebijakan Embung sebagai materi inti/substansi
dalam Pelatihan Perencanaan Embung. Modul ini disusun untuk memenuhi
kebutuhan kompetensi dasar Aparatur Sipil Negara (ASN) di bidang sumber daya
air.

Modul konsepsi kebijakan embung ini disusun dalam 3 (tiga) bagian yang terbagi
atas pendahuluan, materi pokok, dan penutup. Penyusunan modul yang
sistematis diharapkan mampu mempermudah peserta pelatihan dalam memahami
dan menerapkan Konsepsi Kebijakan Embung. Penekanan orientasi pembelajaran
pada modul ini lebih menonjolkan partisipasi aktif dari para peserta.

Akhirnya, ucapan terima kasih dan penghargaan kami sampaikan kepada Tim
Penyusun dan Narasumber, sehingga modul ini dapat diselesaikan dengan baik.
Penyempurnaan maupun perubahan modul di masa mendatang senantiasa
terbuka dan dimungkinkan mengingat akan perkembangan situasi, kebijakan dan
peraturan yang terus menerus terjadi. Semoga Modul ini dapat memberikan
manfaat bagi peningkatan kompetensi ASN di bidang SDA.

Bandung, November 2017


Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Sumber Daya Air dan Konstruksi

Ir. K. M. Arsyad, M.Sc.


NIP. 19670908 199103 1 006

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi


Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................ii
DAFTAR TABEL.....................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR..................................................................................................v
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL....................................................................vi
PENDAHULUAN......................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................1
B. Deskripsi Singkat............................................................................................2
C. Tujuan Pembelajaran......................................................................................2
D. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok..............................................................2
E. Estimasi Waktu...............................................................................................3
MATERI POKOK 1 GARIS BESAR PENGATURAN KEAMANAN BENDUNGAN
..................................................................................................................................4
1.1 Pertimbangan perlunya pengaturan............................................................4
1.2 Peraturan Perundang-undangan Lain yang Terkait....................................5
1.3 Maksud Tujuan Pengaturan Keamanan Bendungan..................................7
1.4 Lingkup Pengaturan Keamanan Bendungan..............................................7
1.5 Instansi Teknis Keamanan Bendungan.......................................................8
1.6 Izin dan Persetujuan Dalam Pembangunan dan Pengelolaan Bendungan 9
1.6.1 Izin dan Persetujuan Pada Tahap Persiapan Pembangunan..............9
1.6.2 Izin dan Persetujuan Dalam Rangka Keamanan Bendungan............11
1.7 Kewajiban Pemilik Bendungan Terkait dengan Keamanan Bendungan...13
1.8 Latihan.......................................................................................................15
1.9 Rangkuman................................................................................................15
MATERI POKOK 2 KONSEPSI KEAMANAN BENDUNGAN..............................16
2.1 Umum........................................................................................................16
2.2 Keamanan Strukur.....................................................................................17
2.2.1 Umum..................................................................................................17
2.2.2 Aman terhadap kegagalan struktural dan operasional.......................19
2.2.3 Aman Terhadap Kegagalan Hidrolik...................................................21
2.2.4 Aman terhadap Kegagalan Rembesan...............................................23

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi


Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung

2.3 Pemantauan dan Pemeliharaan................................................................26


2.3.1 Umum..................................................................................................26
2.3.2 Pengukuran dan Pembacaan instrument...........................................27
2.3.3 Pemeriksaan dan Inspeksi..................................................................29
2.3.4 Uji Operasi..........................................................................................30
2.4 Kesiapsiagaan Tanggap Darurat...............................................................32
2.4.1 Pertimbangan umum...........................................................................32
2.4.2 Strategi................................................................................................33
2.4.3 Persiapan............................................................................................37
2.5 Latihan.......................................................................................................38
2.6 Rangkuman................................................................................................39
PENUTUP...............................................................................................................40
A. Simpulan.......................................................................................................40
B. Tindak Lanjut.................................................................................................41
EVALUASI FORMATIF..........................................................................................42
A. Soal...............................................................................................................42
B. Umpan Balik dan Tindak Lanjut....................................................................44
DAFTAR PUSTAKA
GLOSARIUM
KUNCI JAWABAN

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi


Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1- Jenis kajian dan persetujuan serta izin keamanan bendungan11
Tabel 2.1- Persyaratan angka keamanan minimal untuk stabilitas lereng
bendungan urugan 21
Tabel 2.2- Frekuensi pemeriksaan rutin oleh petugas pengelola bendungan30
Tabel 2.3- Besaran dan jarak gempa untuk pemeriksaan luar biasa31

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi


Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung

DAFTAR GAMBAR

Gambar II.1 - Bagan konsepsi keamanan bendungan17


Gambar II.2 - Ilustrasi macam-macam beban yang bekerja pada bendungan 20
Gambar II.3 - A: Bendungan Nipah, Nampak bangunan pelimpah dan lereng
hilirnya yang dilindungi dengan lapis lindung urugan batu.
B:Contoh erosi permukaan pada lereng hilir tubuh bendungan 23
Gambar II.4 - Contoh longsoran lereng hilir bendungan yang diawali dengan aliran
buluh disepanjang dinding beton, selain itu lereng bendungan juga
terlalu curam24
Gambar II.5 - Contoh bekas bendungan yang runtuh, lapisan pemadatan terlalu
tebal (>30 cm), kepadatan rendah hingga terjadi erosi buluh 25
Gambar II.6 - Contoh berbagai metode pengendalian rembesan pada bendungan
urugan25
Gambar II.7 - Bagan macam-macam kegiatan dalam pemantauan perilaku
bendungan28
Gambar II.8 - Ilustrasi jenis-jenis pembacaan/pengukuran yang perlu dilakukan
dalam kegiatan pemantauan perilaku bendungan 28
Gambar II.9 - Ilustrasi alur pekerjaan pembacaan atau pengukuran instrumentasi
bendungan29
Gambar II.10 - Contoh langkah pelaksanaan uji operasi pintu pengeluaran bawah
31
Gambar II.11 - Bagan tanggung jawab masing-masing petugas lapangan dalam
kegiatan pemantauan/pengamatan32
Gambar II.12 - Konsepsi penanganan kondisi darurat33
Gambar II.13 - Strategi dalam penanganan kondisi darurat35
Gambar II.14 - Konsep pemantauan; Kiri: pemantauan regular; Kanan:
pemantauan intensif36
Gambar II.15 - Contoh matriks ancaman dan upaya perlindungan pada kondisi
darurat (Konsepsi Keamanan Bendungan Swiss) 36
Gambar II.16 - Contoh peta evakuasi penduduk dalam rencana tindak darurat 38

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi


Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung

PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL

Deskripsi
Modul konsepsi kebijakan embung ini terdiri dari 2 (dua) materi pokok. Materi
pokok pertama membahas pengaturan keamanan bendungan. Materi pokok
kedua membahas konsepsi keamanan bendungan.

Peserta pelatihan mempelajari keseluruhan modul ini dengan cara yang


berurutan. Pemahaman setiap materi pada modul ini diperlukan untuk memahami
dan menerapkan konsepsi kebijakan embung. Setiap materi pokok dilengkapi
dengan latihan yang menjadi alat ukur tingkat penguasaan peserta pelatihan
setelah mempelajari materi pada materi pokok.

Persyaratan
Dalam mempelajari modul ini, peserta pelatihan diharapkan dapat menyimak
dengan seksama penjelasan dari pengajar, sehingga dapat memahami dan
menerapkan dengan baik materi yang merupakan materi inti/substansi dari
Pelatihan Perencanaan Embung. Untuk menambah wawasan, peserta diharapkan
dapat membaca terlebih dahulu materi yang berkaitan dengan pengelolaan
sumber daya air terpadu dari sumber lainnya.

Metode
Dalam pelaksanaan pembelajaran ini, metode yang dipergunakan adalah dengan
kegiatan pemaparan yang dilakukan oleh Pengajar/Widyaiswara/Fasilitator,
adanya kesempatan diskusi, tanya jawab dan peragaan.

Alat Bantu/Media
Untuk menunjang tercapainya tujuan pembelajaran ini, diperlukan Alat
Bantu/Media pembelajaran tertentu, yaitu: LCD/projector, Laptop, white board
dengan spidol dan penghapusnya, bahan tayang, serta modul dan/atau bahan
ajar.

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi


Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung

Kompetensi Dasar
Setelah mengikuti seluruh rangkaian pembelajaran, peserta diharapkan mampu
memahami dan menerapkan konsepsi kebijakan embung.

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi


Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dewasa ini masyarakat dunia mulai dihadapkan pada bayang-bayang krisis air
yang perlu penanganan dengan tepat. Salah satu upaya penanganan yang telah
terbukti berhasil baik, adalah dengan cara membangun bendungan guna
menampung air disaat berlebih dan menggunakannya saat kekurangan.

Bendungan disamping memiliki manfaat yang besar bagi masyarakat, juga


menyimpan potensi bahaya yang besar pula. Membangun bendungan disamping
akan memperoleh manfaat juga berarti dengan sengaja akan mengundang
datangnya potensi bahaya yang dapat mengancam kehidupan masyarakat luas.
Bendungan yang runtuh akan menimbulkan banjir besar yang akan
mengakibatkan bencana dahsyat di daerah hilir bendungan.

Pembangunan dan pengelolaan bendungan perlu diatur secara khusus agar


pembangunan dan pengelolaan bendungan dilaksanakan dengan tertib dan aman
sesuai dengan konsep dan kaidah-kaidah keamanan bendungan, hingga risiko
kegagalan bendungan dapat dicegah atau dikurangi dan pada akhirnya
masyarakat terlindungi dari ancaman keruntuhan bendungan.

Bahan ajar ini terdiri dari dua topik bahasan yaitu:


1. garis besar pengaturan keamanan bendungan dan
2. konsepsi keamanan bendungan.

Topik bahasan garis besar pengaturan keamanan bendungan mencakup:


pertimbangan perlunya pengaturan, peraturan perundang-undangan yang terkait,
maksud dan tujuan pengaturan keamanan bendungan, lingkup pengaturan,
instansi teknik keamanan bendungan, persetujuan dan izin dalam rangka
keamanan bendungan dan kewajiban pemilik bendungan.

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi


Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung

Topik bahasan konsepsi keamanan bendungan mencakup: konsepsi keamanan


bendungan seacara umum, keamanan struktur, pemantauan dan pemeliharaan,
serta kesiapan tanggap darurat.

Mata diklat ini, perlu diberikan kepada peserta diklat sebagai bekal untuk
mempelajari mata diklat lain yang terkait dengan keamanan bendungan, seperti
perencanaan bendungan, pelaksanaan konstruksi bendungan serta operasi dan
pemeliharaan bendungan.

B. Deskripsi Singkat
Mata pelatihan ini membekali peserta pelatihan dengan pengetahuan mengenai
konsepsi kebijakan embung, yang disajikan dengan menggunakan metode
ceramah, diskusi, tanya jawab dan peragaan.

C. Tujuan Pembelajaran
1. Kompetensi Dasar
Setelah mengikuti seluruh rangkaian pembelajaran, peserta diharapkan
mampu memahami dan menerapkan konsepsi kebijakan embung.

2. Indikator Keberhasilan
Setelah mengikuti pembelajaran, peserta diharapkan mampu:
a. Menjelaskan dan menerapkan garis besar pengaturan keamanan
bendungan,
b. Menjelaskan dan menerapkan konsepsi keamanan bendungan.

D. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok


Dalam modul pengelolaan sumber daya air terpadu ini akan membahas materi:
1. Garis besar pengaturan keamanan bendungan
a. Pertimbangan perlunya pengaturan,
b. Peraturan peruandang-undangan lain yang terkait,
c. Maksud tujuan pengaturan keamanan bendungan,
d. Instansi Teknis Keamanan Bendungan,
e. Izin dan Persetujuan dalam pembangunan dan pengelolaan bendungan,

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi


Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung

f. Kewajiban pemilik bendungan terkait dengan keamanan bendungan.


2. Konsepsi keamanan bendungan
a. Umum,
b. Keamanan strukur,
c. Pemantauan dan pemeliharaan,
d. Kesiapsiagaan tanggap darurat.

E. Estimasi Waktu
Alokasi waktu yang diberikan untuk pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk
mata pelatihan “Konsepsi Kebijakan Embung” ini adalah 2 (dua) jam pelajaran
(JP) atau sekitar 90 menit.

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi


Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung

MATERI POKOK 1
GARIS BESAR PENGATURAN KEAMANAN BENDUNGAN

Indikator keberhasilan : setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta diharapkan


mampu menjelaskan dan menerapkan garis besar pengaturan keamanan
bendungan.

1.1 Pertimbangan perlunya pengaturan


Saat ini di Indonesia telah dibangun lebih dari dua ratus bendungan besar dan
kecil. Sebagian besar bendungan tersebut dibangun untuk menampung air guna
memenuhi kebutuhan air irigasi, air rumah tangga, air industri, pembangkit listrik
tenaga air, dan lain-lain. Disamping itu bendungan juga dibangun untuk
menampung sedimen dan limbah tambang dan lain sebagainya. Pembangunan
bendungan dilakukan oleh : Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Badan Usaha
Milik Negara dan Badan Usaha Swasta.

Seperti yang dijelaskan di bab I, bendungan disamping memiliki manfaat yang


besar, juga menyimpan potensi bahaya yang besar pula yang dapat mengancam
kehidupan masyarakat luas dihilir bendungan. Membangun bendungan disamping
akan memperoleh manfaat, juga berarti dengan sengaja mengundang datangnya
potensi bahaya. Keruntuhan bendungan akan menimbulkan banjir besar yang
akan mengakibatkan bencana dahsyat di daerah hilir bendungan. Bencana yang
ditimbulkan oleh keruntuhan bendungan tidak hanya terjadi di lokasi bangunan/
bendungan seperti pada bangunan gedunga atau jembatan, tetapi akan menyebar
sampai jauh ke hilir mencakup areal yang luas. Sebagai contoh runtuhnya
bendungan Situ Gintung dengan tampungan air kurang dari 1 juta m3, telah
mengakibatkan jatuhnya korban jiwa sebanyak hampir 100 orang berikut harta
benda, fasilitas sosial dan kerusakan lingkungan yang parah.

Walaupun bendungan menyimpan potensi bahaya yang besar, karena tuntutan


kebutuhan, pembangunan bendungan-bendungan baru terus berjalan. Dari sisi
lain pembangunan bendungan juga sering diikuti dengan perkembangan dan

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi


Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung

pertumbuhan penduduk yang pesat di daerah hilirnya karena harapan


memperoleh manfaat dari bendungan. Seperti halnya bendungan Juanda Jatiluhur
yang semula daerah hilirnya sebagian besar berupa daerah pertanian, saat ini
telah berkembang pesat menjadi daerah industri dan pusat-pusat permukiman
(menurut survai 2001/2002 penduduk yang berada didaerah potensi genangan
banjir hampir mencapai 4 juta jiwa), hingga bila terjadi keruntuhan bendungan
akibat yang ditimbulkannya sulit dibayangkan.

Sejalan dengan kemajuan pendidikan, masyarakat semakin peka terhadap


ancaman bahaya bendungan dan semakin sadar terhadap hak-haknya.
Masyarakat berhak mendapatkan perlindungan terhadap ancaman keruntuhan
bendungan, yang sebelum bendungan dibangun ancaman tersebut tidak ada.

Dalam rangka melindungi masyarakat dari ancaman potensi bahaya bendungan,


pembangunan dan pengelolaan bendungan perlu diatur secara khusus. Untuk itu
Menteri Pekerjaan Umum pada tahun 1997 telah mengeluarkan Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum nomor 72/PRT/1997 tentang Keamanan Bendungan, kemudian
pada tahun 2010 Pemerintah mengeluarkan PP no. 37 tahun 2010 tentang
Bendungan yang mengatur mengenai : pembangunan bendungan, pengelolaan
bendungan, keamanan bendungan, dokumentasi dan informasi, dll.

1.2 Peraturan Perundang-undangan Lain yang Terkait


Landasan hukum yang mendasari pengaturan bendungan di Indonesia antara lain:
1. Undang-undang RI nomor 23 tahun 1997 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok
Pengelolaan Lingkungan Hidup, antara lain mengatur bahwa setiap usaha
dan/atau kegiatan yang menimbulkan dampak besar dan penting terhadap
lingkungan hidup wajib memiliki analisis mengenai dampak lingkungan hidup.
2. Undang-undang RI nomor 18 tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi, antara lain
mengatur mengenai : kegagalan konstruksi, kegagalan bangunan, sanksi bagi
pihak yang bertanggung jawab, dll.

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi


Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung

3. Undang-Undang RI nomor 7 tahun 2004, tentang Sumber Daya Air, mengatur


antara lain: mengenai pengendalian daya rusak air pada sungai, danau,
waduk dan/atau bendungan (ps 58); keharusan setiap pelaksanaan konstruksi
SDA didasarkan pada NSPM/norma, standar, pedoman, manual (ps 63);
keharusan setiap konstruksi pada sumber air memperoleh izin dari pemerintah
pusat/daerah (ps 63); Sanksi pidana bagi: yang melakukan kegiatan berakibat
rusaknya prasarana SDA, melakukan pengusahaan SDA tanpa izin,
melaksanakan kegiatan SDA tanpa didasarkan pada NSPM, melaksankan
konstruksi SDA tanpa izin, dll (ps 94).
4. Undang-undang no.24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana
mengatur antara lain: Pemerintah pusat dan pemerintah daerah dapat
mewajibkan pelaku penanggulangan bencana untuk melaksanakan
perencanaan penanggulangan bencana (ps 37). Setiap kegiatan
pembangunan yang mempunyai risiko tinggi yang menimbulkan bencana
dilengkapi dengan analisis risiko bencana (ps 40), Penyelenggaraan
penanggulangan bencana dalam situasi terdapat potensi terjadi bencana
adalah meliputi:
a. kesiapsiagaan;
b. peringatan dini; dan
c. mitigasi bencana.
5. Peraturan Pemerintah RI nomor 28 tahun 2000, tentang Peran Masyarakayat
Jasa Konstruksi, antara lain mengatur: tenaga kerja konstruksi harus
mengikuti sertifikasi keterampilan kerja atau sertifikasi keahlian kerja (ps 15)
dan wajib mengikuti registrasi yang dilakukan oleh Lembaga (ps 17)
6. Peraturan Pemerintah RI nomor 29 tahun 2000, tentang Penyeleng-garan
Jasa Konstruksi, antara lain mengatur: Kontrak kerja konstruksi harus tunduk
pada hukum yang berlaku di Indonesia (ps 23); Perencanaan pekerjaan
konstruksi dengan risiko tinggi harus dilakukan prastudi kelayakan, studi
kelayakan, perencanaan umum dan perencanaan teknik (ps 26); pekerjaan
tertentu (bendungan, listrik, nuklir) wajib dilakukan uji coba atau disyahkan
oleh instansi yang berwenang yaitu instansi yang membidangi: pengairan,
pembangkit listrik, kenukliran (ps 29); Kegagalan pekerjaan konstruksi,
kegagalan bangunan dan sanksinya (ps 31 s/d 48); dll.

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi


Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung

1.3 Maksud Tujuan Pengaturan Keamanan Bendungan


Pengaturan keamanan bendungan dimaksudkan untuk mewujudkan tertib
penyelenggaraan pembangunan dan pengelolaan bendungan agar layak teknis
desain dan konstruksi, aman dalam pengelolaannya, sehingga dapat mencegah
atau sekurang-kurangnya mengurangi risiko kegagalan bendungan.

Pengaturan keamanan bendungan ditujukan untuk melindungi bendungan dari


kemungkinan kegagalan bendungan, serta melindungi jiwa, harta dan prasarana
umum di wilayah yang terpengaruh oleh potensi bahaya akibat kegagalan
bendungan.

1.4 Lingkup Pengaturan Keamanan Bendungan


Lingkup pengaturan keamanan bendungan mencakup pengaturan terhadap
kegiatan:
1. Pembangunan (desain dan pelaksanaan konstruksi)
2. Pengelolaan bendungan beserta waduknya.

Pengaturan berlaku bagi bendungan yang memenuhi kreteria sebagai berikut


1. Bendungan dengan tinggi 15 (lima belas) meter atau lebih diukur dari dasar
fondasi terdalam;
2. Bendungan dengan tinggi 10 (sepuluh) meter sampai dengan 15 (lima belas)
meter diukur dari dasar fondasi terdalam dengan ketentuan:
a. Panjang puncak bendungan paling sedikit 500 (lima ratus) meter;
b. Daya tampung waduk paling sedikit 500.000 (lima ratus ribu) meter kubik;
atau
c. Debit banjir maksimal yang diperhitungkan paling sedikit 1.000 (seribu)
meter kubik per detik; atau
3. Bendungan yang mempunyai kesulitan khusus pada fondasi atau bendungan
yang didesain menggunakan teknologi baru dan/atau bendungan yang
mempunyai kelas bahaya tinggi.

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi


Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung

1.5 Instansi Teknis Keamanan Bendungan


Dalam melaksanakan pengaturan keamanan bendungan Menteri PU (selanjutnya
akan disebut: Menteri) dibantu oleh : Instansi teknis keamanan bendungan, yang
kemudian dinamakan Komisi Keamanan Bendungan (KKB). Dalam melaksanakan
tugasnya, KKB didukung oleh Unit Pelaksana Teknis Bidang Keamanan
Bendungan atau Balai Bendungan.
1. Komisi Keamanan Bendungan
a. Tugas Komisi Keamanan Bendungan:
1) Kajian terhadap hasil evaluasi keamananan bendungan yang
disiapkan oleh Pembangun/Pemilik/Pengelola bendungan
2) Memberi rekomendasi mengenai pengaturan keamanan bendungan
3) Melakukan Menyelenggarakan inspeksi keamanan bendungan
b. Fungsi Komisi Keamanan Bendungan:
Dalam rangka melaksanakan tugas tersebut diatas, KKB
1) Pemberian rekomendasi kepada Menteri dalam rangka pemberian
persetujuan desain, izin pengisian awal, izin operasi, persetujuan
desain perubahan atau persetujuan desain rehabilitasi, dan izin
penghapusan fungsi bendungan;
2) Pemberian rekomendasi kepada Menteri PU dalam penyiapan
rekomendasi teknis kepada menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang lingkungan hidup dalam rangka pemberian
izin penempatan awal limbah tambang;
3) Pengkajian terhadap hasil kegiatan yang dilakukan oleh Balai
Bendungan dan
4) Penyelenggaraan inspeksi bendungan bersama Balai Bendungan.
c. Keanggotaan Anggota KKB terdiri dari:
1) Ketua merangkap anggota, adalah Direktur Jenderal Sumber Daya Air
2) Anggota, ditunjuk dari instansi pemerintah, BUMN berstatus sebagai
pemilik bendungan, wakil asosiasi profesi di bidang bendungan
3) Sekretaris bukan anggota, secar fungsional dijabat Kepala Balai
Bendungan.

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi


Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung

Ketua Komisi Keamanan Bendungan adalah Direktur Jenderal Sumber


daya Air Kementerian Pekerjaan Umum; dan anggota ditunjuk dari
instansi pemerintah, asosiasi profesi terkait bidang bendungan dan BUMN
yang berstatus sebagai pemilik bendungan. Sekretaris Komisi Keamanan
Bendungan adalah Kepala Balai Bendungan.

2. Balai Bendungan
Balai Keamanan Bendungan adalah organisasi struktural di lingkungan
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum,
berkedudukan di Jakarta dan bertanggung jawab langsung kepada Direktur
Jenderal Sumber Daya Air. Balai Bendungan, bertugas memberi dukungan
teknis kepada Komisi Keamanan Bendungan.

Untuk melaksanakan tugas tersebut Balai Bendungan memiliki fungsi :


a. pengumpulan dan pengolahan data;
b. pengkajian bendungan dan analisis perilaku bendungan;
c. penyiapan saran teknis bendungan;
d. penyelenggaraan inspeksi keamanan bendungan;
e. inventarisasi dan registrasi bendungan dan klasifikasi bahaya bendungan;
f. penyiapan peraturan, pedoman dan petunjuk teknis keamanan
bendungan;
g. penyebarluasan dan pemberian bimbingan keamanan bendungan; dan
h. pelaksanaan kerjasama dengan instansi terkait dan pihak pemilik
bendungan.
i. Dokumentasi dan pusat informasi bendungan

1.6 Izin dan Persetujuan Dalam Pembangunan dan Pengelolaan Bendungan


1.6.1 Izin dan Persetujuan Pada Tahap Persiapan Pembangunan
Pada tahap persiapan pembangunan, ada izin dan persetujuan yang wajib dimiliki
oleh pembangun bendungan, yaitu:
1. Izin penggunaan sumber daya air, dan

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi


Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung

2. Persetujuan prinsip pembangunan (PP 42/2008 ttg Pengel SDA, ada lagi izin
konstruksi yang dikeluarkan oleh Menteri/Gubernur/Bupati/Walikota)
1. Izin Penggunaan Sumber Daya Air
Izin penggunaan sumber daya daya air diberikan oleh:
a. Menteri untuk penggunaan sumber daya air pada wilayah sungai lintas
provinsi, wilayah sungai lintas negara, dan wilayah sungai strategis
nasional;
b. Gubernur untuk penggunaan sumber daya air pada wilayah sungai lintas
kabupaten/kota; dan
c. Bupati/walikota untuk penggunaan sumber daya air pada wilayah sungai
dalam satu kabupaten/kota.

Untuk memperoleh izin ini, pembangun bendungan lebih dulu harus


mendapatkan rekomendasi teknik dari unit pelaksana teknis yang membidangi
sumber daya air pada wilayah sungai yang bersangkutan (BWS atau BBWS
untuk permohonan izin penggunaan sumber daya air kepada Menteri).

2. Persetujuan Prinsip Pembangunan


Permohonan Persetujuan prinsip pembangunan bendungan, diajukan oleh
pembangun bendungan kepada :
a. Menteri untuk penggunaan sumber daya air pada wilayah sungai lintas
provinsi, wilayah sungai lintas negara, dan wilayah sungai strategis
nasional;
b. Gubernur untuk penggunaan sumber daya air pada wilayah sungai lintas
kabupaten/kota; dan
c. Bupati/walikota untuk penggunaan sumber daya air pada wilayah sungai
dalam satu kabupaten/kota.

Permohonan persetujuan prinsip harus memenuhi persyaratan admisitrasi dan


persyaratan teknik yang antara lain:
a. rekomendasi teknis dari unit pelaksana teknis yang membidangi sumber
daya air pada wilayah sungai yang bersangkutan;
b. dokumen studi kelayakan; dan

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi


Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung

c. dokumen pengelolaan lingkungan hidup.

1.6.2 Izin dan Persetujuan Dalam Rangka Keamanan Bendungan


Izin dan persetujuan dalam rangka keamanan bendungan, dikeluarkan oleh
Menteri Pekerjaan Umum. Menteri mengeluarkan izin dan persetujuan setelah
mendapat rekomendasi dari Komisi Keamanan Bendungan. Komisi Keamanan
Bendungan akan mengeluarkan rekomendasi, setelah proses pembangunan atau
pengelolaan bendungan dikaji dan dinilai telah memenuhi konsepsi keamanan
bendungan dan kaidah-kaidah keamanan bendungan yang tertuang di dalam
NSPM (norma/peraturan, standar/SNI, dan pedoman dan manual) yang terkait
dengan keamanan bendungan.

Untuk memastikan bahwa konsepsi dan kaidah-kaidah keamanan bendungan


telah dipenuhi dalam setiap kegiatan tahapan pembangunan dan pengelolaan
bendungan, setiap kegiatan tahapan tersebut perlu diperiksa/dikaji keamanan
bendungan-nya lebih dulu.

Kajian keamanan bendungan dilakukan oleh Balai Bendungan yang kemudian


hasilnya (laporan kajian) dikaji lebih lanjut oleh Komisi Keamanan Bendungan
dalam sidang Komisi. Komisi Keamanan Bendunganakan akan mengeluarkan
rekomendasi kepada Menteri untuk memberikan persetujuan dan atau izin,
apabila konsepsi dan kaidah-kaidah keamanan bendungan telah terpenuhi.

Jenis kajian, persetujuan serta izin yang dikeluarkan dalam rangka keamanan
bendungan adalah sebagai berikut:

Tabel 1.1-Jenis kajian dan persetujuan serta izin keamanan bendungan


Jenis persetujuan dan izin keamanan
No. Jenis kajian
bendungan
Kajian desain Persetujuan desain dan izin pelaks
1.
konstruksi

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi


Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung

Kajian pelaksanaan konstruksi Izin pengisian awal waduk (untuk bendungan


2. (laporan evaluasi dan persiapan limbah tambang izin ini dikeluarkan oleh KLH)
pengelolaan bendungan)

Kajian pelaksanaan pengisian awal Izin pengoperasian bendungan, (untuk


3. waduk (+laporan evaluasi, kesiapan bendungan limbah tambang izin inidikeluarkan
pengelolaan bendungan) oleh KLH)
Kajian penghapusan fungsi Izin penghapusan fungsi bendungan
4. bendungan

Setiap pembangunan bendungan baru, harus melalui tiga tahapan kajian dan
mendapat 3 macam persetujuan dan izin seperti pada angka 1, 2 dan 3 tabel
tersebut diatas; demikian pula untuk kegiatan perubahan dan rehabilitasi
bendungan.

Pelaksanaan konstruksi bendungan baru boleh dilaksanakan setelah dokumen


desain (kreteria, nota desain, gambar desain, spesifikasi teknis, metode
pelaksanaan, dll) dikaji oleh Balai Bendungan dan KKB, kemudian mendapat
persetujuan desain serta izin pelaksanaan konstruksi dari Menteri.

Izin pelaksanaan akan dikeluarkan apabila:


a. Desain telah mematuhi NSPM yang berlaku
b. Persyaratan adminisitrasi dan teknis terpenuhi.

Pengisian awal waduk baru dapat dilaksanakan setelah: laporan akhir


pelaksanaan konstruksi beserta evaluasi pelaksanaan konstruksi dan persiapan
pengelolaan bendungan (rencana pembentukan unit pengelola bendungan,
rencana pengisian awal waduk, rencana pengelolaan bendungan dan rencana
tindak darurat) dikaji oleh Balai Bendungan dan KKB serta mendapat izin
pengisian dari Menteri. Izin pengisian awal akan dikeluarkan, apabila:
a. Bendungan telah siap dan aman untuk diisi (ditinjau terhdap daerah hulu, hilir
dan bendungannya sendiri)
b. Persyaratan adminisitrasi dan teknis terpenuhi.

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi


Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung

Terakhir bendungan baru boleh dioperasikan setelah: laporan pelaksanaan


pengisian awal beserta laporan evaluasi pelaksanaan pengisian awal dan laporan
kejadian khusus selama pengisian serta kesiapan pengelolaan bendungan
(kesiapan organisasi unit pengelola dan keputusan pembentukannya, pedoman
OP) dikaji oleh Balai Bendungan dan KKB serta mendapat izin operasi dari
Menteri. Izin operasi akan dikeluarkan apabila:
a. Operasi bendungan tidak akan membahayakan keselamatan umum (public
safety).
b. Bangunan pelimpah mampu beroperasi dengan baik (bila ada termasuk
bangunan pengeluaran darurat/emergency rilis facility)
c. Hasil evaluasi pelaksanaan pengisian awal menunjukkan bahwa bendungan
aman dioperasikan tanpa adanya pembatasan operasi (unrestricted operation)
d. Unit pengelola siap melaksanakan pengelolaan bendungan
e. Serta persyaratan adminisitrasi dan teknis terpenuhi

1.7 Kewajiban Pemilik Bendungan Terkait dengan Keamanan Bendungan


Keamanan suatu bendungan, menjadi tanggung jawab pemilik bendungan.
Setelah bendungan selesai dibangun dan memasuki tahap operasi,
pemilik/pengelola bendungan berkewajiban antara lain:
a. Mengumpulkan serta mengarsipkan data sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
b. Melakukan pemantauan kondisi bendungan, yang kegiatannya meliputi:
1. Mengadakan, memasang dan memelihara instrumen yang berkaitan
dengan keamanan bendungan ( alat pantau tekanan pori, tekanan angkat,
deformasi, rembesan),
2. Melakukan pengukuran/pembacaan instrumen, mencatat, menyimpan dan
mengevaluasi datanya secara berkala.
3. Mengatur agar setiap bendungannya selalu berada di dalam pemantauan
satuan yang bertugas melakukan pemantauan perilaku bendungan.
4. Melakukan:
a) pemeriksaan rutin (harian, mingguan, bulanan)
b) pemeriksaan berkala biasa (tengah tahunan, tahunan)

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi


Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung

c) pemeriksaan besar dan evaluasi keamanan bendungan sekurang-


kurangnya satu kali dalam 5 tahun

d) pemeriksaan luar biasa (setelah dan sebelum hujan badai, setelah


gempa) dan pemeriksaan khusus (setelah terjadinya kondisi khusus
seperti: longsoran besar, retakan besar, dll)
5. Melakukan uji operasi secara berkala, sekurang-kurangnya satu kali per
tahun terhadap peralatan yang terkait dengan keamanan bendungan.
6. Melaporkan hasil pemantauan tengah tahunan dan tahunan, serta hasil
pemeriksaan luar biasa, pemeriksaan khusus, pemeriksaan besar beserta
evaluasi keamanan bendungan ke Balai Bendungan.
c. Melakukan pemeliharaan bendungan, yang mencakup pemeliharaan rutin dan
berkala; dan pada kondisi bendungan mengalami kerusakan wajib melakukan
perbaikan atau rehabilitasi sehingga bendungan selalu dalam kondisi aman
untuk dioperasikan.
d. Memiliki kesiagaan menghadapi kondisi darurat. Untuk mengantisipasi
kemungkinan terjadinya kondisi darurat, pemilik bendungan harus menyiapkan
system penanganan kondisi darurat, yang “selalu siap menangani kondisi
terburuk”. System dimaksud mencakup antara lain: system gawar darurat,
organisasi dan staf yang terlatih, peralatan dan bahan untuk penanganan
pada kondisi darurat serta panduan Rencana Tindak Darurat (RTD).
e. Dalam melakukan operasi bendungan, harus mempertimbangkan keamanan
bendungan serta keamanan daerah hulu dan daerah hilir bendungan.
f. Dalam kondisi bendungan sudah tidak digunakan lagi atau tidak dapat
berfungsi lagi dan pemilik bendungan bermaksud melepas kewajiban
pengelolaan bendungan, atau apabila bendungan dianggap tidak memenuhi
syarat keamanan dalam pengelolaannya, maka pemilik bendungan harus
melaksanakan penghapusan fungsi bendungan. Sebelum pengahapusan
dilaksanakan, pemilik harus menyiapkan desain penghapusan lebih dulu dan
mendapat izin dari Menteri.

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi


Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung

1.8 Latihan
1. Jelaskan kenapa diperlukan adanya pengaturan keamanan bendungan?
2. Apakah maksud dan tujuan pengaturan keamanan bendungan?
3. Sebutkan macam-macam kajian serta persetujuan dan izin dalam rangka
keamanan bendungan!

1.9 Rangkuman
Bendungan di samping memiliki manfaat yang besar, juga menyimpan potensi
bahya yang besar pula. Pengaturan keamanan bendungan dimaksudkan untuk
mewujudkan tertib penyelenggaraan pembangunan dan pengelolaan bendungan
agar layak teknis desain dan konstruksi, aman dalam pengelolaannya, sehingga
dapat mencegah atau sekurang-kurangnya mengurangi risiko kegagalan
bendungan. Pengaturan keamanan bendungan ditujukan untuk melindungi
bendungan dari kemungkinan kegagalan bendungan, serta melindungi jiwa, harta
dan prasarana umum di wilayah yang terpengaruh oleh potensi bahaya akibat
kegagalan bendungan.

Setiap pembangunan bendungan harus melalui tiga tahapan kajian dan mendapat
tiga macam persetujuan dari Menteri PU, yaitu: kajian desain untuk persetujuan
desain dan izin pelaksanaan konstruksi, kajian pelaksanaan konstruksi untuk izin
pengisian awal waduk dan kajian pelaksanaan pengisian awal untuk izin
pengoperasian bendungan. Keamanan suatu bendungan merupakan tanggung
jawab pemilik bendungan.

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi


Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung

MATERI POKOK 2
KONSEPSI KEAMANAN BENDUNGAN

Indikator keberhasilan: setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta diharapkan


mampu menjelaskan dan menerapkan konsepsi keamanan bendungan.

2.1 Umum
Bendungan dianggap aman apabila pembangunan dan pengelolaan bendungan
telah memenuhi konsepsi dan kaidah-kaidah keamanan bendungan yang tertuang
didalam peraturan, standar, pedoman dan manual (NSPM) yang berlaku. Pada
gambar II.1 disajikan bagan Konsepsi Keamanan Bendungan yang memiliki 3 pilar
sebagai berikut:
1. Pilar I : Keamanan struktur
Bendungan harus didesain dan dikonstruksi sesuai perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, kokoh dan aman untuk segala kondisi dan
kombinasi beban kerja serta aman dioperasikan pada segala kondisi operasi.
2. Pilar II : Pemantauan dan pemeliharaan
Bendungan harus selalu dipantau sehingga dapat diketahui sedini mungkin
setiap problem yg sedang berkembang sebelum menjadi ancaman yang nyata
dan selalu dipelihara dengan baik sehingga selalu siap dioperasikan pada
segala kondisi operasi.
3. Pilar III : Kesiapsiagaan Tanggap Darurat
Pemilik/Pengelola bendungan harus selalu siap siaga menghadapi kondisi
darurat sampai kondisi terburuk dari bendungan yang dimilikinya /dikelolanya.
Penanganan pada kondisi darurat tidak dibenarkan dilakukan dengan cara
”improvisasi” / coba-coba tetapi harus berdasarkan RENCANA TINDAK
DARURAT yang telah disiapkan secara matang.

Upaya-upaya yang dilakukan pada Pilar I, adalah merupakan upaya untuk


mengurangi risiko kegagalan bendungan, sedang upaya-upaya pada Pilar II dan

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi


Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung

Pilar III adalah merupakan upaya untuk menjaga agar risiko yang ada/yang tersisa
tidak berkembang menjadi lebih buruk.

Gambar II.1-Bagan konsepsi keamanan bendungan

2.2 Keamanan Strukur


2.2.1 Umum
Bendungan secara keseluruhan, termasuk tubuh bendungan, pondasi, abutmen
(bukit tumpuan) dan lereng sekeliling waduk, harus kokoh dan aman pada semua
kondisi dan kombinasi beban yang bekerja serta aman dioperasikan pada segala
kondisi operasi, yaitu operasi normal, operasi luar biasa, operasi darurat maupun
operasi banjir bagi bendungan pengendali banjir.

Keamanan Struktur (Pilar I) akan dapat dicapai apabila desain dan konstruksi
bendungan dilaksanakan dengan benar sesuai Norma, Standar, Pedoman, dan
Manual, dengan memperhatikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
sehingga desain dan konstruksi layak teknis. Upaya-upaya yang dilakukan pada
Pilar I, adalah merupakan upaya untuk mengurangi risiko kegagalan bendungan,
sehingga risiko kegagalan dapat ditekan sampai dengan tingkat yang wajar sesuai
kreteria yang berlaku.

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi


Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung

Agar desain suatu bendungan layak teknis, kegiatan survai dan investigasi sejak
tahap pemilihan lokasi bendungan, harus dilakukan dengan cermat dengan
mematuhi standard NSPM yang berlaku. Demikian pula dalam pembuatan kreteria
desain untuk penyiapan desain pendahuluan (basic design) maupun untuk desain
rinci (detil design) serta penyiapan desainnya harus mematuhi NSPM . Untuk
memastikan bahwa penyiapan desain telah dilaksanakan sesuai NSPM, desain
bendungan harus dikaji oleh Balai Bendungan dan Komisi Keamanan Bendungan
serta mendapat persetujuan desain dari Menteri PU.

Konstruksi bendungan baru boleh dilaksanakan setelah desain bendungan


mendapat persetujuan dan dikeluarkan izin pelaksanaan konstruksi dari Menteri
PU. Konstruksi bendungan, harus dilaksanakan sesuai dengan desain yang telah
mendapat persetujuan dari Menteri PU.

Selama tahap operasi, keamanan struktur harus tetap dipertahankan melalui


kegiatan pemantauan dan pemeliharaan. Keamanan struktur suatu bendungan
(yang telah terbangun) harus dievaluasi ulang sekurang-kurangnya sekali dalam
kurun waktu 5 tahun bersamaan dengan kegiatan pemeriksaan besar.

Ilmu mengenai bendungan adalah merupakan kombinasi antara ilmu (scient) dan
seni (art) yang berkembang terus. Meningkatnya risiko keruntuhan bendungan
telah mendorong tumbuhnya ilmu pengetahuan bendungan. Hal-hal yang kemarin
biasa dijalankan, untuk esok hari mungkin sudah tidak sesuai lagi (out of date).
Suatu teknologi yang dulu dianggap baik, kadang-kadang setelah diterapkan dan
dipelajari oleh para pakar, ternyata memiliki kelemahan-kelemahan sehingga perlu
penyempurnaan dengan teknologi baru. Desain bendungan dituntut untuk
mengikuti perekembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terbaru tersebut.
Sebagai contoh pemakaian “colar” pada “conduit” semula dianggap sebagai
metode yang tepat untuk mencegah terjadinya konsentrasi aliran rembesan pada
permukaan luar pipa conduit. Saat ini, hal tersebut tidak dianjurkan lagi karena
dari berbagai pengalaman pemakaian colar justeru akan mengganggu proses
pemadatan timbunan. Akibatnya hasil pemadatan timbunan disekitar conduit

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi


Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung

kurang baik, sehingga justeru terjadi kebocoran. Hal demikian harus diketahui oleh
perencana dan diterapkan dalam penyiapan desain

Agar keamanan struktur bendungan tercapai, desain bendungan harus memenuhi


3 kriteria pokok, sebagai berikut:
1. Aman terhadap kegagalan struktural dan operasional.
2. Aman terhadap kegagalan hidrolik
3. Aman terhadap kegagalan akibat rembesan

2.2.2 Aman terhadap kegagalan struktural dan operasional


Desain bendungan harus memperhitungkan semua kondisi dan kombinasi beban
yang bekerja yang terdiri dari beban normal maupun beban luar biasa dan beban
ekstrim. dengan faktor keamanan yang cukup sesuai standar yang berlaku.
Bendungan secara keseluruhan, termasuk tubuh bendungan, pondasi, abutmen
(bukit tumpuan) dan lereng sekeliling waduk, harus selalu stabil dalam kondisi
apapun termasuk kondisi gempa bumi dan semua kondisi operasi. Faktor
keamanan minimal, memenuhi persyaratan SNI.

Untuk bendungan urugan, angka/faktor keamanan minimal yang dipersyaratkan


disajikan dalam tabel di bawah. Analisis stabilitas paling tidak harus dilakukan
pada kondisi:
1. Selesainya pembangunan,
2. Rembesan tetap,
3. Pengoperasian waduk: surut cepat dari elevasi muka air normal ke minimum;
dari elevasi muka air maksimum ke minimum,
4. Luar biasa: adanya kebuntuan pada system drainasi; surut cepat karena
penggunaan air melebihi kebutuhan; surut cepat karena gawat darurat.

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi


Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung

Beban luar biasa


dan beban ekstrim

Gambar II.2-Ilustrasi macam-macam beban yang bekerja pada bendungan

Macam-macam beban normal yang harus diperhitungkan minimal adalah beban


sendiri, tekanan air waduk, tekanan angkat dan atau tekanan pori, rembesan dan
suhu (bagi bendungan beton), sedang untuk beban luar biasa dan beban ekstrim
berupa banjir dan beban gempa.

Hal lain yang perlu diperhatikan untuk mencegah kegagalan bendungan karena
kegagalan operasi, antara lain:
1. desain pilar, pintu dan mungkin dinding pelimpah perlu memperhitungkan
vibrasi yang mungkin terjadi akibat aliran air.
2. harus tersedia sarana: jalan, jembatan atau tangga menuju lokasi
pengoperasian, yang dapat digunakan dengan aman pada kondisi normal
maupun kondisi luar biasa/darurat.
3. pada tempat-tempat pengoperasian yang tertutup, harus dilengkapi dengan
ventilasi atau pengaturan udara dan penerangan yang memadai.

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi


Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung

Tabel 2.1-Persyaratan angka keamanan minimal untuk stabilitas lereng


bendungan urugan

2.2.3 Aman Terhadap Kegagalan Hidrolik


Sebagian besar bendungan yang runtuh, disebabkan oleh peluapan air lewat
puncak tubuh bendungan (overtopping). Kejadian ini biasanya terjadi karena:
1. Kapasitas pelimpah yang tidak mencukupi.
2. Pintu pelimpah gagal dioperasikan karena faktor manusia atau faktor teknis;
3. Longsoran besar yang tiba-tiba masuk ke waduk yang menimbulkan
gelombang besar, dan
4. karena tinggi jagaan (freeboard) yang tidak cukup.

Oleh karena itu bendungan harus didesain dengan mempertimbangkan hal-hal


sebagai berikut:

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi


Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung

1. Setiap bendungan urugan harus dilengkapi dengan pelimpah yang mampu


mengalirkan banjir desain dengan aman, yaitu: kapasitasnya cukup, dan aliran
yang keluar lewat pelimpah tidak boleh menimbulkan gerusan yang dapat
mengancam kesetabilan bendungan dan pelimpah sendiri. Penetapan banjir
desain dan kapasitas`pelimpah harus mengacu pada SNI 03-3432-1994
mengenai Patokan Banjir Desain dan Kapasitas Pelimpah untuk Bendungan.
2. Tinggi jagaan harus cukup untuk mencegah terjadinya luapan air waduk diatas
puncak bendungan (pada kondisi banjir desain). Penetapan besar tinggi
jagaan mengacu pada standar/pedoman yang berlaku.
3. Tidak boleh terjadi erosi permukaan yang membahayakan keamanan
bendungan, untuk itu puncak dan lereng tubuh bendungan serta lereng
disekitar tumpuan perlu dilindungi/proteksi terhadap erosi dan longsoran
sehingga aman terhadap erosi permukaan.
4. Desain pilar, pintu dan dinding pelimpah harus memperhitungkan gaya
dinamis (vibrasi, pulsating force dan gempa)
5. Untuk mengantisipasi terjadinya kondisi darurat sangat disarankan bendungan
dilengkapi dengan sarana pengeluaran air pada kondisi darurat (emergency
rilis) seperti pengeluaran bawah (bottom outlet) yang mampu menurunkan air
waduk dengan cepat disaat kondisi darurat.
6. Dinding tebing disekeliling waduk khususnya didekat bendungan harus aman
terhadap longsoran.

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi


Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung

Gambar II.3-A: Bendungan Nipah, Nampak bangunan pelimpah dan lereng


hilirnya yang dilindungi dengan lapis lindung urugan batu.
B:Contoh erosi permukaan pada lereng hilir tubuh bendungan.

2.2.4 Aman terhadap Kegagalan Rembesan


Pada bendungan urugan, timbulnya rembesan merupakan kondisi yang tidak
dapat dihindari, akan tetapi rembesan yang berlebihan dapat berpotensi
membahayakan bendungan. Rembesan dapat terjadi pada tubuh bendungan,
fondasi, tumpuan bendungan maupun bukit-bukit tipis disekeliling waduk.
Rembesan yang berlebihan dapat memicu terjadinya erosi buluh yang semakin
lama semakin berkembang dan semakin luas, yang kemudian disusul dengan
terjadinya longsoran dan keruntuhan bendungan. Secara alami rembesan juga
cenderung membawa unsur-unsur yang penting bagi keutuhan bendungan.

Secara garis besar kegagalan bendungan akibat rembesan dapat terjadi karena:
1. Gradien keluaran (exit gradient) yang terlalu tinggi (dapat mengakibatkan didih
pasir/sandboil, likuifaksi statis, erosi buluh),
2. Tekanan air pori yang terlalu inggi (dapat mengakibatkan ketidakstabilan,
deformasi, dan tekanan angkat yang berlebihan),
3. Gradien internal pada zona inti yang terlalu tinggi (dapat mengakibatkan
perpindahan butiran halus dari zona inti ke zona dihilirnya, atau dari zona
inti/urugan tanah ke fondasi pasir kerikil,
4. Debit rembesan berlebihan yang terjadi yang disertai dengan membawa
material dapat menimbulkan aliran buluh yang berbahya bagi stabilitas
bendungan.
5. Tekanan angkat (uplift) yang terlalu tinggi (dapat mengganggu stabilitas
bangunan dan lapisan tanah fondasi kedap air yang berada di atasnya).
6. Lereng yang terlalu curam sehingga permukaan aliran rembesan muncul pada
permukaan lereng, menimbulkan daerah basah pada lereng, meningkatkan
berat jenis material lereng, menurunkan kuat gesernya dan pada akhirnya
lereng akan mudah longsor
7. Retak desikasi, terjadi akibat berkurangnya kadar air di dalam zona inti jauh di
bawah kadar air pelaksanaan, atau jika kadar air turun di bawah batas plastis.

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi


Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung

Akibatnya saat waduk diisi dapat terjadi bocoran yang serius lewat retakan
dan terjadinya erosi, yang akhirnya mengakibatkan keruntuhan bendungan,
terutama pada bendungan yang tinggi.

Untuk menghindari terjadinya kegagalan rembesan, bendungan harus didesain


aman terhadap kondisi diatas dengan faktor keamanan yang cukup sesuai
pedoman yang berlaku. Material inti dipilih yang yang tidak bersifat erosif, zona inti
harus memiliki ketebalan yang cukup dengan pelaksanaan pemadatan yang baik,
inti dilindungi dengan filter dan drainasi yang memadai, hindari lereng hilir
bendungan yang terlalu curam, dll. Walaupun dari hasil perhitungan desain tidak
diperlukan adanya filter namun karena didalam pelaksanaan akan sangat sulit
menghasilkan uruga yang betul-betul homogeen, hendaknya pada bendungan
urugan selalu dilengkapi filter dan drainasi dengan kapasitas yang cukup.

Gambar II.4-Contoh longsoran lereng hilir bendungan yang diawali


dengan aliran buluh disepanjang dinding beton, selain itu lereng
bendungan juga terlalu curam

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi


Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung

Gambar II.5-Contoh bekas bendungan yang runtuh, lapisan pemadatan


terlalu tebal (>30 cm), kepadatan rendah hingga terjadi erosi buluh.

Gambar II-6-Contoh berbagai metode pengendalian rembesan pada


bendungan urugan

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi


Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung

2.3 Pemantauan dan Pemeliharaan


2.3.1 Umum
Bendungan yang didesain dan dikonstruksi dengan baik (proper), akan
menghasilkan bangunan bendungan yang layak teknis, aman dengan tingkat
risiko kegagalan yang sangat kecil. Namun bendungan akan selalu mendapat
ancaman dari fenomena alam berupa banjir, gempa, tanah longsor dan
menurunnya kualitas pada bangunan dan pondasi. Sejalan dengan perjalanan
waktu, secara alami akan terjadi perubahan pada karakteristik struktur karena
proses kemerosotan mutu (deterioration). Kemerosotan mutu dapat terjadi karena
bendungan dan bangunan penunjangnya akan selalu diterpa dengan perubahan
cuaca panas, dingin, hujan yang silih berganti ataupun karena kondisi internal
bendungan.

Biasanya perubahan berjalan dengan lambat dan tidak langsung dapat diamati
secara visual. Dengan pemantauan atau monitoring perilaku bendungan secara
menerus, biasanya gejala perubahan yang merugikan dapat segera diketahui.
Disamping itu bendungan juga sering mendapat ancaman gangguan dari aktifitas
makhluk hidup (manusia, binatang, tumbuhan) yang cenderung akan
memperlemah konstruksi bendungan. Oleh karenanya bendungan harus selalu
dipantau, untuk mengetahui sedini mungkin setiap problem yang berkembang
sebelum menjadi ancaman yang nyata bagi keamanan bendungan.

Tujuan pemantauan adalah untuk mengetahui sedini mungkin penyimpangan atau


problem yang sedang berkembang sebelum menjadi ancaman bagi keamanan
bendungan, hingga dapat diambil langkah perbaikan secara cepat dan tepat.

Untuk mencegah terjadinya penurunan mutu secara cepat, bendungan harus


dipelihara dengan baik, dengan pemeliharaan rutin, pemeliharaan berkala, dan
perbaikan. Dan pada kondisi bendungan yang telah sangat menurun, perlu
dilakukan rehabilitasi, agar kondisi bendungan kembali seperti sediakala, selalu
siap dan aman untuk dioperasikan pada semua kondisi operasi.

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi


Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung

Kegiatan pokok yang dilakukan dalam pemantauan, disajikan pada gambar II.7,
yang dikelompokkan menjadi tiga macam kegiatan, sebagai berikut:
1. Pengukuran dan pembacaan instrumen
2. Pemeriksaan/inspeksi
3. Uji operasi

2.3.2 Pengukuran dan Pembacaan instrument


Pengukuran dan pembacaan instrumen, terutama ditujukan untuk mengetahui
kondisi didalam tubuh bendungan dan pondasi. Pengukuran dan pembacaan
dilakukan terhadap aspek perilaku /kreteria keamanan bendungan dan terhadap
beban luar, seperti pada gambar II.8 dan II.9, yang terdiri dari: Aspek perilaku
bendungan, minimal:
1. Deformasi
2. Rembesan
3. Tekanan Pori dan Gaya angkat (up lift)

Beban luar:
1. Elevasi muka air waduk,
2. Elevasi sedimen,
3. Data meteorology (hujan, suhu udara).

Hasil pembacaan dicatat oleh petugas lapangan, kemudian secara berkala dikirim
kekantor induk untuk dievaluasi oleh engineer yang berpengalam-an dan setiap
tahun sekali dibuat laporan perilaku bendungan tahunan, alur analisis data
disajikan dalam ilustrasi gambar II.9.

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi


Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung

Gambar II.7-Bagan macam-macam kegiatan dalam pemantauan perilaku


bendungan

Gambar II.8-Ilustrasi jenis-jenis pembacaan/pengukuran yang perlu


dilakukan dalam kegiatan pemantauan perilaku bendungan

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi


Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung

Gambar II.9-Ilustrasi alur pekerjaan pembacaan atau pengukuran


instrumentasi bendungan mulai dari pembacaan di lapangan, pencatatan
dan perhitungan yang dilakukan oleh petugas lapangan dan ploting data,
pengiriman data dari lapangan ke kantor induk, sampai evaluasi data oleh
Pemeriksa/Supervisor atau engineer yang berpengalaman

2.3.3 Pemeriksaan dan Inspeksi


Dalam PP 37 tentang Bendungan, dibedakan penggunaan istilah pemeriksaan
dan inspeksi. Istilah pemeriksaan, digunakan untuk petugas dari pemilik
bendungan, sedang istilah inspeksi digunakan untuk petugas dari Komisi
Keamanan Bendungan dan Balai Bendungan.
a. Pemeriksaan:
Kegiatan pemeriksaan yang harus dilakukan oleh petugas dari pemilik
bendungan, atau petugas OP adalah :
1. Pemeriksaan Rutin, dilakukan dalam interval waktu pendek, yaitu :
Harian, Mingguan, Bulanan
2. Pemeriksaan Berkala : Setengah Tahunan, Pemeriksaan besar minimal
1x /5 tahun
3. Pemeriksaan luar biasa, dilakukan sebelum dan sesudah hujan badai dan
setelah gempa bumi

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi


Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung

Pemeriksaan khusus: dilakukan setelah terjadinya kondisi khusus yang


dapat mengancam keamanan bendungan, seperti : longsoran besar,
retakan besar, amblesan pada puncak bendungan, dll.

b. Inspeksi
Inspeksi dilakukan oleh petugas dari Komisi Keamanan Bendungan dan Balai
Keamanan Bendungan dengan tujuan untuk mengumpulkan data lapangan
dan verifikasi atas laporan kegiatan yang dilakukan oleh petugas lapangan.
Inspeksi dilakukan pada tahap penyiapan desain, pelaksanaan konstruksi dan
tahap pengelolaan bendungan.

2.3.4 Uji Operasi


Semua peralatan yang terkait dengan keamanan bendungan harus selalu siap
untuk dioperasikan pada segala kondisi. Untuk mengetahui kesiapan alat, minimal
satu tahun sekali perlu dilakukan uji operasi. Uji operasi hendaknya dilakukan
bersamaan dengan jadwal pemeliharaan dan disinkronkan dengan pola operasi
waduk. Uji dilakukan terhadap pintu pengeluaran bawah (contoh Gambar II.10),
pintu pelimpah, system gawar darurat (flood warning system,) dan lain-lain.

Tabel 2.2-Frekuensi pemeriksaan rutin oleh petugas pengelola bendungan

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi


Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung

Tabel 2.3-Besaran dan jarak gempa untuk pemeriksaan luar biasa

Kembali ke posisi awal

Gambar II.10-Contoh langkah pelaksanaan uji operasi pintu pengeluaran


bawah

Keterangan:
1 = uji kering pintu pengaman (dry test of guard gate)
2 = uji basah pintu pengatur (wet test of regulating gate)
3~4 = uji kering pintu pengatur (dry test of regulating gate)

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi


Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung

Gambar II.11-Bagan tanggung jawab masing-masing petugas lapangan


dalam kegiatan pemantauan/pengamatan

2.4 Kesiapsiagaan Tanggap Darurat


2.4.1 Pertimbangan umum
Untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya kondisi darurat,
Pembangun/Pemilik/Pengelola bendungan harus selalu siap siaga menghadapi
kondisi darurat sampai kondisi terburuk dari bendungan yang
dimilikinya/dikelolanya. Penanganan pada kondisi darurat tidak dibenarkan
dilakukan dengan cara ”improvisasi” / coba-coba tetapi harus berdasarkan
RENCANA TINDAK DARURAT yang telah disiapkan secara matang.

Kesiapsiagaan darurat dilakukan dengan serangkaian kegiatan melalui


pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna.
Rencana tindak darurat disiapkan melalui langkah penetapan strategi penanganan
keadaan darurat dan kegiatan persiapan penanganan keadaan darurat.

Strategi penanganan keadaan darurat, meliputi tiga macam kegiatan:


1. identifikasi terhadap ancaman keamanan bendungan;
2. penetapan siaga bendungan; dan
3. tindak penanganan/perlindungan.

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi


Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung

Persiapan penanganan keadaan darurat, meliputi kegiatan sbb:


1. perencanaan untuk menetapkan daerah potensi genangan banjir; dan
pembuatan peta evakuasi;
2. penyiapan peralatan sistem gawar banjir dan penyiapan bahan yang
diperlukan saat terjadi kondisi darurat;
3. pembentukan organisasi penanggulangan bencana; dan
4. pelatihan dan sosialisasi.

Gambar II.12-Konsepsi penanganan kondisi darurat

2.4.2 Strategi
Strategi daIam penanganan kondisi darurat meliputi tiga macam kegiatan, yaitu:
identifikasi ancaman keamanan bendungan, penetapan siaga bendungan dan
tindak penanganan atau perlindungan. Secara garis besar, bendungan akan
selalu mengalami ancaman dari fenomena alam dan manusia, berupa:
1. Perilaku bendungan yang abnormal
2. Longsoran
3. Banjir
4. Gempa
5. Sabotase, kerusuhan social (social riot)
6. Serangan disaat perang.

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi


Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung

Upaya penanganan, perlindungan atau pencegahan yang dilakukan tergantung


pada jenis ancaman tingkat bahaya ancaman. Sesuai dengan tingkat bahaya
ancaman, ditetapkan tiga tingkat SIAGA BENDUNGAN, yaitu: siaga III
(awal/rendah), siaga II (menengah), siaga I ( tinggi).

Pada prinsipnya: setiap ditemukan adanya suatu ancaman terhadap


keamanan bendungan, tindakan yang perlu segera dilakukan adalah:
observasi terus menerus terhadap perkembangan situasi dan peningkatan
pelaksanaan pemantauan dari pemantauan regular menjadi pemantauan
yang lebih intensif.

1. Tingkat siaga III (awal)


Diberlakukan bila ancaman yang terjadi diyakini dapat ditangani oleh para
ahli.
Tindakan yang dilakukan:
a. berupa tindakan teknis dan atau operasional mulai dari peningkatan
pemantauan, observasi terhadap perkembangan situasi, perbaikan secara
tepat atau bila perlu penurunan muka air waduk.
b. meningkatan kesiapan system peringatan banjir.

Tujuan dari tindakan ini adalah: untuk menghilangkan ancaman atau untuk
menjaga agar ancaman tidak semakin parah.

2. Tingkat siaga II (menengah)


Diberlakukan bila ancaman semakin parah dan ancaman tidak pasti/tidak
yakin dapat ditangani oleh para ahli.
Tindakan yang dilakukan adalah:
a. tindakan teknis dan atau operasional, umumnya perlu segera penurunan
muka air waduk, lanjutkan observasi terhadap perkembangan situasi,
b. permintaan/perintah kesiapan penuh system peringatan banjir.
c. kesiapan penuh system gawar banjir,

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi


Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung

d. siap evakuasi seluruh penduduk di daerah genangan banjir, (penduduk


terkena risiko/penris)
e. bila perlu lakukan evakuasi sebagian penduduk terkena risiko terbesar.

Tujuan dari tindakan ini: pada tahap awal adalah mengurangi risiko, kemudian
memastikan bahwa penduduk dapat dievakuasi dalam waktu yang singkat
khususnya bila penurunan muka air waduk tidak dapat berjalan dengan cepat.

3. Tingkat siaga I (tinggi)


Diberlakukan bila berdasar penilaian ahli bendungan, kemungkinan tidak
dapat dihindari terjadinya keruntuhan bendungan.

Tindakan yang dilakukan pada situasi ekstrim ini adalah: permintaan


pengumuman akan terjadinya bahaya banjir bendungan dan pelaksanaan
evakuasi seluruh penduduk terkena risiko. Tujuan dari tindakan ini adalah
mengevakuasi seluruh penduduk sebelum terjadinya bencana dahsyat.

Gambar II.13-Strategi dalam penanganan kondisi darurat

Agar strategi penganan kondisi darurat ini dapat dijalankan dengan tepat,
dam specialist dari pengelola bendungan harus tahu apa penyebab terjadinya

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi


Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung

ancaman dan bagaimana perkembangannya dari waktu ke waktu. Untuk itu


diperlukan: data perilaku bendungan yang lebih banyak, demikian pula
pembacaan instrument yang lebih rapat melalui peningkatan pemantauan
atau pemantauan intensif seperti gambar berikut:

Gambar II.14-Konsep pemantauan; Kiri: pemantauan regular; Kanan:


pemantauan intensif

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi


Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung

Gambar II.15-Contoh matriks ancaman dan upaya perlindungan pada kondisi darurat
(Konsepsi Keamanan Bendungan Swiss)

2.4.3 Persiapan
Kegiatan yang dilakukan pada persiapan, yaitu:
a. Planning
Kegiatan yang dilakukan:
1. Penetapan daerah potensi genangan banjir berdasar analisis keruntuhan
bendungan (dam break analysis)
2. Pembuatan peta evakuasi, termasuk arti tanda bunyi sirine dan
bagaimana/apa yang harus dilakukan penduduk, arah dan jalan
pengungsian, titik pertemuan pengungsi.
b. Penyiapan peralatan
Peralatan yang harus disiapkan adalah peralatan system gawar darurat atau
system peringatan dini, berupa sirine di bendungan dan di daerah potensi
genangan banjir di hilir. Disamping itu juga penyiapan bahan yang diperlukan
pada saat terjadi kondisi darurat, yang dapat berupa bahan banjiran yang
diperlukan untuk perbaikan sementara dan bahan yang diperlukan di tempat
pengungsian.
c. Pembentukan organisasi penanggulangan bencana
Organisasi penanggulangan bencana keruntuhan bendungan tidak dibentuk
secara khusus, tapi menggunakan organisasi Satuan Pelaksana
Penanggulangan Bencana (Satlak PB/Satkorlak PB) yang telah ada di daerah
yang sekarang berada dibawah koordinasi Badan Nasional Penanggulangan
Bencana (BNPB) untuk tingkat pusat, atau Badan Penanggulangan Bencana
Daerah (BPBD). Yang diperlukan adalah menguraikan secara jelas tugas
setiap instansi yang terlibat dalam penanggulangan bencana; demikian pula
system komunikasinya.
d. Pelatihan dan sosialisasi
Pelatihan yang dilakukan berupa pelatihan bagi petugas O&P bendungan dan
pelatihan/simulasi bagi anggota Satlak/Satkorlak PB atau instansi yang terkait
dalam penanggulangan bencana yang dikoordinasikan dengan Badan

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi


Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung

Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) untuk tingkat pusat, atau Badan


Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD).
Sosialisasi dilakukan terhadap penduduk terkena risiko di daerah potensi
genangan banjir. Sosialisasi hendaknya dilakukan secara hati-hati agar tidak
menimbulkan keresahan masyarakat. Sosialisasi diawali dengan penjelasan
ringkas mengenai konsepsi keamanan bendungan, kemudian baru dijelaskan
rencana tindak darurat.

Gambar II.16-Contoh peta evakuasi penduduk dalam rencana tindak darurat

2.5 Latihan
1. Agar keamanan bendungan terwujud, pilar-pilar apa saja yang harus dimiliki
suatu bendungan? Jelaskan!
2. Jelaskan tiga kreteria pokok yang harus dipenuhi agar bendungan aman
ditinjau dari aspek strukturnya!
3. Jelaskan tujuan pemantauan perilaku bendungan!

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi


Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung

2.6 Rangkuman
Bendungan dianggap aman apabila pembangunan dan pengelolaan bendungan
telah memenuhi konsepsi dan kaidah-kaidah keamanan bendungan yang tertuang
didalam peraturan, standar, pedoman dan manual (NSPM) yang berlaku.
Konsepsi Keamanan Bendungan yang memiliki 3 pilar sebagai berikut:
1. Pilar I : Keamanan struktur
Bendungan harus didesain dan dikonstruksi sesuai perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, kokoh dan aman untuk segala kondisi dan
kombinasi beban kerja serta aman dioperasikan pada segala kondisi operasi.
2. Pilar II : Pemantauan dan pemeliharaan
Bendungan harus selalu dipantau sehingga dapat diketahui sedini mungkin
setiap problem yg sedang berkembang sebelum menjadi ancaman yang nyata
dan selalu dipelihara dengan baik sehingga selalu siap dioperasikan pada
segala kondisi operasi.
3. Pilar III : Kesiapsiagaan Tanggap Darurat
Pemilik/Pengelola bendungan harus selalu siap siaga menghadapi kondisi
darurat sampai kondisi terburuk dari bendungan yang dimilikinya /dikelolanya.
Penanganan pada kondisi darurat tidak dibenarkan dilakukan dengan cara
”improvisasi” / coba-coba tetapi harus berdasarkan RENCANA TINDAK
DARURAT yang telah disiapkan secara matang.

Upaya-upaya yang dilakukan pada Pilar I, adalah merupakan upaya untuk


mengurangi risiko kegagalan bendungan, sedang upaya-upaya pada Pilar II dan
Pilar III adalah merupakan upaya untuk menjaga agar risiko yang ada/yang tersisa
tidak berkembang menjadi lebih buruk.

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi


Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung

PENUTUP

A. Simpulan
Bendungan disamping memiliki manfaat yang besar, juga menyimpan potensi
bahya yang besar pula. Pengaturan keamanan bendungan dimaksudkan untuk
mewujudkan tertib penyelenggaraan pembangunan dan pengelolaan bendungan
agar layak teknis desain dan konstruksi, aman dalam pengelolaannya, sehingga
dapat mencegah atau sekurang-kurangnya mengurangi risiko kegagalan
bendungan. Pengaturan keamanan bendungan ditujukan untuk melindungi
bendungan dari kemungkinan kegagalan bendungan, serta melindungi jiwa, harta
dan prasarana umum di wilayah yang terpengaruh oleh potensi bahaya akibat
kegagalan bendungan.

Setiap pembangunan bendungan harus melalui tiga tahapan kajian dan mendapat
tiga macam persetujuan dari Menteri PU, yaitu: kajian desain untuk persetujuan
desain dan izin pelaksanaan konstruksi, kajian pelaksanaan konstruksi untuk izin
pengisian awal waduk dan kajian pelaksanaan pengisian awal untuk izin
pengoperasian bendungan. Keamanan suatu bendungan merupakan tanggung
jawab pemilik bendungan. Bendungan dianggap aman apabila pembangunan dan
pengelolaannya telah memenuhi konsepsi dan kaidah-kaidah keamanan
bendungan yang tertuang dalam berbagai NSPM terkait. Agar keamanan suatu
bendungan terwujud, harus didukung dengan tiga pilar, yaitu:
a. Pilar 1 : Keamanan Struktur
b. Pilar 2 : Pemantauan dan Pemeliharaan
c. Pilar 3 : Kesiapsiagaan Tanggap Darurat

Bendungan dianggap aman ditinjau dari aspek keamanan struktur, apabila


memenuhi tiga kriteria pokok sebagai berikut:
1. Bendungan harus aman terhadap semua beban yang bekerja pada segala
kondisi operasi.
2. Bendungan harus aman terhadap kegagalan hidrolik
3. Bendungan harus aman terhadap kegagalan akibat rembesan

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi


Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung

Bendungan perlu dipantau perilakunya, karena bendungan akan selalu mendapat


ancaman dari fenomena alam berupa banjir dan gempa yang dapat mengancam
keamananan bendungan, dan sejalan dengan perjalanan waktu secara alami
karakteristuk struktur akan berubah yang mengarah pada penurunan mutu.
Pemantauan bendungan bertujuan untuk mengetahui sedini mungkin problem
yang sedang berkembang sebelum menjadi ancaman yang nyata, hingga dapat
diambil tindakan secepatnya sebelum problem berkembang lebih buruk. Rencana
Tanggap Darurat, disusun dengan prinsip: Pengelola bendungan dan Organisasi
Penanggulangan selalu siap menghadapi segala kondisi darurat (sampai kondisi
terburuk), sehingga risiko kegagalan bendungan dapat ditekan sekecil mungkin.

B. Tindak Lanjut
Sebagai tindak lanjut dari pelatihan ini, peserta diharapkan mengikuti kelas
lanjutan untuk dapat memahami dan menerapkan detail Perencanaan Embung
dan ketentuan pendukung terkait lainnya, sehingga memiliki pemahaman yang
komprehensif mengenai Perencanaan Embung.

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi


Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung

EVALUASI FORMATIF

Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilakukan diakhir pembahasan modul


konsepsi kebijakan embung pada Pelatihan Perencanaan Embung. Evaluasi ini
dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman peserta pelatihan
terhadap materi yang disampaikan dalam modul.

A. Soal
Anda diminta untuk memilih salah satu jawaban yang benar dari petanyaan-
pertanyaan di bawah ini!
1. Pengaturan keamanan bendungan ditujukan untuk melindungi bendungan
dari…..
a. memperlambat aliran air permukaan
b. kemungkinan kegagalan bendungan, serta melindungi jiwa, harta dan
prasarana
c. kemungkinan terjadinya kondisi darurat
d. meningkatkan produktifitas lahan untuk mencapai hasil pertanian yang
optimal
e. benar semua

2. Berikut ini merupakan fungsi komisi keamanan bendungan, kecuali …..


a. mengatur agar setiap bendungannya selalu berada di dalam pemantauan
satuan yang bertugas melakukan pemantauan perilaku bendungan
b. pemberian rekomendasi kepada Menteri dalam rangka pemberian
persetujuan desain, izin pengisian awal, izin operasi, persetujuan desain
perubahan atau persetujuan desain rehabilitasi, dan izin penghapusan
fungsi bendungan
c. pemberian rekomendasi kepada Menteri PU dalam penyiapan
rekomendasi teknis kepada menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang lingkungan hidup dalam rangka pemberian izin
penempatan awal limbah tambang
d. pengkajian terhadap hasil kegiatan yang dilakukan oleh Balai Bendungan
e. penyelenggaraan inspeksi bendungan bersama Balai Bendungan

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi


Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung

3. Berikut ini merupakan kewajiban pemilik/pengelola bendungan setelah


bendungan selesai dibangun dan memasuki tahap operasi, kecuali....
a. mengumpulkan serta mengarsipkan data sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
b. melakukan pemantauan kondisi bendungan
c. melakukan pemeliharaan bendungan
d. melakukan kegiatan operasional
e. memiliki kesiagaan menghadapi kondisi darurat

4. Berikut ini merupakan salah satu kriteria pokok dalam desain bendungan agar
keamanan struktur bendungan tercapai, yaitu.....
a. aman terhadap kegagalan bendungan
b. aman terhadap kegagalan hidrologi
c. aman terhadap kegagalan banjir
d. aman terhadap kegagalan akibat rembesan
e. aman terhadap kegagalan operasional

5. Berikut ini merupakan tindakan yang dilakukan dalam tingkat kesiagaan III
(awal), adalah…..
a. tindakan teknis dan atau operasional, umumnya perlu segera penurunan
muka air waduk, lanjutkan observasi terhadap perkembangan situasi
b. pengelolaan sumber daya air, mencakup manajemen kuantitas air dan
kualitas air
c. siap evakuasi seluruh penduduk di daerah genangan banjir, (penduduk
terkena risiko/penris)
d. permintaan pengumuman akan terjadinya bahaya banjir bendungan dan
pelaksanaan evakuasi seluruh penduduk terkena risiko
e. meningkatan kesiapan system peringatan banjir

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi


Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung

B. Umpan Balik dan Tindak Lanjut


Untuk mengetahui tingkat penguasaan peserta pelatihan terhadap materi yang di
paparkan dalam materi pokok, gunakan rumus berikut :

Jumlah Jawaban Yang Benar


Tingkat Penguasaan= × 100 %
Jumlah Soal

Arti tingkat penguasaan :


90 - 100 % : baik sekali
80 - 89 % : baik
70 - 79 % : cukup
< 70 % : kurang

Diharapkan dengan materi yang diberikan dalam modul ini, peserta dapat
memahami dan menerapkan konsepsi kebijakan embung. Proses berbagi dan
diskusi dalam kelas dapat menjadi pengayaan akan materi konsepsi kebijakan
embung. Untuk memperdalam pemahaman terkait materi konsepsi kebijakan
embung, diperlukan pengamatan pada beberapa modul-modul mata pelatihan
terkait atau pada modul-modul yang pernah Anda dapatkan serta melihat variasi-
variasi modul-modul yang ada pada media internet, sehingga terbentuklah
pemahaman yang utuh akan Perencanaan Embung.

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi


Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung

DAFTAR PUSTAKA

Undang-Undang RI nomor 7 tahun 2004, tentang Sumber Daya Air.

Undang-undang RI no.24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana.

Peraturan Pemerintah Indonesia no. 37 tahun 2010 tentang bendungan.

Tatacara Keamanan Bendungan, SNI 1731-1989-F, Oktober 1987.

Pedoman Penyiapan Rencana Tindak Darurat, Kep Dirjen Pengairan


no.94/KPTS/1998, Juli 1998.

H.Pougatsch, R.W. Muller & A.Kobelt, Water Alarm Concept in Swistzerland,


Federal Office for Water and Geology FOWG, Baden Swistzerland, Feb 2003

L.Mouver, R.W.Muller & H.Pougatsch, Structural safety of dams, according to the


new Swiss legislation, Federal Office for Water and Geology FOWG, Baden
Swistzerland, Feb 2003.

Rudolf Biederman Dr, Safety concept for dams development for dams
development of the Swiss concept since 1980, Federal Office for Water and
Geology FOWG, Baden Swistzerland, Feb 2003.

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi


Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung

GLOSARIUM

Air : Semua air yang terdapat pada, di atas, ataupun


di bawah permukaan tanah, seperti air
permukaan, air tanah, air hujan, dan air laut yang
berada di darat.

Aliran Sungai : Daerah sekitar sungai, yang melebar sampai ke


punggung bukit (gunung) yang merupakan
daerah sumber air, tempat semua curahan air
hujan yang jatuh di atasnya mengalir ke dalam
sungai.
DAS : Daerah Aliran Sungai.

Daerah Aliran Sungai : Suatu wilayah daratan yang merupakan satu


kesatuan dengan sungai dan anak-anak
sungainya, yang berfungsi menampung,
menyimpan, dan mengalirkan air yang berasal
dari curah hujan ke danau atau ke laut secara
alami, yang batas di darat merupakan pemisah
topografis dan batas di laut sampai dengan
daerah perairan yang masih terpengaruh aktifitas
daratan.
Daya air : Potensi yang terkandung dalam air dan atau
sumber daya air yang dapat member manfaat
ataupun kerugian bagi kehidupan manusia dan
lingkungannya.

Erosi : Hal menjadi aus (berlubang) karena geseran air


(tentang batu).

Hidrologi : Ilmu tentang air di bawah tanah,


keterdapatannya, peredaran dan sebarannya,
persifatan kimia dan fisikanya, reaksi dengan
lingkungan, termasuk hubungannya dengan

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi


Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung

makhluk hidup.
Operasional : Secara (bersifat) operasi; berhubungan dengan
operasi.

Sumber Air : Tempat atau wadah air alami dan atau buatan
yang terdapat pada, di atas, ataupun di bawah
permukaan tanah.

Sumber Daya Air Air, sumber air, dan daya air yang dikandung di
dalamnya.

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi


Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung

KUNCI JAWABAN

Berikut ini merupakan kumpulan jawaban atau kata kunci dari setiap butir
pertanyaan yang terdapat di dalam modul. Kunci jawaban ini diberikan dengan
maksud agar peserta pelatihan dapat mengukur kemampuan diri sendiri.

Adapun kunci jawaban dari soal latihan pada setiap materi pokok, sebagai berikut:

Latihan Materi Pokok 1


1. Pengaturan keamanan bendungan diperlukan untuk melindungi
masyarakat dari ancaman potensi bahaya bendungan, pembangunan dan
pengelolaan bendungan perlu diatur secara khusus. Sehingga Menteri
Pekerjaan Umum pada tahun 1997 telah mengeluarkan Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum nomor 72/PRT/1997 tentang Keamanan Bendungan,
kemudian pada tahun 2010 Pemerintah mengeluarkan PP no. 37 tahun 2010
tentang Bendungan yang mengatur mengenai : pembangunan bendungan,
pengelolaan bendungan, keamanan bendungan, dokumentasi dan informasi,
dll.
2. Adapun maksud dan tujuan dari pengaturan keamanan bendungan
adalah:
a. Pengaturan keamanan bendungan dimaksudkan untuk mewujudkan tertib
penyelenggaraan pembangunan dan pengelolaan bendungan agar layak
teknis desain dan konstruksi, aman dalam pengelolaannya, sehingga
dapat mencegah atau sekurang-kurangnya mengurangi risiko kegagalan
bendungan.
b. Pengaturan keamanan bendungan ditujukan untuk melindungi bendungan
dari kemungkinan kegagalan bendungan, serta melindungi jiwa, harta dan
prasarana umum di wilayah yang terpengaruh oleh potensi bahaya akibat
kegagalan bendungan.
3. Berikut ini macam-macam kajian serta persetujuan dan izin dalam
rangka keamanan bendungan:

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi


Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung

Jenis persetujuan dan izin keamanan


No. Jenis kajian
bendungan
Kajian desain Persetujuan desain dan izin pelaks
1.
konstruksi
Kajian pelaksanaan konstruksi Izin pengisian awal waduk (untuk
2. (laporan evaluasi dan persiapan bendungan limbah tambang izin ini
pengelolaan bendungan) dikeluarkan oleh KLH)

Kajian pelaksanaan pengisian awal Izin pengoperasian bendungan, (untuk


3. waduk (+laporan evaluasi, kesiapan bendungan limbah tambang izin
pengelolaan bendungan) inidikeluarkan oleh KLH)
Kajian penghapusan fungsi Izin penghapusan fungsi bendungan
4. bendungan

Latihan Materi Pokok 2


1. Pilar-pilar yang harus dimiliki suatu bendungan:
Pilar I : Keamanan struktur
Bendungan harus didesain dan dikonstruksi sesuai perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, kokoh dan aman untuk segala kondisi dan
kombinasi beban kerja serta aman dioperasikan pada segala kondisi operasi.
Pilar II : Pemantauan dan pemeliharaan
Bendungan harus selalu dipantau sehingga dapat diketahui sedini mungkin
setiap problem yg sedang berkembang sebelum menjadi ancaman yang nyata
dan selalu dipelihara dengan baik sehingga selalu siap dioperasikan pada
segala kondisi operasi.
Pilar III : Kesiapsiagaan Tanggap Darurat
Pemilik/Pengelola bendungan harus selalu siap siaga menghadapi kondisi
darurat sampai kondisi terburuk dari bendungan yang dimilikinya /dikelolanya.
Penanganan pada kondisi darurat tidak dibenarkan dilakukan dengan cara
”improvisasi” / coba-coba tetapi harus berdasarkan RENCANA TINDAK
DARURAT yang telah disiapkan secara matang.
2. Agar keamanan struktur bendungan tercapai, desain bendungan harus
memenuhi 3 kriteria pokok, sebagai berikut:
a. Aman terhadap kegagalan struktural dan operasional.
b. Aman terhadap kegagalan hidrolik

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi


Modul 3 Konsepsi Kebijakan Embung

c. Aman terhadap kegagalan akibat rembesanAspek Teknis Sumber Daya


Air
3. Tujuan pemantauan adalah untuk mengetahui sedini mungkin
penyimpangan atau problem yang sedang berkembang sebelum menjadi
ancaman bagi keamanan bendungan, hingga dapat diambil langkah perbaikan
secara cepat dan tepat.

Adapun kunci jawaban dari soal evaluasi formatif, sebagai berikut :


1. b (kemungkinan kegagalan bendungan, serta melindungi jiwa, harta dan
prasarana)
2. a (mengatur agar setiap bendungannya selalu berada di dalam pemantauan
satuan yang bertugas melakukan pemantauan perilaku bendungan)
3. d (melakukan kegiatan operasional)
4. d (aman terhadap kegagalan akibat rembesan)
5. e (meningkatan kesiapan system peringatan banjir)

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi

Anda mungkin juga menyukai