Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya Materi
Pelatihan Tata Guna Air. Materi ini disusun 3 (tiga) bab yang terbagi atas Pendahuluan,
Materi Pokok, dan Penutup. Penyusunan modul yang sistematis diharapkan mampu
mempermudah peserta pelatihan dalam memahami tata guna air,
Akhirnya, ucapan terima kasih dan penghargaan kami sampaikan kepada Tim Penyusun
dan Narasumber Validasi, sehingga materi ini dapat diselesaikan dengan baik.
Penyempurnaan maupun perubahan materi di masa mendatang senantiasa terbuka dan
dimungkinkan mengingat akan perkembangan situasi, kebijakan dan peraturan yang terus
menerus terjadi. Semoga materi ini dapat memberikan manfaat bagi peningkatan
kompetensi subak di Bali.
KATA PENGANTAR.........................................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................................iii
DAFTAR TABEL..............................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR...........................................................................................................v
BAB I
PENDAHULUAN...............................................................................................................1
1.1 Dasar Hukum.............................................................................................................1
1.2 Maksud dan Tujuan...................................................................................................1
1.3 Ruang Lingkup Wilayah............................................................................................2
BAB II
ALOKASI AIR....................................................................................................................4
2.1 Umum........................................................................................................................4
2.2 Ketersediaan Air........................................................................................................4
2.2.1 Curah Hujan Rata-Rata Daerah..........................................................................4
2.2.2 Analisis Ketersediaan Debit Metode F.J. Mock.................................................4
2.2.3 Debit Andalan.....................................................................................................5
2.2.4 Metode Bulan Dasar Perencanaan (Basic Month)..............................................6
2.3 Kebutuhan Air...........................................................................................................7
2.3.1 Kebutuhan Air Irigasi.........................................................................................7
2.4 Neraca Air................................................................................................................14
2.5 Perhitunagn Ketersediaan dan Kebutuhan Air........................................................15
2.5.1 Daerah Aliran Sungai Penet..............................................................................15
2.5.2 Daerah Aliran Sungai Ayung............................................................................17
2.5.3 Daerah Aliran Sungai Pakerisan.......................................................................19
2.5.4 Daerah Aliran Sungai Aya Barat......................................................................21
BAB III
PENUTUP.........................................................................................................................23
3.1 Kesimpulan..........................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................24
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1 Debit Andalan Berbagai Keperluan....................................................................6
Tabel 2. 2 Koefisien tanaman padi......................................................................................9
Tabel 2. 3 Koefisien tanaman Palawija...............................................................................9
Tabel 2. 4 Harga Perkolasi dari berbagai jenis tanah........................................................11
Tabel 2. 5 Ketersediaan dan Kebutuhan Air Daerah Irigasi di DAS Penet.......................15
Tabel 2. 6 Ketersediaan dan Kebutuhan Air Daerah Irigasi di DAS Ayung.....................17
Tabel 2. 7 Ketersediaan dan Kebutuhan Air Daerah Irigasi di DAS Pakerisan................18
Tabel 2. 8 Ketersediaan dan Kebutuhan Air Daerah Irigasi di DAS Aya Barat...............20
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. 1 Peta DAS Ayung.............................................................................................2
Gambar 1. 2 Peta DAS Ayung.............................................................................................2
Gambar 1. 3 Peta DAS Pakerisan........................................................................................3
Gambar 1. 4 Peta DAS Daya Barat.....................................................................................3
YGambar 2. 1 Skema Tata Air DAS Penet.......................................................................16
Gambar 2. 2 Skema Tata Air DAS Ayung........................................................................18
Gambar 2. 3 Skema Tata Air DAS Pakerisan....................................................................19
Gambar 2. 4 Skema Tata Air DAS Aya Barat...................................................................20
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Dasar Hukum
Dasar hukum dalam kegiatan ini adalah sebagai berikut :
- Undang – Undang Republik Indonesia nomor 17 tahun 2019 tentang Sumber Daya
Air;
- Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 22 Tahun 1982 Tentang
Pengaturan Air;
- Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 23 Tahun 1982 Tentang Irigasi;
- Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 35 Tahun 1991 Tentang Sungai;
- Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat nomor 4/PRT/M/2015
Tentang Kriteria dan Penetapan Wilayah Sungai;
- Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat nomor 8/PRT/M/2015
Tentang Penetapan Garis Sempadan Jaringan Irigasi;
- Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat nomor 9/PRT/M/2015
Tentang Penggunaan Sumber Daya Air;
- Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat nomor 10/PRT/M/2015
Tentang Rencana dan Rencana Teknis Tata Pengaturan air dan Tata pengairan.
2.1 Umum
Perhitungan neraca air dilakukan untuk memeriksa apakah air yang tersedia cukup
memadai kebutuhan air irigasi dilokasi yang bersangkutan. Dibedakan adanya tiga unsur
pokok:
a) Tersedianya air
b) Kebutuhan air
c) Neraca air
Analisa penentuan curah hujan rerata daerah dalam studi ini menggunakan metode
Poligon Thiessen, karena metode ini menggunakan luas pengaruh stasiun sebagai
koefesien dalam proses perhitungan sehingga hasilnya diharapkan sesuai dengan kondisi
dilapangan.
D. Aliran permukaan
Ro = BF + DRo
BF = 1 – dVn
DRo = WS – I
Keterangan:
DS = Hujan netto (mm)
P = Hujan (mm)
ETp = Evapotranspirasi potensial (mm)
ETa = Evapotranspirai terbatas (mm)
WS = Kelebihan air (mm)
SS = Kandungan air tanah (mm)
SMC = Kelembaban tanah (mm)
dV = Perubahan kandungan air tanah (mm)
V = Kandungan air tanah (mm)
I = Laju infiltrasi (mm/dt)
i = Koefisien infiltrasi (<1)
k = Koefisien resesi aliran air tanah (<1)
DRo = Aliran langsung (mm)
BF = Aliran air tanah (mm)
Ro = Aliran permukaan (mm)
n = Jumlah hari kalender dalam 1 bulan
m = Bobot lahan yang tidak tertutup vegetasi (0 < m < 50 %)
Keterangan:
P = peluang (%)
m = nomor urut data
n = jumlah data
2.3 Kebutuhan Air
2.3.1 Kebutuhan Air Irigasi
Irigasi adalah penambahan kekurangan kadar air tanah secara buatan, yaitu
dengan memberikan air yang perlu untuk pertumbuhan tanaman ke tanah yang di olah
dan mendistribusikannya secara sistematis. Pemberian air yang berlebihan pada tanah
yang diolah dapat merusak tanaman.
Untuk menghitung kebutuhan air irigasi menurut rencana pola tata tanam, ada beberapa
faktor yang perlu diperhatikan antara lain:
1. Pola tata tanam yang direncanakan
2. Luas areal yang akan ditanami
3. Kebutuhan air pada petak sawah
4. Efisiensi irigasi
Kebutuhan air irigasi yang perlu di sediakan pada pintu pengambilan (intake) dapat
dihitung dengan persamaan sebagai berikut:
Dengan :
DR = kebutuhan akan air irigasi pada pintu pengambilan ( m³/det )
Wr = kebutuhan air irigasi pada lahan pertanian ( l/dt/ha )
Eff = efisiensi irigasi
A = luas areal yang akan di berikan air ( ha )
Pada daerah yang mengalami ketersediaan air rendah, maka terdapat tiga alternatif
pemecahan masalah, yaitu :
1. Luas daerah irigasi di kurangi
Dengan mengurangi luas lahan maka jelas kebutuhan air berkurang, karena
kebutuhan air irigasi merupakan perkalian kebutuhan air tanah dikalikan dengan
luas lahan
2. Modifikasi Pola tata tanam
Melakukan perubahan pemilihan pola tata tanam atau tanggal tanam dalam rangka
mengurangi kebutuhan air irigasi di sawah sehingga ada kemungkinan air dapat
dimanfaatkan untuk luas lahan lebih optimal lagi
3. Rotasi teknis atau golongan
Pengaturan penggunaan air pada suatu daerah dengan mengurangi kebutuhan
puncak irigasi pada suatu waktu, sehingga dapat mengurangi debit air yang harus
dikeluarkan untuk mengairi lahan.
A. Kebutuhan air tanaman
Kebutuhan air tanaman adalah jumlah air yang di butuhkan untuk pertumbuhan
tanaman, yaitu untuk mengganti air yang hilang akibat evapotanspirasi.
Evapotaranspirasi merupakan gabungan antara proses penguapan dari permukaan
tanah (evaporasi) dan penguapan yang berasal dari daun tanaman. Transpirasi
dipengaruhi oleh iklim, varietas, jenis tanaman dan umur tanaman.
Persamaan yang digunakan dalam perhitungan kebutuhan air tanaman adalah sebagai
berikut:
Etc = k x Eto
Keterangan:
K = koefisien tanaman
Eto = evapotanspirasi ( mm/hr)
B. Koefisien Tanaman
Besarnya koefisien tanaman untuk jenis tanaman akan berbeda – beda, yang
besarnya berubah setiap periode pertumbuhan tanaman itu sendiri.
Tabel 2. Koefisien tanaman padi
Nedeco/Prosida FAO
Bulan Varietas Varietas Varietas Varietas
Biasa Unggul Biasa Unggul
0.5 1.2 1.2 1.1 1.1
1 1.2 1.27 1.1 1.1
1.5 1.32 1.33 1.1 1.05
2 1.4 1.3 1.1 1.05
2.5 1.35 1.3 1.1 0.95
3 1.24 0 1.05 0
3.5 1.12 0.95
4 0 0
Sumber : FAO Guidline for Crop Water Requipments ( 1977 )
Keterangan:
IR = kebutuhan air untuk pengolahan lahan (mm/hr)
M = kebutuhan air untuk mengganti kehilangan air akibat evaporasi
dan perkolasi di sawah yang sudah dijenuhkan ( mm/hr )
M = Eo + P
Eo = Evaporasi air terbuka yang diambil 1,1
Eto selama penyiapan lahan (mm/hr)
P = perkolasi ( mm/hr )
k = MT / S
T = Jangka waktu penyiapan lahan ( hari )
S = Kebutuhan air untuk penjenuhan yang besarnya berdasarkan
tekstur tanah
E. Perkolasi
Perkolasi adalah gerakan air ke bawah dari daerah tidak jenuh ( antara permukaan
tanah ke permukaan air tanah ). Faktor – faktor yang mempengaruhi adalah tekstur
tanah, permeabilitas tanah, tebal lapisan tanah bagian atas dan letak permukaan tanah.
Harga perkolasi dari berbagai jenis tanah dilihat dari tabel
Keterangan:
R80 = curah hujan andalan dengan probabilitas 80% ( mm )
n = jumlah data/ pengamatan
Untuk tanaman padi, nilai curah hujan efektifnya dapat dihitung dengan menggunakan
rumus sebagai berikut :
Re = ( 0,7 x R80 )
Sedangkan untuk tanaman palawija, nilai curah hujan efektifnya dapat dihitung
dengan persamaan sebagi berikut :
Re = R50
Keterangan:
Re = curah hujan efektif ( mm )
R80 = curah hujan probabilitas 80% ( mm )
R50 = curah hujan probabilitas 50% ( mm )
n = banyaknya pengamatan
Keterangan:
Etc = kebutuhan air untuk tanaman ( mm )
Eff = efisiensi irigasi ( % )
I. Efisiensi Irigasi
Efisiensi irigasi dinyatakan sebagai presentase antara debit air irigasi yang sampai
dilahan pertanian dengan debit air irigasi yang keluar dari pintu pengambilan yang
dinyatakan dalam %. Besarnya efisiensi irigasi sebagai berikut :
Jaringan tersier = 80%
Jaringan Sekunder = 90%
Jaringan Primer = 90%
Secara kuantitatif efesiensi irigasi suatu jaringan irigasi sangat diketahui dan
merupakan parameter yang susah diukur. Akan tetapi sangat penting dan di asumsikan
untuk menambah 40 % sampai 100 % terhadap keperluan air irigasi di bendung.
Kehilangan air irigasi pada tanaman padi berhubungan dengan :
1. Kehilangan air di saluran primer, sekunder dan tersier melalui rembesaan,
evavorasi dan pengambilan air tanpa izin, dan lain – lain.
2. Kehilangan akibat pengoperasian termasuk pengambilan air yang berlebihan.
Efisiensi pemakaian air adalah perbandingan antara jumlah air sebenarnya yang
dibutuhkan tanaman untuk evapotranspirasi dengan jumlah air sampai pada sesuatu
intlet jalur. Untuk mendapatkan gambaran efesiensi irigasai secara menyeluruh
diperlukan gambaran secara menyeluruh dari gabungan saluran irigasi dan drainase
mulai dari bendung : saluran irigasi primer, sekunder, tersier dan kuarter ; petak tersier
dan jaringan irigasi / drainase dalam petak tersier.
Pada pemberian air terhadap efesiensi saluran irigasi nampaknya mempunyai
dampak yaitu berdasarkan terhadap luas areal daerah irigasi, metoda pemberian air
secara rutinitas atau kontinyu dan luasan dalm unit rotasi.
Apabila air diberikan secara kontinyu dengan debit kurang lebih konstan maka tidak
akan terjadi masalah pengorganisasian. Kehilangan air tehrjadi akibat adanya
rembesan dan evaporasi. Efesiensi distribusi irigasi juga di pengaruhi oleh :
1. Kehilangan rembesan
2. Ukuran grup inlet yang menerima air irigasi lewat csatu intlet pada sistem
petak tersier.
3. Lama pemberian air dalam grup intlet.
Adapun efesiensi irigasi bisa di katakan ditunjukkan oleh nilai koefisien PIA, PIR
dan PAR. PIA menunjukkan nisbah antara pasok irigasi dengan luas lahan terairi,
dalam hal ini semakin kecil nilai PIA maka efisiensi manajemen akan semakin besar.
Sementara itu PIR atau disebut juga Relative Irrigation Supply (RIS)
menunjukkan nisbah antara pasok irigasi total dengan kebutuhan air tanaman, dan
PAR atau Relative Water Supply (RWS) merupakan nisbah total pasok air (irigasi
ditambah curah hujan efektif) terhadap kebutuhan air tanaman.
3.1 Kesimpulan
1. Daerah Aliran Sungai Penet dengan luas DAS 186,35 km2 dan panjang sungai
53,58 km, dengan 34 bendung yang ada maka pola tata tanamnya adalah Padi I-
Padi II-Padi III dengan mulai tanam I adalah bulan Oktober I.
2. Daerah Aliran Sungai Ayung dengan luas DAS 306,149 km2 dan panjang sungai
71,791 km, dengan 33 bendung yang ada maka pola tata tanamnya adalah Padi I-
Padi II-Palawija dengan mulai tanam I adalah bulan Nopember I.
3. Daerah Aliran Sungai Pakerisan dengan luas DAS 67,923 km 2 dan panjang sungai
44,60 km, dengan 23 bendung yang ada maka pola tata tanamnya adalah Padi I-
Padi II-Padi III dengan mulai tanam I adalah bulan Desember I.
4. Daerah Aliran Sungai Aya Barat dengan luas DAS 68,093 km2 dan panjang sungai
19,685 km, dengan 4 bendung yang ada maka pola tata tanamnya adalah Padi I-
Palawija dengan mulai tanam I adalah bulan Nopember I.
DAFTAR PUSTAKA
Asdak, C. 2004. Hidrologi dan Pengolahan Daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada
University Press, Jogjakarta.
Balai Wilayah Sungai Bali-Penida. 2019. Rencana Alokasi Air Tahunan (RAAT) Wilayah
Sungai Bali-Penida (DAS Penet, DAS Ayung, DAS Pakerisan dan DAS Aya
Barat) Tahun 2019/2020.