MODUL 03
2019
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI
Balai Uji Coba Sistem Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi
Modul 03 Pengelolaan Kawasan Pesisir
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya
Modul Pengelolaan Kawasan Pesisir sebagai salah satu mata pelatihan dalam
Pelatihan Perencanaan Bangunan Pengaman Pantai. Modul ini disusun untuk
memenuhi kebutuhan kompetensi dasar Aparatur Sipil Negara (ASN) yang
tersebar di beberapa unit organisasi bidang sumber daya air di lingkungan
Kementerian PUPR.
Modul Pengelolaan Kawasan Pesisir ini disusun dalam 3 (tiga) bagian yang
terbagi atas pendahuluan, materi pokok, dan penutup. Penyusunan modul yang
sistematis diharapkan mampu mempermudah peserta pelatihan dalam memahami
perencanaan bangunan pengaman pantai. Penekanan orientasi pembelajaran
pada modul ini lebih menonjolkan partisipasi aktif dari para peserta.
Akhirnya, ucapan terima kasih dan penghargaan kami sampaikan kepada Tim
Penyusun dan Narasumber, sehingga modul ini dapat diselesaikan dengan baik.
Penyempurnaan maupun perubahan modul di masa mendatang senantiasa
terbuka dan dimungkinkan mengingat akan perkembangan situasi, kebijakan dan
peraturan yang terus menerus terjadi. Semoga Modul ini dapat memberikan
manfaat bagi peningkatan kompetensi Aparatur Sipil Negara (ASN) di lingkungan
Kementerian PUPR.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................ii
DAFTAR TABEL.....................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR.................................................................................................iii
PETUNJUK PENGGUNAAN....................................................................................v
PENDAHULUAN......................................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................................1
B. Deskripsi Singkat................................................................................................1
C. Tujuan Pembelajaran.........................................................................................1
D. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok..................................................................1
E. Estimasi Waktu...................................................................................................2
MATERI POKOK 1 PERMASALAHAN FISIK DAN NON FISIK.............................3
1.1 Permasalahan Fisik............................................................................................3
1.2 Permasalahan Non Fisik....................................................................................8
1.3 Latihan................................................................................................................8
1.4 Rangkuman.........................................................................................................8
MATERI POKOK 2 UPAYA PENANGANAN KERUSAKAN PANTAI....................9
2.1 Kriteria Kerusakan Pantai...................................................................................9
2.2 Tolak Ukur Kerusakan......................................................................................11
2.3 Prosedur Pembobotan dan Penentuan Prioritas..............................................12
2.4 Latihan..............................................................................................................13
2.5 Rangkuman......................................................................................................13
MATERI POKOK 3 PENATAAN KAWASAN PESISIR TERPADU......................14
3.1 Konsep Penataan.............................................................................................14
3.2 Contoh Penataan Kawasan Pesisir..................................................................14
3.3 Latihan..............................................................................................................14
3.4 Rangkuman......................................................................................................14
PENUTUP...............................................................................................................15
A. Simpulan...........................................................................................................15
B. Tindak Lanjut....................................................................................................15
EVALUASI FORMATIF..........................................................................................16
A. Soal...................................................................................................................16
B. Umpan Balik dan Tindak Lanjut.......................................................................16
DAFTAR PUSTAKA
GLOSARIUM
KUNCI JAWABAN
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
PETUNJUK PENGGUNAAN
Deskripsi
Modul Pengelolaan Kawasan Pesisir ini terdiri dari 3 (tiga) materi pokok. Materi
pokok pertama membahas permasalahan fisik dan permasalahan non fisik Materi
pokok kedua membahas upaya penanganan kerusakan pantai. Materi pokok
ketiga membahas penataan kawasan pesisir terpadu.
Persyaratan
Dalam mempelajari modul ini, peserta pelatihan diharapkan dapat menyimak
dengan seksama penjelasan dari pengajar, sehingga dapat memahami dengan
baik materi yang merupakan kemampuan wawasan umum dari Pelatihan
Perencanaan Bangunan Pengaman Pantai. Untuk menambah wawasan, peserta
diharapkan dapat membaca terlebih dahulu materi yang berkaitan dengan
peraturan perundangan dan kebijakan strategis terkait pantai dalam ruang lingkup
dan sumber lainnya.
Metode
Dalam pelaksanaan pembelajaran ini, metode yang dipergunakan adalah dengan
kegiatan pemaparan yang dilakukan oleh Pengajar/Widyaiswara/Fasilitator,
dengan adanya kegiata ceramah, tanya jawab dan diskusi.
Alat Bantu/Media
Untuk menunjang tercapainya tujuan pembelajaran ini, diperlukan Alat
Bantu/Media pembelajaran tertentu, yaitu: LCD/projector, Laptop, white board
dengan spidol dan penghapusnya, bahan tayang, modul dan/atau bahan ajar serta
film/visualisasi.
Kompetensi Dasar
Setelah mengikuti seluruh rangkaian pembelajaran dalam mata pelatihan ini,
peserta diharapkan mampu mengidentifikasi permasalahan di pantai dan dapat
mengusulkan alternatif upaya penanganan kerusakan pantai dalam rangka
penataan kawasan pesisir secara terpadu.
A. Latar Belakang
Wilayah pesisir merupakan wilayah yang penting ditinjau dari berbagai sudut
pandang perencanaan dan pengelolaan. Pengelolaan Wilayah Pesisir Terpadu
mendefenisikan wilayah pesisir sebagai kawasan peralihan yang menghubungkan
ekosistem darat dan ekosistem laut yang terletak antara batas sempadan kearah
darat sejauh pasang tertinggi dan ke arah laut sejauh pengaruh aktivitas dari
daratan.
Wilayah pesisir memiliki nilai ekonomi tinggi, namun terancam
keberlanjutannya. Dengan potensi yang unik dan bernilai ekonomi tadi maka
wilayah pesisir dihadapkan pada ancaman yang tinggi pula, maka hendaknya
wilayah pesisir ditangani secara khusus agar wilayah ini dapat dikelola secara
berkelanjutan. Transisi antara daratan dan lautan di wilayah pesisir telah
membentuk ekosistem yang beragam dan sangat produktif serta memberikan nilai
ekonomi yang luar biasa terhadap manusia. Sejalan dengan pertambahan
penduduk dan peningkatan kegiatan pembangunan sosial-ekonomi “nilai” wilayah
pesisir terus bertambah. Konsekuensi dari tekanan terhadap pesisir ini adalah
masalah pengelolaan yang timbul karena konflik pemanfaatan yang timbul akibat
berbagai kepentingan yang ada di wilayah pesisir.
Wilayah pesisir dan laut sebagai ekosistem yang dinamis memiliki karakteristik
yang sangat unik. Keunikan wilayah ini mengisyaratkan pentingnya pengelolaan
wilayah tersebut untuk dikelola secara terpadu dan bijaksana.
B. Deskripsi Singkat
Mata pelatihan ini membahas materi permasalahan fisik dan non fisik yang terjadi
di pantai, upaya penanganan kerusakan pantai, serta penataan kawasan pesisir
terpadu. Pembelajaran disampaikan dengan metode ceramah, tanya jawab, dan
diskusi. Keberhasilan peserta pelatihan dinilai dari kemampuan untuk
mengidentifikasi permasalahan di pantai dan dapat mengusulkan alternative
upaya penanganan kerusakan pantai dalam rangka penataan kawasan pesisir
secara terpadu.
C. Tujuan Pembelajaran
1. Kompetensi Dasar
Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran dalam mata pelatihan ini, peserta
diharapkan mampu mengidentifikasi permasalahan di pantai dan dapat
mengusulkan alternative upaya penanganan kerusakan pantai dalam rangka
penataan kawasan pesisir secara terpadu.
2. Indikator Keberhasilan
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta diharapkan mampu :
1) Menjelaskan dan memahami permasalahan baik fisik maupun non fisik.
2) Menjelaskan upaya penanganan kerusakan pantai.
3) Menjelaskan penataan kawasan pesisir terpadu.
E. Estimasi Waktu
Alokasi waktu yang diberikan untuk pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk
mata pelatihan “Pengelolaan Kawasan Pesisir” ini adalah 4 (empat) jam pelajaran
(JP) atau sekitar 180 menit.
MATERI POKOK 1
PERMASALAHAN FISIK DAN NON FISIK
1) Erosi
Erosi pantai adalah proses mundurnya pantai dari kedudukan semula yang
disebabkan oleh tidak adanya keseimbangan antara pasok dan kapasitas
angkutan sedimen. Perubahan morfologi pantai jenis ini biasa terjadi pada pantai
landai (berpasir atau berlumpur). Beberapa faktor penyebab yang sering
mengakibatkan terjadinya erosi pantai antara lain :
a) Pengaruh adanya bangunan pantai yang menjorok ke laut
b) Penambangan material pantai dan sungai
c) Pemindahan muara sungai
d) Pencemaran perairan pantai yang dapat mematikan karang dan pohon
bakau
Sedimen transpor melintang pantai terdiri dari transpor sedimen ke arah laut
(off shore transport), misalnya yang terjadi pada saat gelombang besar atau
badai dan dalam arah sebaliknya, yaitu transpor sedimen ke arah pantai
(onshore transport), yang berlangsung selama kondisi gelombang normal.
Transpor dalam kedua arah ini terjadi dalam mekanisme yang secara
signifikan berbeda dan skala waktu yang tidak sama
Transpor ke arah laut lebih sederhana dari keduanya dan cenderung terjadi
dengan kecepatan lebih besar dan sebagai sebuah proses yang lebih teratur
dengan transpor kira-kira sesuai pada seluruh profil aktif. Transpor sedimen
ke arah pantai dalam region yang dibatasi oleh endapan sedimen lepas pantai
sering terjadi dalam gerakan serupa gelombang yang disebut sebagai sistem
”punggung-dan-lembah” dimana sekumpulan pasir bergerak maju, bergabung,
dan memperlebar pantai yang kering. Pemahaman lengkap tentang transpor
sedimen melintang pantai adalah rumit akibat kontribusi transpor sedimen
suspensi dan sedimen dasar.
Sedimentasi di muara sungai terdiri atas dua proses yaitu:
(1) Penutupan muara sungai terjadi tepat di mulut muara sungai (river
mouth) pada pantai yang berpasir atau berlumpur, yang
mengakibatkan terjadinya formasi ambang (bar) di muara. Mulut
Muara adalah bagian dari muara dimana ambang terbentuk. Proses
Permasalahan non fisik yang terjadi di pantai ini terdiri dari beberapa
permasalahan, seperti:
1) Permasalahan Hukum
Permasalahan hukum timbul karena belum adanya perangkat hukum yang
memadai dalam rangka pengelolaan daerah pantai. Misalnya perangkat hukum
yang berkaitan dengan batas sempadan pantai, pemanfaatan sempadan pantai,
reklamasi pantai, penambangan pasir dan karang, dan pemotongan tanaman
pelindung pantai. Disamping itu pemahaman hukum oleh masyarakat yang masih
kurang, misalnya membuang limbah ke pantai tanpa diproses dan membangun
tempat usaha tanpa memiliki ijin yang benar.
1.3 Latihan
1. Jelaskan menurut anda apa saja yang termasuk dalam permasalahan fisik
pengaman pantai!
1.4 Rangkuman
Daerah pantai disamping mempunyai potensi yang cukup besar juga mempunyai
permasalahan yang cukup banyak. Permasalahan tersebut diantaranya
permasalahan fisik dan non fisik, yang termasuk dalam permasalahan fisik
diantaranya adalah erosi pantai, hilangnya pelindung alami pantai, ancaman
gelombang badai atau tsunami, sedimentasi pantai dan transpor sedimen
melintang pantai. Permasalahan non fisik pantai terdiri dari permasalahan hukum,
permasalahan sumber daya manusia dan permasalahan institusi manusia.
MATERI POKOK 2
UPAYA PENANGANAN KERUSAKAN PANTAI
Daerah pantai atau pesisir memiliki sifat yang dinamis dan rentan terhadap
perubahan lingkungan baik karena proses alami maupun aktivitas manusia.
Manusia melakukan berbagai aktivitas untuk meningkatkan taraf hidupnya,
sehingga melakukan perubahan-perubahan terhadap ekosistem dan sumberdaya
alam yang berpengaruh terhadap lingkungan di daerah pantai. Daerah pantai atau
pesisir setidaknya memilikikarakteristik sebagai berikut :
a) Terdapat keterkaitan ekologis baik antar ekosistem di dalam kawasan
pesisir maupun antara kawasan pesisir dengan lahan atas dan laut lepas.
b) Dalam suatu kawasan pesisir biasanya terdapat lebih dari dua macam
sumberdaya alam dan jasa-jasa lingkungan yang dapat dikembangkan
untuk kepentingan pembangunan, misalnya untuk wisata, perikanan,
permukiman dan pertambakan.
c) Dalam suatu kawasan pesisir, pada umumnya terdapat lebih dari satu
kelompok masyarakat yang memiliki keterampilan atau keahlian dan
b) Kerusakan Bangunan
c) Kriteria Sedimentasi
Kriteria sedimentasi yang dimaksudkan disini adalah sedimentasi yang
menyebabkan banjir muara atau gangguan terhadap pelayaran yang
memanfaatkan muara sungai. Permasalahan sedimentasi di muara sungai ada
dua macam, yaitu:
(1) Penutupan muara sungai terjadi tepat di mulut muara sungai pada
pantai yang berpasir atau berlumpur yang dapat mengakibatkan
terjadinya ambang (bar) atau lidah pasir (sand spit) di muara. Mulut
muara adalah bagian dari muara dimana ambang terbentuk. Proses ini
terjadi akibat transpor sedimen menyusur pantai yang cukup besar dan
debit sungai yang relatif kecil sehingga tidak mempunyai kemampuan
untuk menggelontor lidah pasir yang terjadi (terbentuk) di muara
sungai. Gambar R menunjukkan mekanisme penutupan muara sungai.
Peristiwa ini menyebabkan muara sungai tidak stabil dan dapat
berpindah-pindah.
(2) Pendangkalan muara sungai dapat terjadi mulai dari muara ke hulu
sampai pada suatu lokasi di sungai yang masih terpengaruh oleh intrusi
air laut (pasang surut dan kegaraman). Proses pendangkalan muara
sungai disebabkan oleh terjadinya pengendapan sedimen terutama
yang berasal dari hulu sungai. Hal ini dapat terjadi karena aliran sungai
tidak mampu mengangkut sedimen tersebut ke laut.
b) Areal Pertanian
Areal pertanian yang terlalu dekat dengan pantai (berada di daerah
sempadan pantai) dapat terancam keberadaannya akibat limpasan
gelombang. Tolok ukur penilaian kerusakan lingkungan pantai akibat letak
areal pertanian adalah keberadaannya di sempadan pantai dan kerentanan
pantai terhadap erosi
d) Perairan Pantai
Pencemaran lingkungan perairan pantai yang akan dikaji adalah
pencemaran yang disebabkan oleh tumpahan minyak, pembuangan limbah
perkotaan dan kandungan material halus di perairan tersebut. Pencemaran
lingkungan perairan pantai ini dapat berdampak buruk terhadap kehidupan
biota pantai dan masyarakat yang bermukim di sekitar pantai tersebut.
Tolok ukur penilaian kerusakan lingkungan pantai akibat pencemaran
limbah perkotaan dan minyak adalah dilihat dari tingkat kandungan limbah
yang ditunjukkan oleh warna, kandungan sampah dan bau limbah tersebut.
Dengan demikian pencemaran perairan yang ditinjau hanya merupakan
indikasi awal pencemaran lingkungan yang harus ditindaklanjuti dengan
survei berikutnya untuk mendapatkan informasi yang lebih detail.
e) Air tanah
Pencemaran air tanah akibat intrusi air laut terhadap sumur-sumur
penduduk dan sumber pengambilan air baku di sekitar pantai dapat
menimbulkan gangguan terhadap penyediaan air baku dan air bersih di
wilayah tersebut. Dan pada tingkat pencemaran yang tinggi dapat
membahayakan kehidupan manusia.
Tolok ukur penilaian kerusakan lingkungan pantai akibat intrusi air laut
terhadap air tanah adalah besaran kadar garam pada sumur-sumur
penduduk dan sumber pengambilan air baku di luar sempadan pantai.
Dengan demikian pencemaran air tanah yang ditinjau hanya merupakan
indikasi awal pencemaran lingkungan yang harus ditindaklanjuti dengan
survei berikutnya untuk mendapatkan informasi yang lebih detail. Cara
menentukan kadar garam yang terkandung di air sumur dilakukan sesuai
dengan SNI 06-2412-1991, tentang metode pengambilan contoh uji kualitas
air.
f) Terumbu Karang
Kerusakan terumbu karang pada perairan pantai akibat
perusakan/pengambilan terumbu karang dapat memberikan ancaman
b) Kerusakan bangunan
Pada kawasan pantai sering dijumpai infrastruktur buatan manusia yang
dibuat dengan tujuan tertentu, misalnya tujuan ekonomi dan transportasi,
pertahanan keamanan maupun perlindungan garis pantai. Infrastruktur
buatan manusia tersebut dapat berupa bangunan pengaman pantai, jalan,
rumah, tempat ibadah dan lainnya.
Bangunan yang dibangun pada material mudah tererosi seperti pasir atau
jenis tanah lainnya kemungkinan besar sangat rentan terhadap bahaya
kerusakan akibat gerusan. Gerusan yang terjadi pada struktur bangunan
pantai diakibatkan oleh gelombang dan arus atau kombinasi keduanya.
c) Sedimentasi
Sedimentasi di muara sungai terdiri atas dua proses yaitu penutupan dan
pendangkalan muara. Penutupan muara sungai terjadi tepat di mulut
muara sungai pada pantai yang berpasir atau berlumpur yang
mengakibatkan terjadinya formasi ambang (bar) atau lidah pasir di muara.
Proses ini terjadi karena kecilnya debit sungai terutama di musim kemarau,
sehingga tidak mampu membilas endapan sedimen di mulut muara.
Pendangkalan muara sungai dapat terjadi mulai dari muara ke hulu sampai
pada suatu lokasi di sungai yang masih terpengaruh oleh intrusi air laut
(pasang surut dan kegaraman). Proses pendangkalan muara sungai
disebabkan oleh terjadinya pengendapan sedimen dari daerah tangkapan
air yang tidak mampu terbilas oleh aliran sungai sehingga menyebabkan
banjir muara.
Jenis Kerusakan
No Tingkat Kerusakan Erosi/abrasi dan
Lingkungan Sedimentasi
kerusakan bangunan
1 Ringan (R) 50 50 50
Prioritas Bobot
Gambar II. 3 - Penilaian kerusakan pantai karena menurunnya kualitas perlindungan alami kawasan gumuk pasir
2.4 Latihan
1. Apa saja kriteria kerusakan pantai dan bagaimana penanganan yang
dilakukan!
2.5 Rangkuman
Dalam menilai tolak ukur kerusakan pantai pendekatan yang digunakan ada tiga
macam yaitu kerusakan lingkungan pantai, erosi atau abrasi dan kerusakan
bangunan serta permasalahan yang timbul akibat adanya sedimentasi. Tolak ukur
kerusakan linkungan pantai ini terdiri dari pemukiman dan fasilitas umum, areal
pertanian (perkebunan, persawahan dan pertambakan), kawasan gunduk pasir,
perairan pantai, air tanah, hutan magrove, terumbu karang, rob kawasan pesisir,
perubahan garis pantai dan kerusakan bangunan. Dari tolok ukur ini diketahui
tingkat kerusakan yang terjadi termasuk dalam tingkatan ringan, sedang, berat,
amat berat atau amat sangat berat, dari tingkatan tersebut dapat dikategorikan
prioritas penangan yang akan dilakukan serta dapat mengetahui bobot kerusakan
nya, setelah itu dapat diketahui alternatif pemecah masalah yang dilakukan dari
kerusakan lingkungan pantai tersebut.
MATERI POKOK 3
PENATAAN KAWASAN PESISIR TERPADU
seperti tambak, maka akan lebih rentan, jika hamparan tersebut digunakan
untuk beberapa peruntukan.
d. Kawasan pesisir pada umumnya merupakan sumberdaya milik bersama
(common property resources) yang dapat dimanfaatkan oleh semua orang
(open access). Pada hal setiap sumberdaya pesisir biasanya berprinsip
memaksimalkan keuntungan. Oleh karenanya, wajar jika pencemaran over
eksploitasi sumberdaya alam dan konflik pemanfaatan ruang seringkali terjadi
di kawasan ini, yang pada gilirannya dapat menimbulkan suatu tragedi bersama
(open tragedy).
menimpa pula ekosistem lainnya. Selain itu wilayah pesisir, juga dipengaruhi oleh
kegiatan manusia maupun proses-proses alamiah yang terdapat di kawasan
sekitarnya dan lahan atas (upland areas) maupun laut lepas (oceans). Kondisi
empiris di wilayah pesisir ini mensyaratkan bahwa pengelolaan wilayah pesisir dan
lautan secara terpadu harus manperhatikan segenap keterkaitan ekologis
(ecological linkages) yang dapat mempengaruhi suatu wilayah pesisir.
kompeten, kreatif dan inovatif. Konsep pengelolaan pesisir secara terpadu tengah
dicanangkan oleh masyarakat kelautan. Konsep tersebut merupakan salah satu
syarat untuk mencapai pembangunan yang optimal dan berkelanjutan.
Pembangunan yang berkelanjutan adalah pembangunan untuk memenuhi hidup
saat ini tanpa merusak atau menurunkan kemampuan generasi mendatang untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya (WCED dalam BENGEN 2000). Menurut
BENGEN (2000) secara garis besar konsep pembangunan berkelanjutan memiliki
empat dimensi: (1) ekologis, (2) sosial-ekonomi-budaya, (3) sosial politik, (4)
hukum dan kelembagan. Dalam dekade terakhir ini telah terjadi berbagai macam
kemunduran fungsi (Kerusakan) di wilayah pesisir Indonesia. Kemunduran fungsi
tersebut sebagian besar disebabkan oleh berkembangnya pemukiman kumuh
tanpa system sanitasi yang layak, berkembangnya berbagai jenis industri, serta
pembukaan lahan untuk usaha akuakultur dan pemukiman mewah tanpa melalui
studi kelayakan dan studi dampak yang proposional. Berbagai dampak dari
kemunduran fungsi tersebut telah terjadi di sebagian besar wilayah pesisir
Indonesia. Sebagai contoh adalah aliran pasang (Roh) yang menyebabkan banjir
di Semarang, berkurangnya jumlah tangkapan ikan serta berbagai jenis polusi air
di Teluk Jakarta, sedimentasi dalam jumlah besar di Delta Mahakam dan
sekitarnya yang telah menyebabkan berkurangnya populasi mangrove, hancurnya
usaha pertambakan serta pendangkalan yang terus berlangsung di Sungai
Mahakam. Usaha konservasi terhadap ekosistem terumbu karang sebagai salah
satu sumberdaya alam yang terdapat di duapertiga pantai perairan Indonesia,
kondisinya saat ini sudah sangat mengkhawatirkan. Berdasarkan data Puslitbang
Oseanologi tahun 1997, diperkirakan terumbu karang yang masih baik hanya
sekitar 6,2 % dari seluruh terumbu yang ada di Indonesia (EFFENDI 1999). Usaha
konservasi terhadap ekosistem terumbu karang menghadapi kendala besar dari
peningkatan j u m l a h penduduk beserta aktivitasnya. SUHARSONO (1988)
menyebutkan bahwa terumbu karang yang berada dekat kota besar seperti
Jakarta, Ujung Pandang, Ambon dan Menado telah rusak akibat menurunnya
kualitas perairan Di masa yang akan datang, Indonesia harus mengembangkan
kebijakan yang tegas dalam melaksanakan pengelolaan wilayah pesisir yang
terintegrasi. Apabila pihak yang berwenang dalam pembuatan kebijakan ini lalai
maka akan terjadi penyusutan berbagai jenis sumberdaya pesisir di seluruh
Menurut penelitian dari Urban Land Institute pada Tahun 2007, terdapat sepuluh
prinsip dalam pengembangan kawasan pesisir yaitu :
Prinsip Rencana Detail Penataan Ruang (RDTR) adalah rencana secara rinci tata
ruang kabupaten/kota yang dilengkapi dengan peraturan zonasi kabupaten/kota
(Permen PU no 20/2011), sementara Peraturan Zonasi (PZ) adalah ketentuan
persyaratan pemanfaatan ruang beserta dengan ketentuan pengendaliannya.
3.3 Latihan
1. Keterpaduan pengelolaan wilayah pesisir sekurangnya mengandung 3 dimensi
yaitu sektoral, bidang ilmu dan keterkaitan ekologis. Dapatkan saudara
menjelaskan dari masing-masing dimensi dimaksud?
2. Apa saja kah prinsip-prisip dalam penataan kawasan pesisir ?
3. Dapatkah saudara menyebutkan beberapa contoh kota pesisir di Indonesia?
3.1 Rangkuman
Potensi Kawasan Pesisir memiliki aksesibilitas yang baik, sehingga berpotensi
untuk menjadi pusat perdagangan dan jasa, industri, pariwisata, dll. Kawasan
pesisir memiliki kerentanan bencana yang besar, Hal ini dikarenakan perubahan
iklim dan pembangunan kota yang tidak ramah lingkungan. Beberapa contoh
bencana yang biasa mengancam kawasan pesisir diantaranya : Banjir, Rob,
intrusi air laut, dan Tsunami. Contoh kota rentan bencana: Banda Aceh, Padang
dan Denpasar.
Prinsip Rencana Detail Penataan Ruang (RDTR) adalah rencana secara rinci tata
ruang kabupaten/kota yang dilengkapi dengan peraturan zonasi kabupaten/kota
(Permen PU no 20/2011), sementara Peraturan Zonasi (PZ) adalah ketentuan
persyaratan pemanfaatan ruang beserta dengan ketentuan pengendaliannya.
PENUTUP
A. Simpulan
Daerah pantai disamping mempunyai potensi yang cukup besar juga mempunyai
permasalahan yang cukup banyak. Permasalahan tersebut diantaranya
permasalahan fisik dan non fisik, yang termasuk dalam permasalahan fisik
diantaranya adalah erosi pantai, hilangnya pelindung alami pantai, ancaman
gelombang badai atau tsunami, sedimentasi pantai dan transpor sedimen
melintang pantai. Permasalahan non fisik pantai terdiri dari permasalahan hukum,
permasalahan sumber daya manusia dan permasalahan institusi manusia.
Dalam menilai tolak ukur kerusakan pantai pendekatan yang digunakan ada tiga
macam yaitu kerusakan lingkungan pantai, erosi atau abrasi dan kerusakan
bangunan serta permasalahan yang timbul akibat adanya sedimentasi. Tolak ukur
kerusakan linkungan pantai ini terdiri dari pemukiman dan fasilitas umum, areal
pertanian (perkebunan, persawahan dan pertambakan), kawasan gunduk pasir,
perairan pantai, air tanah, hutan magrove, terumbu karang, rob kawasan pesisir,
perubahan garis pantai dan kerusakan bangunan
B. Tindak Lanjut
Sebagai tindak lanjut dari pelatihan ini, peserta diharapkan mengikuti kelas
lanjutan untuk dapat memahami detail dalam tata kelola dan ruang lingkup bidang
sumber daya air dan ketentuan Pelatihan Perencanaan Bangunan Pengaman
Pantai pendukung terkait lainnya, sehingga memiliki pemahaman yang
komprehensif mengenai pelatihan yang dilaksanakan.
EVALUASI FORMATIF
A. Soal
Anda diminta untuk memilih salah satu jawaban yang benar dari pertanyaan-
pertanyaan di bawah ini!
1. Proses erosi diikuti longsoran pada material yang masif di sebut …
a. Erosi
b. Abrasi
c. Sendimentasi
d. Pendangkalan muara sungai
e. Perairan pantai
b. Menerus
c. Turun
d. Naik
e. Belok
3. Yang dijadikan tolok ukur kerusakan pantai akibat letak pemukiman yaitu ...
a. Jumlah rumah yang terkena dampak dan keberadaan bangunan di
sempadan pantai
b. Keberadaannya di sempadan pantai dan kerentanan pantai terhadap erosi
c. Letak lokasi penambangan pasir terhadap garis pantai
d. Besarnya kadar garam pada sumur-sumur penduduk
e. Ketebalan dan kerapatan hutan mangrove yang tersisa
Diharapkan dengan materi yang diberikan dalam modul ini, peserta dapat
mengetahui dan memahami teknologi struktur revetment blok beo 3B. Proses
berbagi dan diskusi dalam kelas dapat menjadi pengayaan akan materi teknologi
struktur revetment dan juga perlu dipelajari tentang struktur revetment sesuai
dengan perkembangan teknologi saat ini.
Berikut ini merupakan kumpulan jawaban atau kata kunci dari setiap butir
pertanyaan yang terdapat di dalam modul. Kunci jawaban ini diberikan dengan
maksud agar peserta pelatihan dapat mengukur kemampuan diri sendiri.
Adapun kunci jawaban dari latihan-latihan dalam materi pokok adalah sebagai
berikut :
Latihan Materi Pokok 1
1. Permasalahan Fisik Pengaman Pantai
Permasalahan fisik pantai diantaranya, yaitu:
1) Erosi
Erosi pantai adalah proses mundurnya pantai dari kedudukan semula yang
disebabkan oleh tidak adanya keseimbangan antara pasok dan kapasitas
angkutan sedimen. Perubahan morfologi pantai jenis ini biasa terjadi pada
pantai landai (berpasir, atau berlumpur).
2) Abrasi
Abrasi adalah proses erosi diikuti longsoran (runtuhan) pada material yang
masif (batu) seperti tebing pantai. Abrasi disebabkan karena daya tahan
material menurun akibat cuaca (pelapukan) yang menyebabkan daya dukung
material dilampaui oleh kekuatan hidraulik (arus dan gelombang).
3) Sedimentasi
Sedimentasi adalah proses terjadinya pengendapan sedimen. Proses
sedimentasi pada daerah pantai berdasarkan arahnya dapat dibagi
menjadi: