PENGELOLAAN HIDROLOGI 1
Modul Pengelolaan Hidrologi-1 ini merupakan salah satu bahan ajar bidang
Hidrologi di DUWRMT, yang termasuk pada kompetensi tingkat-1.
Modul ini juga memberikan pembelajaran dan bekal pengetahuan kepada peserta
pelatihan untuk melakukan pengelolaan hidrologi sesuai dengan jaminan mutu
pengelolaan hidrologi yang mencakup perencanaan jaringan pos hidrologi,
pembangunan pos, dan operasi serta pemeliharaan pos hidrologi sehingga
diperolehnya data hidrologi yang berkesinambungan dengan kualitas yang baik
untuk digunakan sebagai masukan kedalam pengelolaan Sumber Daya Air di
wilayah para pengelola hidrologi di daerah. Setelah selesainya pelatihan ini
peserta akan mampu untuk melakukan setiap perencanaan jaringan pos,
pembangunan, pengoperasian dan pemeliharaan pos hidrologi.
Semoga modul ini dapat bermanfaat, terutama bagi peningkatan kapasitas SDM
Lembaga Pengelola Wilayah di Indonesia.
KATA PENGANTAR................................................................................................... i
DAFTAR ISI ............................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL ........................................................................................................ v
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................. vi
A. PENDAHULUAN ................................................................................................ 1
1. Latar Belakang,Tujuan Instruksional, Persyaratan ............................................ 1
1.1. Latar Belakang ................................................................................................. 1
1.2. Tujuan Instruksional......................................................................................... 1
1.3. Persyaratan Peserta ........................................................................................ 2
1.4. Permasalahan yang dihadapi .......................................................................... 2
2. Tujuan dan sasaran ........................................................................................... 3
2.1. Tujuan .............................................................................................................. 3
2.2. Sasaran............................................................................................................ 3
2.3. Sasaran Output : .............................................................................................. 3
2.4. Sasaran Outcome : .......................................................................................... 3
3. Lingkup Kegiatan ............................................................................................... 3
B. PROGRAM PENGELOLAAN HIDROLOGI ....................................................... 5
1. Pendahuluan ...................................................................................................... 5
1.1. Deskripsi Singkat ............................................................................................. 5
1.2. Tujuan Pengelolaan Hidrologi ......................................................................... 5
2. Program Pengelolaan Hidrologi ......................................................................... 5
2.1 Program Jangka Pendek ................................................................................. 5
2.2 Program Jangka Menengah ............................................................................ 9
2.3 Program Jangka Panjang ................................................................................ 9
3. Pelaku Pengelolaan Hidrologi.......................................................................... 10
4. Sistem Pengelolaan ......................................................................................... 10
5. Perencanaan .................................................................................................... 12
5.1. Studi Awal ...................................................................................................... 12
5.2. Studi Identifikasi ............................................................................................. 13
5.3. Studi Pengenalan .......................................................................................... 14
2.1. Tujuan
2.2. Sasaran
3. Lingkup Kegiatan
Materi yang akan dibahas dalam modul ini terdiri dari beberapa sub bab yang
berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan pengelolaan dan operasional
hidrologi di lapangan yaitu:
1) Program Pengelolaan Hidrologi
2) Perencanaan Jejaring Pemantauan Hidrologi
3) Pembangunan Pos Hidrologi
4) Pembangunan Pos hidrologi (hujan, pos duga air dan pos klimatologi)
1. Pendahuluan
Apabila lokasi pos terletak pada daerah rawan bencana (banjir, gempa dll)
maka harus dimasukan biaya tak terduga untuk mengantisipasi apabila
terjadi kerusakan pos akibat bencana.
Sesuai dengan Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air
Pasal 14, 15 dan 16 tentang Wewenang dan Tanggung Jawab Pemerintah
Pusat, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota dalam
pengelolaan Sumber Daya Air meyebutkan bahwa Pemerintah Pusat
melakukan pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai lintas provinsi,
wilayah sungai lintas negara, dan wilayah sungai strategis nasional,
Pemerintah Provinsi melakukan pengelolaan sumber daya air pada wilayah
sungai lintas kabupaten/kota, sedangkan Pemerintah Kabupaten/Kota
melakukan pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai dalam satu
kabupaten/kota. Oleh karena pengelolaan hidrologi tidak dapat terpisahkan
dengan pengelolaan sumber daya air, maka seyogyanya pelaku pengelolaan
hidrologi sama dengan pola pegelolaan sumber daya air sesuai dengan
Undang-Undang No. 7 Tahun 2004, namun demikian oleh karena kemampuan
daerah tidak sama maka pada saat ini pengelolaan hidrologi dilaksanakan
oleh Balai Besar/Balai Wilayah Sungai dan atau Dinas/Sub Dinas Pengairan
Provinsi.
4. Sistem Pengelolaan
Kegiatan hidrologi di Indonesia saat ini dikelola oleh beberapa instansi baik
instansi pemerintah maupun swasta diantaranya: Depeartemen Pekerjaan
Umum, Departemen Pertanian, Departemen Kehutanan, PLN, PT Perkebunan
dan lain-lain. Masing-masing instansi pengelola mempunyai sistem
pengelolaan yang berbeda, namun demikian secara umum sistem
pengelolaan hidrologi terdiri atas beberapa kegiatan sebagai berikut:
1) Perencanaan Jaringan dan evaluasi pos hidrologi
2) Survey lokasi pos hidrologi
5. Perencanaan
Dalam modul ini studi pengenalan akan diisi dengan pengenalan peralatan
hidrologi baik peralatan di kantor maupun peralatan yang dipasang di
lapangan termasuk petunjuk pengoperasian. Pengenalan terhadap hal lain
seperti survei, pengukuran debit dan lain-lain disampaikan pada modul lain.
Pembahasan tentang pengenalan peralatan secara lengkap dapat dilihat
pada Lampiran-1.
Dalam sub bab Action Plan Pengelolaan Hidrologi akan dibahas mengenai
program lengkap pengelolaan hidrologi untuk jangka pendek, jangka
menengah dan jangka panjang.
Secara hirarki pembagian tugas dapat dibedakan menjadi 2 yaitu tugas yang
dilaksanakan oleh Pusat sebagai unsur pembina dan tugas yang
dilaksanakan oleh Daerah sebagai unsur pelaksana.
Pembinaan secara Teknis dilaksanakan oleh Balai Hidrologi dan Tata Air
yang menjalankan tugas atas nama Pusat Penelitian dan Pengembangan
Sumber Daya Air – Badan Litbang Pekerjaan Umum.
1. Pendahuluan
Jejaring pemantauan hidrologi adalah suatu sistem yang mengatur tata letak
pos hidrologi sesuai dengan persyaratan teknis sehingga didapat jejaring
hidrologi yang ideal, efektif dan efisien, dengan demikian diharapkan akan
diperoleh data hidrologi yang akurat representative dengan biaya operasional
yang minim. Untuk untuk memperoleh jejaring hidrologi yang ideal efektif dan
efisien perlu dilakukan studi rasionalisasi terhadap jejaring hidrologi pada
suatu DAS. Rasionalisasi akan merekomendasikan untuk menambah pos
pada DAS yang masih kurang dan akan mengurangi pos pada DAS yang
kerapatan posnya tinggi
Dilihat dari segi kuantitas, pada saat ini jumlah pos hidrologi di Indonesia
sudah cukup banyak namun demikian apabila dilihat dari segi kualitas masih
sangat rendah. Sedangkan kualitas pos akan sangat berpengaruh pada data
hidrologi yang diperoleh. Kualitas pos hidrologi dipengaruhi oleh beberapa
faktor antara lain:
¾ Letak pos harus sesuai dengan kebutuhan dan ketentuan teknis
¾ Lokasi pos harus sesuai dengan persyaratan teknis
¾ Kondisi pos harus baik sesuai dengan persyaratan teknis
¾ Peralatan yang digunakan harus dalam kondisi baik
¾ Suku cadang (kertas, tinta dll) harus cukup
¾ Pengamat yang bertugas harus memiliki kopentensi yang disaratkan,
jujur dan bertanggung jawab.
Sistem yang digunakan harus mengakomodasi semua aspek yang ada baik
aspek hambatan atau kendala maupun aspek kebutuhan, apabila kedua
aspek tersebut diakomodasi maka jejaring hidrologi yang drencanakan akan
menghailkan pos dan data dengan kualitas tinggi.
Pekerjaan Persiapan
Penyusunan Program
Pembuatan Kuisioner
Persiapan Peta
Persiapan Peralatan
Persiapan Tenaga Pelaksana
Diskusi
Pekerjaan Lapangan
Pengumpulan Data Hidrologi dan data
pendukung lainnya
Survey dan Dokumentasi
Identifikasi
Pekerjaan Analisis
Input Data & Digitasi Peta
Pengembangan Model
Rasionalisasi Jaringan
Penyusunan Prioritas
Pembuatan Peta Jaringan Hidrologi
Pelaporan
2. Lokasi
Jumlah pos hujan untuk suatu DAS atau kawasan dipengaruhi oleh beberapa
faktor antara lain:
¾ Faktor kebutuhan akan data hujan
¾ Faktor topografi
¾ Faktor letak geografis
¾ Faktor ketinggian curah hujan
Pos duga air adalah suatu bangunan yang berfungsi untuk mengamati
fluktuasi muka air (muka air sungai, danau, waduk, air tanah dan air laut).
Kerapatan pos duga air pada suatu DAS ditentukan oleh beberapa faktor
antara lain:
¾ Kegunaan data (misal untuk: PLTA, Irigasi, Air Minum dll)
¾ Luas DAS, makin luas DAS akan makin banyak pos duga air yang
dibutuhkan (tergantung dari kebutuhan)
¾ Potensi SDA
Sampai dengan saat ini belum ada ketentuan yang mengatur tentang berapa
kerapatan pos duga air per km2 sehingga kerapatan pos duga air tergantung
dari faktor tersebut di atas. Namun demikian idealnya pada setiap DAS
minimal terdapat 1 buah pos duga air dan 3 pos hujan sehingga potensi
sumber daya air dari DAS tersebut dapat diketahui dan dimanfaatkan untuk
berbagai kepentingan.
Masih dari sumber yang sama SNI No. Pd-M-19-1995-3 disebutkan bahwa
Kerapatan jaringan pos klimatologi yang lengkap atau tidak lengkap adalah:
1. Pendahuluan
Berdasarkan jenis alat, maka pos tersebut dibedakan menjadi pos otomatik
dan pos manual/biasa.
Tata cara survei dan pembangunan pos hidrologi tersebut sudah distandar-
kan berupa SNI (Standar Nasional Indonesia) dan Pedoman Teknik yaitu:
1. Pendahuluan
4.1 Definisi
4.3.1 Umum
a. Pos hujan :
a) Pos hujan biasa/manual, diukur dan dicatat oleh penjaga pos setiap
hari pada jam 07.00 pagi waktu setempat.
b) pos hujan otomatis/Automatic Rainfall Recorder (ARR), diambil
dan diganti kertas grafik oleh penjaga pos sesuai jenis alatnya yang
terpasang (setiap hari, mingguan atau bulanan)
c) Pengambilan data (download) Pos hujan otomatis (logger dilakukan
oleh petugas pengelola hidrologi setiap 2 atau 3 bulan sekali
bersamaan dengan melaksanakan kegiatan inspeksi pos.
c. Pos Klimatologi :
Data iklim di pos klimatologi diukur dan dicatat oleh penjaga pos setiap
hari pada jam 07.00 dan jam 17.00 waktu setempat tergantung dari alat
yang diukur.
¾ Lakukan pembacaan papan duga air (peilshcaal) pada jam 07.00, jam
12.00 dan jam 17.00 setiap hari.
¾ Catat hasil pengukuran tadi ke dalam formulir/blangko pencatatan
data dan pastikan pada formulir/blangko tersebut sudah tertulis nama
pos dan nama okasi (Desa, Kecamatan, Kabupaten dan Instansi
Pengelola).
a) Isi formulir/blangko kondisi alat, apabila ada kerusakan atau
kehilangan alat, maka :
¾ Catat kerusakan atau kehilangan alatnya.
¾ Apabila hanya kerusakan ringan dan masih dapat diperbaiki
oleh penjaga pos, maka dapat segera dilakukan perbaikan
tersebut dengan tujuan agar data tinggi muka air yang dikumpulan
tidak terputus (berkesinambungan).
¾ Apabila kerusakannya tidak dapat ditangani oleh penjaga pos
atau alat hilang maka perlu segera melaporkan kepada petugas
pengelola
hidrologi agar dapat diperbaiki/mengganti secepatnya.
¾ Lakukan pembacaan papan duga air (peilshcaal) pada jam 07.00, jam
12.00 dan jam 17.00 setiap hari.
f. Pos duga air otomatis (logger), yang dilakukan oleh penjaga pos
a) Lakukan pembacaan papan duga air (peilshcaal) pada jam 07.00, jam
12.00 dan jam 17.00 setiap hari.
b) Catat hasil pengamatan tinggi muka air pada papan duga air
biasa/manual (peilshcaal) ke dalam formulir/blangko pencatatan data
dan pastikan pada formulir/blangko tersebut sudah tertulis nama pos
g. Pos duga air otomatis (logger), yang dilakukan oleh pengelola hidrologi
h. Pos duga air otomatis (logger dan sistem GSM), yang dilakukan oleh
pengelola hidrologi
i. Pos klimatologi.
a) Penjaga pos
a) Isian formulir/blangko
b) Data grafik / file dari data logger
2. Pos/stasiun hidrologi :
Pemeliharaan pos/stasiun hidrologi agar didasarkan pada hasil
inspeksi mutu atau inspeksi pos serta laporan dari penjaga pos.
4.6.1 Definisi
4.6.2 Referensi
4.6.4 Kegiatan
1. Tahap persiapan.
a) susun dan tetapkan jadual serta personil yang terlibat dalam
pelaksanaan kegiatan inspeksi mutu.
b) lakukan persiapan kegiatan pemeriksaan, meliputi penyiapan
prasarana dan daftar simak inspeksi.
2. Tahapan pemeriksaan (inspeksi mutu)
a) lakukan pemeriksaan untuk identifikasi pemasalahan atas semua
aspek mutu pengelolaan hidrologi termasuk aspek kerusakan yang
terjadi pada alat-alat hidrologi.
b) catat hasil pemeriksaannya dalam daftar simak Lampiran 2.
3. Tahap evaluasi dan penyusunan laporan
a) lakukan evaluasi atas hasil pemeriksaan.
b) susun laporan hasil evaluasi beserta kesimpulan dan rekomendasi
perbaikannya.
4. Tahap penetapan status kinerja
a) tetapkan status kinerja pengelolaan hidrologi.
4.6.7 Rekaman
Kabel kontak
Stang
Comiter
(Alat hitung putaran)
Alas
Oleh :
Tim Balai Hidrologi dan Tata Air
Desember 2008
DAFTAR ISI
1. Pendahuluan
Oleh karena itu, maka untuk memperoleh data hidrologi yang akurat (data
sesuai dengan kondisi lapangan, mempunyai periode panjang dan
berkesinambungan) guna menunjang perencanaan terutama bidang sumber
daya air, maka diperlukan peralatan, operator lapangan maupun analis yang
memahami fungsi, spesifikasi, serta kinerja peralatan yang dipasang di
lapangan agar apabila diperoleh data yang menyimpang dan meragukan
dapat segera diketahui dan segera diambil tindakan perbaikan.
1.3.2 Persyaratan
Pengamat pos hidrologi adalah merupakan salah satu ujung tombak dari
opersaional hidrologi, untuk itu dibutuhkan seorang pengamat yang
memenuhi kualifikasi dan persyaratan sebagai berikut:
1) Berbadan sehat baik jasmani maupun rokhani
2) Dapat baca tulis diharapkan minimum tamatan Sekolah Dasar
3) Dapat mengoperasikan secara baik dan benar semua peralatan yang
terpasang pada pos hidrologi (sesuai dengan tugas yang diberikan)
4) Jujur dan berkelakuan baik
5) Khusus untuk pos duga air harus dapat berenang dan tidak takut di
dalam air
6) Bekerja secara baik dan bertanggung jawab
Daur hidrologi adalah suatu proses yang berjalan menerus merupakan suatu
siklus dari perjalanan air yang dimulai dari air permukaan, tumbuh-tumbuhan
dan lain-lain, diangkat (dipindahkan) ke atmosfir melalui proses penguapan
dan menjadi awan, turun ke bumi berbentuk hujan, dan kembali lagi ke bumi,
yang mengalir pada permukaan bumi berbentuk air permukaan, dan meresap
ke dalam bumi menjadi air tanah dan akhirnya bermuara ke sungai, danau
dan laut.
Untuk mengetahui seberapa besar potensi yang ada di suatu wilayah maka
diperlukan pengamatan yang terus menerus baik itu kondisi cuaca maupun
kondisi sungai tersebut maka diperlukan pemasangan stasiun pengamatan
baik itu stasiun/pos Klimatologi yang berfungsi sebagai pengamat cuaca
maupun stasiun/pos Hidrometri yang berfungsi untuk mengamati kondisi
sungai secara terus menerus.
Catatan:
1) Disarankan agar penggantian kertas dilakukan pada hari
dan jam yang sama untuk menghindari agar data flukruasi
muka air dalam 1 minggu tergambar dalam 1 lembar grafik
2) Lakukan pengecekan pos minimal 1 minggu 2 kali
¾ Pemeliharaan dilapangan:
− Hindari cara memutar jam tidak sekaligus dalam satu
minggu, akan tetapi tiga kali dalam satu minggu, agar
per menjadi awet.
Pengoperasian
Radiasi matahari akan terjadi setelah matahari terbit. Pada actinograph
tidak dilengkapi alat ukur yang dapat dibaca secara manual maupun
digit/angka, oleh karena itu untuk menempatkan jarum/pena pada titik 0
(nol) maka penyetelan dilakukan sebelum matahari terbit/pada saat
matahari sudah terbenam yaitu pada malam hari. Untuk mengoperasikan
actinograph lakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Alat sudah terpasang dengan baik sesuai standard yang berlaku
2) Set/stel alat pada malam hari untuk menempatkan pena pada titik 0
(nol)
3) Lakukan penggantian kertas setiap 7 hari/ 1 minggu sekali
4) Buka alat secara hati-hati
5) Periksa alat apakah bekerja dengan baik
6) Buka kertas grafik yang menempel pada drum
7) Pada saat pengambilan kertas grafik, catat tanggal dan waktu
pengambilan
8) Pada saat penggantian kertas grafik, catat nama pos, tanggal dan
waktu pengambilan
9) Pasang kertas grafik baru pada drum
10) Apabila jam kendor maka putar pemutar jam secukupnya dan jangan
terlalu keras
11) Apabila penggantian kertas grafik dilakukan pada siang hari dan
matahari sudah terbit, maka pena akan menunjukan pada angka
berapa kalori yang terjadi, sehingga tempatkan posisi pena pada
angka yang ditunjuk
Hal penting lainnya dalam pemasangan alat ini adalah posisi alat harus
disesuaikan dengan letak lintang (Lintang Utara/Lintang Selatan) dari lokasi
pos klimatologi, untuk itu maka pada saat pemasangan peralatan terlebih
dahulu harus diukur kordinat dari pos tersebut (misal dengan menggunakan
peralatan GPS)
Operasi
Periode waktu pencatatan alat ini adalah harian oleh karena itu
penggantian kertas grafik harus dilakukan setiap hari dengan langkah-
langkah sebagai berikut:
1) Penggantian kertas dilakukan setiap hari sebelum matahari terbit
2) Buka kertas grafik yang sudah ada grafiknya
3) Tulis tanggal dan jam pada kertas grafik yang akan dipasang
4) Pasang kertas grafik sesuai dengan tanggal pemasangan seperti
ketentuan di atas
5) Pemasangan selesai
Catatan:
Untuk beberapa tempat di Indonesia seperti Medan, Padang, Ujung
Pandang
Sebagai contoh:
Untuk periode 1 sampai dengan 15 Januari mata hari terbit di Kota Manado
adalah jam 05.43, matahari terbenam pada jam 17.45, sehingga dalam
kondisi tidak ada hujan/awan maka lamanya penyinaran = 17.45 – 5.43 =
12.02 jam. Oleh karena suatu hal, misal terjadi hujan/awan, maka yang
terpantau dalam sun shine recorder adalah 10 jam sehingga lamanya
penyinaran = 10 jam/12.02 jam x 100% = 83.20%
Pemeliharaan
Pemeliharaan alat ini sangat mudah yaitu hanya membersihkan seluruh
alat, untuk bola kaca agar selalu bersih dan tidak ada debu yang menempel
supaya sinar matahari dapat tertangkap tanpa ada lamanya penyinaran
matahari dapat terukur dengan baik
• Thermometer Maximum
• Termometer Minimum
• Termometer Bola Kering
• Termometer Bola Basah
• Thermohygrograph
• Barograph
alat ini dibaca secara manual oleh pengamat di lapangan setiap hari
pada jam 07.00.
Operasi
1) Baca dan catat suhu yang terdapat pada thermometer bola basah
dan bola kering
2) Periksa dan jaga agar ujung dari thermometer bola basah tetap
dalam keadaan basah
3) Putar psyhometer dengan memutar putaran agar kedua
thermometer tersebut bergetar, untuk mengembalikan air raksa ke
tabung pada ujung thermometer
4) Selesai
c) Thermohygrograph
Alat lain yang tersimpan dalam sangkar meteor adalah adalah
Thermohygrograph alat ini mencatat secara otomatis suhu dan
kelembaban udara secara sekaligus. Thermohygrograph dilengkapi
dengan jam mekanik dan kertas grafik untuk mencatat perubahan suhu
dan kelembaban udara yang terjadi. Alat thermohygrograph seperti
terlihat pada Gambar 3.19.
Operasi
Data temperatur dan kelembaban udara tergambar dalam satu lembar
kertas grafik, namun kedua grafik tersebut terpisah. Pengoperasiannya
adalah sebgai berikut:
1) Buka alat secara hati-hati
2) Catat Suhu dan kelembaban yang terdapat pada grafik
3) Catat tanggal dan waktu pengambilan
4) Ambil kertas grafik pada alat dan ganti dengan kertas grafik yang
baru
5) Untuk kertas grafik baru :
a) Pasang kertas grafik yang baru yang telah diisi Nama
Tempat/Pos/Stasiun, Tanggal, Jam, Suhu dan Ke lembaban
Udara
b) Pembacaan Suhu dan Kelembaban sesuai dengan hasil
pengukuran secara manual dengan menggunakan thermometer
maksimum minimum untuk temperatur, dan thermometer bola
basah bola kering untuk kelembaban
c) Seting/penyetelan biasanya dilakukan pada saat pertama kali
pemasangan sehingga pengamat hanya mencatat suhu dan
kelembaban yang ada pada grafik serta mengganti kertas grafik
6) Apabila jam kendor maka putar jam dengan alat pemutar yang
ada secara hati-hati
Operasi
1) Buka alat secara hati-hati
2) Catat tekanan udara yang terdapat pada grafik
3) Catat tanggal dan waktu pengambilan
4) Ambil kertas grafik pada alat dan ganti dengan kertas grafik yang baru
5) Untuk kertas grafik baru, pasang kertas grafik yang baru yang telah diisi
tanggal, jam dan tekanan udara
6) Apabila jam kendor maka putar jam dengan alat pemutar yang ada
secara hati-hati
Gambar 3.22
Thermometer apung
ujan (presipitasi)
3.2.8 Curah Hu
engukur curah hujan yang terjad
Untuk me di digunaka
an alat pencatat huja
an
otomatik (ARR) Au
utomatik alat
a kar hujan otomatik yang biassa
penak
n di Indonesia ada d
digunakan dua jenis yakni jeniss Syphon dan Tippin
ng
Bucket. ARR
A maupun MRG
G dipasang
g pada ke
etinggian 1,2 m da
ari
permukaa
an tanah. Perlengkap
pan yang harus terd
dapat pada
a pos AR
RR
adalah se
ebagai berikkut :
• Jam Mekanik
M
• Drum//tromol/tabu
ung
• Shipo
on/bucket te
ergantung d
dari type ala
at
• Pelam
mpung pada
a alat type ssyphon
Gambar 3.26 Jam ARR
Rain Recorder atau alat pencatat curah hujan manuar (MRG) Manual Rain
Gage Untuk MRG ada dua jenis yaitu MRG dengan luas permukaan 100
cm2 dan 100 cm2 MRG dengan luas penampang permukaan 100 cm2
biasanya pos hujan yang dibangun oleh Badan Meteorologi dan Geofisika
(BMG) sedangkam MRG dengan luas penampang permukaan 100 cm2
dbiasanya pos hujan yang dibangun oleh Departemen Pekerjaan Umum,
pos MRG harus dilengkapi dengan gelas ukur yang sesuai dengan pos
Hujan yang dipasang.
Gambar 3.28 MRG Luas Gambar 3.29 MRG Gambar 3.30 Gelas Ukur luas
permukaan 100 Cm2 Luas permukaan 200 permukaan 100 dan 200Cm2
D i s s e mi n a t i o n U n i t O f W a t e r R e s o u r c e s M a n a g e m e n t a n d T e c h n o l o g y 27
Lampiran 2. Tata cara penentuan lokasi dan pembangunan pos klimatologi
(Pd M-19-1995-03)
1. Ruang lingkup
2. Acuan normatif
3.1 Klimatologi
Ilmu yang mempelajari tentang keadaan iklim
3.11 Termohigrograf
Suatu alat ukur suhu udara dan kelembaban udara secara otomatis
(seperti terlihat pada Lampiran A, Gambar A.7)
3.14 Canting
Tabung berskala dari pipa besi gunanya untuk menakar air penguapan
dari panci (seperti terlihat pada Lampiran A, Gambar A.10)
3.17 Aktinograf
Alat ukur energi radiasi matahari dalam satuan cal/cm2/hari (seperti
terlihat pada Lampiran A, Gambar A.13
3.18 Anemometer
Alat ukur kecepatan angin dalam satuan km/hari (seperti terlihat pada
Lampiran A, Gambar A.14)
4.1. Umum
4.1.3 Lokasi
4.1.4.1 Peralatan
Peralatan yang digunakan harus memenuhi ketentuan, sebagai
berikut :
4.1.4.2 Perlengkapan
Perlengkapan yang diperlukan harus meliputi :
a) peta tofografi dengan skala minimal 1 : 250.000;
b) peta jaringan pos klimatologi;
c) formulir uraian ringkas;
d) alat-alat tulis.
4.2. Teknis
f) Sangkar meteo terbuat dari kayu dengan ukuran 0,80 x 0,60 x 0,60
m dan di cat putih, dipasang pada ketinggian 1,20 m dari
permukaan tanah (lihat Lampiran A, Gambar A.18 No.3).
6. Laporan
Gambar-gambar
Gambar A.7 Co
ontoh panc
ci pengua pan
Gambar A.8 Contoh tabung penenang
DPS :Citarum
Kampung :Derwati
Desa :Derwati
Kecamatan : Margacinta
Kabupaten : Bandung
Propinsi : Jawa Barat
A. U M U M
1. Tanggal : 2 September 1985
2. Petugas : 1. Rd. Koesrin
2. Tatang Adang
3. ............
4. ............
3. Peta yang digunakan : peta tofografi Skala . 1 : 250.000
4. Koodinat Lokasi : 6º 58′ 05″ LS / 107º 40′ 50″ BT
5. Ketinggian Dari Permukaan Air Laut : ±673 meter
B. DETAIL LOKASI
1. Jarak dari pos yang sudah ada : 25 Km
2. Bentuk bangunan :
a. Pos Klimatologi Lengkap
b. Pos Klimatologi Tidak Lengkap
3. Rencana Pengamat :
Nama : Abun Ujanudin
Alamat : Kp.Margasari, Desa Margasari, Kecamatan Margacinta,
Kodya Bandung
No. KTP : 195208210332/1204054
1) Pemrakarsa
Pusat Penelitian dan Pengambangan Sumber Daya Air, Badan Penelitian
dan Pengambangan, Departemen Pekerjaan Umum.
2) Penyusun awal
NAMA LEMBAGA
3) Penyusun baru
NAMA LEMBAGA
1. Ruang lingkup
Modul ini membahas tentang tata cara rasionalisasi pos hidrologi yang terdiri
dari pos hujan, pos klimatologi, pos duga air dan pos duga air tanah. Tata cara
ini dimaksudkan untuk memberikan acuan kepada pengguna untuk
melaksanakan rasionalisasi pos hidrologi dengan beberapa metode
tergantung dari ketersediaan data, kerapatan pos, fungsi pos, kondisi iklim,
kondisi topografi , kemampuan sumber daya pengelola hidrologi
Tata cara ini menghasilkan peta jaringan pos hidrologi dengan jumlah pos
yang ideal dan dilengkapi dengan estimasi biaya untuk pembangunan dan
pengelolaan pos serta jumlah personil dan peralatan yang dibutuhkan.
2. Acuan normatif
Istilah dan definisi yang berkaitan dengan standar ini adalah sebagai berikut.
4.1 Peralatan
A. Peralatan Lapangan:
a) Peta topografi (peta rupa bumi) skala 1: 50.000 atau paling kecil 1 :
250.000
b) GPS
c) Altimeter
d) Kompas
e) Kamera disarankan yang digital
f) Rol meter kecil panjang 5 m
g) Formulir isian lengkap untuk pos duga air, pos hujan dan pos
klimatologi
h) Alat tulis secukupnya
i) Peralatan survei lainnya seperti sepatu lapangan, jas hujan dll.
j) Alat transportasi
B. Peralatan Kantor
a) Peta digital lokasi study
b) Seperangkat komputer minimum Pentium 4 dengan memory
minimum 1 GB
c) Software Komputer yang berkaitan dengan Rasionalisasi minimal:
Stepwise, Kagan,Kriging,GIS/Pemetaan
d) Printer, lengkap dengan ATK secukupnya
MULAI
Pekerjaan Persiapan
Penyusunan Program
Pembuatan Kuisioner
Persiapan Peta
Persiapan Peralatan
Persiapan Tenaga Pelaksana
Diskusi
Pekerjaan Lapangan
Pengumpulan Data Hidrologi dan data
pendukung lainnya
Survey dan Dokumentasi
Identifikasi
Pekerjaan Analisis
Input Data & Digitasi Peta
Pengembangan Model
Rasionalisasi Jaringan
Penyusunan Prioritas
Pembuatan Peta Jaringan Hidrologi
Pelaporan
ii. Metodologi
a) Metode Stepwise
d) Metode Kriging
e) Metode Kagan
a) Landasan Hukum
b) Landasan Institusional
ii. Pengumpulan Data (data hujan, data debit, data iklim, peta
jaringan pos, data pendukung lainnya)
c. Analisis Krigging.
e. Analisis Kagan.
a) Metode Kagan
d) Analisis Stepwise
e) Metode Kriging
ii. Saran berisi tentang saran teknis yang harus dilakukan berkaitan
dengan telah selesainya pekerjaan rasionalisasi
Lampiran:
i. Lampiran 1: Daftar Pos Hidrologi hasil survey lengkap dengan:
a) Kondisi pos,
b) Lokasi Pos
c) Instansi Pengelola
d) Beroperasi/Tidak Beroperasi
e) Dll
ii. Lampiran 2: Foto pos hidrologi hasil survey minimal dari 3 arah
pengambilan
Jaringan pos hidrologi terdiri dan jaringan pos curah hujan, jaringan pos
klimatologi dan jaringan pos hidrometri, maka metodologi yang digunakan
dalam analisis rasionalisasi masing-masing jaringan pos berbeda. Metode-
metode yang digunakan dalam modul ini sudah dianggap cukup baik untuk
memberikan gambaran dan pengambilan keputusan dalam menentukan
perlu tidaknya suatu pos hidrologi yang dipasang dalam suatu DAS dengan
berbagai kriteria antara lain:
¾ Jenis pos hidrologi (otomatik/biasa)
¾ Periode pengamatan (panjang, sedang pendek)
¾ Kondisi Pos (baik, rusak ringan, rusak sedang, rusak berat)
¾ Status (operasi/tidak operasi)
¾ Fungsi (mutlak diperlukan/tidak diperlukan)
¾ Korelasi antara satu pos dengan pos lainnya
Survai & Identifikasi Persiapan Input Data Prosessing Data & Analisis
Tidak
Operasi Identifikasi Pos yang Buat/Tarik Garis-garis yang
Operasi
Pos yg Dominan Tidak Dominan mempunyai besaran sama
Identifikasi dan
Persiapan
Hitung Korelasi
Pembuatan Peta Jaringan Pos Hujan di Overlay Peta Antara Data Pos
MapInfo
Parameter Kagan
Segitiga Kagan
Persiapan
Bilamana dalam suatu DAS mempunyai 5 buah pos hujan (A,B,C,D, dan
E) dan satu buah pos debit (F), seperti terlihat pada Gambar 3.4 maka
model akan mencari korelasi antara :
A ke B, A ke C, A ke D, A ke E, dan A ke F
B ke C, B ke D, B ke E, danB ke F
C ke D, C ke E, danC ke F
D ke E, dan D ke F
E ke F
Gambar 5. Contoh Jaringan Pos Hujan dan Debit pada Suatu DAS
Proses pemilihan hubungan yang baik ini terus dilakukan antara variabel
tidak bebas dan variabel bebas, sehingga pada akhirnya dapat diketahui
pengaruh perubahan nilai koefisien korelasi bila dalam suatu DAS atau Sub
DAS mempunyai beberapa variabel bebas atau dengan perkataan lain
model dapat menunjukkan variabel bebas yang mempunyai korelasi terbaik
dengan vaiabel tidak bebas.
Ketentuan :
Dalam hal ini SPRAT = nilai SP rata-rata dan SD = deviasi standar nilai
SP. Faktor penentu dan koefisien faktor yang telah ditetapkan diberikan
pembobotan (skor) sehingga masing-masing pos duga air akan terlihat
berapa jumlah skor yang dimiliki, dan skala prioritas ditentukan
berdasarkan skor yang didapat oleh masing-masing pos hidrometri.
diusulkan seperti data Tabel 1, Tabel 2 menunjukkan skor dari setiap
unsur faktor penentu.
Penjelasan Tabel 1
Pos Hujan Klasifikasi Perlu ditentukan dengan metode analisis bobot (skor),
sehingga diperoleh pos hidrometri skala prioritas : (1) Pertama; (2) Kedua
dan (3) Ketiga. Penentuan skala prioritas dihitung menggunakan rumus dan
ketentuan sama seperti dalam penentuan skala prioritas pos hidrometri,
Faktor penentu dan koefisien faktor diusulkan seperti Tabel 3 dan Tabel.4
menunjukkan skor dari setiap unsur faktor penentu.
Perbedaan antara nilai estimasi Z*(x0) dan nilai sebenarnya Z(x0) untuk
suatu kombinasi bobot (weight) seperti di atas disebut kesalahan estimasi
(estimation error) ε est . Jika tidak ada tren maka Z*(x0) adalah estimasi tidak
bias (unbiased) dari Z(x0), nilai ekspetasi perbedaan antara nilai estimasi
dan sebenarnya akan menjadi nol :
E [Z * ( x 0 ) − Z ( x 0 ) ] = 0 atau E [Z * ( x 0 ) ] = E [Z ( x 0 ) ]
σ 2 = E [Z * ( x 0 ) − Z ( x 0 )]
2
Kriging biasa (Ordinary Kriging) adalah tipe Kriging yang paling sering
digunakan, adapun digunakannya tipe ini dengan syarat variabel stationary
dan kovarian diketahui, kontroversinya rata-rata tidak diketahui.
Z(x) = m + (x).
⎢⎣ i =1 ⎥⎦
∑λ
i =1
i = 1, jelas ini jaminan tidak bias karena jumlah koefisien adalah satu.
∑ λ γ (x , x
j =1
j i j
) + μ = γ ( x0 , xi ) i = 1, 2, 3,......., n
∑λ
i =1
i =1
di mana
σ k ( x0 ) = E[Z * ( x0 ) − Z ( x0 )] = ∑ λ j γ ( x0 , x j ) + μ
n
2 2
j =1
σk
2
Estimasi error variansi sangat bergantung pada jumlah dan lokasi dari
σk
2
lokasi-lokasi yang diamati. Oleh sebab itu , adalah alat yang efisien
σk
2
juga bahwa bukanlah error estimasi ruang nyata aktual, tetapi error
pemodelan.
−ρ
r ( ρ ) = r (o)e ρo
Keterangan:
r (o) = koefisien korelasi antara setasiun dengan jarak yang sangat kecil (± 0
km)
A
E (1 − r (o) + 0.23 )
N =C ρo N
Z1 =
− v
N
h
σ
C = h
v −
h
1
Z 3 = Cv [1 − r (o)] + 0.49 r (o) l
3 ρo
1
Z 3 = Cv [1 − r (o)] + 0.52 r (o) A
3 ρo N
a) Dari jaringan setasiun hujan yang tersedia, dapat dihitung nilai koefisian
variasi (Cv) baik harian maupun bulanan, sesuai dengan yang
diperlukan.
Setelah jumlah setasiun ditetapkan pada suatu DAS maka penempatan pos
dapat dilakukan dengan menghitung jarak antara setasiun, dan selanjutnya
digambar jaring-jaring segitiga sama sisi dengan panjang sisi sama dengan
l seperti terlihat pada gambar 3.5.
Usulan Tindak
No Nama Pos Baik Rusak Rusak Rusak Keterangan Lanjut
Ringan Sedang Berat Sementara
I Kabupaten Buru
Pos Duga Air
1 Wae Lata-1 x Bangunan Rusak, Alat Tidak Pos Primer
Pipa Bawah Tidak ada, Pondasi Dibangun
2 Samalagi x Bangunan Rusak, Alat Tidak Pos Primer
Pipa Bawah Tidak ada, Pondasi Dibangun
Bangunan Baik, Alat Hilang Alat dipasang
3 Wae Nibe x Dipertahankan
Sejak Februari 2006
Bangunan Baik, Alat Alat dipasang
4 Wae Lo x Dipertahankan
Hilang/Tidak Ada
Pos Curah
Pos Masih Baru, Kurang Ditingkatkan
1 Wae Nibe x
Perawatan Perawatan Pos
Pos Hujan Otomatik Tidak Diperbaiki/Alat
2 Wae Tina x
Berfungsi Dilengkapi
Diperbaiki/Alat
3 Wae Geren x Jam Tidak Ada
Dilengkapi
Kurang Pemeliharaan Dipasang Alat
4 Savana Jaya x Yang Berfungsi Alat Manual Otomatik
Wae Mulang- Diperbaiki/Alat
5 x Alat Rusak (ARR+RGR)
Leksula Dilengkapi
Pos Klimatologi
Direhabilitasi/Alat
1 Mako x Peralatan Tidak Lengkap
Dilengkapi
Foto Pos Hujan Otomatik dan Biasa Foto Pos Hujan Biasa Konarom
Biasa di Nonapan
Foto Pos Hujan Otomatik Binatuna Foto Pos Hujan ARR dan MRG
Pantai di Mantayangan
TAHUN DATA
No No Pos Duga Air Induk Sungai Nama Sungai -Tempat Ragam Tahun
1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004
P. BURU
1 14-002-00-01 W. Nibe W. Nibe - P. Buru A 1983 XXX XXX XXX XXX
2 14-002-00-02 W. Nibe W. Nibe - Metan A 1983
3 14-003-00-02 W. Lata W. Lata - Unit XVII A 1980
4 14-003-00-03 W. Bini W. Bini-SupanaJaya A 1983
5 14-003-00-05 W. Alu W. Geren-Tifu A 1983 XXX XXX XXX XXX
6 14-003-00-07 A. Alu W. Tanahitu - Unit X A 1983
7 14-003-00-09 W. Lata W. Lata II - Unit XVIII A 1983
P. SERAM
8 14-005-00-01 W. Isal W. Isal - Pasahari A 1983 XXX XXX XXX
9 14-011-00-01 W. Pia W. Pia-Usliapan A 1983 XXX
10 14011-00-02 W. Ruatan W. Ruatan - W. Tetes A 1983 XXX XXX XXX XXX XXX
11 13- 2-3-1 Way Kobi Way Kobi - Mulumet - Pasahari B 1997 XXX
12 14 11- 0-1 Way Pia Way Pia-Nakupia B 1999 XXX XXX
13 13-02-2-2 Way Samal Way Samal - Morokai Pasahari B 1997 XXX
P. AMBON
14 13-06-6-1 Way Ruhu Way Ruhu-Kodya Ambon B 1994 XXX
15 13-06-8-1 Way Tomo Way Tomo-Skip Kod a Ambon) B 1997 XXX XXX XXX XXX XXX
16 13- 6-9-1 Way Bt. Gajah Way Bt. Gajah - Bt. Gajah B 1996 XXX XXX
Way Bt.
17 113- 6-8-11 Way Bt. Gantung - Bt. Gantung B 1996 XXX XXX
Gantung
3) Inspeksi
Inspeksi pos hidrologi dilakukan sebanyak 4 kali dalam setahun masing-
masing selama 7 hari:
Uang harian petugas golongan IV :
a) 1 org x 10 hr x Rp. 300.000,- x 4 kali :Rp. 12.000.000,-
b) Sewa Kendaraan 10 hari x Rp. 250.000,- x 4 kali :Rp. 10.000.000,-
c) Bahan bakar 50 liter x 10 hari x Rp. 4.500,- x 4 kali :Rp. 9.000.000,-
Sub Total :Rp. 31.000.000,-
4) Pengolahan Data:
Biaya pengolahan data terdiri dari uang lembur, pembelian bahan-bahan
komputer, pencetakan dan penjilidan
a) Pengolahan data debit per pos :Rp. 250.000,-
b) Pengolahan data hujan per pos :Rp. 150.000,-
c) Pengolahan data iklim per pos :Rp. 500.000,-
Rekapitulasi:
Estimasi Biaya Rp 5,337,150,0
Estimasi Biaya Rp 4,998,450,0
Estimasi Biaya Rp 5,064,750,0
Estimasi Biaya Rp 4,951,050,0
Estimasi Biaya Rp 4,656,350,0
Total Biaya Tahun I s/d Tahun V R 25,007,750,
I LOKASI
1. Nama Pos Nama SWS Nama DPS
.................................. ...................................... .........................................
.... ... .
2. Nomor Kadaster ................................................
3. Koordinat .............°............′.......... ............°............′.............″
...″ LS BT
4. Elevasi Nol Pelskal ± ................................ m
5. Luas DPS ................................... km2
6. Didirikan oleh/ Tahun.........................................................../.......................
......
7. Instansi Pengelola ...................................................................................
Pos ......
8. Uraian Lokasi Desa........................ Kec. ........................ Kab.
.........
9. Uraian Menuju ...................................................................................
Lokasi ......
II POS DUGA AIR
1. Ragam Otomatik/Biasa
2. Jenis Primair (utama), sekunder (pembantu), khusus.
3. Fungsi Pos a) Pendataan aliran sungai (kontinyu)
b) Prakiraan banjir
c) Ketersediaan Air
d) Inflow waduk
e) Konservasi
4. Kondisi Pos Bangunan Mesin Papan Duga
........................ ........................ ...........................
... ...
5. Perubahan Nol ........................... m, sejak tanggal
Pelskal ................................
III KETERANGAN POS
1. Penampang Kendali a) Alam/buatan; b) Stabil/tidak stabil; c) Aliran
turbulen/laminer
2. Material Dasar Lumpur/ pasir/ campuran lumpur pasir/ kerikil/
Sungai berbatu
3. Tebing Sungai a) Jenis materialnya
...................................................................
b) Stabil/labil; c) Landai/ curam; d) Mudah/sulit
I LOKASI
1. No. Register / Pos
2. Nama pos
3. Desa
4. Kecamatan
5. Kabupaten
6. Uraian menuju ..................................
lokasi
7. DPS/ Sub DPS
8. Koordinat ......................................LS/.........................................
BT
9. Elevasi pos
II STATUS POS
1. Tahun pendirian/ ............................................./......................................
oleh .......
2. Instansi Pengelola
3. Jenis pos Primer/ sekunder/ special untuk kajian khusus
4. Manfaat pos 1) Pendataan dan perencanaan mendatang
2) Prakiraan .........
3) Keperluan ketersediaan air, daerah irigasi
..............
4) Pemanfaatan air waduk/ danau, di .......................
5) Konservasi air
6) ...........................................
III KETERANGAN POS
1. Pengaruh a) tidak ada b) ada
lingkungan
2. Kondisi lingkungan a) terbuka b) tertutup oleh ..........
3. Titik tetap a) triangulasi b) sementara c) hilang d) rusak
d) belum dibuat
4. Kedudukan alat a) terpasang kuat b) tidak kuat
5. Kondisi alat a) kotor b) rusak c) perawatan
kurang
6. Bangunan pos a) berdiri kokoh b) miring c) rusak
Ada/ Baik Rusa Rusak
IV PERALATAN
Tidak k berat
ringa
n
1. Jenis peralatan a). Sangkar Meteo
yang ada b). Thermometer Bola
Basah
c). Thermometer Bola
Kering
d). Thermometer
X PELAKSANA LAPANGAN
Dilaksanakan pada tanggal ............................................ oleh :
No. Nama Istansi No. SPPD Tanda tangan
I LOKASI
1. No. Register
2. Nama pos
3. Desa
4. Kecamatan
5. Kabupaten
6. Uraian menuju ..................................
lokasi
7. DPS/ Sub DPS
8. Koordinat .......................................LS/ .....................................
BT
9. Elevasi pos
II STATUS POS
1. Ragam
2. Tahun pendirian/ ............................................/..........................................
oleh ....
3. Instansi Pengelola
4. Jenis pos Primer/ sekunder/ special untuk kajian khusus
5. Manfaat pos 1) Pendataan dan perencanaan mendatang
2) Prakiraan .........
3) Keperluan ketersediaan air, daerah irigasi ..............
4) Pemanfaatan air waduk/ danau, di .......................
5) Konservasi air
6) ...........................................
III KETERANGAN POS
1. Pengaruh a) tidak ada b) ada
lingkungan
2. Kondisi lingkungan a) terbuka b) tertutup oleh ..........
3. Titik tetap a) triangulasi b) sementara c) hilang d) rusak
d) belum dibuat
4. Kedudukan alat a) terpasang kuat b) tidak kuat
5. Kondisi alat a) kotor b) rusak c) perawatan kurang
6. Bangunan pos a) berdiri kokoh b) miring c) rusak
IV PERALATAN
1. Kondisi a) berfungsi baik b) rusak c) hilang
2. Pengamanan alat a) kunci ganda b) dilas
V DATA
1. Kualitas data a) baik b) sedang c) jelek
2. Ketersediaan data ................
VI PENGAMAT
1. Nama/ Umur
X PELAKSANA LAPANGAN
Dilaksanakan pada tanggal ............................................ oleh :
No. Nama Istansi No. SPPD Tanda tangan
REVISI Pd T-07-1995-03
1. Ruang lingkup
Pedoman ini menetapkan tata cara pembangunan pos duga air tipe konsol di
sungai/saluran terbuka yang membahas ketentuan-ketentuan dan
cara/tahapan pelaksanaan pembangunan pos duga air tipe konsol.
Ketentuan tersebut antara lain seperti penentuan lokasi di sungai atau saluran
terbuka, tersedianya penampang kendali baik alam maupun buatan, alur
sungai lurus sejauh lebih dari 4 kali lebar sungai rata-rata pada saat banjir,
pada waktu banjir air sungai tidak melimpah, mudah dicapai terutama pada
saat banjir, penyebaran aliran di penampang baik pada saat air kecil, sedang
maupun banjir merata dan mengumpul, tidak terkena pengaruh
pengempangan atau aliran lahar, tersedia lokasi pengukuran debit dari muka
air rendah sampai tinggi, lokasi sedapat mungkin dekat dengan tempat tinggal
penduduk, tersedia lokasi untuk pemasangan sarana pengukuran debit seperti
kereta gantung atau kabel gantung melintang, kemungkinan pemasangan
telemetring, kesepakatan dengan pemilik tanah yang akan digunakan sebagai
lokasi pos duga air, pertimbangan tentang kondisi geoteknik ketahanan
bangunan terhadap geser, guling dan amblas dari rencana lokasi pos duga
air, serta kerapatan jumlah pos duga air dalam suatu DAS sesuai dengan SNI
03-2526-1991.
Lokasi pos duga air ditempatkan sedemikian rupa sehingga tidak merubah
kondisi sungai, tidak mengganggu aliran dan disesuaikan dengan rencana
pengembangan sumber daya air pada DAS tersebut seperti pembangunan
bangunan air lainnya seperti bendung, bendungan, jembatan dan lain-lain
sehingga keberadaannya tidak mengganggu bangunan yang sudah ada
maupun bangunan yang akan dibangun.
2. Acuan normatif
SNI 03-2526-1991, Tata cara pemilihan pos duga air di sungai.
3.2 Konsol
bangunan konstruksi penyangga terbuat dari besi atau kayu atau beton
tempat kedudukan rumah alat duga air
3.6 Kisdam
Konstruksi bangunan air yang bersifat sementara berfungsi supaya air
sungai tidak masuk ke dalam galian
3.7 Sengkang
Angker pengikat pipa yang dibuat dari besi siku ukuran L.50.50.5, berbentuk
lingkaran dengan diameter sesuai dengan diameter pipa, (lihat lampiran
gambar)
4.1.2 Data
Data yang diperlukan untuk pembangunan bangunan pos duga air tipe
konsol adalah :
4.2 Teknis
4.2.1 Bahan
Bahan yang digunakan harus laik pakai dan memenuhi ketentuan sebagai
berikut :
a) Kisdam :
1) Balok kayu kelas I ukuran 10 cm x 10 cm atau kayu bulat dengan
diameter minimal 10 cm atau besi siku ukuran minimal L.50.50.5;
2) Anyaman bambu atau papan kayu kelas I ukuran 0,03 m x 0,25 m
atau plat besi tebal 3 mm;
3) Paku ukuran panjang minimal 10 cm atau baut mur diameter
minimal 10 mm panjang 20 mm;
4) Karung ukuran minimal 50 kg;
5) Pasir urug atau tanah liat.
b) Propil :
1) Papan kayu kelas I ukuran 0,03 m x 0,25 m x 4 m;
2) Pasir pasang;
3) Semen;
4) Air baku.
d) Konsol :
1) Besi siku ukuran L.50.50.5 atau balok kayu kelas I ukuran 8 cm x
12 cm atau balok beton bertulang;
2) Plat besi ukuran tebal 5 mm;
3) Baut dan mur diameter minimal 10 mm, panjang 30 mm atau
diameter minimal 12 mm panjang 200 mm (untuk balok kayu
ukuran 8 cm x 12 cm).
f) Rumah alat :
1) Tiang rumah alat :
(a) Besi siku ukuran L.50.50.5 atau kayu kelas I ukuran 5 cm x 7
cm;
(b) Baut dan mur ukuran diameter 10 mm, panjang 30 mm atau
paku ukuran panjang 7 cm;
(b) Atap :
Seng gelombang BJLS 28 atau seng plat tebal minimum 3
mm.
4) Pintu :
(a) Daun pintu :
(1) Plat besi ukuran tebal minimal 3 mm atau papan kayu
kelas I ukuran 3 cm x 20 cm;
(2) Paku keling atau paku rifet ukuran panjang 50 mm atau
paku ukuran 5 cm atau pasak dari bambu;
i) Engsel;
k) Alat pengaman berupa kunci ganda, pengelasan alat pada meja, atau
alat pengaman lain agar terhindar dari kehilangan alat
l) Pipa :
Plat besi ukuran diameter 40 cm - 60 cm, tebal minimal 3 mm atau pipa
PVC atau papan kayu kelas I;
q) Jembatan :
1) Pondasi jembatan :
a) Pasangan Batu Kali
(a) Batu kali atau batu pecah ukuran 20 cm x 35 cm;
(c) Semen;
b) Beton Bertulang
(a) Besi beton diameter minimum 10 mm;
(c) Pasir
r) Pengecatan :
1) Cat meni besi atau meni kayu;
2) Cat perak atau brons atau cat kayu;
4.2.2 Peralatan
Jenis peralatan harus laik pakai, sebagai berikut :
a) palu atau martil;
b) gergaji kayu atau gergaji besi;
c) water pas kayu atau alat ukur sifat datar;
d) belincong;
e) linggis;
f) cangkul;
g) skop;
h) ember;
i) satu unit pompa air kekuatan minimal 3 PK;
j) sendok tembok kecil dan besar;
k) benang kasur;
l) lot peluru vertikal;
m) satu set bor besi atau bor kayu;
n) kikir bulat;
o) ketam;
p) kunci pas atau kunci ring masing-masing satu set;
q) kapur tulis atau alat tulis;
r) kuas cat;
s) pisau cat.
4.2.3 Komponen
Komponen bangunan harus memenuhi ketentuan spesifikasi bangunan pos
duga air tipe konsol (lihat gambar contoh pada Lampiran A).
a) tembok penahan (tubuh bangunan);
5. Cara pembangunan
5.1 Persiapan
Pekerjaan persiapan, sebagai berikut :
a) Ukur penampang melintang sungai pada lokasi yang akan dibangun pos
duga air sesuai dengan petunjuk hasil survai.
b) Buat titik tetap sementara pada tanah yang stabil dan bebas dari muka
air banjir tertinggi di lokasi pos duga air (lihat contoh Gambar A.2,
Lampiran A).
c) Tentukan batas muka air terendah dan muka air tertinggi.
d) Ikatkan ketinggian muka air hasil pengukuran dengan titik tetap
sementara.
5.2 Pembangunan
Pengerjakan dilakukan sebagai berikut :
a) Buat jalan logistik untuk memperlancar pengangkutan barang atau
pekerja bila diperlukan.
b) Ratakan permukaan tanah dan pembersihan di lokasi rencana pos untuk
mempermudah pelaksanaan pekerjaan.
c) Buat propil rencana bangunan pos duga air dengan tahapan sebagai
berikut :
1) Pasang papan kayu berbentuk bujur sangkar dengan ukuran 4 m x 4
m untuk ketinggian bangunan 8 m.
6. Laporan
Laporan tata cara pembangunan pos duga air tipe konsol disajikan dalam
bentuk gambar dan formulir seperti contoh formulir isian (lihat Lampiran B)
yang memuat :
1) Pemrakarsa
2) Penyusun awal
NAMA LEMBAGA
3) Penyusun baru
NAMA LEMBAGA