MODUL 12
2018
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya
validasi dan penyempurnaan Modul Pemberdayaan Stakeholders dan Penyesuaian
Konflik sebagai Materi Substansi dalam Pelatihan Eco-Based Flood Management.
Modul ini disusun untuk memenuhi kebutuhan kompetensi dasar Aparatur Sipil
Negara (ASN) di bidang Sumber Daya Air.
Modul Pemberdayaan Stakeholders dan Penyesuaian Konflik disusun dalam 5 (lima)
bab yang terbagi atas Pendahuluan, Materi Pokok, dan Penutup. Penyusunan
modul yang sistematis diharapkan mampu mempermudah peserta pelatihan dalam
memahami Pemberdayaan Stakeholders dan Penyesuaian Konflik. Penekanan
orientasi pembelajaran pada modul ini lebih menekankan pada partisipasi aktif dari
para peserta.
Akhirnya, ucapan terima kasih dan penghargaan kami sampaikan kepada Tim
Penyusun dan Narasumber Validasi Sistem Pelatihan, sehingga modul ini dapat
diselesaikan dengan baik. Penyempurnaan maupun perubahan modul di masa
mendatang senantiasa terbuka dan dimungkinkan mengingat akan perkembangan
situasi, kebijakan dan peraturan yang terus menerus terjadi. Semoga Modul ini dapat
memberikan manfaat bagi peningkatan kompetensi ASN di bidang Sumber Daya Air.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................ii
DAFTAR TABEL..........................................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR.....................................................................................................vii
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL.......................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...........................................................................................1
1.2 Deskripsi Singkat........................................................................................4
1.3 Tujuan Pembelajaran.................................................................................4
1.3.1 Hasil Belajar................................................................................4
1.3.2 Indikator Hasil Belajar.................................................................5
1.4 Materi Pokok dan Sub Materi Pokok..........................................................5
BAB II KONDISI DAN INVENTARIS KEGIATAN DALAM PENGELOLAAN
SUNGAI..............................................................................................................7
2.1 Kondisi Pengelolaan Sungai di Indonesia.................................................7
2.1.1 Umum..........................................................................................7
2.1.2 Landasan Hukum........................................................................8
2.2 Komponen Kegiatan Fisik dan Non Fisik dalam Pengelolaan Sungai....10
2.2.1 Komponen Fisik........................................................................10
2.4.2 Komponen Non Fisik.................................................................12
2.3 Pemangku Kepentingan (Stake Holders) dalam Pengelolaan Sungai....14
2.4 Forum Komunitas Sungai.........................................................................15
2.4.1 Komponen Non Fisik.................................................................16
2.5 Forum Koordinasi.....................................................................................17
2.5.1 Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air (TKPSDA).......17
2.5.2 Forum DAS................................................................................18
2.6 Latihan......................................................................................................18
2.7 Rangkuman..............................................................................................19
2.8 Evaluasi....................................................................................................19
BAB III PEMBERDAYAAN PEMANGKU KEPENTINGAN DALAM
PENGELOLAAN SUNGAI...............................................................................21
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI ii
MODUL 12 PEMBERDAYAAN STAKEHOLDERS DAN PENYELESAIAN KONFLIK
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI iii
MODUL 12 PEMBERDAYAAN STAKEHOLDERS DAN PENYELESAIAN KONFLIK
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Jenis dan Macam Bangunan dan Fungsinya yang ada di Sungai............10
Tabel 2.2. Kegiatan Pengendalian Akibat Daya Rusak Air.........................................13
Tabel 2.3. Pemangku Kepentingan dalam Pengelolaan Sungai................................14
Tabel 2.4. Inventarisasi Kegiatan Kegiatan Restorasi Sungai Dan Pengurangan
Resiko Bencana Yang Dilakukan Oleh Kelompok Masyarakat Peduli
Sungai........................................................................................................16
Tabel 3.1. Stakeholders Dalam Pengelolaan Sungai Berdasarkan Katagorinya.......24
Tabel 3.2. Bentuk Partisipasi Masyarakat dalam Kegiatan Pembangunan................27
Tabel 3.3. Rencana Aksi Instansi Terkait dalam Penanganan Banjir.........................31
Tabel 3.4. Keterlibatan Masyarakat dalam Oprasi dan Pemeliharaan Sungai...........33
Tabel 4.1.Contoh Tentang Konflik Dalam Pengelolaan Sungai Berdasarkan Bentuk
Dan Macam Konflik Yang Terjadi..............................................................48
Tabel 4.2. Cara-cara Penyelesaian Konflik.................................................................55
Tabel 4.3. Konflik Yang Umumnya Terjadi Pada Pembangunan Infrastruktur Sungai
....................................................................................................................59
Tabel 4.4......................................................................................................................77
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1. Kegiatan Peningkatan Peran Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber
Daya Air.................................................................................................30
Gambar 3.2 Penyusunan RKTD.................................................................................39
Gambar 3.3. Sekolah Sungai......................................................................................42
Gambar 4.1. Situasi Penolakan Warga Atas Kepemilikan Lahannya.........................61
Gambar 4.2. Salah Satu Lokasi Normalisasi Sungai K. Ciliwung di Kampung Pulo. .62
Gambar 4.3. Salah Satu Pencemaran Air di Sungai..................................................63
Gambar 4.4. Bank Sampah.........................................................................................64
Gambar 4.5. Penambangan Tambang Emas Tanpa Ijin di Badan Sungai (PETI).....66
Gambar 4.6. Penambangan Pasir Tanpa ijin di Badan Sungai..................................67
Gambar 4.7. Banjir dikawasan Perkotaan Akibat Drainase yang Buruk....................68
Gambar 4.8. Kekeringan di Lahan Pertanian..............................................................69
Gambar 4.9. Kekeringan disuatu Kawasan Pemukiman............................................70
Gambar 4.10. Kriteria Penataan Dataran Banjir (Sempadan Sungai)........................71
Gambar 4.11. Penataan Sempadan pada Sungai Perkotaan....................................72
Gambar 4.12. Terasering di Hulu S. Cimanuk............................................................74
Gambar 4.13. Series Pembangunan Check Dam.......................................................75
Deskripsi
Modul Pemberdayaan Stakeholders dan Penyelesaian Konflik ini terdiri dari tiga
kegiatan belajar mengajar. Kegiatan belajar pertama membahas tentang kondisi
dan inventaris kegiatan dalam pengelolaan sungai, pemberdayaan pemangku
kepentingan dalam pengelolaan sungai, penyelesaian konflik. Kegiatan belajar
kedua membahas tentang pemberdayaan pemangku kepentingan dalam
pengelolaan sungai. Kegiatan belajar ketiga membahasa tentang penyelesaian
konflik dan masalah.
Peserta pelatihan mempelajari keseluruhan modul ini dengan cara yang
berurutan. Pemahaman setiap materi pada modul ini diperlukan untuk
memahami bagaiman pemberdayaan stakeholders dan penyelesaian konflik
dilaksanakan. Setiap kegiatan belajar dilengkapi dengan latihan atau evaluasi
yang menjadi alat ukur tingkat penguasaan peserta pelatihan setelah
mempelajari materi dalam modul ini.
Persyaratan
Metode
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI vii
MODUL 12 PEMBERDAYAAN STAKEHOLDERS DAN PENYELESAIAN KONFLIK
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI viii
MODUL 12 PEMBERDAYAAN STAKEHOLDERS DAN PENYELESAIAN KONFLIK
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam satu hamparan wilayah dimana air hujan yang jatuh di wilayah itu akan
menuju ke satu titik outlet yang sama, apakah itu sungai, danau, atau laut.
Dan hamparan wilayah tersebut disebut dengan daerah aliran sungai (DAS).
Pada daerah aliran sungai terdapat berbagai macam penggunaan lahan,
misalnya hutan, lahan pertanian, pedesaan dan jalan. Dengan demikian DAS
mempunyai berbagai fungsi sehingga perlu dikelola. Pengelolaan DAS
merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat, petani dan
pemerintah untuk memperbaiki keadaan lahan dan ketersediaan air secara
terintegrasi di dalam suatu DAS.
Jadi, ‘DAS’ menggambarkan bahwa ‘sungai’ atau ‘air’ merupakan faktor yang
sangat penting dalam pengelolaan DAS karena sungai menunjang kehidupan
berbagai makhluk hidup di dalamnya. Sungai berfungsi sebagai urat nadi
perekonomian yang menghubungkan suatu wilayah satu dengan lainnya
sehingga bisa sebagai pengganti transportasi darat. Selanjutnya dalam modul
ini dibahas tentang pengelolaan sungai yang merupakan bagian dari
pengelolaan DAS secara menyeluruh.
Seiring dengan meningkatnya aktivitas pembangunan ekonomi, perubahan
tata guna lahan dan meningkatnya pertumbuhan penduduk menyebabkan
semakin kompleksnya pengelolaan sungai. Dampaknya mengakibatkan
tingginya tekanan terhadap kawasan sungai dan lingkungannya sehingga
banyak permasalahan permasalahan seperti banjir, pencemaran dan
sebagainya. Penyebab lain karena ketidak pahaman masyarakat dan
kepentingan lain dalam menyikapi pengolaan sungai sebagai contoh
pemukiman padat di bantaran umumnya di sungai perkotaan, okupasi lahan
di daerah hulu sungai, penambangan material sungai (galian C) yang tidak
terekendali dan sebagainya.
Pengelolaan sungai harus melibatkan peran masyarakat serta para
pemangku kepentingan lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa pelibatan seluas-
luasnya peran masyarakat dan dunia usaha, baik koperasi, badan usaha milik
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI 1
MODUL 12 PEMBERDAYAAN STAKEHOLDERS DAN PENYELESAIAN KONFLIK
Mata Pelatihan ini membahas materi terkait dengan kondisi dan inventaris
kegiatan dalam pengelolaan sungai; pemberdayaan pemangku kepentingan
dalam pengelolaan sungai; penyelesaian konflik dan masalah.
1.3 Tujuan Pembelajaran
1.3.1 Hasil Belajar
BAB II
KONDISI DAN INVENTARIS KEGIATAN DALAM
PENGELOLAAN SUNGAI
Indikator Hasil Belajar:
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta diharapkan mampu menjelaskan kondisi dan
inventaris kegiatan dalam pengelolaan sungai.
2.1.1 Umum
Indonesia yang terdiri dari beribu ribu pulau dan memliki sungai sungai yang
berbeda beda type dan karakternya. Perbedaan ini karena pengaruh
perbedaan kondisi geologi sebagi pembentukannya.
Pemerintah telah menetapkan 34 Balai Wilayah Sungai/ Balai Besar Wilayah
Sungai sebagai Unit Pelaksana Teknis dengan tugas untuk mengelola sumber
daya air di wilayah Sungai yang menjadi kewenangannya menyangkut aspek
Konsevasi DAS, Pendayagunaan dan Pemanfaatan Sumber Daya Air,
Pengendalian Daya Rusak Air, Sistim Informasi Data dan Partisipasi
Masyarakat.
Masalah klasik khususnya dalam pengelolaan sungai yang dihadapi adalah
banjir, kekeringan, pencemaran air dan sebagainya akibat dari aspek fisik
(perubahan iklim, perubahan tata guna lahan, morfologi sungai dan
sebagainya) maupun non fisik (tekanan penduduk,social ekonomi dan
budaya) Serta masalah belum optimalnya koordinasi antar instansi yang
terkait dan keterlibatan/partisipasi masyarakat
Pengelolaan DAS pada dasarnya merupakan pengelolaan partisipasi berbagai
sektor/sub sektor yang berkepentingan dalam pemanfaatan sumberdaya alam
pada suatu DAS.
Kegiatan pengelolaan sungai telah banyak dilakukan oleh Pemerintah
khususnya Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dan antara
lain konsevasi DAS dalam rangka ikut memelihara kelestarian ekosistem DAS
melalui pembangunan struktur seperti check dam dan bangunan teknik
konservasi tanah. Pemanfataan dan pendayagunaan sumber air seperti
2.2 Komponen Kegiatan Fisik dan Non Fisik dalam Pengelolaan Sungai
2.2.1 Komponen Fisik
Tabel 2.1. Jenis dan Macam Bangunan dan Fungsinya yang ada di Sungai
No. Jenis dan Macam Bangunan Sungai Fungsi Bangunan Keterangan
A. Hulu Sungai
1. Bendungan Pegendalian banjir,
penyedia air.
2. Konsolidasi dam Sebagai penampung Lebih lanjut dapat
Check dam sedimen dilihat pada manual
Ground sill, Step dam Untuk menstabilkan Sabo works
dasar sungai
B. Bagian Tengah Sungai
3. Jenis Tanggul Untuk melindungi
limpasan air bila
melebihi kapasitas
kepentingan
Sumber : Penyusunan Konsepsi Pengaturan Pedoman Pemebrdayaan Massayarakat dalam tangka
OP Sungai dan Pantai , PT Catu Bina Guna Persada, 2015.
Kelompok kelompok masayarakat peduli sungai saat ini sedang tubuh dan
berkembang seiring dengan permasalahan degradasi sungai dan
lingkungannya yang semakin menurun dari tahun ketahun maka sejak itulah
terbentuk kelompok-kelompok masyarakat yang peduli akan kerusakan
lingkungan sungai baik dengan insistiatif mereka sendiri dan kemudian
melahirkan sebuah gerakan yang disebut Gerakan Restorasi Sungai
Indonesia (GRSI) yang menyebar di seluruh tanah air sebagai wujud dari
pertanggungjawaban moral masyarakat akan permasalahan sungai dan
lingkungannya. Gerakan ini didukung oleh berbagai pihak termasuk
Pemerintah.
Kegiatan yang dilakukan ber macam macam seperti gerakan bersih bersih
sungai, penyelamatan hutan, drainase kota, danau, pesisir pantai dan gerakan
sekolah sungai serta gerakan srikandi sungai dan sebagainya dengan
harapan yang sama yaitu bagaimana kondisi lingkungan sungai di tempat
mereka bermukim dapat kembali bersih dan sehat serta bermafaat bagi
kehidupan seperti semula yang diinginkannya. Gerakan Restorasi Sungai
yang mereka canangkan melahirkan antara lain :
a) Gerakan seperti memungut sampah di sungaiyang dilakukansecara
periodik yang lazim dikenal dengan bersih bersih sungai;
b) Gerakan memanen hujan;
c) Gerakan menaggulangi pencemaranair;
d) Gerakan Sekolah Sungai untuk lebih meningkatkan pengetahuan dan
kemampuan dalam bidang sungai dan lingkungannya;
e) Gerakan pencegahan resiko bencana;
f) Gerakan anti penambangan liar untuk mencegah kerusakan sungai
dan bangunan sungai dan sebagainya.
sungai yang disusun Pemerintah adalah bagian dari restorasi sungai dan
upaya pencegahan bencana. Dengan harapan kegiatan tersebut menjamin
kelestarian, keberadaan dari fungsi sungai dan prasarananya serta fasilitas
pedukungnya guna mencegah kerusakan dan/atau penurunan fungsi
prasarana sungai dan perbaikan terhadap kerusakan prasarana sungai.
2.6 Latihan
1. Sebutkan komponen-komponen fisik dalam pengelolaan sungai !
2. Sebutkan para pemangku kepentingan dalam pengelolaan sungai !
3. Apa yang dimaksud dengan gerakan restorasi sungai di Indonesia ?
4. Apa saja kegiatan yang dilakukan oleh kelompok-kelompok masyarakat
dalam rangka restorasi sungai dan pengurangan resiko bencana !
5. Apa yang dimaksud dengan forum TKPSDA dan forum DAS !
2.7 Rangkuman
2.8 Evaluasi
BAB III
PEMBERDAYAAN PEMANGKU KEPENTINGAN DALAM
PENGELOLAAN SUNGAI
Indikator Hasil Belajar:
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta diharapkan mampu menjelaskan pembeerdayaan
pemangku kepentingan dalam penglolaan sungai.
Strategi:
Fasilitasi Kegiatan PSDA
1. Pemberdayaan Masyarakat
Berbasis Masyarakat; 2. Kemitraan
3. Pendampingan
meliputi:
1. Konservasi
1. Peningkatan kinerja
2. Pendayagunaan Peningkatan Peran pengelolaan sumber
3. Pengendalian daya Masyarakat Dalam daya air.
2. Kelestarian SDA
rusak air Pengelolaan Sumber beserta
Lokus: Daya Air infrastrukturnya
1. Sungai Pendekatan:
1. Teknologi Tepat Guna
2. Danau, waduk, situ,
2. Pendidikan & Pelatihan
embung 3. Partisipasi
4. Kearifan lokal
3. Irigasi
4. Rawa
5. Pantai
dalam Robert J. Kodoatie & Roestam Sjarief dalam Tata Air (2010- hal 469)
disebutkan bahwa yang dimaksud harmoni itu adalah
a) Harmoni dan perpaduan dalam system alam misal antara jumlah dan
kualitas air, antara hulu dan hilir.
b) Harmoni dan keterpaduan antar sektor.
c) Harmoni dan keterpaduan antara pengelolaan sungai dengan penataan
ruang, pengurusan hutan, pengelolaan pantai dan sebagainya.
d) Harmoni dan perpaduan antara pembangunan infrastruktur dengan
ecosystem sungai.
e) Harmoni dan perpaduan antara pengertian, istilah dan definisi dalam
peraturan per undang undangan
Persoalan banjir merupakan masalah yang paling crusial dalam pengelolaan
sungai dan kompleks penanganannya karena melibatkan banyak pemangku
kepentingan serta berbagai disiplin ilmu tidak hanya teknis namun juga non
teknis. Untuk memahaminya perlu mengetahui strategi pengendaliannya.
Menurut Grigg,1996 menyebutkan bahwa strategi pengendalian banjir
meliputi:
a) Modifikasi kerentanan dan kerugian banjir
b) Mengurangi banjir yang terjadi dengan bangunan (yang ramah
lingkungan)
c) Modifikasi dampak banjir dengan penggunaan teknik mitigasi,
menghindari banjir (flood proofing)
d) Pengaturan peningkatan kapasitas alam untuk dijaga kelestariannya
Dalam kaitannya hal tersebut maka perlunya penanganan yang lintas sektor.
Contoh pelibatan instansi dalam bentuk rencana aksi adalah sebagai berikut.
Sumber : Tata Ruang Air, Robert J Kodoaitie & Roestam Sjarief, 2010 (modifikasi)
Keluaran dari rencana aksi diatas merupakan salah satu contoh bentuk
peran dan keterlibatan instansi instansi terkait sebagai pemangku
kepentingan dalam penanganan banjir dan sekaligus sebagai bentuk
penyadaran dilingkungannya (intern) maupun terhadap masyarakat (extern)
sehingga implementasi kebijakan penanganan banjir sesuai yang
diharapkan.
Komponen
No. Keterlibatan masyarakat Keterangan
Kegiatan OP
dan keluhan masyarakat
2 Pengendalian a) Melaksanakan sosialisasi dan
penggunaan air b) Pendampingan kepada masyarakat untuk
sungai mencegah terjadinya tindakan yang
dapat menimbulkan kerusakan bangunan
pengendali aliran sungai dan peralatan
pemantau air sungai
c) Membangun keaktifan masyarakat
dalam pencegahan terhadap
pengambilan air ilegal
d) Melaksanaan sosialisasi mengenai cara-
cara dan teknologi penggunaan air yang
efisien
3. Pengelolaan a) Melaksanakan sosialisasi mengenai
kualitasair sungai manfaat pengelolaan kualitas air
b) Membangun keikutsertaan masyarakat
dalam upaya pencegahan terhadap
perbuatan yang dapat menimbulkan
pencemaran sungai,
c) Meningkatkan peran masyarakat dalam
pencegahan terjadinya pencemaran air di
lingkungan sekitar tempat tinggalnya.
d) Meningkatkan kesediaan masyarakat
untuk melaporkan kepada pihak yang
berwenang dalam hal mengetahui atau
memergoki aktivitas pembuangan limbah
yang dapat diduga akan membahayakan
lingkungan sungai.
e) Meningkatkan kesedian masyarakat untuk
melaporkan secepatnya bila melihat
kejadian pencemaran air luar biasa.
4. Pengendalian a) Melibatkan masyarakat dalam pelaksanaan
pemanfaatan kegiatan,atau membantu dalam
ruangsungai pemantauan, pengawasan dan
pengendalian dampak akibat kegiatan sbb:
1) Pelaksanaan konstruksi pada ruang
sungai;
2) Pemanfaatan bantaran sungai untuk
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI 34
MODUL 12 PEMBERDAYAAN STAKEHOLDERS DAN PENYELESAIAN KONFLIK
Komponen
No. Keterlibatan masyarakat Keterangan
Kegiatan OP
keperluan tertentu;
3) Pemanfaatan lahan bekas sungai;
4) Pemanfaatan sungai untukusaha
5) Pemanfaatan sungai sebagai
prasarana transportasi;
6) Pembuangan air limbah ke sungai;
Komponen
No. Keterlibatan masyarakat Keterangan
Kegiatan OP
2) Penyusunan rencana perbaikan
kerusakan akibat banjir
3) Pelaksanaan perbaikan kerusakan
akibat banjir
6. Pengendalian a) Mengikutsertakan masyarakat dalam:
pemanfaatan 1) Sosialisasi mengenai pemanfaatan
ruang di dataran ruang di dataran banjir
banjir 2) Pemasangan patok batas dataran
banjir dan perencanaan zona
peruntukan lahan di dataran banjir
3) Pemasangan peil banjir
4) Pemantauan pelaksanaan
ketetapan mengenai zona
peruntukan lahan di dataran banjir
5) Melaporkan kejadian pelanggaran
ketentuan mengenai zona
peruntukan lahan di dataran banjir
6) Pemilihan lokasi evakuasi korban
banjir
7. Pengoperasian Mengikut sertakan masyarakat dalam
bangunan mengecek kesiapan dan kesempurnaan
pengatur atau operasi bangunan sungai (pintu pengatur dan
pengendali debit pengendali, pompa air, bendung karet, alat
dan arah aliran air pantau curah hujan, alat pantau tinggi muka
sungai air)
8. Penatausahaan Mengikutsertakan masyarakat dalam
Sungai dan penempatan/ pemasangan patok kilometer
bangunan sungai sungai
9. Pemeliharaan a) Melaksanakan sosialisasi mengenai
Ruang sungai Fungsi / manfaat ruang sungai
b) Mengajak masyarakat agar bersedia ikut
menjaga eksistensi rambu
peringatan/larangan
c) Memberdayakan potensi masyarakat
dalam pemantauan dan pengawasan
terhadap aktivitas pemanfaatan ruang
sungai
d) Memberdayakan potensi masyarakat
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI 36
MODUL 12 PEMBERDAYAAN STAKEHOLDERS DAN PENYELESAIAN KONFLIK
Komponen
No. Keterlibatan masyarakat Keterangan
Kegiatan OP
dalam pengendalian pemanfaatan ruang
sungai
e) Mendorong keaktifan masyarakat dalam
penyampaian laporan mengenai terjadinya
pelanggaran terhadap norma pemanfaatan
ruang sungai.
f) Meningkatkan peran masyarakat dalam
pemeliharaan ruang sungai
10. Pemeliharaan a) Melaksanakan sosialisasi mengenai
dataran banjir fungsi/ manfat dataran banjir
b) Mengajak masyarakat agar bersedia ikut
menjaga eksistensi rambu
peringatan/larangan
c) Meningkatkan keswadayaan masyarakat
dalam pemantauan terhadap aktivitas
pemanfaatan ruang di dataran banjir
d) Meningkatkan keaktifan masyarakat dalam
penyampaian laporan mengenai terjadinya
pelanggaran terhadap norma
pemanfaatan dataran banjir.
e) Mengikutsertakan masyarakat dalam
pelestarian fungsi dataran banjir dan
eksistensi dataran banjir
11. Restorasi sungai a) Melaksanakan sosialisasi mengenai tujuan
dan manfaat restorasi sungai
b) Melibatkan masyarakat dalam perumusan
tujuan restorasi sungai
c) Mengikutsertakan masyarakat dalam
Pelaksanaan restorasi sungai
d) Mendayagunakan potensi masyarakat
dalam pelaksanaan pemeliharaan dan
pengembangan dan pendayagunaan hasil
kegiatan restorasi sungai.
12. Pemeliharaan a) Melaksanakan sosialisasi mengenai
bangunan sungai manfaat/ kegunaan bangunan sungai dan
bangunan pengaman pantai
b) Meningkatkan keaktifan masyarakat dalam
menjaga eksistensi, dan pencegahan
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI 37
MODUL 12 PEMBERDAYAAN STAKEHOLDERS DAN PENYELESAIAN KONFLIK
Komponen
No. Keterlibatan masyarakat Keterangan
Kegiatan OP
terjadinya kerusakan bangunan sungai
dan bangunan pengaman pantai
c) Mendayagunakan potensi masyarakat
dalam pemeliharaan bangunan sungai
dan bangunan pengaman pantai
d) Meningkatkan keaktifan masyarakat
untuk melaporkan kerusakan atau
terjadinya gangguan pada bangunan
sungai
3.6.1 Tujuan
3.7 Latihan
3.8 Rangkuman
BAB IV
PENYELESAIAN KONFLIK DAN MASALAH
Indikator Hasil Belajar:
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta diharapkan mampu menjelaskan penyelesaian konflik
dan masalah
Bentuk konflik dalam pengelolan sungai tidak hanya bersifat teknis namun
juga sosial yaitu konflik antar individu , antar kelompok ataupun antara invidu
dan kelompok. Adapun macam konflik yang umumnya terjadi dibagi sebagai
berikut:
a) Berdasarkan Pihak yang Terlibat didalamnya
1) Konflik antar individu (conflic among individual) adalah konflik yang
terjadi karena adanya perbedaan kepentingan antara seorang individu
dengan individu yang lain.
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI 46
MODUL 12 PEMBERDAYAAN STAKEHOLDERS DAN PENYELESAIAN KONFLIK
Penyebab konflik dalam pengelola sungai antara lain disebabkan antara lain
sebagai berikut :
a) Perbedaan Individu
Sungai merupakan aktivitas kehidupan manusia sejak dulu baik untuk
kepentingan pribadi maupun social sehingga tiap tiap individu maupun
kelompok masyarakat mempunyai pendirian, perasaan dan kepribadian
yang berbeda dalam menjaga ecosystem sungai jika tidak saling
melengkapi maka dapat menimbulkan suatu konflik.
b) Perbedaan Latar Belakang Budaya
Setiap kebudayaan memiliki nilai dan norma sosial yang berbeda ukuran
sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat, perbedaan ini akan
menimbulkan sebuah konflik karena kriteria tentang baik atau buruk,
sopan atau tidak sopan atau yang lainnya Misalnya budaya membuang
sampah di sungai versus dengan pengeloaan sungai yang berbasis
lingkungan.
c) Perbedaan Kepentingan
Tiap individu atau kelompok memiliki kepentingan yang berbeda karena
tiap individu memiliki perasaan, pendirian dan latar belakang budaya yang
berbeda. Suatu misal masyarakat memanfaatkan sungai sebagai air
baku untuk aktivitas kehidupannya namun disisi lain ada individu atau
kelompok masyarakat pengusaha (pabrik) mencemari sungai sehingga
timbul perbedaan kepentingan dalam memanfaat kan air sungai. Oleh
karena itu bila tidak ada solusi dalam hal ini akan menimbulkan konflik.
d) Perubahan Nilai-nilai yang Cepat
Perubahan merupakan suatu hal yang wajar terjadi, namun apabila
perubahan tersebut berlangsung secara cepat akan menimbulkan konflik
sosial dalam masyarakat misalnya pertumbuhan penduduk yang semakin
padat dalam suatu DAS sehingga akan menimbulkan berbagai macama
persoalan seperti okupasi lahan di sebelah hulu sungai yang tak
4.4.1 Akomidasi
Kerja sama adalah proses sosial yang dilakukan individu atau kelompok untuk
memenuhi kebutuhannya. Kerja sama dalam pengelolaan sungai antara
Pemerintah dengan Swasta dan Masyarakat sangat diperlukan untuk
mencapai tujuan terutama dalam mengadapi situasi dan tantangan tantangan
dalam implementasinya. Bentuk-bentuk kerja sama antara lain :
a) Bargaining adalah pelaksaan perjanjian mengenai pertukaran barang atau
jasa antar dua organisasi atau lebih.
b) Cooperation adalah proses penerimaan unsur-unsur baru dalam
kepemimpinan organisasi untuk menghindari terjadinya instabilitas atau
kegoncangan dalam organisasi yang bersangkutan.
c) Coalition adalah gabungan dua organisasi atau lebih yang memiliki tujuan
yang sama.
d) Joint venture adalah kerjasama dalam hal-hal tertentu, contohnya : kerja
sama proyek.
Banyak konflik selama ini dalam kegiatan kegiatan pengelolaan sungai baik
antara masyarakat dan Pemerintah maupun antar kelompok masyarakat
menyangkut aspek kebijakan maupun penyelenggaraan kegiatan. Dari cara
cara penyelesaian konflik yang dikemukakan diatas bisa mendapatkan solusi
terbaik dan diharapkan/ Cara musyawarah dan mufakat dikedepankan sesuai
dengan kehidupan dan budaya kita.
Konflik terjadi karena beberapa penyebab antara lain sebagai berikut :
a) Kebijakan dan aturan tentang sungai yang belum sepenuhnya dijalankan.
b) Masalah sosial dan ekonomi masyarakat versus sumber daya alam
(sungai).
c) Masalah budaya dan perilaku masyarakat.
d) Sarana dan prasarana yang belum optimal.
e) Masalah koordinasi dan sinkronisasi antar pemangku kepentingan.
Tabel berikut adalah masalah masalahyang banyak terjadi pada pengelolaan
sungai yang mengakibatkan konflik atau yang berpotensi terjadinya konflik.
Tabel 4.3. Konflik Yang Umumnya Terjadi Pada Pembangunan Infrastruktur
Sungai
No. Uraian Kegiatan Masalah Penyebabnya Keterangan
1. Pembangunan
infrastruktur sungai
a) Bendungan Pembebasan tanah tubuh Warga menolak Konflik
bendungan dan kom waduk dibebaskan lahannya
b) Tanggul sungai Pembebasan tanah pada Idem Konflik
lahan/bangunan yang
terkena pambangunan
tanggul
c) Normalisasi 1) Pembongkaran (a) Warga menolak Konflik
sungai Bangunan dibebaskan
2) Pembangunan tanah lahannya
untuk pintu air, (b) Warga
revetment menghentikan
3) Pembuangan hasil pembangunan
galian karena
2. Penataan dataran Pembongkaran rumah yang Warga menolak Konflik
banjir terkena garis sempadan
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI 59
MODUL 12 PEMBERDAYAAN STAKEHOLDERS DAN PENYELESAIAN KONFLIK
Kasus yang banyak terjadi adalah konflik akibat pembebasan tanah warga untuk
kepentingan pembangunan infrastruktur sungai dimana warga tidak setuju atas
ganti rugi lahan miliknya pada kegiatan proyek persungaian yang di programkan
oleh Pemerintah.
Adapun yang berpotensi terjadinya konflik antara lain masalah banjir,
pencemaran air, sampah ,penambangan galian C di sungai, penggundulan hutan
di hulu sungai, dan lain lain. Berikut contoh kasus konflik dan cara
penyelesaiannya serta masalah masalah lain dalam pengelolaan sungai.
b) Pencemaran Sungai
Fenomena pencemaran sungai hampir terjadi utamanya di sungai sungai
Perkotaan. Adapun sumber pencemar berasal dari :
1) Sampah yang dibuang sembarangan di sungai
Sampah yang dibuang karena perilaku kebiasaaan masyarakat yang
membuang sampah di sungai menyebabkan air menjadi kotor dan
bahkan bisa menyumbat aliran sungai.
2) Limbah rumah tangga
Pertumbuhan penduduk meningkatkan aktivitas pengelolaan limbah
rumah tangga yang menyebabkan lingkungan dan air sungai pun
tercemar.
3) Limbah industri
Pembuangan limbah industri ke sungai akan menyebabkan air sungai
bercampur dengan zat zat kimia sehingga sungai tercemar sehingga
tidak bisa dimanfaatkan dan bahkan beracun.
4) Erosi tanah
Akibat okupasi lahan disebelah hulu menyebabkan solum tanah
terbawa aliran ke sungai ataundanau sehingga menyebabkan
kekeruhan.
Dasar hukum yang mengatur adalah
1) Undang undang No 11 Tahun 1974 tentang Pengairan.
2) Undang undang No 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah
3) Undang undang No 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
pengelolaan Lingkungan Hidup.
4) Undang undang No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.
5) Peraturan Pemerintah No. 35 tahun 1991 tentang Sungai dimana diatur
tentang larangan melakukan pengerukan atau penggalian serta
pengambilan bahan bahan galian pada sungai dan dapat dilakukan
pada tempat tempat yang telah ditentukan
6) Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan
Kualitas Air & Pengendalian Pencemaran Air.
7) Peraturan Pekerjaan Umum No. 69/PRT/1995 tentang Pedoman Teknis
Mengenai dampakk Lingkungn Proyek bidang Pekerjaan Umum.
Gambar 4.5. Penambangan Tambang Emas Tanpa Ijin di Badan Sungai (PETI)
sungai seperti keadaan semula aman, indah dan bersih. Kegiatan ini
diapresiasi Pemerintah dalam bentuk pendampingan dan pembinaannya.
Banjir sejauh ini merupakan masalah yang dilematis. Pemerintah telah
mengeluarkan ketentuan tentang asuransi banjir namun sejauh ini belum
diimplementasikan. Dampak banjir jelas merugikan warga namun begitu
akan ditangani penangulangannya sebagian warga justru menolak dan
bahkan timbul konflik. Oleh karena itulah perlu nya perubahan
penangangan seperti yang diuraikan diatas dan dengan pendekatan yang
humanis dan partisipatif terhadap warga.
b) Masalah Kekeringan
Masalah kekeringan merupakan manajemen sumber daya air yang terkait
dengan ketidak seimbangan kebutuhan dan ketersediaan air karena
fenomena alam dan aktivitas manusia. Masalah ini kompleks dan
melibatkan banyak pemangku kepentingan. Bencana kekeringan
merupakan bencana yang lebih parah daripada banjir karena tidak bisa
dipastikan kapan bencana itu berakhir, masyarakat baru menyadari bila
cadangan air (sumur) sudah habis. Greg (1996) mendifinisikan kekeringan
atas :
1) Kekeringan meteorologis atau klimatologis
2) Kekeringan secara pertanian, social ekonomi dan hidrologi
Potensi konflik akibat bencana kekeringan lebih rawan dibanding dengan
bencana banjir dimana antar kelompok masyarakat (petani) berebut air.
penyusunan rencana alokasi air tahunan (RAAT) dan rencana alokasi air
rinci (RAAR) yang merupakan dokumen strategis yang disepakati oleh para
pengguna air dan ditetapkan oleh pejabat yang berwenang dalam wilayah
sungai Untuk memenuhi kosep penanganan kekeringan di atas Robert J
Kodoatie dan Roestam Syarief dalam Tata Air, 2010 menyebutkan langkah
langkah yang diperlukan antara lain adalah sebagai berikut :
1) Identifikasi daerah rawan kekeringan.
2) Pemetaan kebutuhan dan ketersediaan air.
3) Sosialisasi kebutuhan dan ketersediaan air yang ada kepada para
pemangku kepentingan.
4) Sosialisasi pemakaian air secara efektif dan efisien.
5) Penyusunan rencana aksi antar pemangku kepentingan dalam
menangani bencana kekeringan.
Tabel 4.4.
No. Substansi Dampak kegiatan Pemangku Kepentingan Solusi penyelesaian Acuan kebijakan
menyebabkan Nama Katagori Cara Bentuk/Macam dan aturan
dan macamnya Instansi/Lembaga penyelesaan
1. Pembebasan Konflik 1. Kemen PUPR Kunci& Utama . Kompromi Musyawarah/
Tanah untuk ( Konflik Nilai ) 2. Kemen Kehutanan Utama Mufakat
pembangunan &Lingkungan Hidup
persungaian 3. Pemda Utama
4. LSM Pendukung Mediasi Konsinyasi
5. Tokoh Masy Utama
7. Kontraktor/ Utama
Konsultan
8. Masy/kelompok Utama
masy terdampak
9. Akademisi, Peneliti Pendukung
No. Substansi Dampak kegiatan Pemangku Kepentingan Solusi penyelesaian Acuan kebijakan
menyebabkan Nama Katagori Cara Bentuk/Macam dan aturan
dan macamnya Instansi/Lembaga penyelesaan
6. Masy penambang Utama No.
7. Perusahaan Utama 2. Kompromi Musyawarah/ /PRT/M/2016
penambang mufakat Pedoman ……
8. Masy/kelompok Utama
masy terdampak
9. Akademisi, Peneliti Pendukung
No. Substansi Dampak kegiatan Pemangku Kepentingan Solusi penyelesaian Acuan kebijakan
menyebabkan Nama Katagori Cara Bentuk/Macam dan aturan
dan macamnya Instansi/Lembaga penyelesaan
9. Akademisi, Peneliti
Pendukung
4.8. Rangkuman
Konflik bermula karena adanya pertentangan atau pertikaian antara dua pihak
yang tak kunjung selesai dan bahkan diwarnai dengan ancaman atau
kekerasan. Potensi konflik ini dalam implemnetasi pengelolaan sungai di
Indonesia banyak dijumpai utamanya didalam pembangunan infrastruktur
sungai yaitu masalah pembebasan tanah maupun perbedaan persepsi
tentang implementasi kewenangan pengelolaan sungai dilapangan. Bentuk
dan macam konflik dapat bersifat teknis namun juga bersifat sosial Contoh
konflik dalam pengelolaan sungai antara lain adalah konflik antar kelompok
masyarakat dengan pengusaha tambang pasir di sungai, konflik antar
masyarakat atau organisasi dengan organisasi lainnya seperti pencemaran
limbah cair ke sungai, konflik antara masyarakat pemilik lahan dengan
Pemerintah perihal pembebasan tanah dan masih banyak lainnya dan ini
merupakan tantangan bagi Pengelola Sungai maupun pemangku kepentingan
yang lain termasuk diantara kelompok masyarakat sendiri untuk saling bekerja
sama menyelesaikan persoalan. Penyebab konflik disebabkan adalah
4.9. Evaluasi
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
yang represif karena hal tersebut melanggar hak asasi manusia. Contoh yang
sering kita lihat adalah penggusuran bangunan ataupun penggantian ganti
rugi yang tidak sesuai akibat pembangunan suatu proyek sehingga
penyelesaian masalah nya melalui pihak ketiga yaitu Pengadilan karena cara
cara kompromi, mediasi maupun advokasi sudah tidak bisa dilakukan lagi.
Masih banyak masalah yang berpotensi konflik seperti dampak bencana
banjir, pencemaran sungai dan lainnya yang membutuhkan penyelesaiannya
dan tidak ber larut larut. Dari bermacam macam konflik yang terjadi kita dapat
mengambil hikmahnya bahwa dampak positip nya antara lain adalah dapat
menjadi jalan untuk mengurangi atau menekan adanya pertentangan yang
terjadi dalam masyarakat dan membantu menghidupkan kembali norma lama
dan menciptakan norma baru. Sebaliknya dampak negatip adanya konflik
adalah menimbulkan perubahan kepribadian pada individu dan atau keretakan
hubungan antar anggota kelompok serta terjadinya dominasi salah satu
pihakyang terlibat konflik.
Disisi lain pembangunan infrastruktur sungai yang selama ini dilaksanakan
perlu dilakukan perubahan orientasi seyogyanya penanganannya tidak lagi
mengutamakan konstruksi “beton” namun kembali pada kondisi sungai natural
semula yang berbasis lingkungan. Hal ini membutuhkan kebijakan dan
ketentuan yang transparan sehingga dapat diikuti oleh para pemangku
kepentingan. Oleh karena itu perlu keterpaduan langkah baik pemahaman
dalam menyikapi persoalan maupun penyelarasan program dan kegiatan
antar instansi terkait serta partisipasi masyarakat sehingga diharapkan
mampu meneliminasi permasalahan yang dihadapi. Keterpaduan tersebut
dimplementasikan pada setiap kegiatan yang menyangkut kegiatan
persungaian antara lain koordinasi dan sinkronisasi antar instansi Pemerintah
serta cara penyampaian komunikasi melalui sosialisasi ataupun berbagai cara
dalam rangka untuk menyatukan langkah dalam pelaksanaan dalam
pengelolaan sungai dan tentunya keterlibatan masyarakat .
DAFTAR PUSTAKA
UU no. 11 Tahun 1974 tentang Pengairan
PP Nomor 22 Tahun 1982 tentang Tata Pengaturan Air
PP No. 20 Tahun 2006 tentang Irigasi
UU no 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
Permen PUPR no 04/PRT/M/2015 tentang Kriteria dan Penetapan Wilayah Sungai.
Permen PUPR no 06/PRT/M/2015 tentang Eksploitasi dan Pemeliharaan Sumber air
dan bangunan pengairan,
Permen PUPR no 18/PRT/M/2015, tentang Iuran eksploitasi dan pemeliharaan
bangunan pengairan,
Permen PUPR No 09/PRT/M/2015 tentang penggunaan sumber daya air
Peraturan Menteri PUPR No. 15/PRT/M/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Permen PUPR No. 37/PRT/M/2015 tentang Izin Penggunaan Air dan/atau Sumber
Air
Permen PUPR No. 20/PRT/M/2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit
Pelaksana Teknis di Kementerian PUPR
Permen PUPR No.1/PRT/M/2016 tentang Tata Cara Perizinan Pengusahaan Sumber
Daya Air dan Penggunaan Sumber Daya Air
Permen PUPR No. 29/PRT/M/2016 tentang Pembentukan Kesepakatan Bersama
dan Perjanjian Kerjasama di Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat
Surat Edaran Dirjen Sumber Daya Air No. 04/SE/D/2012 tentang Petunjuk Teknis
Penyusunan Neraca Air dan Penyelenggaraan Alokasi Air
GLOSARIUM
Garis Sempadan : Garis batas luar pengaman sungai dihitung dari kaki
luar kaki tanggul untuk sungai yang bertanggul dan
dengan ketentuan tersendiri untuk yang tidak
bertanggul.
Partisipasi Masyarakat : keterlibatan masyarakat dalam proses perencanaan
dan pembuatan keputusan tentang apa yang
dilakukan, dalam pelaksanaan program dan
pengambilan keputusan untuk berkontribusi
sumberdaya atau bekerjasama dalam organisasi atau
kegiatan khusus, berbagi manfaat dari program
pembangunan dan evaluasi program pembangunan
(Cohen dan Uphoff (1977), yang diacu dalam Harahap
(2001).
Sosialisasi : Suatu konsep umum yang dapat diartikan sebagai suatu
proses di mana kita dapat belajar melalui interaksi
dengan orang lain, tentang cara berpikir, merasakan
dan bertindak, di mana kesemuanya itu merupakan hal-
hal yang sangat penting dalam menghasilkan partisipasi
sosial yang efektif
Pemberdayaan masyarakat : Proses membantu masyarakat untuk mengembangkan
kemampuannya sendiri sehingga bebas dan mampu
mengatasi masalah dan sekaligus mampu mengambil
keputusan secara mandiri. Proses pemberdayaan
tersebut dilakukan dengan memberikan kewenangan
(power), aksesibilitas terhadap sumberdaya dan
lingkungan yang akomodatif. Zimmerman, 1996:18,
Ress, 1991:42.
Konflik : proses atau keadaan di mana dua pihak berusaha
menggagalkan tercapainya tujuan masing-masing
disebabkan adanya perbedaan pendapat, nilai ataupun
tuntutan dari masing-masing pihak Ariyono Suyono.
Forum Komunitas Sungai : tempat atau wadah komunitas atau gabungan
beberapa komunitas sungai yang memiliki kesamaan
pandang tentang pengelolaan sungai dan
lingkungannya dengan tujuan untuk bertukar pikiran ,
berdiskusi dan memcahkan masalah secara bebas
Komunitas Sungai : Kumpulan manusia yang berbeda beda latar belakang
sosial dan pendidikannya nya berada dalam suatu
Pengelola Sumber Daya Air : Institusi yang diberi wewenang untuk melaksanakan
pengelolaan sumber daya air.
Pengelola Wilayah Sungai : Institusi yang diberi wewenang untuk melaksanakan
pengelolaan sumber daya air di tingkat wilayah sungai
yang meliputi Dinas SDA, Balai Pengelolaan SDA, Balai
Besar Wilayah Sungai/ Balai Wilayah Sungai, Badan
Usaha Pengelola sumber daya air.
Pengelolaan Sumber Daya : Upaya merencanakan, melaksanakan, memantau, dan
Air mengevaluasi penyelenggaraan konservasi sumber
daya air (SDA), pendayagunaan SDA, dan
pengendalian daya rusak air.
Regulator Pengelolaan : Instansi Pemerintah/ Pemerintah Daerah yang berhak
Sumber Daya Air untuk mengatur penyelenggaraan alokasi air pada
wilayah daerah/ wilayah sungai tertentu, sesuai dengan
kewenangannya, dengan mengeluarkan seperangkat
aturan-aturan yang ditetapkan dengan Peraturan
Desa, Peraturan Daerah Kabupaten, Peraturan
Daerah provinsi, Peraturan Menteri, Peraturan
Pemerintah/Peraturan Presiden.
TKPSDA WS : Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah
Sungai adalah sebuah organisasi adhoc yang
merupakan wadah koordinasi antar pemilik
kepentingan dari unsur Pemerintah dan non pemerintah
dalam pengelolaan sumber aya air dan mempunyai
tugas dan wewenang antara lain membahas dan
memberikan rekomendasi atas usulan rencana alokasi
air tahuan (RAAT) ditingkat wilayah sungai.
Unsur-Unsur Non- : Wakil-wakil yang berasal dari kelompok pengguna dan
Pemerintah pengusaha sumber daya air serta lembaga
masyarakat adat dan lembaga masyarakat pelestari
lingkungan sumber daya air.
Unsur-Unsur Pemerintah : Wakil-wakil Instansi Pemerintah, pemerintah provinsi,
pemerintah kabupaten/kota.
Wilayah Sungai : Kesatuan wilayah pengelolaan air permukaan dalam
satu atau lebih daerah aliran sungai dan atau pulau-
pulau kecil yang luasnya kurang dari atau sama dengan
2000 km2.
KUNCI JAWABAN
A. Latihan Materi Pokok 1: Kondisi dan Inventaris Kegiatan dalam
Pengelolaan Sungai
1. Sebutkan komponen-komponen fisik dalam pengelolaan sungai !
Jawaban :
Komponen fisik yang dimaksud dalam pengelolaan sungai adalah meliputi
pembangunan infrastruktur dan penunjangnya dalam pembangunan di
sungai seperti pembangunan bendungan, pintu air, pelindung tebing,
bangunan pengatur aliran banjir (floodway), check dam.
2. Sebutkan para pemangku kepentingan dalam pengelolaan sungai !
Jawaban :
Pemangku kepentingan (stakeholders) dalam pengelolaan sungai adalah
terdiri dari unsur Pusat antara lain ; Kementrian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat, Kemetrian Kehutanan & Lingkungan Hidup, Bapenas,
BNPB, BMKG dsb. Unsur Provinsi/Kabupaten/Kota : Bapeda, Dinas PU.
Unsur Swasta dan Perguruan Tinggi dan Unsur masyarakat ; LSM,
Komunitas Sungai, Tokoh Masyarakat.
3. Apa yang dimaksud dengan gerakan restorasi sungai di Indonesia ?
Jawaban :
Gerakan Restorasi Sungai adalah suatu gerakan yang lahir dan tumbuh dari
inisiatif kelompok masyarakat sebagai wujud pertanggung jawaban moral
menyikapi masalah degradasi sungai dan lingkungannya. Gerakan ini
bertujuan agar kondisi lingkungan sungai di tempat mereka bermukim dapat
kembali bersih,sehat dan aman serta bermafaat bagi kehidupan seperti
semula yang diinginkannya.
4. Apa saja kegiatan yang dilakukan oleh kelompok-kelompok masyarakat
dalam rangka restorasi sungai dan pengurangan resiko bencana !
Jawaban :
Kegiatan kegiatan yang dilakukan ada dua hal yaitu kegiatan kegiatan
seperti gerakan bersih bersih sungai, penyelamatan hutan, drainase kota,
danau, pesisir pantai dan gerakan sekolah sungai dalam rangka
mewujudkan restorasi sungai dan kegiatan pengurangan resiko bencana.
5. Apa yang dimaksud dengan forum TKPSDA dan forum DAS !
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI 89
MODUL 12 PEMBERDAYAAN STAKEHOLDERS DAN PENYELESAIAN KONFLIK
Jawaban :
Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air (TKPSDA) adalah wadah
koordinasi dalam pengelolaan sumber daya air di tingkat wilayah sungai
yang bertujuan untuk mewujudkan pengelolaan sumber daya air terpadu
antar sector antar wilayah dan pemilik kepentingan.
Sedangkan Forum DAS adalah forum koordinasi, komunikasi dan konsultasi
yang dibentuk disetiap DAS untuk memecahkan setiap permasalahan yang
ada dan penyelesaian setiap konflik yang terjadi. Tujuan pembentukan nya
adalah menyelanggarakan pengkajian,konsultasi, koordinasi dan komunikasi
dalam rangka terwujudnya keterpaduan dan keserasian dalam perencanaan,
pelaksanaan, pengendalian, monitoring dan evaluasi DAS sebagai masukan
kepada pengambil keputusan baik eksekutif maupun legislatif di tingkat
Pusat dan Daerah.
terkait dan swasta memiliki pengaruh yang berbeda beda pada kegiatan
pengelolaan sungai dan mereka juga berperan dalam hal melakukan
pemberdayaan masyarakat. Karena peran mereka berbeda beda maka satu
sama lain perlu berkolaborasi dala menyelesaikan masalah.
5. Mengapa masyarakat harus dilibatkan dalam pengelolaan sungai?
Jawaban :
Masyarakat dilibatkan dalam pengelolaan sungai karena dimaksudkan untuk
menumbuhkan prakarsa dari dalam (inward looking). menumbuhkan
kekuatan-kekuatan baru dari masyarakat, mengerti/sadar tentang Hak dan
Kewajibannya, termasuk cara-cara menggunakan/melaksanakannya.
a) Pemerintah
b) DPR
c) Dinas yang membawahi langsung kegiatan pengelolaan sungai yang
bersangkutan
Rincian stakeholders dalam pengelolaan sungai berdasarkan
katagorinya adalah seperti tabel berikut.
3. Bagaimana partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sungai?
Jawaban :
Partisipasi masyarakat dan peran serta pemangku kepentingan tidak dapat
dipisahkan dalam mempengaruhi upaya pengelolaan sungai yang
berkelanjutan. Adapun partisipasi dan peran masyarakat dalam pengelolaan
sungai adalah dalam hal :
a) Konservasi Daerah Aliran Sungai dimana peran masyarakat diharapkan
dapat memelihara keberadaan serta keberlanjutan keadaan, sifat, dan
fungsi sumber daya air agar senantiasa tersedia dalam kuantitas dan
kualitas yang memadai
b) Pendayagunaan dan pemanfaatan sungai dimana masyarakat
diharapkan dapat terlibat dalam upaya penatagunaan, penyediaan,
penggunaan, pengembangan, dan pengusahaan sungai secara optimal
agar berhasil guna dan berdaya guna
c) Pengendalian bencana dimana peran masyarakat diharapkan dapat
terlibat dalam upaya pencegahan, penanggulangan dan pemulihan
kerusakan kualitas lingkungan yang disebabkan oleh daya rusak air.
Partisipasi merupakan suatu tatanan mekanisme bagi para penerima
manfaat dari suatu program/kegiatan. Pada umumnya para pemangku
kepentingan dalam implementasi program/ kegiatan terlibat secara semu
(pasif). Bentuk partisipasi masyarakat dalam kegiatan pengelolaan
sungai adalah sebagai berikut :
No. Kegiatan Bentuk partisipasi masyarakat
Menyampaikan pendapat, permasalahan,
1. Perencanaan aspirasi/usulan, tanggapan atas rancangam
kebijakan/rencana.
Inisiatif, kerjasama, swakarsa bersubsidi, swakarsa
2. Pelaksanaan
mandiri.