MODUL 04
2017
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya
pengembangan Modul Metode Pengendalian Banjir sebagai materi inti/substansi
dalam Pelatihan Pengendalian Banjir. Modul ini disusun untuk memenuhi
kebutuhan kompetensi dasar Aparatur Sipil Negara (ASN) di bidang SDA.
Modul metode pengendalian banjir disusun dalam 3 (tiga) bagian yang terbagi atas
Pendahuluan, Materi Pokok, dan Penutup. Penyusunan modul yang sistematis
diharapkan mampu mempermudah peserta pelatihan dalam memahami metode
pengendalian banjir. Penekanan orientasi pembelajaran pada modul ini lebih
menonjolkan partisipasi aktif dari para peserta.
Akhirnya, ucapan terima kasih dan penghargaan kami sampaikan kepada Tim
Penyusun dan Narasumber, sehingga modul ini dapat diselesaikan dengan baik.
Penyempurnaan maupun perubahan modul di masa mendatang senantiasa terbuka
dan dimungkinkan mengingat akan perkembangan situasi, kebijakan dan peraturan
yang terus menerus terjadi. Semoga Modul ini dapat memberikan manfaat bagi
peningkatan kompetensi ASN di bidang SDA.
DAFTAR ISI
B. Tindak Lanjut.................................................................................................41
EVALUASI FORMATIF .......................................................................................42
A. Soal...............................................................................................................42
B. Umpan Balik dan Tindak Lanjut .....................................................................43
DAFTAR PUSTAKA
GLOSARIUM
KUNCI JAWABAN
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi iii
Modul 4 Metode Pengendalian Banjir
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
PETUNJUK PENGGUNAAN
Deskripsi
Modul metode pengendalian banjir ini terdiri dari 1 (satu) materi pokok yang
membahas metode pengendalian banjir.
Peserta pelatihan mempelajari keseluruhan modul ini dengan cara yang berurutan.
Pemahaman setiap materi pada modul ini diperlukan untuk memahami metode
pengendalian banjir. Setiap materi pokok dilengkapi dengan latihan yang menjadi
alat ukur tingkat penguasaan peserta pelatihan setelah mempelajari materi pada
materi pokok.
Persyaratan
Dalam mempelajari modul ini, peserta pelatihan diharapkan dapat menyimak
dengan seksama penjelasan dari pengajar, sehingga dapat memahami dengan baik
materi yang merupakan materi inti/substansi dari Pelatihan Pengendalian banjir.
Untuk menambah wawasan, peserta diharapkan dapat membaca terlebih dahulu
materi yang berkaitan dengan metode pengendalian banjir dari sumber lainnya.
Metode
Dalam pelaksanaan pembelajaran ini, metode yang dipergunakan adalah dengan
kegiatan pemaparan yang dilakukan oleh Pengajar/Widyaiswara/Fasilitator, adanya
kesempatan diskusi dan studi kasus.
Alat Bantu/Media
Untuk menunjang tercapainya tujuan pembelajaran ini, diperlukan Alat Bantu/Media
pembelajaran tertentu, yaitu: LCD/projector, Laptop, white board dengan spidol dan
penghapusnya, bahan tayang, serta modul dan/atau bahan ajar.
Kompetensi Dasar
Setelah mengikuti seluruh rangkaian pembelajaran, peserta diharapkan mampu
memahami metode pengendalian banjir.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pegawai Negeri Sipil mempunyai peranan yang sangat penting dalam rangka
pelaksanaan cita-cita bangsa dan mewujudkan tujuan negara sebagaimana
tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945. Dengan semakin bertambahnya volume dan kompleksitas tugas-tugas
lembaga pemerintahan dan silih bergantinya regulasi yang begitu cepat perlu
upaya-upaya preventif untuk memperlancar tugas-tugas yang harus diemban oleh
Pegawai Negeri Sipil.
B. Deskripsi Singkat
Mata pelatihan ini membekali peserta pelatihan dengan pengetahuan/wawasan
mengenai metode pengendalian banjir, melalui metode ceramah interaktif, diskusi
dan studi kasus. Keberhasilan peserta pelatihan dinilai dari kemampuan memahami
metode pengendalian banjir.
C. Tujuan Pembelajaran
1. Kompetensi Dasar
Setelah mengikuti seluruh rangkaian pembelajaran, peserta diharapkan mampu
memahami metode pengendalian banjir.
2. Indikator Keberhasilan
Setelah mengikuti pembelajaran, peserta diharapkan mampu menjelaskan
metode pengendalian banjir.
E. Estimasi Waktu
Alokasi waktu yang diberikan untuk pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk
mata pelatihan Metode Pengendalian Banjir 6 (enam) jam pelajaran
(JP) atau sekitar 270 menit.
MATERI POKOK 1
METODE PENGENDALIAN BANJIR
Pada dasarnya kegiatan pengendalian banjir adalah suatu kegiatan yang meliputi
aktivitas sebagai berikut:
Mengenali besarnya debit banjir.
Mengisolasi daerah genangan banjir.
Mengurangi tinggi elevasi air banjir.
Pengendalian banjir pada dasarnya dapat dilakukan dengan berbagai cara, namun
yang penting adalah dipertimbangkan secara keseluruhan dan dicari sistem yang
paling optimal.
Bagian hilir: yaitu dengan melakukan perbaikan alur sungai dan tanggul, sudetan
pada alur yang kritis, pembuatan alur pengendali banjir atau flood way,
pemanfaatan daerah genangan untuk retarding basin dsb.
Detail metode struktur dan metode non-struktur ditunjukkan dalam Gambar I.1.
1. Bendungan/waduk
a. Bendungan
Bendungan adalah bangunan yang berupa urugan tanah, urugan batu,
beton, dan/atau pasangan batu yang dibangun selain untuk menahan dan
menampung air, dapat pula dibangun untuk menahan dan menampung
limbah tambang (tailing), atau menampung lumpur sehingga terbentuk
waduk (PP No 37 Tahun 2010). Definisi lain bendungan atau dam adalah
konstruksi yang dibangun untuk menahan laju air menjadi waduk, danau,
atau tempat rekreasi termasuk di antaranya menahan laju sedimentasi yang
ditampung dalam tampungan mati/dead storage
Debit banjir akan diatur secara alamiah oleh pelimpah dari dam yang
tanpa menggunakan pintu pengatur, dengan tujuan memudahkan
operasi, untuk menekan biaya operasi dan pemeliharaan dimasa
mendatang. Sedangkan untuk mendapatkan pengaruh pengaturan
terhadap pengendalian banjir yang lebih besar, dapat digunakan waduk
yang dilengkapi pintu pengendali banjir.
2) Ratio penurunan debit banjir pada dam pengendali banjir
Pada dam pengendali banjir terdapat alokasi volume untuk pengendalian
banjir dan volume untuk memenuhi kebutuhan air. Alokasi volume waduk
untuk pengendalian banjir, akan menentukan pola hidrograf banjir yang
dilepas waduk ke hilir dan ratio penurunan debit banjir.
3) Alokasi kapasitas untuk pengendalian banjir
Bila kapasitas untuk pengendalian banjir dan biaya konstruksi dam
naik, maka debit rencana dan biaya perbaikan sungai akan menurun.
Kapasitas pengendalian banjir ditentukan oleh biaya total minimum
dari perbaikan sungai dan biaya konstruksi dam.
a. Contoh bendungan 1
b. Contoh bendungan 2
Gambar I.2 - Contoh bendungan (Google Earth)
b. Waduk
Waduk adalah wadah buatan yang terbentuk sebagai akibat dibangunnya
bendungan (PP No 37 Tahun 2010). Waduk pada umumnya dibangun untuk
pengembangan sumber daya air sungai, dengan menampung air pada waktu
musim hujan untuk memperbaiki kondisi aliran sungai terutama pada musim
kemarau. Hal ini untuk mengantisipasi kebutuhan air yang meningkat
terutama pada musim kemarau. Di samping itu waduk biasanya dibangun
untuk beberapa manfaat yang disebut multi guna atau multi purpose dam,
misalnya untuk irigasi, penyediaan air baku (air minum), pembangkit listrik
tenaga air, dsb.
Pengendalian banjir dengan waduk hanya dapat dilakukan pada bagian hulu
dan biasanya dikaitkan dengan pengembangan sumber daya air. Yang perlu
diperhatikan dalam pengendalian banjir dengan waduk adalah perlambatan
waktu tiba banjir, penurunan debit banjir yang dilepas ke hilir dan rasio
alokasi volume waduk untuk pengendalian banjir terhadap volume untuk
pengembangan dan pengelolaan sumber daya air.
Selain retention basin ada juga detention basin dan retarding basin.
Perbedaannya adalah sebagai berikut:
Retention basin berarti menyimpan air di suatu cekungan dan dibiarkan
sampai airnya habis karena infiltrasi atau penguapan sering disebut wet
pond.
Detention basin adalah menyimpan air di suatu cekungan saat banjir lalu
setelah hujan reda air dialirkan ke sungai atau saluran untuk membantu
keberadaan air di sungai sering disebut dry pond.
Retarding basin adalah menyimpan air saat banjir dan lebih dominan
penundaan (delay) air masuk ke sungai. Sehingga pada waktu hujan banjir
sungai bisa berkurang karena dibantu dengan retarding basin.
b. Contoh groundsill
Gambar I.4 - Contoh drop structure pada bendung dan groundsill
(Dinas PSDA Prov. Jateng, 2010)
5. Retarding basin
Retarding basin adalah suatu kawasan (cekungan) yang didesain dan
dioperasikan untuk tampungan (storage) sementara sehingga bisa mengurangi
puncak banjir dari suatu sungai. Dapat dikatakan pula suatu tampungan
(reservoir) yang mengurangi puncak banjir melalui simpanan sementara.
Retard berarti memperlambat
(http://www.eionet.europa.eu/gemet/concept?ns=1&cp=7194;
http://www.termwiki.com/EN:retarding_basin).
Dalam cara ini daerah depresi (daerah rendah) sangat diperlukan untuk
menampung volume air banjir yang datang dari hulu, untuk sementara waktu
dan dilepaskan kembali pada waktu banjir surut. Dengan demikian kondisi
lapangan sangat menentukan dan berdasarkan survei lapangan, peta topografi
dan foto udara dapat diidentifikasi lokasi untuk retarding basin. Biasanya
retarding basin (pond/kolam) dibuat pada bagian hilir pada suatu daerah sungai.
Sedangkan daerah cekungan/depresi yang dapat dipergunakan untuk kolam
banjir adalah dengan memperhatikan:
6. Pembuatan polder
Polder adalah sebidang tanah yang rendah, dikelilingi oleh embankment baik
bisa berupa tanah urugan/timbunan atau tanggul pasangan beton atau batu kali
yang membentuk semacam kesatuan hidrologis buatan, yang berarti tidak ada
kontak dengan air dari daerah luar polder selain yang dialirkan melalui saluran
buatan manusia bisa berupa saluran terbuka atau pipa
(http://id.wikipedia.org/wiki/Polder dengan modifikasi).
Polder berfungsi sementara untuk menampung aliran banjir ketika sungai atau
saluran tak bisa mengalir ke hilir secara gravitasi karena di sungai tersebut
terjadi banjir dan ada air pasang di laut untuk daerah pantai. Bila mana polder
penuh maka dipakai pompa untuk mengeluarkan air di dalam polder tersebut
sehingga daerah yang dilindungi tidak kebanjiran.
Untuk daerah rendah namun bila mempunyai nilai ekonomi tinggi polder cukup
efektif (misal perumahan elit) dibuat karena biaya operasional pompa cukup
b. Contoh manfaat lain polder untuk wisata (ini bukan depan Stasiun Tawang)
Gambar I.6 - Contoh polder di Semarang dan manfaat polder lainnya
1. River Improvement
River improvement dilakukan terutama berkaitan erat dengan pengendalian
banjir, yang merupakan usaha untuk memperbesar kapasitas pengaliran
sungai. Hal ini dimaksudkan untuk menampung debit banjir yang terjadi untuk
dialirkan ke hilir atau laut, sehingga tidak terjadi limpasan. Pekerjaan ini pada
dasarnya dapat meliputi kegiatan antara lain:
Perbaikan bentuk penampang melintang.
Mengatur penampang memanjang sungai.
Menurunkan angka kekasaran dinding alur sungai.
Melakukan sudetan pada alur sungai meander.
Melakukan rekonstruksi bangunan di sepanjang sungai yang tidak sesuai
dan mengganggu pengaliran banjir.
Menstabilkan alur sungai.
Pembuatan tanggul banjir.
2. Tanggul
Tanggul adalah penghalang yang didesain untuk menahan air banjir di palung
sungai untuk melindungi daerah di sekitarnya. Tanggul juga berfungsi untuk
melokalisir banjir di sungai, sehingga tidak melimpas ke kanan dan ke kiri
sungai yang merupakan daerah peruntukan. Contoh dokumentasi tanggul
dapat dilihat dalam Gambar I.
Contoh bagian sungai yang perlu tanggul ditunjukkan dalam Gambar I..
b. Contoh perlu atau bisa dibuat tanggul karena untuk melindungi pemukiman
Gambar I.8 - Contoh perlu atau bisa dibuat tanggul di suatu sungai
Namun juga perlu memperhatikan dampak negatif sudetan. Yaitu bila suatu
sungai disudet tidak akan menimbulkan problem banjir di tempat lain. Dengan
adanya perubahan bentuk hidrograf banjir setelah adanya sudetan akan
berdampak terhadap peningkatan debit pengaliran dan waktu tiba banjir dari
hidrograf lebih pendek. Hal tersebut akan menurunkan muka air banjir di
sebelah hulu dan menambah banjir di sebelah hilir atau berpengaruh baik di
hulu dan berpengaruh jelek di hilir. Pada pekerjaan sudetan perlu dilakukan
perbaikan alur sungai di hulu dari daerah yang dilindungi dari banjir dan juga
diimbangi dperbaikan alur sungai di sebelah hilir sudetan.
Sudetan pada alur sungai aluvial yang bermeander dapat terjadi secara alamiah
karena adanya pergerakan/pergeseran meander. Namun sudetan dapat juga
dibuat oleh manusia, sebagai salah satu usaha pengaturan sungai untuk tujuan
tertentu. Dalam hal ini diperlukan kesadaran dan pengertian bagi para
perencana, mengingat dengan dilakukannya sudetan berarti mengganggu
keseimbangan yang ada, sehingga secara alamiah alur sungai cenderung
kembali pada kondisi semula. Pada masa mencari atau mencapai
keseimbangan baru tersebut, biasanya disertai dengan kerusakan-kerusakan
yang tidak diinginkan dan diperkirakan sebelumnya. Hal ini terjadi pada sudetan
yang tidak disertai dengan perencanaan alur sungai stabil dan
mempertimbangkan segala proses yang akan timbul. Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam sudetan adalah:
Tujuan dilakukan sudetan.
Arah alur sungai sudetan (kondisi meander yang ada).
Penampang sungai sudetan.
Usaha mempertahankan fungsi dari sudetan.
Pengaruh sudetan terhadap sungai secara keseluruhan, bangunan-
bangunan pemanfaatan sumber daya air maupun bangunan fasilitas.
Pengaruh penurunan muka air di sebelah hulu sudetan terhadap lingkungan.
Pengaruh berkurangnya fungsi retensi banjir.
Tinjauan terhadap sosial ekonomi.
Dengan adanya sudetan akan terjadi bentuk hidrograf banjir antara di bagian
hulu dan hilir sudetan, sehingga akan menguntungkan daerah di bagian
hulunya.
Keterangan:
v1 adalah kecepatan air di I sebelum sungai disudet
v2 adalah kecepatan air di I setelah sungai disudet
A. Hidrograf banjir di I
B. Hidrograf banjir di O sebelum sudetan
C. Hidrograf banjir di O sesudah sudetan
b. Hidrograf sungai dalam Gambar a
Gambar I.9 - Hidrograf sebelum dan sesudah shortcut (sudetan)
4. Floodway
Pembuatan floodway dimaksudkan untuk mengurangi debit banjir pada alur
sungai lama, dan mengalirkan sebagian debit tersebut banjir melalui floodway.
Hal ini dapat dilakukan apabila kondisi setempat sangat mendukung untuk
membuat floodway. Apabila kondisi lapangan tidak menguntungkan, misalnya
sungai untuk jalur floodway tidak ada, maka pembuatan floodway kurang layak
untuk dilaksanakan.
Floodway berfungsi untuk mengalirkan sebagian debit banjir pada waktu banjir,
sehingga debit banjir pada alur sungai lama akan berkurang dan akan
menurunkan tingkat resiko banjir. Kondisi pada umumnya, bahwa alur lama
melewati kota, sehingga menjadi rawan banjir. Sedangkan lahan pada kawasan
pemukiman di kota sangat mahal dan sulit untuk pembebasan lahan, sehingga
perbaikan alur sungai untuk memenuhi debit mengalami kesulitan.
Alur lama berbelok-belok terlalu jauh, untuk menuju ke laut, sehingga dari
segi hidrolis tidak menguntungkan.
Terdapat jalur untuk alur baru yang menguntungkan (lebih pendek), dengan
menggunakan sungai kecil yang ada.
Pembebasan lahan pada alur floodway tidak mengalami kesulitan.
Tidak mengganggu pemanfaatan sumber daya air yang ada.
Dampak negatif (sosial ekonomi) diupayakan sekecil mungkin.
Bila perbaikan alur terletak di daerah dengan kepadatan penduduk yang tinggi,
maka perlu ada kajian dan evaluasi mengenai lahan yang ada, pembebasan
tanah serta dampak sosial yang akan timbul. Sedangkan untuk pembuatan
floodway yang melewati di daerah yang kepadatan penduduknya rendah
ataupun daerah persawahan dan tambak, kemungkinan pembebasan lahan
lebih murah dan ringan serta persoalan sosial bisa lebih kecil. Maka dalam
desain, kemungkinan dapat menggunakan/memperlebar alur sungai yang ada
ke kanan dan (atau) ke kiri untuk memenuhi kapasitas pengaliran yang ada
menjadi konsideran yang penting sebelum penentuan atau perencanaan jalur
floodway.
dengan elevasi air di bagian hilir yang terlalu tinggi. Sistem drainase khusus
biasanya digunakan untuk situasi berikut:
Daerah perkotaan dimana drainase alami tidak memadai.
Digunakan untuk melindungi daerah pantai dari pengaruh gelombang.
Daerah genangan/bantaran banjir dengan bangunan flood wall/dinding
penahan banjir.
Asuransi.
Sasaran penting dari kegiatan pengelolaan DAS adalah untuk mencapai keadaan-
keadaan berikut:
Mengurangi debit banjir di daerah hilir.
Mengurangi erosi tanah dan muatan sedimen di sungai.
Meningkatkan produksi pertanian yang dihasilkan dari penataan guna tanah dan
perlindungan air.
Meningkatkan lingkungan di DAS dan daerah sempadan sungai.
b. Contoh 3 bagian wilayah suatu DAS yang sudah tak ada tanaman
(sudah rusak)
c. Contoh 2 bagian wilayah suatu DAS yang mulai dirubah tata guna lahannya
Gambar I.10 - Contoh lingkungan DAS yang baik dan yang buruk
yang baik. Daerah atas dari daerah aliran sungai yang merupakan daerah
penyangga, yang berfungsi sebagai recharge atau pengisian kembali air tanah,
perlu diperhatikan luasan masing-masing kawasan. Misalnya untuk luasan kawasan
hutan minimum/kira-kira 30% dari luas daerah aliran sungai.
Sedangkan untuk mencegah adanya laju erosi DAS yang tinggi perlu adanya cara
pengelolaan yang tepat, untuk masing-masing kawasan. Pengelolaan lahan
tersebut dapat meliputi, sistem pengelolaan, pola tanam dan jenis tanaman yang
disesuaikan jenis tanah, kemampuan tanah, elevasi dan kelerengan lahan. Karena
dengan adanya erosi lahan yang tinggi akan menentukan besarnya angkutan
sedimen di sungai dan mempercepat laju sedimentasi di sungai, terutama di bagian
hilir. Dengan adanya sedimentasi di sungai akan merubah penampang sungai dan
memperkecil kapasitas pengaliran sungai.
a. Terasering
d. Crop cover atau penutupan lahan (dengan tanaman lebat) mengurangi erosi
e.
Gambar I.12 - Beberapa cara pengendalian erosi
b. Hasil tambang yang diangkut (nilai ekonomi tinggi tapi berdampak ke kerusakan
lingkungan terutama hilangnya top soil)
Gambar I.2 - Penambangan memperbesar erosi dan menghilangkan top soil,
seharusnya penambangan berwawasan lingkungan
ditimbulkan oleh banjir. Faktor ekonomi, sosial dan lingkungan harus pula ikut
dipertimbangkan agar diperoleh suatu pengembangan yang bijaksana. Langkah
pertama dalam peningkatan pengendalian daerah genangan di daerah yang
beresiko banjir dan daerah kritis ditentukan diantaranya oleh faktor-faktor berikut:
Besarnya banjir yang terjadi. Lamanya banjir.
Waktu peringatan efektif. Masalah-masalah pengungsian.
Pengetahuan tentang banjir. Akses (kemudahan).
Tingkat luapan banjir. Potensi kerusakan banjir.
Kedalaman dan kecepatan banjir.
1. Identifikasi Masalah
Sebelum terjadinya banjir pada musim kemarau, sebaiknya dilakukan
pemeliharaan tanggul dan bangunan pengendali banjir. Namun di dalam survei
Peramalan banjir adalah merupakan bagian dari sistim pengendalian banjir suatu
sistem sungai. Maka dalam penyusunan sistim peramalan dan peringatan dini banjir
DAS perlu memperhatikan:
Bangunan pengendalian banjir.
Operasional bangunan sistim pengendalian banjir.
Hidrologi.
Karakteristik DAS.
Karakteristik daerah rawan banjir.
Kemungkinan kerugian akibat banjir.
Waktu perambatan banjir.
Pada suatu sungai perlu adanya flood warning system, terutama untuk sungai yang
melewati daerah yang padat penduduk dan mempunyai sifat banjir yang
membahayakan. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi kerugian akibat banjir yang
lebih besar. Pada tingkat awal untuk flood warning system adalah peramalan akan
datangnya banjir. Untuk mengetahui terhadap datangnya banjir, dapat diketahui
dengan cara yang sederhana melalui gejala alam yang terjadi. Misalnya, banyak
serangga yang keluar dari persembunyian/dalam tanah, suara katak yang riuh
bersahutan, dsb. Cara ini biasanya diketahui baik oleh penduduk setempat dan
akan mempersiapkan segala persiapan untuk menghadapi hal-hal yang
membahayakan dari banjir. Berdasarkan perkembangan kehidupan masyarakat
yang semakin modern dan bahaya banjir yang semakin meningkat, maka perlu
adanya peramalan datangnya banjir secara tepat dan cepat. Maka secara teknis
dapat dilakukan antara lain:
Pengamatan tinggi muka air pada pos-pos pengamat
Telemetering/pengamatan curah hujan
Pemberitaan banjir
Maka akhirnya kembali pada masyarakat itu sendiri dan para aparat dari pihak yang
berwenang, untuk dapat meningkatkan kesadaran atas kewajiban sehubungan
dengan permasalahan banjir. Karena penanganan yang lebih dini dan perhatian dari
semua pihak, akan memudahkan untuk pengendalian banjir dan dapat menurunkan
biaya pemeliharaan.
1.2.10 Asuransi
Asuransi bencana banjir merupakan asuransi spesifik yang menanggung
penggantian kerugian akibat bencana banjir (http://en.wikipedia.org/wiki/
Flood_insurance). Umumnya untuk menganalisis besar atau nilai asuransi dasar
perhitungannya ada dua, yaitu: debit banjir yang terjadi dan daerah genangan banjir
akibat debit tersebut. Untuk debit banjir rencana analisisnya berdasarkan periode
ulang banjir yang terjadi. Daerah genangan banjir dikaji berdasarkan peta topografi
dan peta tata guna lahan.
Dari Gambar I.4 dapat dilihat suatu daerah kota yang mengikuti asuransi banjir
untuk debit banjir rencana Q25 dan Q50. Bilamana terjadi banjir dengan periode
ulang 25 tahun (Q25) maka daerah A akan tergenang dan akan mendapatkan klaim
asuransi sesuai dengan kesepakatan antara pihak asuransi dan masyarakat
setelah dilakukan perhitungan dan analisis detail. Bilamana ada banjir yang lebih
besar misal dengan periode ulang 50 tahun (Q50) maka daerah A akan
mendapatkan klaim asuransi yang lebih besar dibandingkan dengan Q 25 dan
daerah B akan mendapatkan klaim asuransi juga.
Di Indonesia asuransi ini belum populer bahkan (mungkin) belum dipakai dalam
perencanaan tata guna lahan. Di negara-negara maju (developed country) sudah
dipakai dan dimanfaatkan masyarakat untuk perlindungan harta benda (property)
yang dimiliki.
Karena peristiwa banjir hampir selalu berulang setiap tahun dan cenderung
meningkat terutama di perkotaan yang padat penduduknya maka masyarakat perlu
diperkenalkan tentang asuransi banjir. Karena pada prinsipnya lokasi, besaran
banjir, tinggi dan lamanya genangan dapat dihitung dan dianalisis secara kuantitatif.
Sosialisasi tentang asuransi banjir ini perlu dilakukan secara kontinyu dan terus
menerus oleh pemerintah baik Pemerintah dan Pemerintah Daerah.
1.3 Latihan
1. Sebutkan dan jelaskan metode struktur dan non-struktur dalam kegiatan
pengendalian banjir!
2. Sebutkan faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan jenis
bangunan pengendalian banjir!
3. Sebutkan dan jelaskan 5 (lima) metode struktur pengendalian banjir untuk
sistem jaringan sungai!
1.4 Rangkuman
Pada dasarnya kegiatan pengendalian banjir adalah suatu kegiatan yang meliputi
aktifitas sebagai berikut:
Mengenali besarnya debit banjir.
Mengisolasi daerah genangan banjir.
Mengurangi tinggi elevasi air banjir.
Pengendalian banjir pada dasarnya dapat dilakukan dengan berbagai cara, namun
yang penting adalah dipertimbangkan secara keseluruhan dan dicari sistem yang
paling optimal.
Bagian hilir: yaitu dengan melakukan perbaikan alur sungai dan tanggul, sudetan
pada alur yang kritis, pembuatan alur pengendali banjir atau flood way,
pemanfaatan daerah genangan untuk retarding basin dsb.
PENUTUP
A. Simpulan
Modul ini menjelaskan mengenai metode pengendalian banjir. Pengendalian banjir
pada dasarnya dapat dilakukan dengan berbagai cara, namun yang penting adalah
dipertimbangkan secara keseluruhan dan dicari sistem yang paling optimal.
B. Tindak Lanjut
Sebagai tindak lanjut dari pelatihan ini, peserta diharapkan mengikuti kelas lanjutan
untuk dapat memahami detail pengendalian banjir dan ketentuan pendukung terkait
lainnya, sehingga memiliki pemahaman yang komprehensif mengenai
pengendalian banjir.
EVALUASI FORMATIF
A. Soal
1. Berikut ini kegiatan yang termasuk dalam metode struktur pengendalian banjir,
kecuali...
a. Bendungan/waduk
b. Kolam retensi
c. Pembuatan check dam
d. Retarding basin
e. Pengendalian erosi
2. Berikut ini kegiatan yang termasuk dalam metode non struktur pengendalian
banjir, kecuali...
a. Pengelolaan DAS
b. Pengaturan tata guna lahan
c. Pembuatan polder
d. Pengembangan dan pengaturan daerah banjir/genangan
e. Penyuluhan pada masyarakat
3. Yang merupakan kegiatan pengendalian banjir di daerah hilir adalah sebagai
berikut, kecuali...
a. Melakukan perbaikan alur sungai dan tanggul
b. Membangun dam pengendali banjir yang dapat memperlambat waktu tiba
banjir
c. Sudetan pada alur yang kritis
d. Pembuatan alur pengendali banjir atau flood way
e. Pemanfaatan daerah genangan untuk retarding basin
4. Berikut ini faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan jenis
bangunan pengendalian banjir, kecuali...
a. Vegetasi yang ada di sekitar lokasi
× 100 %
Diharapkan dengan materi yang diberikan dalam modul ini, peserta dapat
memahami metode pengendalian banjir. Proses berbagi dan diskusi dalam kelas
dapat menjadi pengayaan akan materi metode pengendalian banjir. Untuk
memperdalam pemahaman terkait materi metode pengendalian banjir, diperlukan
pengamatan pada beberapa modul-modul mata pelatihan terkait atau pada modul-
modul yang pernah Anda dapatkan serta melihat variasi-variasi modul-modul yang
ada pada media internet. Sehingga terbentuklah pemahaman yang utuh akan
pengendalian banjir.
DAFTAR PUSTAKA
Kodoatie, Robert J., 2012. Tata Ruang Air Tanah. xxvi + 514 = 540 Halaman.
Penerbit Andi, Yogyakarta.
Kodoatie, Robert J., 2013. Rekayasa Manajemen Banjir Kota. Penerbit Andi,
Yogyakarta.
Kodoatie R. J. dan Syarief R. 2013. Pengelolaan Sumber daya Air Terpadu. Andy,
Yogyakarta.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 4 Tahun 2015
tentang Penetapan Wilayah Sungai.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 26 Tahun 2015
tentang Pengalihan Alur Sungai dan/atau Pemanfaatan Ruas Bekas Sungai.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 27 Tahun 2015
tentang Bendungan.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 28 Tahun 2015
tentang Penetapan Garis Sempadan Sungai, dan Garis Sempadan Danau.
Suripin, 2001. Pelestarian Sumberdaya Tanah dan Air. Andi Offset, Yogyakarta.
GLOSARIUM
KUNCI JAWABAN
Berikut ini merupakan kumpulan jawaban atau kata kunci dari setiap butir
pertanyaan yang terdapat di dalam modul. Kunci jawaban ini diberikan dengan
maksud agar peserta pelatihan dapat mengukur kemampuan diri sendiri.
Adapun kunci jawaban dari soal latihan pada setiap materi pokok, sebagai berikut:
Latihan Materi Pokok 1
1. Metode struktur dan non-struktur dalam kegiatan pengendalian banjir