Anda di halaman 1dari 54

Modul 4 Metode Pengendalian Banjir

MODUL 04

MODUL METODE PENGENDALIAN BANJIR

PELATIHAN PENGENDALIAN BANJIR

2017

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI


Modul 4 Metode Pengendalian Banjir

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya
pengembangan Modul Metode Pengendalian Banjir sebagai materi inti/substansi
dalam Pelatihan Pengendalian Banjir. Modul ini disusun untuk memenuhi
kebutuhan kompetensi dasar Aparatur Sipil Negara (ASN) di bidang SDA.

Modul metode pengendalian banjir disusun dalam 3 (tiga) bagian yang terbagi atas
Pendahuluan, Materi Pokok, dan Penutup. Penyusunan modul yang sistematis
diharapkan mampu mempermudah peserta pelatihan dalam memahami metode
pengendalian banjir. Penekanan orientasi pembelajaran pada modul ini lebih
menonjolkan partisipasi aktif dari para peserta.

Akhirnya, ucapan terima kasih dan penghargaan kami sampaikan kepada Tim
Penyusun dan Narasumber, sehingga modul ini dapat diselesaikan dengan baik.
Penyempurnaan maupun perubahan modul di masa mendatang senantiasa terbuka
dan dimungkinkan mengingat akan perkembangan situasi, kebijakan dan peraturan
yang terus menerus terjadi. Semoga Modul ini dapat memberikan manfaat bagi
peningkatan kompetensi ASN di bidang SDA.

Bandung, September 2017


Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Sumber Daya Air dan Konstruksi

Ir. K. M. Arsyad, M.Sc.


NIP. 19670908 199103 1 006

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi i


Modul 4 Metode Pengendalian Banjir

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................................i


DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
DAFTAR TABEL ..................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR ...............................................................................................v
PETUNJUK PENGGUNAAN ................................................................................vi
PENDAHULUAN ...................................................................................................1
A. Latar Belakang ................................................................................................1
B. Deskripsi Singkat.............................................................................................1
C. Tujuan Pembelajaran ......................................................................................1
D. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok................................................................2
E. Estimasi Waktu................................................................................................2
MATERI POKOK 1 METODE PENGENDALIAN BANJIR.....................................3
1.1 Metode Struktur...............................................................................................5
1.1.1 Bangunan Pengendali Banjir ...............................................................5
1.1.2 Sistem Perbaikan dan Pengaturan Sungai ........................................15
1.2 Metode Non-Struktur .....................................................................................24
1.2.1 Umum ...............................................................................................24
1.2.2 Pengelolaan DAS ..............................................................................25
1.2.3 Pengaturan Tata Guna Lahan ...........................................................28
1.2.4 Pengendalian Erosi ...........................................................................29
1.2.5 Pengembangan dan Pengaturan Daerah Banjir/Genangan...............32
1.2.6 Penanganan Kondisi Darurat ............................................................33
1.2.7 Peramalan (Forcasting) dan Sistem Peringatan Banjir (Flood Warning
System).............................................................................................34
1.2.8 Law Enforcement ..............................................................................36
1.2.9 Penyuluhan Pada Mayarakat ............................................................37
1.2.10 Asuransi ............................................................................................37
1.3 Latihan ..........................................................................................................39
1.4 Rangkuman...................................................................................................39
PENUTUP............................................................................................................41
A. Simpulan .......................................................................................................41

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi ii


Modul 4 Metode Pengendalian Banjir

B. Tindak Lanjut.................................................................................................41
EVALUASI FORMATIF .......................................................................................42
A. Soal...............................................................................................................42
B. Umpan Balik dan Tindak Lanjut .....................................................................43
DAFTAR PUSTAKA
GLOSARIUM
KUNCI JAWABAN

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi iii
Modul 4 Metode Pengendalian Banjir

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 - Hubungan Debit Dan Lebar Penyangga .............................................28

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi iv


Modul 4 Metode Pengendalian Banjir

DAFTAR GAMBAR

Gambar I.1 - Pengendalian banjir metode struktur & non-struktur ........................4


Gambar I.2 - Contoh bendungan (Google Earth)..................................................8
Gambar I.3 - Contoh check dam ........................................................................10
Gambar I.4 - Contoh drop structure pada bendung dan groundsill .....................11
Gambar I.5 - Contoh retarding basin ..................................................................12
Gambar I.6 - Contoh polder di Semarang dan manfaat polder lainnya ...............14
Gambar I.7 - Contoh dokumentasi tanggul .........................................................17
Gambar I.8 - Contoh perlu atau bisa dibuat tanggul di suatu sungai ..................18
Gambar I.9 - Hidrograf sebelum dan sesudah shortcut (sudetan) ......................21
Gambar I.10 - Contoh lingkungan DAS yang baik dan yang buruk.....................26
Gambar I.11 - Contoh sempadan sungai yang baik dan buruk ...........................27
Gambar I.12 - Beberapa cara pengendalian erosi ..............................................31
Gambar I.13 - Penambangan memperbesar erosi dan menghilangkan top soil,
seharusnya penambangan berwawasan lingkungan ...................32
Gambar I.14 - Gambaran tentang penegakan hukum ........................................36
Gambar I.15 - Daerah klaim asuransi.................................................................38

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi v


Modul 4 Metode Pengendalian Banjir

PETUNJUK PENGGUNAAN

Deskripsi
Modul metode pengendalian banjir ini terdiri dari 1 (satu) materi pokok yang
membahas metode pengendalian banjir.

Peserta pelatihan mempelajari keseluruhan modul ini dengan cara yang berurutan.
Pemahaman setiap materi pada modul ini diperlukan untuk memahami metode
pengendalian banjir. Setiap materi pokok dilengkapi dengan latihan yang menjadi
alat ukur tingkat penguasaan peserta pelatihan setelah mempelajari materi pada
materi pokok.

Persyaratan
Dalam mempelajari modul ini, peserta pelatihan diharapkan dapat menyimak
dengan seksama penjelasan dari pengajar, sehingga dapat memahami dengan baik
materi yang merupakan materi inti/substansi dari Pelatihan Pengendalian banjir.
Untuk menambah wawasan, peserta diharapkan dapat membaca terlebih dahulu
materi yang berkaitan dengan metode pengendalian banjir dari sumber lainnya.

Metode
Dalam pelaksanaan pembelajaran ini, metode yang dipergunakan adalah dengan
kegiatan pemaparan yang dilakukan oleh Pengajar/Widyaiswara/Fasilitator, adanya
kesempatan diskusi dan studi kasus.

Alat Bantu/Media
Untuk menunjang tercapainya tujuan pembelajaran ini, diperlukan Alat Bantu/Media
pembelajaran tertentu, yaitu: LCD/projector, Laptop, white board dengan spidol dan
penghapusnya, bahan tayang, serta modul dan/atau bahan ajar.

Kompetensi Dasar
Setelah mengikuti seluruh rangkaian pembelajaran, peserta diharapkan mampu
memahami metode pengendalian banjir.

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi vi


Modul 4 Metode Pengendalian Banjir

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pegawai Negeri Sipil mempunyai peranan yang sangat penting dalam rangka
pelaksanaan cita-cita bangsa dan mewujudkan tujuan negara sebagaimana
tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945. Dengan semakin bertambahnya volume dan kompleksitas tugas-tugas
lembaga pemerintahan dan silih bergantinya regulasi yang begitu cepat perlu
upaya-upaya preventif untuk memperlancar tugas-tugas yang harus diemban oleh
Pegawai Negeri Sipil.

Untuk mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan, Pegawai


Negeri Sipil harus memiliki integritas, profesional, netral dan bebas dari intervensi
politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme, serta mampu
menyelenggarakan pelayanan publik bagi masyarakat dan mampu menjalankan
peran sebagai unsur perekat persatuan dan kesatuan bangsa berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, hal
tersebut dapat terwujud dengan melalui pembinaan yang dilaksanakan
berkelanjutan. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 43 tahun 1999 yang
dinyatakan bahwa manajemen PNS diarahkan untuk menjamin penyelenggaraan
tugas pemerintahan dan pembangunan secara berhasil guna dan berdaya guna

B. Deskripsi Singkat
Mata pelatihan ini membekali peserta pelatihan dengan pengetahuan/wawasan
mengenai metode pengendalian banjir, melalui metode ceramah interaktif, diskusi
dan studi kasus. Keberhasilan peserta pelatihan dinilai dari kemampuan memahami
metode pengendalian banjir.

C. Tujuan Pembelajaran
1. Kompetensi Dasar
Setelah mengikuti seluruh rangkaian pembelajaran, peserta diharapkan mampu
memahami metode pengendalian banjir.

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 1


Modul 4 Metode Pengendalian Banjir

2. Indikator Keberhasilan
Setelah mengikuti pembelajaran, peserta diharapkan mampu menjelaskan
metode pengendalian banjir.

D. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok


Dalam modul metode pengendalian banjir ini akan membahas materi:
1. Metode struktur:
a. Bangunan pengendali banjir,
b. Sistem perbaikan dan pengaturan sungai.
2. Metode non-struktur;
a. Umum,
b. Pengelolaan DAS,
c. Pengaturan tata guna lahan,
d. Pengendalian erosi,
e. Pengembangan dan pengaturan daerah banjir/genangan,
f. Penanganan kondisi darurat,
g. Peramalan (forcasting) dan sistem peringatan banjir (flood warning system),
h. Law enforcement,
i. Penyuluhan pada masyarakat,
j. Asuransi.

E. Estimasi Waktu
Alokasi waktu yang diberikan untuk pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk
mata pelatihan Metode Pengendalian Banjir 6 (enam) jam pelajaran
(JP) atau sekitar 270 menit.

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 2


Modul 4 Metode Pengendalian Banjir

MATERI POKOK 1
METODE PENGENDALIAN BANJIR

Indikator keberhasilan : setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta diharapkan


mampu menjelaskan metode pengendalian banjir.

Pada hakekatnya pengendalian banjir merupakan suatu yang kompleks. Dimensi


rekayasanya (engineering) melibatkan banyak disiplin ilmu teknik antara lain:
hidrologi, hidraulika, erosi DAS, teknik sungai, morfologi & sedimentasi sungai,
rekayasa sistem pengendalian banjir, sistem drainase kota, bangunan air dll. Di
samping itu suksesnya program pengendalian banjir juga tergantung dari aspek
lainnya yang menyangkut sosial, ekonomi, lingkungan, institusi, kelembagaan,
hukum dan lainnya. Politik juga merupakan aspek yang penting, bahkan kadang
menjadi paling penting. Dukungan politik yang kuat dari berbagai instansi baik
eksekutif (Pemerintah), legislatif (DPR/DPRD) dan yudikatif akan sangat
bepengaruh kepada solusi banjir kota.

Pada dasarnya kegiatan pengendalian banjir adalah suatu kegiatan yang meliputi
aktivitas sebagai berikut:
Mengenali besarnya debit banjir.
Mengisolasi daerah genangan banjir.
Mengurangi tinggi elevasi air banjir.

Pengendalian banjir pada dasarnya dapat dilakukan dengan berbagai cara, namun
yang penting adalah dipertimbangkan secara keseluruhan dan dicari sistem yang
paling optimal.

Kegiatan pengendalian banjir menurut lokasi/daerah pengendaliannya dapat


dikelompokkan menjadi dua:
Bagian hulu: yaitu dengan membangun dam pengendali banjir yang dapat
memperlambat waktu tiba banjir dan menurunkan besarnya debit banjir,
pembuatan waduk lapangan yang dapat merubah pola hidrograf banjir dan
penghijauan di Daerah Aliran Sungai.

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 3


Modul 4 Metode Pengendalian Banjir

Bagian hilir: yaitu dengan melakukan perbaikan alur sungai dan tanggul, sudetan
pada alur yang kritis, pembuatan alur pengendali banjir atau flood way,
pemanfaatan daerah genangan untuk retarding basin dsb.

Sedangkan menurut teknis penanganan pengendalian banjir dapat dibedakan


menjadi dua yaitu:
Pengendalian banjir secara teknis (metode struktur).
Pengendalian banjir secara non teknis (metode non-struktur).

Detail metode struktur dan metode non-struktur ditunjukkan dalam Gambar I.1.

Gambar I.1 - Pengendalian banjir metode struktur & non-struktur

Semua kegiatan tersebut dilakukan pada prinsipnya dengan tujuan:


Menurunkan serta memperlambat debit banjir di hulu, sehingga tidak
mengganggu daerah-daerah peruntukan di sepanjang sungai.
Mengalirkan debit banjir ke laut secepat mungkin dengan kapasitas cukup di
bagian hilir.
Menambah atau memperbesar dimensi tampang alur sungai.

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 4


Modul 4 Metode Pengendalian Banjir

Memperkecil nilai kekasaran alur sungai.


Pelurusan atau pemendekan alur sungai pada sungai berbelok atau ber-
meander. Pelurusan ini harus sangat hati-hati dan minimal harus
mempertimbangkan geomorfologi sungai.
Pengendalian transpor sedimen.

Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan jenis bangunan


pengendalian banjir adalah sebagai berikut:
Pengaruh regim sungai terutama erosi dan sedimentasi (degradasi dan agradasi
sungai) dan hubungannya dengan biaya pemeliharaan.
Kebutuhan perlindungan erosi di daerah kritis.
Pengaruh bangunan terhadap lingkungan.
Perkembangan pembangunan daerah.
Pengaruh bangunan terhadap kondisi aliran di sebelah hulu dan sebelah hilirnya.

1.1 Metode Struktur


1.1.1 Bangunan Pengendali Banjir
Bendungan/waduk (dam) Groundsill
Kolam retensi Retarding basin
Pembuatan check dam (penangkap sedimen) Pembuatan polder
Bangunan pengurang kemiringan sungai

1. Bendungan/waduk
a. Bendungan
Bendungan adalah bangunan yang berupa urugan tanah, urugan batu,
beton, dan/atau pasangan batu yang dibangun selain untuk menahan dan
menampung air, dapat pula dibangun untuk menahan dan menampung
limbah tambang (tailing), atau menampung lumpur sehingga terbentuk
waduk (PP No 37 Tahun 2010). Definisi lain bendungan atau dam adalah
konstruksi yang dibangun untuk menahan laju air menjadi waduk, danau,
atau tempat rekreasi termasuk di antaranya menahan laju sedimentasi yang
ditampung dalam tampungan mati/dead storage

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 5


Modul 4 Metode Pengendalian Banjir

(http://id.wikipedia.org/wiki/Bendungan). Contoh bendungan dapat dilhat


dalam Gambar I.2.

Fungsi bendungan diantaranya adalah:


Untuk menampung air sungai.
Mengelola dan mengatur air dalam waduk.
Pengelolaan sumber daya air.
Penyediaan air baku (raw water).
Salah satu sumber untuk penyediaan air bersih dan air minum.
Penyediaan air irigasi.
Pengendalian banjir.
Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA).

Suatu bendungan bila mempunyai semua fungsi-fungsi tersebut disebut


sebagai bendungan multi-fungsi/serbaguna atau multi-purpose dam.
Kebanyakan dam juga memiliki bagian yang disebut pintu air atau bangunan
pelimpah (spillway) untuk membuang air yang tidak diinginkan secara
bertahap atau berkelanjutan.

Faktor-faktor yang digunakan dalam pemilihan lokasi bendungan adalah


sebagai berikut:
Lokasi mudah dicapai.
Topografi daerah memadai, dengan membentuk tampungan yang besar.
Kondisi geologi tanah.
Ketersediaan bahan bangunan.
Tujuan serbaguna.
Pengaruh bendungan terhadap lingkungan.
Umumnya bendungan terletak di sebelah hulu daerah yang dilindungi.

Secara teknis perencanaan untuk dam pengendalian banjir adalah sebagai


berikut:
1) Metode pengaturan banjir

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 6


Modul 4 Metode Pengendalian Banjir

Debit banjir akan diatur secara alamiah oleh pelimpah dari dam yang
tanpa menggunakan pintu pengatur, dengan tujuan memudahkan
operasi, untuk menekan biaya operasi dan pemeliharaan dimasa
mendatang. Sedangkan untuk mendapatkan pengaruh pengaturan
terhadap pengendalian banjir yang lebih besar, dapat digunakan waduk
yang dilengkapi pintu pengendali banjir.
2) Ratio penurunan debit banjir pada dam pengendali banjir
Pada dam pengendali banjir terdapat alokasi volume untuk pengendalian
banjir dan volume untuk memenuhi kebutuhan air. Alokasi volume waduk
untuk pengendalian banjir, akan menentukan pola hidrograf banjir yang
dilepas waduk ke hilir dan ratio penurunan debit banjir.
3) Alokasi kapasitas untuk pengendalian banjir
Bila kapasitas untuk pengendalian banjir dan biaya konstruksi dam
naik, maka debit rencana dan biaya perbaikan sungai akan menurun.
Kapasitas pengendalian banjir ditentukan oleh biaya total minimum
dari perbaikan sungai dan biaya konstruksi dam.

a. Contoh bendungan 1

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 7


Modul 4 Metode Pengendalian Banjir

b. Contoh bendungan 2
Gambar I.2 - Contoh bendungan (Google Earth)

b. Waduk
Waduk adalah wadah buatan yang terbentuk sebagai akibat dibangunnya
bendungan (PP No 37 Tahun 2010). Waduk pada umumnya dibangun untuk
pengembangan sumber daya air sungai, dengan menampung air pada waktu
musim hujan untuk memperbaiki kondisi aliran sungai terutama pada musim
kemarau. Hal ini untuk mengantisipasi kebutuhan air yang meningkat
terutama pada musim kemarau. Di samping itu waduk biasanya dibangun
untuk beberapa manfaat yang disebut multi guna atau multi purpose dam,
misalnya untuk irigasi, penyediaan air baku (air minum), pembangkit listrik
tenaga air, dsb.

Waduk yang mempunyai faktor tampungan atau dapat menampung air,


mempunyai efek terhadap aliran air di hilir waduk. Dengan kata lain waduk
dapat merubah pola inflow-outflow hidrograf. Perubahan outflow hidrograf di
hilir waduk biasanya menguntungkan terhadap pengendalian banjir, dengan
adanya debit banjir yang lebih kecil dan perlambatan waktu banjir.

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 8


Modul 4 Metode Pengendalian Banjir

Pengendalian banjir dengan waduk hanya dapat dilakukan pada bagian hulu
dan biasanya dikaitkan dengan pengembangan sumber daya air. Yang perlu
diperhatikan dalam pengendalian banjir dengan waduk adalah perlambatan
waktu tiba banjir, penurunan debit banjir yang dilepas ke hilir dan rasio
alokasi volume waduk untuk pengendalian banjir terhadap volume untuk
pengembangan dan pengelolaan sumber daya air.

2. Kolam retensi/penampungan (retention basin)


Seperti halnya bendungan, kolam penampungan (retention basin) berfungsi
untuk menyimpan sementara debit sungai sehingga puncak banjir dapat
dikurangi, retention berarti penyimpanan. Tingkat pengurangan banjir
tergantung pada karakteristik hidrograf banjir, volume kolam dan dinamika
beberapa bangunan outlet. Wilayah yang digunakan untuk kolam
penampungan biasanya di daerah dataran rendah atau rawa. Dengan
perencanaan dan pelaksanaan tataguna lahan yang baik, kolam penampungan
dapat digunakan untuk pertanian. Untuk strategi pengendalian yang andal
diperlukan:
Pengontrolan yang memadai untuk menjamin ketepatan peramalan banjir.
Peramalan banjir yang andal dan tepat waktu untuk perlindungan atau
evakuasi.
Sistem drainase yang baik untuk mengosongkan air dari daerah tampungan
secepatnya setelah banjir reda.

Dengan manajemen yang tepat, penanggulangan sementara dapat berakibat


positif dari segi pertanian, seperti berikut ini:
Melunakkan tanah.
Mencuci tanah dari unsur racun.
Mengendapkan lumpur yang kaya akan unsur hara.

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 9


Modul 4 Metode Pengendalian Banjir

Selain retention basin ada juga detention basin dan retarding basin.
Perbedaannya adalah sebagai berikut:
Retention basin berarti menyimpan air di suatu cekungan dan dibiarkan
sampai airnya habis karena infiltrasi atau penguapan sering disebut wet
pond.
Detention basin adalah menyimpan air di suatu cekungan saat banjir lalu
setelah hujan reda air dialirkan ke sungai atau saluran untuk membantu
keberadaan air di sungai sering disebut dry pond.

Retarding basin adalah menyimpan air saat banjir dan lebih dominan
penundaan (delay) air masuk ke sungai. Sehingga pada waktu hujan banjir
sungai bisa berkurang karena dibantu dengan retarding basin.

3. Pembuatan check dam (penangkap sedimen)


Check dam adalah bangunan kecil temporer atau tetap yang dibangun
melintang saluran/sungai untuk memperkecil kemiringan dasar memanjang
sungai sehingga bisa mereduksi kecepatan air, erosi dan membuat sedimen
bisa tinggal di bagian hulu bangunan. Sehingga bangunan ini bisa menstabilkan
saluran atau sungai (ftp://ftp-fc.sc.egov.usda.gov/WSI/UrbanBMPs/water/
erosion/checkdam.pdf.)

Contoh check dam dapat dilihat dalam Gambar I.3.

Gambar I.3 - Contoh check dam

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 10


Modul 4 Metode Pengendalian Banjir

4. Bangunan pengurang kemiringan sungai


Bangunan ini bisa berupa drop structure atau groundsill. Manfaatnya adalah
bisa mengurangi kecepatan air, dan untuk groundsill juga dapat mencegah
scouring pada hilir bendung atau pilar jembatan. Contoh bangunan ini dapat
dilihat dalam Gambar I..

a. contoh drop structure

b. Contoh groundsill
Gambar I.4 - Contoh drop structure pada bendung dan groundsill
(Dinas PSDA Prov. Jateng, 2010)

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 11


Modul 4 Metode Pengendalian Banjir

5. Retarding basin
Retarding basin adalah suatu kawasan (cekungan) yang didesain dan
dioperasikan untuk tampungan (storage) sementara sehingga bisa mengurangi
puncak banjir dari suatu sungai. Dapat dikatakan pula suatu tampungan
(reservoir) yang mengurangi puncak banjir melalui simpanan sementara.
Retard berarti memperlambat
(http://www.eionet.europa.eu/gemet/concept?ns=1&cp=7194;
http://www.termwiki.com/EN:retarding_basin).

Contoh retarding basin ditunjukkan dalam gambar berikut.

Gambar I.5 - Contoh retarding basin

Dalam cara ini daerah depresi (daerah rendah) sangat diperlukan untuk
menampung volume air banjir yang datang dari hulu, untuk sementara waktu
dan dilepaskan kembali pada waktu banjir surut. Dengan demikian kondisi
lapangan sangat menentukan dan berdasarkan survei lapangan, peta topografi
dan foto udara dapat diidentifikasi lokasi untuk retarding basin. Biasanya
retarding basin (pond/kolam) dibuat pada bagian hilir pada suatu daerah sungai.
Sedangkan daerah cekungan/depresi yang dapat dipergunakan untuk kolam
banjir adalah dengan memperhatikan:

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 12


Modul 4 Metode Pengendalian Banjir

Pemanfaatan retarding basin untuk mengendalikan banjir dan bermanfaat


efektif untuk daerah yang ada di bagian hilirnya.
Daerah tersebut mempunyai potensi dan efektif untuk dijadikan kolam
penampungan banjir sementara.
Daerah tersebut mempunyai head/energi yang cukup (perbedaan muka air
banjir antara di sungai dan muka air banjir di kolam).
Daerah tersebut mempunyai area ataupun volume tampungan yang besar
untuk banjir.

Langkah-langkah atau pertimbangan teknis yang harus diperhatikan adalah:


Pola hidrograf inflow dan outflow banjir dengan adanya retarding basin.
Daerah cekungan/depresi yang akan dipakai kolam penampungan banjir
sementara.
Tanggul kolam penampungan banjir sementara.
Bangunan pintu banjir sementara.

6. Pembuatan polder
Polder adalah sebidang tanah yang rendah, dikelilingi oleh embankment baik
bisa berupa tanah urugan/timbunan atau tanggul pasangan beton atau batu kali
yang membentuk semacam kesatuan hidrologis buatan, yang berarti tidak ada
kontak dengan air dari daerah luar polder selain yang dialirkan melalui saluran
buatan manusia bisa berupa saluran terbuka atau pipa
(http://id.wikipedia.org/wiki/Polder dengan modifikasi).

Polder berfungsi sementara untuk menampung aliran banjir ketika sungai atau
saluran tak bisa mengalir ke hilir secara gravitasi karena di sungai tersebut
terjadi banjir dan ada air pasang di laut untuk daerah pantai. Bila mana polder
penuh maka dipakai pompa untuk mengeluarkan air di dalam polder tersebut
sehingga daerah yang dilindungi tidak kebanjiran.

Untuk daerah rendah namun bila mempunyai nilai ekonomi tinggi polder cukup
efektif (misal perumahan elit) dibuat karena biaya operasional pompa cukup

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 13


Modul 4 Metode Pengendalian Banjir

besar. Namun untuk pemukiman padat dengan penghasilan penduduk rendah


pemerintah setempat perlu memberi subsidi untuk operasional pompa.

Contoh polder ditunjukkan dalam Gambar I.6

a. Contoh polder depan Stasiun Tawang Semarang

b. Contoh manfaat lain polder untuk wisata (ini bukan depan Stasiun Tawang)
Gambar I.6 - Contoh polder di Semarang dan manfaat polder lainnya

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 14


Modul 4 Metode Pengendalian Banjir

1.1.2 Sistem Perbaikan dan Pengaturan Sungai


Metode struktur pengendalian banjir untuk sistem jaringan sungai diantaranya
adalah:
River improvement (perbaikan/peningkatan sungai),
Tanggul,
Sudetan (by pass/short-cut),
Floodway,
Sistem Drainase Khusus.

1. River Improvement
River improvement dilakukan terutama berkaitan erat dengan pengendalian
banjir, yang merupakan usaha untuk memperbesar kapasitas pengaliran
sungai. Hal ini dimaksudkan untuk menampung debit banjir yang terjadi untuk
dialirkan ke hilir atau laut, sehingga tidak terjadi limpasan. Pekerjaan ini pada
dasarnya dapat meliputi kegiatan antara lain:
Perbaikan bentuk penampang melintang.
Mengatur penampang memanjang sungai.
Menurunkan angka kekasaran dinding alur sungai.
Melakukan sudetan pada alur sungai meander.
Melakukan rekonstruksi bangunan di sepanjang sungai yang tidak sesuai
dan mengganggu pengaliran banjir.
Menstabilkan alur sungai.
Pembuatan tanggul banjir.

Sistem pengerukan alur saluran bertujuan untuk memperbesar kapasitas


tampungan sungai dan memperlancar aliran sungai. Analisis yang harus
diperhitungkan adalah analisis hidrologi, analisis hidraulika dan analisis
sedimentasi. Analisis perhitungan perlu dilakukan dengan cermat mengingat
kemungkinan kembalinya sungai ke bentuk semula sangat besar. Pengerukan
juga merupakan kegiatan-kegiatan melebarkan sungai, mengarahkan alur
sungai dan memperdalam sungai. Untuk mengarahkan sungai dan melebarkan
penampangnya sering diperlukan pembebasan lahan. Oleh karena itu dalam
kajiannya harus juga memperhitungkan aspek ekonomi (ganti rugi) dan aspek

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 15


Modul 4 Metode Pengendalian Banjir

sosial terutama bagi masyarakat atau stakeholders lainnya yang merasa


dirugikan akibat lahannya berkurang.

Hal-hal penting dalam river improvement diantaranya adalah:


Perencanaan penampang melintang sungai,
Hidrologi dan hidraulika banjir,
Elevasi, talud dan lebar tanggul,
Stabilitas terhadap erosi dan longsoran,
Perkuatan tebing sungai (revetment),
Efek pengaruh back water akibat bangunan dan pasang surut.

2. Tanggul
Tanggul adalah penghalang yang didesain untuk menahan air banjir di palung
sungai untuk melindungi daerah di sekitarnya. Tanggul juga berfungsi untuk
melokalisir banjir di sungai, sehingga tidak melimpas ke kanan dan ke kiri
sungai yang merupakan daerah peruntukan. Contoh dokumentasi tanggul
dapat dilihat dalam Gambar I.

Contoh 1 Tanggul buatan bahan dari tanah

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 16


Modul 4 Metode Pengendalian Banjir

Contoh 2 Tanggul sungai (alami)

Contoh 3 Tanggul sungai yang diperkuat


Gambar I.7 - Contoh dokumentasi tanggul

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 17


Modul 4 Metode Pengendalian Banjir

Contoh bagian sungai yang perlu tanggul ditunjukkan dalam Gambar I..

a. Contoh bagian palung sungai yang perlu (bisa dibangun) tanggul

b. Contoh perlu atau bisa dibuat tanggul karena untuk melindungi pemukiman
Gambar I.8 - Contoh perlu atau bisa dibuat tanggul di suatu sungai

Beberapa faktor yang harus diperhatikan, antara lain:


Dampak tanggul terhadap regim sungai,
Tinggi jagaan dan kapasitas debit sungai pada bangunan-bangunan sungai
misalnya jembatan,
Ketersediaan bahan bangunan setempat,
Syarat-syarat teknis dan dampaknya terhadap pengembangan wilayah,
Hidrograf banjir yang lewat,

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 18


Modul 4 Metode Pengendalian Banjir

Pengaruh limpasan, penambangan, longsoran dan bocoran,


Pengaruh tanggul terhadap lingkungan,
Elevasi muka air yang lebih tinggi di alur sungai,
Lereng tanggul dengan tepi sungai yang relatif stabil.

3. Sudetan (by pass/short cut)


Sudetan (by pass) adalah saluran yang digunakan untuk mengalihkan sebagian
atau seluruh aliran air banjir dalam rangka mengurangi debit banjir pada daerah
yang dilindungi. Faktor-faktor yang penting sebagai pertimbangan dalam desain
saluran by pass adalah sebagai berikut:
Biaya pelaksanaan yang relatif mahal.
Kondisi topografi dari rute alur baru.
Bangunan terjunan mungkin diperlukan di saluran by pass untuk mengontrol
kecepatan air dan erosi.
Kendala-kendala geologi timbul sepanjang alur by pass (contoh: membuat
saluran sampai batuan dasar sungai).
Penyediaan air dengan program pengembangan daerah sekitar sungai.
Kebutuhan air harus tercukupi sepanjang aliran sungai asli di bagian hilir dari
lokasi percabangan.
Pembagian air akan berpengaruh pada sifat alami daerah hilir mulai dari
lokasi percabangan by pass.

Perbaikan alur sungai biasanya termasuk perbaikan alignment atau jalur


sungai, melalui pekerjaan sudetan. Pada alur sungai yang berbelok-belok
sangat kritis, sebaiknya dilakukan sudetan, agar air banjir dapat mencapai
bagian hilir atau laut dengan cepat, dengan mempertimbangkan alur sungai
stabil. Hal ini dikarenakan jarak yang ditempuh oleh aliran air banjir tersebut
lebih pendek, kemiringan sungai lebih curam dan kapasitas pengaliran
bertambah atau akan mengalami perubahan hidrograf banjir.

Namun juga perlu memperhatikan dampak negatif sudetan. Yaitu bila suatu
sungai disudet tidak akan menimbulkan problem banjir di tempat lain. Dengan
adanya perubahan bentuk hidrograf banjir setelah adanya sudetan akan

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 19


Modul 4 Metode Pengendalian Banjir

berdampak terhadap peningkatan debit pengaliran dan waktu tiba banjir dari
hidrograf lebih pendek. Hal tersebut akan menurunkan muka air banjir di
sebelah hulu dan menambah banjir di sebelah hilir atau berpengaruh baik di
hulu dan berpengaruh jelek di hilir. Pada pekerjaan sudetan perlu dilakukan
perbaikan alur sungai di hulu dari daerah yang dilindungi dari banjir dan juga
diimbangi dperbaikan alur sungai di sebelah hilir sudetan.

Sudetan pada alur sungai aluvial yang bermeander dapat terjadi secara alamiah
karena adanya pergerakan/pergeseran meander. Namun sudetan dapat juga
dibuat oleh manusia, sebagai salah satu usaha pengaturan sungai untuk tujuan
tertentu. Dalam hal ini diperlukan kesadaran dan pengertian bagi para
perencana, mengingat dengan dilakukannya sudetan berarti mengganggu
keseimbangan yang ada, sehingga secara alamiah alur sungai cenderung
kembali pada kondisi semula. Pada masa mencari atau mencapai
keseimbangan baru tersebut, biasanya disertai dengan kerusakan-kerusakan
yang tidak diinginkan dan diperkirakan sebelumnya. Hal ini terjadi pada sudetan
yang tidak disertai dengan perencanaan alur sungai stabil dan
mempertimbangkan segala proses yang akan timbul. Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam sudetan adalah:
Tujuan dilakukan sudetan.
Arah alur sungai sudetan (kondisi meander yang ada).
Penampang sungai sudetan.
Usaha mempertahankan fungsi dari sudetan.
Pengaruh sudetan terhadap sungai secara keseluruhan, bangunan-
bangunan pemanfaatan sumber daya air maupun bangunan fasilitas.
Pengaruh penurunan muka air di sebelah hulu sudetan terhadap lingkungan.
Pengaruh berkurangnya fungsi retensi banjir.
Tinjauan terhadap sosial ekonomi.

Di samping itu alasan melakukan sudetan dalam kaitan dengan pengendalian


banjir adalah:
Sungai yang berkelok-berkelok atau bermeander kritis, adalah merupakan
alur yang relatif tidak stabil, dengan adanya sudetan akan lebih baik.

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 20


Modul 4 Metode Pengendalian Banjir

Dengan adanya sudetan akan terjadi bentuk hidrograf banjir antara di bagian
hulu dan hilir sudetan, sehingga akan menguntungkan daerah di bagian
hulunya.

Bentuk hidrograf banjir sebelum dan sesudah sudetan ditunjukkan dalam


Gambar I..

a. Sungai yang bermeander

Keterangan:
v1 adalah kecepatan air di I sebelum sungai disudet
v2 adalah kecepatan air di I setelah sungai disudet
A. Hidrograf banjir di I
B. Hidrograf banjir di O sebelum sudetan
C. Hidrograf banjir di O sesudah sudetan
b. Hidrograf sungai dalam Gambar a
Gambar I.9 - Hidrograf sebelum dan sesudah shortcut (sudetan)

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 21


Modul 4 Metode Pengendalian Banjir

Pertimbangan teknis dalam perencanaan sudetan:


Daerah sudetan (meander kritis)
Perbaikan arah alur sungai di daerah sudetan
Perbaikan penampang sudetan (penampang memanjang dan melintang)
Bangunan perkuatan/pengatur yang diperlukan

4. Floodway
Pembuatan floodway dimaksudkan untuk mengurangi debit banjir pada alur
sungai lama, dan mengalirkan sebagian debit tersebut banjir melalui floodway.
Hal ini dapat dilakukan apabila kondisi setempat sangat mendukung untuk
membuat floodway. Apabila kondisi lapangan tidak menguntungkan, misalnya
sungai untuk jalur floodway tidak ada, maka pembuatan floodway kurang layak
untuk dilaksanakan.

Floodway berfungsi untuk mengalirkan sebagian debit banjir pada waktu banjir,
sehingga debit banjir pada alur sungai lama akan berkurang dan akan
menurunkan tingkat resiko banjir. Kondisi pada umumnya, bahwa alur lama
melewati kota, sehingga menjadi rawan banjir. Sedangkan lahan pada kawasan
pemukiman di kota sangat mahal dan sulit untuk pembebasan lahan, sehingga
perbaikan alur sungai untuk memenuhi debit mengalami kesulitan.

Untuk mengatasi banjir dengan floodway, di samping aspek


rekayasa/engineering, aspek non teknis juga perlu dipertimbangkan. Jadi
sebagian banjir akan dilewatkan melalui floodway sebelum masuk daerah yang
dilindungi atau daerah kota dan bisa langsung dialirkan ke laut. Perubahan
aliran banjir lewat floodway tersebut, jangan sampai menimbulkan masalah
sosial ekonomi di masa mendatang terutama dari masyarakat yang dilalui
floodway tersebut.

Beberapa faktor yang harus menjadi perhatian dalam pembuatan floodway


adalah:
Alur lama yang melewati kota sulit untuk diperbaiki sesuai dengan debit
desain, karena kesulitan lahan yang sudah penuh pemukiman.

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 22


Modul 4 Metode Pengendalian Banjir

Alur lama berbelok-belok terlalu jauh, untuk menuju ke laut, sehingga dari
segi hidrolis tidak menguntungkan.
Terdapat jalur untuk alur baru yang menguntungkan (lebih pendek), dengan
menggunakan sungai kecil yang ada.
Pembebasan lahan pada alur floodway tidak mengalami kesulitan.
Tidak mengganggu pemanfaatan sumber daya air yang ada.
Dampak negatif (sosial ekonomi) diupayakan sekecil mungkin.

Bila perbaikan alur terletak di daerah dengan kepadatan penduduk yang tinggi,
maka perlu ada kajian dan evaluasi mengenai lahan yang ada, pembebasan
tanah serta dampak sosial yang akan timbul. Sedangkan untuk pembuatan
floodway yang melewati di daerah yang kepadatan penduduknya rendah
ataupun daerah persawahan dan tambak, kemungkinan pembebasan lahan
lebih murah dan ringan serta persoalan sosial bisa lebih kecil. Maka dalam
desain, kemungkinan dapat menggunakan/memperlebar alur sungai yang ada
ke kanan dan (atau) ke kiri untuk memenuhi kapasitas pengaliran yang ada
menjadi konsideran yang penting sebelum penentuan atau perencanaan jalur
floodway.

Dalam perencanaan floodway, kajian rekayasanya setidak-tidaknya meliputi


antara lain:
Debit banjir rencana,
Jalur floodway,
Perencanaan alur floodway yang meliputi penampang memanjang dan
melintangnya,
Bangunan pembagi banjir.

5. Sistem drainase khusus


Sistem drainase khusus sering diperlukan untuk memindahkan air dari daerah
rawan banjir karena drainase yang buruk secara alami atau karena ulah
manusia. Sistem khusus tipe gravitasi dapat terdiri dari saluran-saluran alami.
Alternatif dengan pemompaan mungkin diperlukan untuk daerah buangan

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 23


Modul 4 Metode Pengendalian Banjir

dengan elevasi air di bagian hilir yang terlalu tinggi. Sistem drainase khusus
biasanya digunakan untuk situasi berikut:
Daerah perkotaan dimana drainase alami tidak memadai.
Digunakan untuk melindungi daerah pantai dari pengaruh gelombang.
Daerah genangan/bantaran banjir dengan bangunan flood wall/dinding
penahan banjir.

Desain dari sistem drainase khusus berdasarkan pertimbangan berikut:


Topografi, karakteristik infiltrasi dan luas daerah yang akan dilindungi.
Kecepatan dan waktu hujan serta aliran permukaan.
Volume dari air yang ditahan.
Periode banjir.

Adapun kriteria yang digunakan dalam pemilihan bangunan adalah:


Apabila elevasi air buangan lebih rendah dari elevasi daerah yang dilindungi,
dapat digunakan outlet sederhana.
Apabila fluktuasi perubahan elevasi air berubah-ubah diperlukan pintu-pintu
otomatis.
Stasiun pompa diperlukan apabila elevasi air buangan lebih tinggi dari
daerah yang dilindungi.

1.2 Metode Non-Struktur


1.2.1 Umum
Analisis pengendalian banjir dengan tidak menggunakan bangunan pengendali
akan memberikan pengaruh cukup baik terhadap regim sungai. Contoh aktifitas
penanganan tanpa bangunan adalah sebagai berikut:
Pengelolaan DAS.
Pengaturan tata guna lahan.
Pengendalian erosi.
Pengembangan dan pengaturan daerah banjir.
Penanganan kondisi darurat.
Peramalan dan sistem peringatan banjir.

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 24


Modul 4 Metode Pengendalian Banjir

Asuransi.

1.2.2 Pengelolaan DAS


Pengelolaan DAS berhubungan erat dengan peraturan, pelaksanaan dan pelatihan.
Kegiatan penggunaan lahan dimaksudkan untuk menghemat dan menyimpan atau
menahan air dan konservasi tanah. Pengelolaan DAS mencakup aktivitas-aktivitas
berikut ini:
Pemeliharaan vegetasi di bagian hulu DAS.
Penanaman vegetasi untuk mengendalikan atau mengurangi kecepatan aliran
permukaan dan erosi tanah.
Pemeliharaan vegetasi alam, atau penanaman vegetasi tahan air yang tepat,
sepanjang tanggul drainase, saluran-saluran dan daerah lain untuk pengendalian
aliran yang berlebihan atau erosi tanah.
Mengatur secara khusus bangunan-bangunan pengendali banjir (misal check
dam) sepanjang dasar aliran yang mudah tererosi.
Pengelolaan khusus untuk mengatisipasi aliran sedimen yang dihasilkan dari
kegiatan gunung berapi yang dikenal dengan nama debris flow.

Sasaran penting dari kegiatan pengelolaan DAS adalah untuk mencapai keadaan-
keadaan berikut:
Mengurangi debit banjir di daerah hilir.
Mengurangi erosi tanah dan muatan sedimen di sungai.
Meningkatkan produksi pertanian yang dihasilkan dari penataan guna tanah dan
perlindungan air.
Meningkatkan lingkungan di DAS dan daerah sempadan sungai.

Contoh lingkungan di DAS dan di daerah sempadan sungai ditunjukkan dalam


Gambar I. dan Gambar I..

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 25


Modul 4 Metode Pengendalian Banjir

a. Contoh 1 DAS yang masih berupa hutan (masih baik)

b. Contoh 3 bagian wilayah suatu DAS yang sudah tak ada tanaman
(sudah rusak)

c. Contoh 2 bagian wilayah suatu DAS yang mulai dirubah tata guna lahannya
Gambar I.10 - Contoh lingkungan DAS yang baik dan yang buruk

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 26


Modul 4 Metode Pengendalian Banjir

a. Pelanggaran sempadan karena kebutuhan infrastruktur kota

b. Sempadan sungai hanya berupa tembok pemisah dengan pemukiman

c. Contoh sempadan sungai di kota yang baik


Gambar I.11 - Contoh sempadan sungai yang baik dan buruk

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 27


Modul 4 Metode Pengendalian Banjir

Sasaran tersebut harus didukung oleh aktifitas-aktifitas lainnya, seperti:


Pembatasan penebangan hutan dan kebijakan-kebijakan yang mencakup atau
menganjurkan penghutanan kembali daerah-daerah yang telah rusak.
Rangsangan atau dorongan, untuk mengembangkan tanaman yang tepat dan
menguntungkan secara ekonomi (misal cacao, turi, jambu mete, lamtoro gung,
buah-buahan). Dengan kata lain pohon tak ditebang tapi diambil buahnya.
Pemilihan cara penanaman yang dapat memperlambat aliran dan erosi.
Pertanian bergaris (sistem hujan), dan metode teras (bertingkat) sehingga
mengurangi pengaliran dan erosi tanah dari daerah pertanian.
Tidak ada pertanian atau kegiatan-kegiatan pengembangan lain di sepanjang
bantaran sungai.
Minimal daerah penyangga atau daerah vegetasi yang tidak boleh terganggu di
sepanjang jalan air, dapat mengacu pada tabel di bawah ini.

Tabel 1.1 - Hubungan Debit Dan Lebar Penyangga


Debit Rata-rata (Q) Lebar Penyangga Minimal
Kurang dari 1 m3/dt 5m
3 3
1 m /dt < Q > 5 m /dt 10 m
Lebih dari 5 m3/dt 15 m

1.2.3 Pengaturan Tata Guna Lahan


Pengaturan tata guna lahan di DAS dimaksudkan untuk mengatur penggunaan
lahan, sesuai dengan rencana pola tata ruang yang ada. Hal ini untuk menghindari
penggunaan lahan yang tidak terkendali, sehingga mengakibatkan kerusakan DAS
yang merupakan daerah tadah hujan. Pada dasarnya pengaturan penggunaan
lahan di DAS dimaksudkan untuk:
Untuk memperbaiki kondisi hidrologis DAS, sehingga tidak menimbulkan banjir
pada musim hujan dan kekeringan pada musim kemarau.
Untuk menekan laju erosi daerah aliran sungai yang berlebihan, sehingga dapat
menekan laju sedimentasi pada alur sungai di bagian hilir.

Penataan masing-masing kawasan, proporsi masing-masing luas penggunaan


lahan dan cara pengelolaan masing-masing kawasan perlu mendapat perhatian

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 28


Modul 4 Metode Pengendalian Banjir

yang baik. Daerah atas dari daerah aliran sungai yang merupakan daerah
penyangga, yang berfungsi sebagai recharge atau pengisian kembali air tanah,
perlu diperhatikan luasan masing-masing kawasan. Misalnya untuk luasan kawasan
hutan minimum/kira-kira 30% dari luas daerah aliran sungai.

Sedangkan untuk mencegah adanya laju erosi DAS yang tinggi perlu adanya cara
pengelolaan yang tepat, untuk masing-masing kawasan. Pengelolaan lahan
tersebut dapat meliputi, sistem pengelolaan, pola tanam dan jenis tanaman yang
disesuaikan jenis tanah, kemampuan tanah, elevasi dan kelerengan lahan. Karena
dengan adanya erosi lahan yang tinggi akan menentukan besarnya angkutan
sedimen di sungai dan mempercepat laju sedimentasi di sungai, terutama di bagian
hilir. Dengan adanya sedimentasi di sungai akan merubah penampang sungai dan
memperkecil kapasitas pengaliran sungai.

1.2.4 Pengendalian Erosi


Pengendalian erosi pada prinsipnya merupakan tindakan-tindakan untuk mencegah
dan mengendalikan erosi baik di DAS maupun di tebing sungai. Beberapa cara
pengendalian erosi di DAS diantaranya ditunjukkan dalam Gambar I. dan Gambar
I.2.

a. Terasering

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 29


Modul 4 Metode Pengendalian Banjir

b. Buffer strip (garis penyangga)

c. Rotasi penanaman (perubahan pola tanam)

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 30


Modul 4 Metode Pengendalian Banjir

d. Crop cover atau penutupan lahan (dengan tanaman lebat) mengurangi erosi

e.
Gambar I.12 - Beberapa cara pengendalian erosi

a. Penambangan harus mematuhi UU No. 4 Tahun 2009

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 31


Modul 4 Metode Pengendalian Banjir

b. Hasil tambang yang diangkut (nilai ekonomi tinggi tapi berdampak ke kerusakan
lingkungan terutama hilangnya top soil)
Gambar I.2 - Penambangan memperbesar erosi dan menghilangkan top soil,
seharusnya penambangan berwawasan lingkungan

1.2.5 Pengembangan dan Pengaturan Daerah Banjir/Genangan


Masalah yang timbul dari penggunaan lahan daerah genangan diantaranya adalah
sebagai berikut:
Masyarakat yang bermukim pada daerah-daerah genangan akan kehilangan
pencaharian yang ditimbulkan banjir.
Pemanfaatan intensif daerah-daerah genangan untuk mata pencaharian, industri
dan kegiatan lain akan meningkatkan potensi bagi kerusakan-kerusakan yang
diakibatkan banjir.

Kegiatan di atas yang berhubungan dengan pemanfaatan daerah genangan sering


mengurangi kapasitas alur sungai dan daerah genangan. Kelancaran aliran akan
berkurang karena bangunan rumah, gedung-gedung, jalan-jalan, jembatan dan
pengusahaan tanaman yang memiliki daya tahan besar merupakan penghambat
aliran. Pengendalian pemanfaatan daerah genangan termasuk peraturan-peraturan
penetapan wilayah penggunaan lahan, dan bangunan-bangunan. Maksud dari
pengendalian daerah genangan adalah untuk membatasi atau menentukan tipe
pengembangan dengan mempertimbangkan resiko dan kerusakan yang

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 32


Modul 4 Metode Pengendalian Banjir

ditimbulkan oleh banjir. Faktor ekonomi, sosial dan lingkungan harus pula ikut
dipertimbangkan agar diperoleh suatu pengembangan yang bijaksana. Langkah
pertama dalam peningkatan pengendalian daerah genangan di daerah yang
beresiko banjir dan daerah kritis ditentukan diantaranya oleh faktor-faktor berikut:
Besarnya banjir yang terjadi. Lamanya banjir.
Waktu peringatan efektif. Masalah-masalah pengungsian.
Pengetahuan tentang banjir. Akses (kemudahan).
Tingkat luapan banjir. Potensi kerusakan banjir.
Kedalaman dan kecepatan banjir.

Dua tahapan yang perlu dilaksanakan, kaitannya dengan program pengendalian


banjir adalah sebagai berikut ini:
Tahap I: Melarang adanya pemanfaatan di daerah bantaran banjir, seperti
pendirian gedung, rumah ataupun pengusahaan tanaman.
Tahap II: Pengaturan pengendalian penggunaan lahan untuk mengurangi
kerusakan-kerusakan yang disebabkan banjir.

1.2.6 Penanganan Kondisi Darurat


Penanggulangan banjir perlu dilakukan untuk menangani penanggulangan banjir
dalam keadaan darurat, terutama untuk bangunan pengendalian banjir yang rusak
dan kritis. Hal ini terutama untuk menangani banjir tahunan yang perlu penanganan
tahunan pada waktu musim hujan atau banjir.

Perencanaan penanggulangan banjir perlu dibuat sebelumnya, berdasarkan


pengalaman yang telah lalu. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam perencanaan
penanggulangan banjir:
Identifikasi masalah.
Kebutuhan bahan dan peralatan penanggulangan.
Kebutuhan tenaga penanggulangan.

1. Identifikasi Masalah
Sebelum terjadinya banjir pada musim kemarau, sebaiknya dilakukan
pemeliharaan tanggul dan bangunan pengendali banjir. Namun di dalam survei

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 33


Modul 4 Metode Pengendalian Banjir

perlu dilakukan pula identifikasi pada tempat-tempat tertentu di sepanjang


sungai yang rawan terhadap banjir. Di samping itu perlu juga dibuat peta untuk
daerah rawan banjir di dataran rendah.

2. Kebutuhan Bahan dan Peralatan Penanggulangan


Bahan dan peralatan yang diperlukan adalah untuk digunakan pada waktu
penanggulangan banjir. Keperluan tersebut harus disiapkan sebelum banjir dan
dalam keadaan baik. Bahan yang dapat disiapkan sebelumnya antara lain,
kawat bronjong, karung plastik, ijuk, kayu, dsb. Sedangkan peralatan meliputi:
Alat kerja (sekop, gergaji, cangkul dsb) Peralatan penerangan
Alat transportasi Perlengkapan personil
Alat komunikasi

3. Kebutuhan Tenaga Penanggulangan


Kebutuhan tenaga biasanya cukup banyak, maka diharapkan peran serta dari
masyarakat dalam penanggulangan. Personil Kimpraswil yang terbatas
sebaiknya dapat mengkoordinir para tenaga sukarela tersebut, supaya dapat
lebih efektif. Tenaga kerja tersebut harus jelas pembagiannya dan dibuat dalam
kelompok, misalnya: kelompok ronda, pengamat, pekerja penanggulangan
darurat dan regu cadangan. Disamping itu pengerahan tenaga, perlu
didiskusikan dengan aparat pemerintahan setempat dan sesuai dengan tugas
dan wewenang pada Badan Penanggulangan Bencana Provinsi dan Kab/kota.
Agar supaya dapat berjalan secara efektif, perlu adanya rencana pelaksanaan,
yang meliputi:
Penentuan lokasi pos dan daerah kerja.
Organisasi pelaksana teknis penanggulangan (berlaku satu musim saja).

1.2.7 Peramalan (Forcasting) dan Sistem Peringatan Banjir (Flood Warning


System)
Sistem peramalan banjir yang efektif harus menunjukkan ciri-ciri berikut ini:
Tempat pemantauan diletakan pada lokasi yang strategis, sehingga dapat
memberikan informasi peringatan yang cepat didapat, lebih lanjut tindakan dini
dapat segera dilakukan.

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 34


Modul 4 Metode Pengendalian Banjir

Sederhana dan efektif


Alat ukur sederhana yang dipasang secara tepat akan memberikan informasi
yang cepat dan lebih efektif dari pada menggunakan sistim telemetri yang rumit
dan bahkan diperlukan perawatan yang mahal.
Metode yang diandalkan untuk memperkirakan debit banjir
Metode langsung, yaitu dengan menempatkan peralatan pemantauan pada
stasiun-stasiun hidrometri, sehingga diperoleh hubungan yang dapat dirumuskan
dengan baik antara elevasi muka air sungai dengan debit yang ada. Metode tidak
langsung yaitu dengan cara analisis curah hujan yang disertai dengan
memperhitungkan kondisi sungai dan DAS yang bersangkutan.

Peramalan banjir adalah merupakan bagian dari sistim pengendalian banjir suatu
sistem sungai. Maka dalam penyusunan sistim peramalan dan peringatan dini banjir
DAS perlu memperhatikan:
Bangunan pengendalian banjir.
Operasional bangunan sistim pengendalian banjir.
Hidrologi.
Karakteristik DAS.
Karakteristik daerah rawan banjir.
Kemungkinan kerugian akibat banjir.
Waktu perambatan banjir.

Pada suatu sungai perlu adanya flood warning system, terutama untuk sungai yang
melewati daerah yang padat penduduk dan mempunyai sifat banjir yang
membahayakan. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi kerugian akibat banjir yang
lebih besar. Pada tingkat awal untuk flood warning system adalah peramalan akan
datangnya banjir. Untuk mengetahui terhadap datangnya banjir, dapat diketahui
dengan cara yang sederhana melalui gejala alam yang terjadi. Misalnya, banyak
serangga yang keluar dari persembunyian/dalam tanah, suara katak yang riuh
bersahutan, dsb. Cara ini biasanya diketahui baik oleh penduduk setempat dan
akan mempersiapkan segala persiapan untuk menghadapi hal-hal yang
membahayakan dari banjir. Berdasarkan perkembangan kehidupan masyarakat
yang semakin modern dan bahaya banjir yang semakin meningkat, maka perlu

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 35


Modul 4 Metode Pengendalian Banjir

adanya peramalan datangnya banjir secara tepat dan cepat. Maka secara teknis
dapat dilakukan antara lain:
Pengamatan tinggi muka air pada pos-pos pengamat
Telemetering/pengamatan curah hujan
Pemberitaan banjir

1.2.8 Law Enforcement


Penegakan hukum adalah proses dilakukannya upaya untuk tegaknya atau
berfungsinya norma-norma hukum secara nyata sebagai pedoman perilaku dalam
lalu lintas atau hubungan-hubungan hukum dalam kehidupan bermasyarakat dan
bernegara (Asshiddiqie, 2011). Dalam wikipedia disebutkan bahwa penegakan
hukum adalah sesuatu yang merefer (merujuk) pada suatu sistem dimana anggota
masyarakat berlaku/bertindak secara terorganisir untuk berpromosi tunduk kepada
hukum atau peraturan yang berlaku (http://en.wikipedia.org/ wiki/
Law_enforcement). Beberapa contoh penegakan hukum diilustrasikan dalam
berikut ini.

a. Tidak membuang sampah di sebarang tempat (di sungai)

b. Tidak menggunduli hutan (illegal logging)


Gambar I.3 - Gambaran tentang penegakan hukum

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 36


Modul 4 Metode Pengendalian Banjir

1.2.9 Penyuluhan Pada Mayarakat


Permasalahan banjir adalah merupakan permasalahan umum, terutama di daerah
bawah, maka sudah saatnya masyarakat yang berada pada daerah tersebut peduli
akan pencegahan terhadap bahaya banjir. Disamping itu pihak yang berwenang
termasuk instansi yang terkait, harus betul-betul melaksanakan pembinaan,
pengawasan, pengendalian dan penanggulangan terhadap banjir secara intensif
dan terkoordinasi.
Penyuluhan oleh pihak yang berwenang, bagaimana cara menghindari bahaya
banjir, supaya kerugian yang timbul tidak terlalu besar.
Meningkatkan kesadaran masyarakat, bahwa kerusakan daerah aliran sungai
yang diakibatkan oleh umat manusia, dapat mengakibatkan banjir yang lebih
parah.
Mengembangkan sikap masyarakat bahwa membuang sampah dan lain-lain di
sungai adalah tidak baik dan akan menimbulkan permasalahan banjir.
Meningkatkan kesadaran masyarakat bahwa aktivitas di daerah alur sungai,
misalnya tinggal di bantaran sungai adalah mengganggu dan dapat menimbulkan
permasalahan banjir.
Meningkatkan kesadaran masyarakat bahwa tinggal di daerah bawah atau
daerah dataran banjir, perlu mentaati peraturan-peraturan dan mematuhi
larangan yang ada, untuk menghindari permasalahan banjir dan menghindari
kerugian banjir yang lebih besar.

Maka akhirnya kembali pada masyarakat itu sendiri dan para aparat dari pihak yang
berwenang, untuk dapat meningkatkan kesadaran atas kewajiban sehubungan
dengan permasalahan banjir. Karena penanganan yang lebih dini dan perhatian dari
semua pihak, akan memudahkan untuk pengendalian banjir dan dapat menurunkan
biaya pemeliharaan.

1.2.10 Asuransi
Asuransi bencana banjir merupakan asuransi spesifik yang menanggung
penggantian kerugian akibat bencana banjir (http://en.wikipedia.org/wiki/
Flood_insurance). Umumnya untuk menganalisis besar atau nilai asuransi dasar
perhitungannya ada dua, yaitu: debit banjir yang terjadi dan daerah genangan banjir

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 37


Modul 4 Metode Pengendalian Banjir

akibat debit tersebut. Untuk debit banjir rencana analisisnya berdasarkan periode
ulang banjir yang terjadi. Daerah genangan banjir dikaji berdasarkan peta topografi
dan peta tata guna lahan.

Secara sederhana perhitungan daerah yang mendapatkan kerugian banjir


ditunjukkan dalam Gambar I.4.

Gambar I.4 - Daerah klaim asuransi

Dari Gambar I.4 dapat dilihat suatu daerah kota yang mengikuti asuransi banjir
untuk debit banjir rencana Q25 dan Q50. Bilamana terjadi banjir dengan periode
ulang 25 tahun (Q25) maka daerah A akan tergenang dan akan mendapatkan klaim
asuransi sesuai dengan kesepakatan antara pihak asuransi dan masyarakat
setelah dilakukan perhitungan dan analisis detail. Bilamana ada banjir yang lebih
besar misal dengan periode ulang 50 tahun (Q50) maka daerah A akan
mendapatkan klaim asuransi yang lebih besar dibandingkan dengan Q 25 dan
daerah B akan mendapatkan klaim asuransi juga.

Di Indonesia asuransi ini belum populer bahkan (mungkin) belum dipakai dalam
perencanaan tata guna lahan. Di negara-negara maju (developed country) sudah
dipakai dan dimanfaatkan masyarakat untuk perlindungan harta benda (property)
yang dimiliki.

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 38


Modul 4 Metode Pengendalian Banjir

Karena peristiwa banjir hampir selalu berulang setiap tahun dan cenderung
meningkat terutama di perkotaan yang padat penduduknya maka masyarakat perlu
diperkenalkan tentang asuransi banjir. Karena pada prinsipnya lokasi, besaran
banjir, tinggi dan lamanya genangan dapat dihitung dan dianalisis secara kuantitatif.
Sosialisasi tentang asuransi banjir ini perlu dilakukan secara kontinyu dan terus
menerus oleh pemerintah baik Pemerintah dan Pemerintah Daerah.

1.3 Latihan
1. Sebutkan dan jelaskan metode struktur dan non-struktur dalam kegiatan
pengendalian banjir!
2. Sebutkan faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan jenis
bangunan pengendalian banjir!
3. Sebutkan dan jelaskan 5 (lima) metode struktur pengendalian banjir untuk
sistem jaringan sungai!

1.4 Rangkuman
Pada dasarnya kegiatan pengendalian banjir adalah suatu kegiatan yang meliputi
aktifitas sebagai berikut:
Mengenali besarnya debit banjir.
Mengisolasi daerah genangan banjir.
Mengurangi tinggi elevasi air banjir.

Pengendalian banjir pada dasarnya dapat dilakukan dengan berbagai cara, namun
yang penting adalah dipertimbangkan secara keseluruhan dan dicari sistem yang
paling optimal.

Kegiatan pengendalian banjir menurut lokasi/daerah pengendaliannya dapat


dikelompokkan menjadi dua:
Bagian hulu: yaitu dengan membangun dam pengendali banjir yang dapat
memperlambat waktu tiba banjir dan menurunkan besarnya debit banjir,
pembuatan waduk lapangan yang dapat merubah pola hidrograf banjir dan
penghijauan di Daerah Aliran Sungai.

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 39


Modul 4 Metode Pengendalian Banjir

Bagian hilir: yaitu dengan melakukan perbaikan alur sungai dan tanggul, sudetan
pada alur yang kritis, pembuatan alur pengendali banjir atau flood way,
pemanfaatan daerah genangan untuk retarding basin dsb.

Sedangkan menurut teknis penanganan pengendalian banjir dapat dibedakan


menjadi dua yaitu:
Pengendalian banjir secara teknis (metode struktur).
Pengendalian banjir secara non teknis (metode non-struktur).

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 40


Modul 4 Metode Pengendalian Banjir

PENUTUP

A. Simpulan
Modul ini menjelaskan mengenai metode pengendalian banjir. Pengendalian banjir
pada dasarnya dapat dilakukan dengan berbagai cara, namun yang penting adalah
dipertimbangkan secara keseluruhan dan dicari sistem yang paling optimal.

Kegiatan pengendalian banjir menurut lokasi/daerah pengendaliannya dapat


dikelompokkan menjadi dua yaitu bagian hulu dan bagian hilir. Sedangkan menurut
teknis penanganan pengendalian banjir dapat dibedakan menjadi dua yaitu metode
struktur dan metode non-struktur.

B. Tindak Lanjut
Sebagai tindak lanjut dari pelatihan ini, peserta diharapkan mengikuti kelas lanjutan
untuk dapat memahami detail pengendalian banjir dan ketentuan pendukung terkait
lainnya, sehingga memiliki pemahaman yang komprehensif mengenai
pengendalian banjir.

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 41


Modul 4 Metode Pengendalian Banjir

EVALUASI FORMATIF

Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilakukan di akhir pembahasan modul


metode pengendalian banjir pada pelatihan pengendalian banjir. Evaluasi ini
dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman peserta pelatihan
terhadap materi yang disampaikan dalam modul.

A. Soal
1. Berikut ini kegiatan yang termasuk dalam metode struktur pengendalian banjir,
kecuali...
a. Bendungan/waduk
b. Kolam retensi
c. Pembuatan check dam
d. Retarding basin
e. Pengendalian erosi
2. Berikut ini kegiatan yang termasuk dalam metode non struktur pengendalian
banjir, kecuali...
a. Pengelolaan DAS
b. Pengaturan tata guna lahan
c. Pembuatan polder
d. Pengembangan dan pengaturan daerah banjir/genangan
e. Penyuluhan pada masyarakat
3. Yang merupakan kegiatan pengendalian banjir di daerah hilir adalah sebagai
berikut, kecuali...
a. Melakukan perbaikan alur sungai dan tanggul
b. Membangun dam pengendali banjir yang dapat memperlambat waktu tiba
banjir
c. Sudetan pada alur yang kritis
d. Pembuatan alur pengendali banjir atau flood way
e. Pemanfaatan daerah genangan untuk retarding basin
4. Berikut ini faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan jenis
bangunan pengendalian banjir, kecuali...
a. Vegetasi yang ada di sekitar lokasi

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 42


Modul 4 Metode Pengendalian Banjir

b. Kebutuhan perlindungan erosi di daerah kritis


c. Pengaruh bangunan terhadap lingkungan
d. Perkembangan pembangunan daerah
e. Pengaruh bangunan terhadap kondisi aliran di sebelah hulu dan sebelah
hilirnya
5. Di bawah ini yang merupakan metode struktur pengendalian banjir untuk sistem
jaringan sungai, kecuali...
a. River improvement (perbaikan/peningkatan sungai).
b. Tanggul.
c. Sudetan (by pass/short-cut).
d. Floodway
e. Bendungan/ waduk

B. Umpan Balik dan Tindak Lanjut


Untuk mengetahui tingkat penguasaan peserta pelatihan terhadap materi yang di
paparkan dalam materi pokok, gunakan rumus berikut :

× 100 %

Arti tingkat penguasaan :


90 - 100 % : baik sekali
80 - 89 % : baik
70 - 79 % : cukup
< 70 % : kurang

Diharapkan dengan materi yang diberikan dalam modul ini, peserta dapat
memahami metode pengendalian banjir. Proses berbagi dan diskusi dalam kelas
dapat menjadi pengayaan akan materi metode pengendalian banjir. Untuk
memperdalam pemahaman terkait materi metode pengendalian banjir, diperlukan
pengamatan pada beberapa modul-modul mata pelatihan terkait atau pada modul-
modul yang pernah Anda dapatkan serta melihat variasi-variasi modul-modul yang
ada pada media internet. Sehingga terbentuklah pemahaman yang utuh akan
pengendalian banjir.

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 43


Modul 4 Metode Pengendalian Banjir

DAFTAR PUSTAKA

Kodoatie R. J. dan Sugiyanto. 2001. Banjir. Pustaka Pelajar, Semarang.

Kodoatie R. J. dan Syarief R. 2006. Pengelolaan Bencana Terpadu. Andy,


Yogyakarta.

Kodoatie R. J. dan Syarief R. 2010. Tata Ruang Air.Andy, Yogyakarta.

Kodoatie, Robert J., 2012. Tata Ruang Air Tanah. xxvi + 514 = 540 Halaman.
Penerbit Andi, Yogyakarta.

Kodoatie, Robert J., 2013. Rekayasa Manajemen Banjir Kota. Penerbit Andi,
Yogyakarta.

Kodoatie R. J. dan Syarief R. 2013. Pengelolaan Sumber daya Air Terpadu. Andy,
Yogyakarta.

Peraturan Presiden No. 8 tahun 2008 tentang Badan Nasional


Penanggulangan Bencana.

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 4 Tahun 2015
tentang Penetapan Wilayah Sungai.

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 26 Tahun 2015
tentang Pengalihan Alur Sungai dan/atau Pemanfaatan Ruas Bekas Sungai.

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 27 Tahun 2015
tentang Bendungan.

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 28 Tahun 2015
tentang Penetapan Garis Sempadan Sungai, dan Garis Sempadan Danau.

Suripin, 2001. Pelestarian Sumberdaya Tanah dan Air. Andi Offset, Yogyakarta.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan


Bencana.

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi


Modul 4 Metode Pengendalian Banjir

GLOSARIUM

Meander : Bentuk sungai yang berkelok-kelok yang terjadi


akibat adanya pengikisan dan pengendapan.
Scouring : Gerusan

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi


Modul 4 Metode Pengendalian Banjir

KUNCI JAWABAN

Berikut ini merupakan kumpulan jawaban atau kata kunci dari setiap butir
pertanyaan yang terdapat di dalam modul. Kunci jawaban ini diberikan dengan
maksud agar peserta pelatihan dapat mengukur kemampuan diri sendiri.

Adapun kunci jawaban dari soal latihan pada setiap materi pokok, sebagai berikut:
Latihan Materi Pokok 1
1. Metode struktur dan non-struktur dalam kegiatan pengendalian banjir

2. Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan jenis bangunan


pengendalian banjir adalah sebagai berikut:
Pengaruh regim sungai terutama erosi dan sedimentasi (degradasi dan
agradasi sungai) dan hubungannya dengan biaya pemeliharaan.
Kebutuhan perlindungan erosi di daerah kritis.
Pengaruh bangunan terhadap lingkungan.
Perkembangan pembangunan daerah.
Pengaruh bangunan terhadap kondisi aliran di sebelah hulu dan sebelah
hilirnya.

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi


Modul 4 Metode Pengendalian Banjir

3. 5 (lima) metode struktur pengendalian banjir untuk sistem jaringan sungai


adalah sebagai berikut:
River improvement (perbaikan/peningkatan sungai).
Tanggul.
Sudetan (by pass/short-cut).
Floodway.
Sistem Drainase Khusus.

Adapun kunci jawaban dari soal evaluasi formatif, sebagai berikut :


1. e (Pengendalian erosi)
2. c (Pembuatan polder)
3. b (Membangun dam pengendali banjir yang dapat memperlambat waktu tiba
banjir)
4. a (Vegetasi yang ada di sekitar lokasi)
5. e (Bendungan/ waduk)

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi

Anda mungkin juga menyukai